<table class="e-rte-table" style="text-align: inherit; background-color: unset; width: 1059.33px; min-width: 0px;"><tbody><tr><td class="" style="width: 265.069px;">Nama Kegiatan</td><td class="" style="width: 793.264px;">Bermain Giliranku, Giliranmu</td></tr><tr><td class="" style="width: 265.069px;">Usia</td><td class="" style="width: 793.264px;">9-12 bulan</td></tr><tr style="height: 28px;"><td class="" style="width: 265.069px;">Ranah Perkembangan​</td><td class="" style="width: 793.264px;">Sosial kemandirian </td></tr></tbody></table>Cara Bermain: <ul><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Ajak si Kecil bermain 'giliranku, giliranmu' agar ia belajar tentang konsep menunggu dan bergantian secara konkrit. Hal ini dapat membantunya meningkatkan kematangan emosi dan juga sebagai sarana untuk belajar tentang aturan dan batasan.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Waktu menunggu untuk si Kecil masih dalam hitungan detik. Misalnya MomDad memegang benda tertentu dan si Kecil terlihat ingin memegang, katakan "tunggu ya, mama lagi pakai. 1..2..3..4..5.. Nah, sekarang giliranmu."</li></ul>Referensi: Panduan Tumbuh Kembang dan Stimulasi Anak Usia 0 - 5 Tahun oleh Rumah Dandelion

Stimulasi Kemandirian: Menunggu Giliran

stimulasi-kemandirian--menunggu-giliran-1694763086024

Ide Resep MPASI Berbahan Tempe, Mudah Diolah & Kaya Nutrisi

ide-resep-mpasi-berbahan-tempe--mudah-diolah---kaya-nutrisi-1694754727129

Belakangan, kasus membakar sampah di lingkungan tempat tinggal marak terjadi. Hal ini tentu mengganggu kenyamanan, terutama anak-anak. Dalam lingkungan tempat tinggal, anak-anak kerap bermain di luar, sehingga kemungkinan besar mereka menghirup udara kotor akibat pembakaran sampah. Terlebih, asap dari pembakaran sampah bisa tersebar luas karena terbawa angin. MomDad perlu waspada dan tahu nih, dampak buruk menghirup asap pembakaran sampah terhadap kesehatan keluarga, terutama si Kecil, di antaranya:<ul><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Asap dari pembakaran terdiri dari partikel-partikel mikroskopis yang sangat kecil (partikulat), yang jika dihirup, dapat mencapai bagian dalam paru-paru dan tinggal di sana selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Menghirup partikulat meningkatkan risiko infeksi pernapasan, dapat memicu serangan asma, dan menyebabkan masalah lain seperti batuk, mengi, nyeri dada, dan sesak napas. </li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Salah satu polutan paling berbahaya yang dilepaskan selama pembakaran sampah adalah dioxin. Dioxin adalah karsinogen yang diketahui dan terkait dengan cacat lahir. Dioxin dapat dihirup secara langsung, atau terendap di tanah, air, dan tanaman di mana ia menjadi bagian dari rantai makanan.</li><li style="text-align: justify;">Pembakaran sampah dapat melepaskan hexachlorobenzene (HCB) ke lingkungan. Senyawa ini adalah toksin yang sangat persisten dan terurai secara lambat di udara. Akibatnya, ia dapat berpindah jarak jauh dalam atmosfer. Ia dapat mengumpul di ikan, hewan laut, burung, lumut, dan hewan yang memakan ikan dan lumut. HCB adalah karsinogen manusia yang mungkin, dan berdasarkan penelitian pada hewan, paparan jangka panjang, tingkat rendah terhadap HCB dapat merusak janin yang sedang berkembang, menyebabkan kerusakan ginjal dan hati, dan menyebabkan kelelahan serta iritasi kulit.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Formaldehida dilepaskan saat produk kayu tekan yang direkatkan, cat, pelapis, sampingan, busa urea-formaldehida, dan insulasi serat kaca dibakar. Paparan formaldehida dapat mengakibatkan mata berair, sensasi terbakar di mata dan tenggorokan, mual, kesulitan bernapas (yaitu, batuk, nyeri dada, mengi), dan ruam kulit. Paparan formaldehida yang berkepanjangan dapat menyebabkan kanker.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Pembakaran plastik, atau polivinil klorida (PVC), dapat menghasilkan gas hidrogen klorida, atau asam klorida, yang dapat menyebabkan penumpukan cairan di paru-paru dan mungkin ulserasi saluran pernapasan.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran sampah yang tidak lengkap. Karbon monoksida adalah gas tak berwarna dan tidak berbau yang mencegah oksigen diserap oleh darah dan paru-paru. Ini sangat berbahaya ketika dihirup oleh anak-anak dengan paru-paru yang belum matang, orang tua, dan orang-orang dengan kondisi jantung kronis atau penyakit paru-paru.</li></ul>Penting untuk diingat bahwa membakar sampah di luar ruangan atau tanpa peralatan yang tepat dapat menghasilkan asap yang lebih berbahaya. Oleh karena itu, untuk menjaga kesehatan masyarakat dan lingkungan, praktik pembuangan sampah yang aman dan ramah lingkungan sebaiknya diutamakan, seperti daur ulang, kompos, atau pengelolaan sampah yang lebih baik.Referensi:&nbsp;<ul><li style="text-align: justify;">Environmental Fact Sheet (2019). Burning of Residential Trash Health &amp; Environmental Risks and Proper Disposal. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.des.nh.gov/sites/g/files/ehbemt341/files/documents/2020-01/ard-33.pdf" title="https://www.des.nh.gov/sites/g/files/ehbemt341/files/documents/2020-01/ard-33.pdf">https://www.des.nh.gov/sites/g/files/ehbemt341/files/documents/2020-01/ard-33.pdf</a></li></ul>

Dampak Buruk Menghirup Asap Pembakaran Sampah

dampak-buruk-menghirup-asap-pembakaran-sampah-1694753660504

Kenaikan berat badan anak merupakan parameter yang paling sensitif untuk memantau pertumbuhan. Umumnya sebelum menjadi&nbsp;stunting seorang anak akan mengalami weight faltering (berat badan seret) terlebih dahulu, yang kemudian memengaruhi status gizinya, misalnya dari gizi baik menjadi gizi kurang atau gizi buruk. Kemudian, laju pertambahan panjang badannya akan terdampak. Kenaikan berat badan anak yang tidak adekuat dapat merupakan salah satu indikator tidak tercukupinya nutrisi yang dibutuhkan anak untuk tumbuh. Kondisi ini akan memengaruhi seluruh organ di tubuh anak, termasuk tulang, otot, otak, dan sistem kekebalan tubuhnya. Seorang anak yang mengalami malnutrisi dapat lebih rentan terhadap berbagai penyakit infeksi karena sistem kekebalan tubuh yang menurun. Hal ini akan berujung pada semakin buruknya asupan anak, terutama saat sakit, dan hambatan penyerapan berbagai mikronutrien, yang kemudian akan semakin mempengaruhi status gizi anak. Anak dengan malnutrisi lebih sering mengalami infeksi kronik atau infeksi berulang. Jika hal ini tidak diatasi secara adekuat maka akan menjadi siklus yang tidak berkesudahan dan menghambat pertumbuhan fisik anak (stunting).&nbsp;Selain hambatan pertumbuhan fisik, perkembangan anak juga akan terdampak apabila BB yang tidak naik ini disebabkan oleh malnutrisi kronik. Otak berkembang secara pesat dalam 2-3 tahun pertama kehidupan. Baik nutrisi maupun stimulasi yang tepat diperlukan agar perkembangan dan pertumbuhan otak optimal.&nbsp;Untuk memastikan berat badan anak terpantau dengan baik, MomDad perlu melakukan pemantauan pertumbuhan anak setiap bulan sampai umur 24 bulan, selanjutnya setiap 3 bulan sampai umur 72 bulan. Begitupun dengan tinggi badan anak. Untuk mengetahui pola pertumbuhan anak yang sehat, pastikan kenaikan berat badan sesuai dengan kurva pertumbuhan (arah garis sejajar kurva) meskipun tidak selalu harus di garis hijau. Referensi:<ul><li style="text-align: justify;">Pedoman pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Dasar. Kementerian kesehatan 2022.</li><li style="text-align: justify;">Homan GJ. Failure to Thrive: A Practical Guide. Am Fam Physician. 2016 Aug 15;94(4):295-9.</li></ul>

Bagaimana Memantau Pertumbuhan Berat Badan Anak secara Rutin?

bagaimana-memantau-pertumbuhan-berat-badan-anak-secara-rutin--1695047480796

Stunting dan gizi buruk adalah musuh setiap orang tua. Namun, karena memiliki arti yang hampir sama, banyak orang tua yang menganggap bahwa stunting dan gizi buruk adalah sama. Padahal keduanya memiliki arti yang berbeda. Stunting adalah perawakan pendek yang ditandai dengan tinggi badan &lt; -2 SD kurva WHO yang disebabkan oleh malnutrisi kronik. Sementara gizi buruk pada usia 0-59 bulan merupakan keadaan gizi balita yang ditandai oleh satu atau lebih tanda berikut:<ul><li style="text-align: justify;">BB/PB atau BB/TB kurang dari -3 standar deviasi.</li><li style="text-align: justify;">Lingkar lengan atas (LiLA) &lt; 11,5 cm untuk balita 6-59 bulan.</li><li style="text-align: justify;">Edema, minimal pada kedua punggung kaki. Untuk anak umur 5-18 tahun, gizi buruk ditandai bila IMT menurut umur kurang dari -3 SD pada kurva WHO 2006.</li></ul>Gejala stunting dan gizi buruk<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/717e32c5101337c1da9d7351652d26936_1694685738180.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="stunting_&amp;_gizi_buruk_2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Tanda awalnya adalah weight faltering, yaitu kenaikan BB di bawah persentil 5 dari standar tabel kenaikan BB menurut WHO. Selain weight faltering, perlu diketahui tanda bahaya yang menempatkan seorang anak lebih berisiko gagal tumbuh, seperti kelainan jantung, gangguan perkembangan, gambaran dismorfik (bentuk wajah aneh), kegagalan mencapai kenaikan berat badan walaupun dengan kalori yang adekuat, organomegali (hepar dan limpa membesar) atau limfadenopati, infeksi (saluran napas, saluran kemih, kulit) yang berat atau berulang, muntah atau diare berulang.Risiko&nbsp; gagal tumbuh pada anak dapat berupa kelainan jantung, gangguan perkembangan, gambaran dismorfik (bentuk wajah aneh), kegagalan mencapai kenaikan berat badan walaupun dengan kalori yang adekuat, organomegali (hepar dan limpa membesar) atau limfadenopati, infeksi (saluran napas, saluran kemih, kulit) yang berat atau berulang, muntah atau diare berulang.Cara penanganan keduanya&nbsp;<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/83bd6dd96c290662c912ba7ec74e6db3_1694685820055.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="stunting_&amp;_gizi_buruk_1_(1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Jika anak telah didiagnosis gizi buruk maupun stunting, tata laksana akan bergantung penyebab utamanya, dan sebaiknya berkonsultasi dengan dokter terdekat. Jika didapatkan red flags seperti poin di atas, maka anak harus segera dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat yang memiliki dokter spesialis anak agar tata laksana dapat sesuai target.Pencegahan utama yang bisa dilakukan untuk keduanya adalah dengan: <ul><li style="text-align: justify;">Imunisasi sesuai jadwal</li><li style="text-align: justify;">Pemberian ASI eksklusif</li><li style="text-align: justify;">MPASI yang adekuat, aman, tepat waktu dan diberikan secara responsive, serta pemantauan pertumbuhan dan perkembangan sesuai jadwal serta interpretasi secara benar.&nbsp;</li></ul>Nah, yang terpenting adalah melakukan pemantauan agar deteksi dini weight faltering dapat dikerjakan dan di tata laksana sesuai penyebab.Referensi:<ul><li style="text-align: left;">Pedoman pelaksanaan Stimulasi, Deteksi, dan Intervensi dini Tumbuh Kembang Anak di Tingkat Pelayanan Dasar. Kementrian kesehatan 2022.</li><li style="text-align: left;">Homan GJ. Failure to Thrive: A Practical Guide. Am Fam Physician. 2016 Aug 15;94(4):295-9.</li></ul>

Kerap Dianggap Sama, Ini Perbedaan Stunting & Gizi Buruk

kerap-dianggap-sama--ini-perbedaan-stunting---gizi-buruk-1697599544623

Memasuki usia 6 bulan, bayi tidak hanya membutuhkan ASI, tetapi juga makanan pendamping ASI (MPASI). Di usia ini, kebutuhan energi dan nutrisi bayi mulai melebihi yang disediakan ASI. Saat memberikan MPASI, MomDad perlu mengacu pada pedoman atau aturan agar nutrisi bayi terpenuhi. Pedoman ini dinamakan feeding rules. Penerapan feeding rules pun tidak bisa sembarangan. Menurut WHO, prinsip panduan feeding rules yang tepat dalam pemberian MPASI meliputi:<ul><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Terus memberikan ASI sesuai permintaan secara rutin hingga usia 2 tahun atau lebih.</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Mempraktikkan pemberian makan yang responsif (misalnya, memberi makan bayi secara langsung dan membantu anak yang lebih besar. Beri makan secara perlahan dan sabar, dorong mereka untuk makan tetapi jangan memaksanya, bicaralah dengan anak dan pertahankan kontak mata).</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Mempraktikkan kebersihan yang baik dan penanganan makanan yang benar.</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Mulai pada usia 6 bulan dengan makanan dalam jumlah kecil dan tingkatkan secara bertahap seiring bertambahnya usia anak.</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Secara bertahap meningkatkan konsistensi dan variasi makanan.</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Menambah frekuensi pemberian makan pada anak: 2–3 kali makan per hari untuk bayi berusia 6–8 bulan dan 3–4 kali makan per hari untuk bayi berusia 9–23 bulan, dengan tambahan 1–2 kali camilan sesuai kebutuhan.</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Gunakan makanan pendamping yang diperkaya atau suplemen vitamin-mineral sesuai kebutuhan.</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Selama sakit, tingkatkan asupan cairan termasuk lebih banyak menyusui, dan tawarkan makanan lembut favorit.</li></ul>Menurut IDAI, di samping pengaturan jadwal, lakukan responsive feeding karena saat pemberian makan bukan hanya makanan yang diberikan, tetapi juga pembelajaran dan kasih sayang. Orang tua harus peka terhadap bahasa tubuh anak-kenali tanda lapar dan kenyang.Dikutip dari <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/p/CvvkHckrzpD/" title="https://www.instagram.com/p/CvvkHckrzpD/" target="_blank">Instagram Reels dr. Lucky, Sp,A</a>, jadi ada kasus, di mana anak mengantuk ketika diterapkan feeding rules. “Feeding rules itu isinya banyak, tidak hanya jadwal makan atau lingkungan saja, tetapi juga prosedur. Nah, prosedurnya adalah responsive feeding. Kalau misalnya anak mengantuk ketika diterapkan feeding rules, berarti salahnya di jadwal yang tidak pas. Kita tidak boleh memberikan makan ketika anaknya mengantuk. Responsive feeding itu berikan anak makan ketika ia lapar,” jelasnya.Nah, agar proses MPASI berjalan lancar, jangan lupakan penerapan feeding rules ya, MomDad. Apabila ditemukan kasus seperti contoh di atas, MomDad perlu lebih mengenal sinyal lapar dan kenyang bayi. Jangan sampai menyuapi si Kecil dalam keadaan ia mengantuk.Referensi:<ul><li style="text-align: left;">World Health Organization (9 June 2021). Infant and young child feeding. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/infant-and-young-child-feeding" title="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/infant-and-young-child-feeding">https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/infant-and-young-child-feeding </a></li><li style="text-align: left;">Ikatan Dokter Anak Indonesia (30 Juni 2015). Pentingnya Mengatur Jadwal Makan Anak. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/pentingnya-mengatur-jadwal-makan-anak" title="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/pentingnya-mengatur-jadwal-makan-anak">https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/pentingnya-mengatur-jadwal-makan-anak </a></li></ul>

Tips Jitu agar Sukses Menerapkan Feeding Rules

tips-jitu-agar-sukses-menerapkan-feeding-rules-1696508963541

Faktor lingkungan mempunyai peran penting dalam perkembangan pola makan anak. Faktor lingkungan mencakup apa yang tersedia bagi anak atau keluarga, sumber nutrisi yang terjangkau, dan pengalaman anak saat mencicipi makanan. Ketika anak tidak mau makan, orang tua mungkin stres dan khawatir. Nah, sebagai upaya untuk membuat anak bisa makan dengan baik, orang tua kerap melakukan berbagai cara, termasuk memaksa atau memberi reward.Biasanya, orang tua kerap mengajari anak untuk makan dengan alasan yang tidak berhubungan dengan nafsu makan dan melebihi kebutuhan, sehingga gagal mendukung pengembangan preferensi makanan sehat dan pengaturan nafsu makan. Intervensi pemberian makan sejak dini diperlukan untuk membantu orang tua memahami perilaku makan anak yang normal dan mendorong praktik pemberian makan yang responsif dan pola asuh makanan yang efektif.Salah satu kunci agar sukses dalam pemberian MPASI adalah menerapkan feeding rules, yaitu mengetahui sinyal lapar dan kenyang bayi. Selain memperhatikan jadwal makan, dalam feeding rules, lingkungan juga harus diperhatikan. Buatlah lingkungan yang menyenangkan, tanpa paksaan, tanpa bujukan, dan juga tanpa distraksi. Hindari juga memberikan makanan sebagai hadiah atau reward. Kenapa sih? Sebab, distraksi dapat membuat anak tidak mengenali sinyal lapar dan kenyangnya sendiri, sehingga dapat mengganggu keterampilan makannya. Sementara memberikan makanan sebagai reward atau hadiah dapat membuat anak jadi kehilangan selera terhadap makanan yang lainnya.Referensi:<ul><li style="text-align: left;">Feeding Practices and Parenting: A Pathway to Child Health and Family Happiness. Ann Nutr Metab (2019) 74 (Suppl. 2): 29–42. <a classname="e-rte-anchor" href="https://doi.org/10.1159/000499145" title="https://doi.org/10.1159/000499145">https://doi.org/10.1159/000499145 </a></li><li style="text-align: left;">Instagram Reels Dr. dr. Meta Herdiana Hanindita, Sp.A(K) <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/p/Cv__4rtPbl6/" title="https://www.instagram.com/p/Cv__4rtPbl6/">https://www.instagram.com/p/Cv__4rtPbl6/ </a></li></ul>

Ternyata Faktor Lingkungan Berperan Penting dalam Feeding Rules

ternyata-faktor-lingkungan-berperan-penting-dalam-feeding-rules-1694750040798

Beberapa penyakit menular dapat membunuh anak-anak atau menyebabkan kerusakan jangka panjang pada kesehatan mereka. Sistem kekebalan tubuh anak membutuhkan bantuan untuk melawan penyakit tersebut. Imunisasi merupakan cara untuk memberikan kekebalan spesifik terhadap penyakit. Perlu diketahui bahwa salah satu penyebab perlambatan pertumbuhan pada anak adalah adanya infeksi berulang dan juga infeksi kronik (berkepanjangan), seperti misalnya tuberkulosis. Dengan pemberian imunisasi, diharapkan anak terhindar dari penyakit-penyakit yang bisa dicegah oleh imunisasi, sehingga tumbuh kembangnya dapat terjaga.Apabila anak tidak diimunisasi, berarti ia tidak memiliki kekebalan spesifik terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Artinya, anak dalam risiko besar untuk mengalami berbagai macam penyakit. Ketika anak sakit, maka dapat menyebabkan berat badan anak mudah berfluktuasi dan tak jarang anak tidak dapat mengejar kemunduran atau perlambatan pertumbuhannya setelah sakit. Semua imunisasi ditujukan untuk memelihara kesehatan seorang anak dalam rangka mengoptimalkan tumbuh kembangnya.Menurut National Library of Medicine, malnutrisi dikaitkan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas akibat infeksi. Dalam analisis besar baru-baru ini, terhadap data yang diperoleh dari 10 studi prospektif di Asia, Afrika, dan Amerika Selatan, stunting, wasting, dan underweight, masing-masing dikaitkan dengan angka kematian berlebih. Selain itu, bukti menunjukkan bahwa anak-anak yang kekurangan gizi mempunyai risiko tinggi terhadap morbiditas dan mortalitas akibat penyakit menular. Sebab, malnutrisi menurunkan fungsi kekebalan tubuh dan meningkatkan risiko dan/atau keparahan infeksi.Referensi:<ul><li style="text-align: left;">Kementerian Kesehatan Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan (22 Agustus 2022). Pentingnya Imunisasi bagi Anak. <a classname="e-rte-anchor" href="https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1331/pentingnya-imunisasi-bagi-anak" title="https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1331/pentingnya-imunisasi-bagi-anak">https://yankes.kemkes.go.id/view_artikel/1331/pentingnya-imunisasi-bagi-anak </a></li><li style="text-align: left;">Ikatan Dokter Anak Indonesia (29 April 2016). Apa Saja Fakta dan Mitos tentang Vaksin? <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/apa-saja-fakta-dan-mitos-tentang-vaksinasi" title="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/apa-saja-fakta-dan-mitos-tentang-vaksinasi">https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/apa-saja-fakta-dan-mitos-tentang-vaksinasi </a></li><li style="text-align: left;">National Library of Medicine, Philos Trans R Soc Lond B Biol Sci. 2015 Jun 19; 370(1671): 20140141. doi: 10.1098/rstb.2014.014. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4527386/" title="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4527386/">https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4527386/</a></li></ul>

Stimulasi Kemandirian: Menunggu Giliran

Stimulasi Kemandirian: Menunggu Giliran

Ide Resep MPASI Berbahan Tempe, Mudah Diolah & Kaya Nutrisi

Ide Resep MPASI Berbahan Tempe, Mudah Diolah & Kaya Nutrisi

Dampak Buruk Menghirup Asap Pembakaran Sampah

Dampak Buruk Menghirup Asap Pembakaran Sampah

Bagaimana Memantau Pertumbuhan Berat Badan Anak secara Rutin?

Bagaimana Memantau Pertumbuhan Berat Badan Anak secara Rutin?

Kerap Dianggap Sama, Ini Perbedaan Stunting & Gizi Buruk

Kerap Dianggap Sama, Ini Perbedaan Stunting & Gizi Buruk

Tips Jitu agar Sukses Menerapkan Feeding Rules

Tips Jitu agar Sukses Menerapkan Feeding Rules

Ternyata Faktor Lingkungan Berperan Penting dalam Feeding Rules

Ternyata Faktor Lingkungan Berperan Penting dalam Feeding Rules

Ini Peran Penting Imunisasi dalam Mencegah Stunting

Ini Peran Penting Imunisasi dalam Mencegah Stunting