Dari berbagai macam sosial media, MomDad mungkin sudah tidak asing dengan YouTube Shorts. YouTube Shorts adalah fitur yang diperkenalkan oleh YouTube yang memungkinkan pengguna untuk membuat dan menonton video pendek vertikal dengan durasi maksimal 60 detik. Ini mirip dengan platform media sosial lainnya seperti TikTok dan Instagram Reels yang fokus pada konten video pendek. <img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/a7525adf6886243510ca07676b36ffe8b_1689307097316.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-07-14T105729.083.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Video Shorts dapat mencakup berbagai jenis konten, termasuk tarian, pantomim, komedi, tutorial, lip sync, tantangan, dan banyak lagi. Oleh karena itu, YouTube Short bisa memberi dampak negatif jika ditonton oleh anak-anak tanpa pengawasan, seperti:<ul><li style="text-align: justify;">Ketergantungan pada layar</li></ul>Menonton YouTube Shorts secara berlebihan dapat menyebabkan ketergantungan pada layar dan mengganggu aktivitas fisik, sosialisasi, dan waktu tidur yang sehat pada anak-anak. Ini juga dapat memengaruhi perkembangan motoriknya.<ul><li style="text-align: justify;">Konten yang tidak sesuai</li></ul>YouTube Shorts adalah platform terbuka di mana beragam konten dapat ditemukan. Beberapa konten mungkin tidak sesuai untuk anak-anak, termasuk konten yang mengandung kekerasan, bahasa kasar, atau materi yang tidak pantas. Anak-anak dapat terpapar pada konten ini jika tidak ada pengawasan yang memadai.<ul><li style="text-align: justify;">Pengaruh perilaku</li></ul>YouTube Shorts dapat memengaruhi perilaku anak-anak. Mereka dapat meniru apa yang mereka lihat dalam video, baik itu perilaku positif maupun negatif. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memastikan konten yang mereka tonton sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang diinginkan.<ul><li style="text-align: justify;">Kurangnya pembatasan waktu</li></ul>YouTube Shorts, dengan tontonan video yang singkat dan terus berputar, dapat membuat anak-anak sulit mengatur waktu mereka secara efektif. Mereka mungkin terus menonton video tanpa batas waktu yang jelas, mengabaikan tanggung jawab dan tugas-tugas penting lainnya.<ul><li style="text-align: justify;">Iklan yang tidak sesuai</li></ul>YouTube Shorts sering menampilkan iklan, dan beberapa iklan mungkin tidak cocok untuk anak-anak. Konten iklan yang tidak sesuai bisa mengandung materi yang tidak pantas atau memengaruhi persepsi anak tentang produk atau nilai-nilai tertentu.Perlu dicatat bahwa dampak ini dapat berbeda pada setiap anak. Penting bagi orang tua untuk memantau dan mengatur penggunaan media secara bijaksana.Referensi:<ul><li style="text-align: left;">Rideout, V. J. (2017). The Common Sense census: Media use by kids age zero to eight 2017. Common Sense Media. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.commonsensemedia.org/sites/default/files/uploads/research/csm_zerotoeight_fullreport_release_2.pdf" title="https://www.commonsensemedia.org/sites/default/files/uploads/research/csm_zerotoeight_fullreport_release_2.pdf">https://www.commonsensemedia.org/sites/default/files/uploads/research/csm_zerotoeight_fullreport_release_2.pdf </a></li><li style="text-align: left;">American Academy of Pediatrics. (2016). Media and young minds. Pediatrics, 138(5), e20162591. <a classname="e-rte-anchor" href="https://pediatrics.aappublications.org/content/138/5/e20162591" title="https://pediatrics.aappublications.org/content/138/5/e20162591">https://pediatrics.aappublications.org/content/138/5/e20162591 </a></li><li style="text-align: left;">Moreno, M. A., et al. (2016). Parent perspectives on privacy and ads in mobile apps for kids: survey study. JMIR mHealth and uHealth, 4(2), e59. <a classname="e-rte-anchor" href="https://mhealth.jmir.org/2016/2/e59/" title="https://mhealth.jmir.org/2016/2/e59/">https://mhealth.jmir.org/2016/2/e59/ </a></li><li style="text-align: left;">Common Sense Media. (n.d.). Parents' Ultimate Guide to YouTube. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.commonsensemedia.org/youtube-parents" title="https://www.commonsensemedia.org/youtube-parents">https://www.commonsensemedia.org/youtube-parents</a></li></ul>

Anak Suka Nonton YouTube Shorts? Duh, Ini Dampaknya!

anak-suka-nonton-youtube-shorts--duh--ini-dampaknya--1689308615064

Alat bantu jalan untuk anak, seperti baby walker telah menjadi topik diskusi kontroversial di kalangan ahli kesehatan anak. Berbagai penelitian dan organisasi kesehatan, seperti American Academy of Pediatrics (AAP), menyarankan bahwa penggunaan alat bantu jalan dapat memiliki risiko dan tidak disarankan. Risiko utama penggunaan baby walker adalah risiko jatuh, sehingga AAP merekomendasikan untuk menggunakan alat yang tidak memiliki roda dan tidak meningkatkan risiko jatuh anak, namun anak tetap dapat melakukan gerakan naik/turun, bouncing, berputar dan berjinjit. Contohnya sebagai berikut:<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/faf3a2102645b9c46c092fcc10d210fc1081_1689238625698.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-07-12T201419.993.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Play yards atau playpens: peralatan bayi ini dapat memberikan ruang gerak untuk bayi belajar berdiri berpegangan, cruising (merembet), duduk dan berjalan dalam lingkup yang aman.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/54f8a5905d66716c3f4c0a4b3fe4d58e_1689238633805.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-07-12T201507.179.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Push walker atau kereta dorong yang kokoh: peralatan ini dapat digunakan untuk merangsang anak untuk berdiri sendiri dengan roda yang dapat didorong dan dikunci sebagai pengaman sesuai kebutuhan anak, seperti yang tampak pada gambar di bawah ini.Push walker digunakan dengan mendorong pegangan dari belakang, kemudian roda push walker akan berputar sehingga anak dapat berjalan maju dengan tetap berpegangan. Namun pastikan untuk selalu memantau anak karena alat ini tetap memiliki roda dan masih terdapat risiko jatuh saat penggunaannya.Satu hal yang tidak boleh MomDad lupakan, penting untuk memberikan lingkungan yang aman bagi bayi untuk bergerak dan menjelajahi, seperti merangkak atau berjalan di lantai yang aman dan terlindungi.Referensi:<ul><li style="text-align: left;">Ikatan Dokter Anak Indonesia (29/08/2016). Tips Melatih Anak Berdiri dan Berjalan. Narasumber: Dr. Luh Karunia Wahyuni, Sp.KFR(K) <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/tips-melatih-anak-berdiri-dan-berjalan" title="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/tips-melatih-anak-berdiri-dan-berjalan">https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/tips-melatih-anak-berdiri-dan-berjalan </a></li><li style="text-align: left;">Adapted from Baby Walkers: Important Safety Information (American Academy of Pediatrics (8/15/2022). <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/safety-prevention/at-home/Pages/Baby-Walkers-A-Dangerous-Choice.aspx" title="https://www.healthychildren.org/English/safety-prevention/at-home/Pages/Baby-Walkers-A-Dangerous-Choice.aspx">https://www.healthychildren.org/English/safety-prevention/at-home/Pages/Baby-Walkers-A-Dangerous-Choice.aspx</a></li></ul>

Ini Rekomendasi Alat Bantu Jalan yang Aman untuk Anak

ini-rekomendasi-alat-bantu-jalan-yang-aman-untuk-anak-1689238726866

Beberapa waktu lalu, berita dihebohkan dengan penculikan anak yang dilakukan oleh seorang guru di Tangerang Selatan. Dampaknya, banyak para orang tua yang mempertanyakan bagaimana sistem keamanan sekolah tersebut, sehingga hal seperti itu bisa terjadi. Dari kejadian ini, kita jadi belajar bahwa memilih sekolah yang aman untuk anak dan melindunginya dari risiko penculikan merupakan salah satu hal yang wajib dipertimbangkan oleh orang tua. Nah, berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan saat memilih sekolah yang aman:<ul><li style="text-align: justify;">Tinjau kebijakan sekolah</li></ul>Periksa kebijakan sekolah terkait keamanan dan langkah-langkah yang diambil untuk melindungi anak. Pastikan sekolah memiliki kebijakan yang ketat terkait keamanan siswa dan penjagaan pintu masuk.<ul><li style="text-align: justify;">Fasilitas dan infrastruktur</li></ul>Periksa keadaan fasilitas dan infrastruktur sekolah. Pastikan pintu dan pagar terkunci dengan baik, adanya pengawasan CCTV, sistem keamanan yang memadai, serta prosedur evakuasi dalam keadaan darurat.<ul><li style="text-align: justify;">Staf yang berkualifikasi</li></ul>Pastikan sekolah memiliki staf yang berkualifikasi dan berpengalaman dalam menghadapi situasi darurat. Tanyakan tentang pelatihan keamanan yang diberikan kepada staf dan pengawas sekolah.<ul><li style="text-align: justify;">Pengawasan yang ketat</li></ul>Pastikan ada pengawasan yang ketat terhadap semua orang yang memasuki lingkungan sekolah. Pastikan ada prosedur yang jelas untuk mengidentifikasi pengunjung dan pengawasan yang teratur selama waktu belajar.<ul><li style="text-align: justify;">Komunikasi yang efektif</li></ul>Perhatikan bagaimana sekolah berkomunikasi dengan orang tua terkait keamanan anak. Pastikan ada saluran komunikasi yang terbuka dan efektif untuk berbagi informasi dan kejadian yang relevan.<ul><li style="text-align: justify;">Program kesadaran keamanan</li></ul>Tanyakan apakah sekolah memiliki program kesadaran keamanan yang melibatkan siswa, guru, dan orang tua. Program-program ini dapat membantu anak-anak memahami pentingnya keamanan dan mengajarkan mereka langkah-langkah yang harus diambil dalam situasi berisiko.Tips di atas dapat memberikan panduan dan rekomendasi yang berguna dalam memilih sekolah yang aman, tetapi selalu penting untuk menggabungkan penilaian pribadi dan informasi yang aktual dari sumber terpercaya ya, MomDad.Referensi:<ul><li style="text-align: left;">U.S. Department of Education. (n.d.). Practical Information on Crisis Planning: A Guide for Schools and Communities. Diakses dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://www2.ed.gov/admins/lead/safety/crisisplanning/guide.pdf" title="https://www2.ed.gov/admins/lead/safety/crisisplanning/guide.pdf">https://www2.ed.gov/admins/lead/safety/crisisplanning/guide.pdf </a></li><li style="text-align: left;">Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2019). Creating Safe and Supportive Environments in Schools. Diakses dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.cdc.gov/violenceprevention/pdf/ssb-safesupportive-environments.pdf" title="https://www.cdc.gov/violenceprevention/pdf/ssb-safesupportive-environments.pdf">https://www.cdc.gov/violenceprevention/pdf/ssb-safesupportive-environments.pdf </a></li><li style="text-align: left;">National PTA. (n.d.). School Safety. Diakses dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.pta.org/home/programs/Connected-Schools/Safety" title="https://www.pta.org/home/programs/Connected-Schools/Safety">https://www.pta.org/home/programs/Connected-Schools/Safety</a></li></ul>

Ramai Oknum Guru Menculik Murid, Perhatikan Ini saat Memilih Sekolah

ramai-oknum-guru-menculik-murid--perhatikan-ini-saat-memilih-sekolah-1688547298816

Di awal bulan Juli ini, masyarakat dihebohkan dengan berita seorang <a class="e-rte-anchor" href="https://twitter.com/kumparan/status/1675504870990700544" title="https://twitter.com/kumparan/status/1675504870990700544" target="_blank">balita laki-laki berusia 4 tahun di Tangerang Selatan, dianiaya orang tuanya hingga meninggal dunia</a>. Ironi, penyebab orang tuanya menganiaya korban adalah karena mereka kesal, sang anak mengalami keterlambatan bicara atau speech delay. Dalam hal parenting, tentu orang tua perlu kesabaran dan yang terpenting, memahami bahwa perkembangan setiap anak berbeda.Alih-alih melakukan tindakan tak layak ke anak, sebaiknya terapkan tips berikut agar MomDad bisa tetap sabar menghadapi anak yang mengalami speech delay:<ul><li style="text-align: justify;">Edukasi diri sendiri</li></ul>Pelajari tentang kapan anak disebut terlambat bicara, , faktor penyebabnya, dan strategi yang efektif untuk membantu anak mengatasi masalah tersebut. Semakin memahami kondisi anak, semakin mudah bagi MomDad untuk menghadapinya dengan kesabaran.<ul><li style="text-align: justify;">Konsultasikan dengan ahli</li></ul>Konsultasikan dengan dokter anak, ahli terapi wicara, atau spesialis pendidikan khusus untuk mendapatkan panduan dan saran yang tepat. Mereka dapat memberikan pengetahuan dan strategi yang relevan untuk membantu perkembangan bicara anak. Apabila memiliki budget terbatas, MomDad bisa mengikuti sesi konsultasi gratis di TikTok Live PrimaKu yang diadakan setiap minggunya.<ul><li style="text-align: justify;">Ciptakan lingkungan yang mendukung</li></ul>Buat lingkungan yang menyenangkan dan penuh stimulasi untuk anak. Bicaralah dengan anak secara teratur, gunakan bahasa yang jelas dan sederhana, dan berikan kesempatan kepada anak untuk berbicara dan berkomunikasi.<ul><li style="text-align: justify;">Bersabar dan tetap positif</li></ul>Ingatlah bahwa setiap anak berkembang dengan kecepatan yang berbeda. Tetaplah sabar dan positif dalam mendukung anak. Hindari membandingkan anak dengan anak lain atau mengungkapkan kekecewaan. Fokus pada kemajuan kecil dan apresiasi usaha anak.<ul><li style="text-align: justify;">Gunakan strategi komunikasi alternatif</li></ul>Selain bicara verbal, eksplorasi komunikasi alternatif seperti bahasa isyarat, gambar, atau aplikasi komunikasi khusus untuk membantu anak berkomunikasi dengan lebih efektif.<ul><li style="text-align: justify;">Cari dukungan</li></ul>Temukan kelompok pendukung atau forum online untuk berbagi pengalaman dengan orang tua lain yang memiliki anak dengan keterlambatan bicara. Dukungan dan pemahaman dari orang tua lain dapat memberikan kekuatan dan inspirasi. Hindari lingkungan yang memberikan dampak negatif, terutama bagi kesehatan mental MomDad.Teruslah berusaha, tetap sabar, dan jangan ragu untuk mencari bantuan profesional untuk mendukung perkembangan bicara anak. Semoga kejadian seperti ini tidak terjadi lagi dan tidak ada anak lain yang menjadi korban kekerasan, ya. Amin.Referensi:<ul><li style="text-align: left;">American Speech-Language-Hearing Association (ASHA). (2021). Late Blooming or Language Problem? Diakses dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.asha.org/public/speech/disorders/Late-Blooming-or-Language-Problem/" title="https://www.asha.org/public/speech/disorders/Late-Blooming-or-Language-Problem/">https://www.asha.org/public/speech/disorders/Late-Blooming-or-Language-Problem/ </a></li><li style="text-align: left;">Child Mind Institute. (2021). Speech and Language Therapy. Diakses dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://childmind.org/care/areas-of-expertise/autism-clinical-center/speech-and-language-therapy/" title="https://childmind.org/care/areas-of-expertise/autism-clinical-center/speech-and-language-therapy/">https://childmind.org/care/areas-of-expertise/autism-clinical-center/speech-and-language-therapy/ </a></li><li style="text-align: left;">National Institute on Deafness and Other Communication Disorders (NIDCD). (2021). Speech and Language Developmental Milestones. Diakses dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.nidcd.nih.gov/health/speech-and-language" title="https://www.nidcd.nih.gov/health/speech-and-language">https://www.nidcd.nih.gov/health/speech-and-language</a></li></ul>

Anak Speech Delay Disiksa hingga Meninggal, Tetap Sabar dalam Parenting

anak-speech-delay-disiksa-hingga-meninggal--tetap-sabar-dalam-parenting-1688385017468

Beberapa waktu lalu, sosial media diramaikan dengan berita seorang anak yang masih duduk di sekolah dasar (SD), ketahuan bermain roleplay atau peran di TikTok. Dalam video yang dibagikan sang ayah, anak tersebut terlihat menangis karena dimarahi oleh orang tuanya. Pasalnya, si anak diketahui bermain roleplay yang tidak pantas untuk seusianya bersama orang-orang yang tidak dikenal.Dalam bermain roleplay, jika anak terlibat dalam perilaku atau adegan yang tidak pantas atau tidak sehat, maka akan memiliki beberapa dampak negatif pada perkembangan dan kesejahteraan mereka, terutama dalam segi psikologis. Terdapat beberapa aspek yang perlu diperhatikan terkait dampak negatif yang mungkin timbul dari bermain roleplay yang tidak sesuai atau tidak sehat, antara lain:<ul><li style="text-align: justify;">Perilaku agresif</li></ul>Jika anak terlibat dalam permainan peran yang mengandung kekerasan atau agresi, hal ini dapat memengaruhi pemahaman anak tentang cara berinteraksi dengan orang lain dan menyebabkan peningkatan perilaku agresif.<ul><li style="text-align: justify;">Genderisasi yang stereotip</li></ul>Bermain peran yang kaku dan stereotip tentang gender tertentu dapat mempengaruhi persepsi anak tentang peran gender dan pembatasan dalam pilihan dan eksplorasi mereka.<ul><li style="text-align: justify;">Perilaku negatif yang ditiru</li></ul>Jika anak terlibat dalam permainan peran yang melibatkan perilaku negatif atau tidak pantas, mereka mungkin cenderung meniru perilaku tersebut dalam kehidupan sehari-hari.<ul><li style="text-align: justify;">Kecemasan atau trauma</li></ul>Permainan peran yang melibatkan situasi yang menakutkan atau traumatis dapat menyebabkan kecemasan atau stres pada anak.<ul><li style="text-align: justify;">Keterbatasan kreativitas</li></ul>Jika anak terlalu terpaku pada skrip atau cerita yang telah ditentukan dalam permainan peran, hal ini dapat membatasi kreativitas dan kemampuan anak untuk berimprovisasi.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/58a9aa8ebaee3987f775b1d260aa40f5_1687324468442.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-06-21T121418.991.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Bermain peran dapat menjadi kegiatan yang bermanfaat bagi perkembangan anak apabila dilakukan dengan tepat. Berikut ini adalah beberapa tips untuk bermain roleplay yang tepat untuk anak:<ul><li style="text-align: justify;">Pilih tema yang relevan: pilih tema peran yang sesuai dengan minat dan pengalaman anak. Misalnya, bermain peran sebagai dokter, memasak, atau bermain sekolah.</li><li style="text-align: justify;">Gunakan permainan anak: biarkan anak mengarahkan permainan dan berimprovisasi dengan kreativitas mereka sendiri. Jadikan permainan itu menyenangkan dan mengikuti imajinasi anak.</li><li style="text-align: justify;">Berperan sebagai model: berperan sebagai model bagi anak dalam permainan peran. Tunjukkan cara berperan dengan baik, misalnya, bagaimana menjadi dokter yang baik atau bagaimana berkomunikasi dengan baik.</li><li style="text-align: justify;">Gunakan properti: gunakan bahan-bahan yang mendukung permainan peran, seperti kostum, mainan, atau properti yang sesuai dengan tema yang dipilih.</li><li style="text-align: justify;">Dorong kreativitas dan imajinasi: berikan ruang bagi anak untuk berimprovisasi dan menggunakan imajinasi mereka. Dorong mereka untuk berpikir kreatif dan menciptakan cerita dalam permainan peran.</li></ul>Penting untuk memahami minat, kebutuhan, dan tahap perkembangan individu anak saat memainkan peran dengan mereka. Selalu amati dan ikuti minat dan kemampuan anak dalam bermain roleplay. Last but not least, selalu pantau anak saat ia bermain media sosial agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi.Referensi:<ul><li style="text-align: left;">Montessori Institute. (n.d.). Role Play: How Children Learn About the World Through Pretend Play. Diakses dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://themontessorinotebook.com/montessori-and-pretend-play" title="https://themontessorinotebook.com/montessori-and-pretend-play">https://themontessorinotebook.com/montessori-and-pretend-play </a></li><li style="text-align: left;">Raising Children Network. (n.d.). Play Ideas and Activities: Role-Playing. Diakses dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://raisingchildren.net.au/newborns/play-learning/play-ideas/role-playing" title="https://raisingchildren.net.au/newborns/play-learning/play-ideas/role-playing">https://raisingchildren.net.au/newborns/play-learning/play-ideas/role-playing </a></li><li style="text-align: left;">American Academy of Pediatrics. (2018). Choosing Appropriate Toys for Young Children in the Digital Era. Diakses dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://publications.aap.org/pediatrics/article/143/1/e20183348/37330/Selecting-Appropriate-Toys-for-Young-Children-in" title="https://publications.aap.org/pediatrics/article/143/1/e20183348/37330/Selecting-Appropriate-Toys-for-Young-Children-in">https://publications.aap.org/pediatrics/article/143/1/e20183348/37330/Selecting-Appropriate-Toys-for-Young-Children-in</a></li></ul>

Viral Anak SD Bermain Roleplay di Sosmed, Ini Dampaknya!

viral-anak-sd-bermain-roleplay-di-sosmed--ini-dampaknya--1687781222595

Salah satu tahap tumbuh kembang penting anak menuju kemandirian adalah kemampuannya untuk buang air sendiri di toilet. Peran orang tua pun amat dibutuhkan agar proses melatih anak terbiasa buang air di toilet (toilet training) berjalan dengan baik. Namun, pada prosesnya, terkadang orang tua menemukan berbagai tantangan. Sebenarnya, kapan sih waktu yang tepat untuk melakukan toilet training pada anak?Tahap pelaksanaan toilet training<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/3fbdcabfd6936ecfed7eafd9a234aaea_1687321816718.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-06-21T112841.975.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Sebelum melakukan toilet training, orang tua perlu sepakat dengan pihak yang terlibat dalam pengasuhan anak, seperti anggota keluarga, pengasuh, atau petugas tempat penitipan anak (day care). MomDad juga bisa menemui dokter anak lebih dulu untuk menentukan kesiapan anak serta rencana pendekatan yang akan dilakukan.MomDad juga perlu memberikan dorongan kepada anak untuk percaya diri melakukannya sendiri dan beri pujian setiap ia berhasil. Jangan sampai memaksakan jika anak belum siap, karena jika ia merasa tertekan atau tidak nyaman, ia mungkin akan menahan buang airnya.Anak mungkin masih akan buang air di celana karena masih belum terbiasa. Hal ini tentunya wajar dan sebaiknya MomDad tetap memberikan dukungan. Jangan sampai emosi atau bahkan membentak anak karena tekanan yang ia alami bisa menjadi kemunduran. Tetap beri pengertian agar ia mau belajar dan terbiasa.Waktu yang tepat untuk toilet training<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/fe0f1e1d935a10f3aab52210d795510b6b2_1687321884940.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-06-21T113118.534.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Jika membahas berapa usia yang tepat, sebenarnya tidak ada usia yang pasti. Kesiapan anak bisa dilihat dari kematangan fisik dan psikologis yang umumnya muncul mulai usia 18 bulan hingga 2,5 tahun. Karena itu, MomDad bisa melihat tanda-tanda kesiapan anak, antara lain:<ul><li style="text-align: justify;">Mampu menirukan orang tua dan menunjukkan ketertarikan untuk belajar</li><li style="text-align: justify;">Mampu mengembalikan benda-benda ke tempat semula, baik diminta atau tidak</li><li style="text-align: justify;">Mampu menunjukkan tanda kemandirian dengan berkata tidak</li><li style="text-align: justify;">Mampu berjalan dan duduk dengan baik</li><li style="text-align: justify;">Mampu menyampaikan keinginan buang air</li><li style="text-align: justify;">Mampu melepas dan memakai pakaiannya</li></ul>Setelah membaca penjelasan di atas, apakah si Kecil sudah aiap untuk diajarkan toilet training?&nbsp;Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Apakah Anakku sudah Siap Toilet Training?

apakah-anakku-sudah-siap-toilet-training--1687321961336

Orang dewasa memiliki preferensi berbeda terkait pencahayaan tidur. Ada yang nyaman tidur di ruangan gelap, ada juga yang lebih nyaman jika di ruangan terang. Namun, bagaimana dengan pencahayaan tidur bayi? Terdapat perbedaan preferensi antara bayi satu dengan yang lain. Secara umum, bayi cenderung lebih baik tidur di ruangan yang gelap. Pencahayaan yang rendah atau gelap membantu merangsang produksi hormon melatonin, yang membantu mengatur siklus tidur dan bangun bayi. Lingkungan yang gelap juga dapat membantu mengurangi gangguan dan merangsang tidur yang lebih nyenyak.Berikut adalah beberapa alasan mengapa bayi cenderung tidur lebih baik di ruangan gelap:<ul><li style="text-align: justify;">Produksi melatonin: Pencahayaan yang rendah atau gelap merangsang produksi hormon melatonin, yang membantu mengatur siklus tidur bayi.</li><li style="text-align: justify;">Meredakan stimulasi: Lingkungan yang gelap membantu meredakan stimulasi visual yang berlebihan dan mengurangi gangguan tidur.</li><li style="text-align: justify;">Mengasosiasikan gelap dengan tidur: Bayi dapat mengembangkan asosiasi antara kegelapan dengan tidur yang lebih baik, sehingga saat ruangan gelap, mereka cenderung lebih mudah tidur.</li></ul>Namun, perlu diingat bahwa setiap bayi adalah unik dan preferensi tidur mereka dapat bervariasi. Beberapa bayi mungkin nyaman tidur dengan sedikit cahaya atau preferensi tertentu. Jika si Kecil tidur lebih baik dengan sedikit cahaya atau ada faktor khusus yang perlu dipertimbangkan, seperti keamanan atau kebutuhan pengawasan, maka mungkin perlu mencari keseimbangan yang tepat antara cahaya dan kegelapan yang sesuai untuk si Kecil.Penting untuk memantau respon bayi terhadap lingkungan tidur dan mencari tahu preferensinya secara perlahan. Jika ada kekhawatiran khusus, selalu disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter anak atau ahli tidur untuk saran yang lebih spesifik sesuai dengan kebutuhan si Kecil.Referensi:<ul><li style="text-align: left;">National Sleep Foundation. (2016). How Light Affects Your Baby’s Sleep. Diakses dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.sleepfoundation.org/articles/how-light-affects-your-babys-sleep" title="https://www.sleepfoundation.org/articles/how-light-affects-your-babys-sleep">https://www.sleepfoundation.org/articles/how-light-affects-your-babys-sleep </a></li><li style="text-align: left;">American Academy of Pediatrics. (2016). Safe Sleep Practices for Infants. Diakses dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://pediatrics.aappublications.org/content/138/5/e20162938" title="https://pediatrics.aappublications.org/content/138/5/e20162938">https://pediatrics.aappublications.org/content/138/5/e20162938 </a></li><li style="text-align: left;">Rijntjes, R. M., &amp; Westerhuis, W. (2021). The Influence of Room Lighting on Infant and Toddler Sleep: A Systematic Review. Frontiers in Psychiatry, 12, 684957. doi: 10.3389/fpsyt.2021.684957</li><li style="text-align: left;">Hale, L., Berger, L. M., LeBourgeois, M. K., &amp; Brooks-Gunn, J. (2009). Social and Demographic Predictors of Preschoolers' Bedtimes. Journal of Developmental and Behavioral Pediatrics, 30(5), 394-402. doi: 10.1097/dbp.0b013e3181ba0efb</li><li style="text-align: left;">Mindell, J. A., Sadeh, A., Kwon, R., &amp; Goh, D. Y. (2013). Relationship between Child and Maternal Sleep: A Developmental and Cross-Cultural Comparison. Journal of Pediatric Psychology, 38(7), 706-715. doi: 10.1093/jpepsy/jst022</li></ul>