Memberikan stimulasi yang sesuai dengan usia, kebutuhan, dan minat merupakan poin penting agar tumbuh kembang si Kecil optimal. Stimulasi yang diberikan pun bermacam-macam, diantaranya berdasarkan motorik kasar. Pada aspek ini, perkembangan saraf otot anak menjadi fokus utama. Seperti apa sih indikator tumbuh kembang anak dalam aspek motorik kasar dan apa saja stimulasi yang sesuai? Pastikan MomDad baca artikel ini sampai habis untuk tahu jawabannya, ya!Indikator tumbuh kembangPada usia 0-3 bulan, MomDad dapat memantau tumbuh kembang anak berdasarkan motorik kasar seperti berikut ini:<ul><li style="text-align: justify;">Menendang-nendang kaki dan menggerak-gerakkan tangan</li><li style="text-align: justify;">Di posisi duduk, belajar menyangga kepala</li><li style="text-align: justify;">Di posisi tengkurap, belajar mengangkat kepala (sudut 30°, sudut 45°, sampai 90°)</li><li style="text-align: justify;">Di posisi telentang, mempertemukan kedua tangan ke arah depan</li><li style="text-align: justify;">Saat disangga dalam posisi berdiri, kaki menapak atau menjejak ke permukaan</li><li style="text-align: justify;">Kepala bergerak dari posisi kanan atau kiri ke tengah, kemudian dari satu sisi ke sisi lain (180°)</li></ul>Stimulasi yang sesuaiUntuk melatih motorik kasar pada bayi usia 0-3 bulan, MomDad bisa memberikan stimulasi yang aman dan nyaman bagi buah hati, antara lain:<img src="https://storage.primaku.com/editor/1653906006877-666dc110.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1372675746-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> <ul><li style="text-align: justify;">Pada posisi bayi tidur telentang, pegang kedua kakinya dan buat gerakan mengayuh sepeda. Lakukanlah sambil mengajak bayi berbicara atau menyanyikan lagu. Latihan ini dapat membantu bayi sadar dengan kemampuan kakinya bergerak serta membantu hilangkan kembung di perut. Gerakan lain yang dapat dilakukan adalah gerak silang antara kaki dan tangan. Pegang tangan kanan dan kaki kiri, gerakkan tangan kanan mengarah ke kaki kiri, lalu tekuk kaki kiri hingga lututnya menyentuh tangan kanan bayi. Lakukan dalam beberapa hitungan secara bergantian setiap sisinya.&nbsp;</li></ul><img src="https://storage.primaku.com/editor/1653906059304-b877d277.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-468457121-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> <ul><li style="text-align: justify;">Letakkan bayi di berbagai posisi untuk memberi kesempatan menggerakan seluruh otot tubuhnya secara bergantian usahakan sering memberikan waktu bayi tummy time. Mengajak bayi tummy time sebaiknya di bidang yg alasnya cukup keras atau kokoh, dan pada bayi-bayi yang masih sangat muda, sebisa mungkin hindari melakukannya di alas yang empuk karena dapat menyebabkan kepala bayi terbenam dan hidungnya tertutup.&nbsp; MomDad juga bisa meletakkan bayi di paha sambil digoyang-goyangkan dengan kaki secara perlahan. Selain itu, dapat juga menggendong bayi berbagai posisi (berdiri, tiduran, tengkurap di lengan orang tua).</li></ul><img src="https://storage.primaku.com/editor/1653906077222-785c134c.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-656339092-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> <ul><li style="text-align: justify;">Ketika bayi di posisi telentang, tunjukkan mainan di atas kepalanya. Ketika sudah ada kontak mata antara bayi dengan mainan tersebut, perlahan gerakkan mainan ke arah yang berbeda (kanan, kiri, atas, bawah, menjauh, dan mendekat). Lakukan hal ini juga ketika bayi dalam posisi tengkurap. Kegiatan ini dapat menstimulasi otot mata, sera kekuatan otot leher bayi.</li></ul>Semoga artikel di atas dapat membantu MomDad dalam memberikan stimulasi yang tepat ya untuk si Kecil. Selamat mencoba, MomDad!Suka dengan artikel ini? Jangan lupa like dan save ya, supaya MomDad bisa baca lagi di lain waktu.&nbsp;Jika ingin tahu lebih banyak mengenai tumbuh kembang anak hingga MPASI, yuk ikuti <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a> di Instagram dan pantau terus artikel terbaru kami melalui aplikasi atau website Primaku.Referensi: Rumah Dandelion - Panduan Tumbuh Kembang dan Stimulasi Anak Usia 0-5 Tahun<div style="text-align: justify;"> </div>

MomDad, Kenali Aspek Motorik Kasar pada Bayi Usia 0-3 Bulan, yuk!

momdad--kenali-aspek-motorik-kasar-pada-bayi-usia-0-3-bulan--yuk-

Orang tua merupakan sosok paling penting dalam proses tumbuh kembang buah hati. Karena itu, orang tua perlu memberikan stimulasi yang tepat agar si Kecil dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Di usia 6-9 bulan, normalnya bayi sudah bisa duduk dengan baik, sudah bisa makan, serta bisa berinteraksi dengan orang sekitarnya. Simak beberapa stimulasi yang bisa diberikan untuk bayi 6-9 bulan berikut, yuk!Bermain dalam posisi dudukDi usia 6-9 bulan, otot-otot leher dan tangan bayi sudah semakin kuat. Untuk membantu bayi mempertahankan keseimbangan duduknya, MomDad bisa meletakkan mainan di depannya agar ia bisa berusaha meraihnya. Setelah bayi mahir duduk tegak, MomDad bisa mengajak bayi untuk mulai merambat atau menggunakan tangannya untuk menarik badan dan menopang tubuhnya saat belajar berdiri berpegangan.Mainan bergerakUntuk menstimulasi bayi agar ia mau mulai merangkak, MomDad bisa meletakkan mainan yang berada di luar jangkauannya. Selain itu, MomDad juga bisa memberikan mainan bergerak seperti robot-robotan atau boneka bergerak, yang akan menstimulasi bayi untuk mengejarnya. Tak hanya itu, agar anak semakin aktif bergerak, MomDad juga bisa mengajarkan anak untuk melambaikan tangan ‘bye bye’, ‘high five’, atau bertepuk tangan.Mainan berbunyiDi usia ini, bayi biasanya mulai penasaran dan tertarik dengan bunyi-bunyian. Karena itu, MomDad bisa memberikan si Kecil mainan yang menghasilkan bunyi-bunyian, seperti bunyi suara binatang, hingga alat musik mainan. Selain mendengarkan bunyi, MomDad juga bisa mengajaknya bermain alat musik mainan tersebut untuk merangsang kreativitasnya serta mengenal konsep sebab-akibat sederhana dari sumber bunyi.Buku cerita<img src="https://storage.primaku.com/editor/1653380063633-0c54f655.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="mom-baby-sitting-bed-with-book.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Buku-buku cerita anak dengan aneka tekstur, bentuk, warna, dan gambar bisa membantu menstimulasi perkembangan buah hati. MomDad bisa memilihkan buku-buku dengan aneka gambar menarik serta mengajaknya untuk menyentuh buku tersebut sambil membacakan cerita. Hal ini bisa membantu melatih kemampuat motorik, sensori, kreativitas, hingga memperkaya kosa kata anak.Mencoret-coretUntuk melatih kreativitas si Kecil, MomDad juga bisa mulai memberikan anak krayon berwarna-warni dan mengajarkannya untuk mencoret-coret kertas. Biarkan anak berkreasi dengan menggambar bentuk dan garis dan tetap diawasi. Namun, MomDad juga perlu memperhatikan jenis krayon yang diberikan. Pilihlah krayon yang aman untuk anak karena di usia 6-9 bulan, anak kerap memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya.Dari kegiatan di atas, si Kecil sudah melakukan kegiatan yang mana, nih? Jika ingin tahu informasi lebih banyak tentang tumbuh kembang anak, jangan lupa follow <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a> di Instagram dan pantau artikel terbaru kami melalui website atau aplikasi PrimaKu, ya.Sumber foto: Freepik<div style="text-align: justify;">Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D. </div>

Jenis Mainan untuk Menstimulasi Perkembangan Bayi Usia 6-9 Bulan

jenis-mainan-untuk-menstimulasi-perkembangan-bayi-usia-6-9-bulan

Mengajarkan anak berpuasa memang tidak mudah. Pada awalnya, si Kecil mungkin akan sangat antusias, namun lama kelamaan akan ada banyak godaan yang membuatnya mulai kehilangan antusiasmenya.&nbsp;Saat anak sekolah, mungkin ia jarang merasa bosan karena bisa bermain dengan teman-teman dan sibuk belajar. Namun, saat pulang sekolah, mood anak bisa berubah karena tidak melakukan apapun. Kondisi ini bisa membuat anak menjadi bosan. Lantas, kegiatan menyenangkan apa ya, yang membuat si Kecil tidak bosan selama berpuasa? Yuk, intip bocorannya di bawah!<div style="text-align: justify;">Menonton film </div><div style="text-align: justify;"><img src="https://storage.primaku.com/editor/1649475704740-9fcba383.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="sub 1 (2).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> </div><div style="text-align: justify;"><div style="">Menonton film bisa jadi kegiatan seru dan bermanfaat yang dilakukan sembari menunggu berbuka puasa. MomDad bisa menonton film kesukaan anak di rumah. Pastikan tayangan yang ditonton sesuai dengan usianya, ya.</div><div style="">Film yang ditonton bisa juga berupa film yang mengedukasi, misalnya saja dokumenter tentang flora dan fauna atau film bertemakan agama Islam yang cocok di bulan Ramadan. Selain itu, MomDad juga bisa mengajak si Kecil menonton film yang menghibur, seperti film kartun atau petualangan anak.</div><div style=""> </div><div style="">Bermain bersama </div><div style=""><img src="https://storage.primaku.com/editor/1649475787741-4fdadd23.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="sub 2 (2).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> </div><div style=""><div style="">Main bersama anak juga jadi ajang kegiatan yang bisa dilakukan. Tapi, pastikan permainan yang dilakukan tidak menguras tenaga dan membuatnya lelah, ya. Nah, MomDad bisa memilih mainan rumahan seperti bricks, boneka, atau membuat origami dari kertas.&nbsp;</div><div style="">Agar lebih bermanfaat lagi, MomDad juga bisa membuat kuis tebak-tebakan yang berhubungan dengan pengetahuan agama. Jadi, selain belajar puasa, ia juga bisa mendapat pengetahuan tentang Islam.</div><div style="">Antusias anak untuk bermain nantinya akan membuat fokusnya beralih. Dengan begitu, si Kecil tidak lagi bosan dalam menjalankan puasanya.&nbsp;</div><div style="font-weight: bold;"> </div></div><div style="">Mengisi jurnal Ramadan </div><div style=""><img src="https://storage.primaku.com/editor/1649475907764-419a1523.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="sub 3 (2).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> </div><div style=""><div style="">Supaya si Kecil jadi lebih semangat puasanya, MomDad juga bisa mengajaknya membuat jurnal atau checklist puasa, lho! Nantinya, anak bisa membuat catatan atau mencentang checklist jika berhasil menjalankan puasa.​</div><div style="">Untuk jurnal, MomDad bisa mengajaknya menulis sampai jam berapa ia kuat puasa. Jurnal tersebut bisa ditambah dengan kalimat penyemangat dan dihias sendiri oleh si Kecil. Sementara untuk checklist, MomDad bisa membuatkan tabel berisi hari pertama hingga akhir puasa. Nantinya, ketika anak berhasil menyelesaikan puasa, ia bisa menempelkan stiker pada tabel tersebut.</div><div style=""> </div><div style="">Mendekorasi ruangan </div><div style=""><img src="https://storage.primaku.com/editor/1649475998960-f391cbfb.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="sub 4 (1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> </div><div style=""><div>MomDad juga bisa mengajak anak mendekorasi sudut-sudut ruang keluarga atau kamar anak. Biarkan anak berkreasi dengan membuat sendiri dekorasinya. MomDad juga bisa mengajaknya untuk membuat hiasan yang akan di tempelkan di area dinding.</div><div> </div></div><div style=""><div style="font-size: 14pt; font-weight: bold;">Memasak untuk santapan berbuka</div><div style="font-size: 14pt; font-weight: bold;"><img src="https://storage.primaku.com/editor/1649476075673-66dd81a9.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="sub 5.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> </div><div style="font-size: 14pt;"><div style="">Saat menjelang sore, MomDad bisa mengajak buah hati untuk menyiapkan menu berbuka puasa. Cobalah dari yang sederhana dulu, seperti&nbsp;mencuci sayur dan buah atau mengaduk adonan yang mudah baginya. MomDad juga bisa meminta si Kecil untuk merapikan meja makan atau menyiapkan alat makan.&nbsp;Tentu saja ini akan jadi kegiatan yang menyenangkan!</div><div style=""> </div><div style="">Itu dia beberapa kegiatan yang bisa dilakukan untuk mengisi waktu agar anak tidak bosan selama berpuasa. MomDad tertartik coba yang mana nih?</div><div style=""> </div><div style="">Untuk mendapatkan berbagai informasi penting mengenai tumbuh kembang dan kesehatan anak, MomDad bisa follow akun Instagram <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a> dan pantau terus artikel lainnya di aplikasi PrimaKu.</div><div style=""> </div><div style="">Sumber foto: Pexels</div></div><div style="font-weight: bold;"> </div></div></div></div>

Ragam Kegiatan Menyenangkan Agar si Kecil Enggak Bosan Saat Berpuasa

ragam-kegiatan-menyenangkan-agar-si-kecil-enggak-bosan-saat-berpuasa

Perkembangan anak usia 2-3 tahun ditandai dengan anak yang sudah mulai merasakan “big emotions” namun seringkali belum mampu menyatakan atau mengekspresikan apa yang ia rasakan, sehingga timbul tantrum. Selain itu pada usia ini, anak sudah dapat berbicara kalimat pendek yang terdiri dari 2-3 kata, bermain pura-pura, lebih mandiri dan terjadi perkembangan pada kemampuan berpikirnya.Jika pada bagian pertama kita telah membahas tentang perkembangan sosioemosional dan kemandirian serta bahasa anak, kali ini kita akan lebih fokus pada kemampuan kognitif, motorik, tanda bahaya perkembangan, serta tips untuk membantu perkembangan si Kecil. Apa saja ya, MomDad? Yuk simak!Kognitif (kemampuan berpikir, belajar, dan problem solving)<ul><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Dapat mengerti perintah sederhana yang terdiri dari 2-3 langkah, misalnya “Yuk, keluarkan mobil-mobilanmu dan pakai sepatumu”. </li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Mulai mengerti konsep waktu dan kebalikan, seperti siang dan malam, besar dan kecil, panas dan dingin.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Mencocokan warna dan bentuk.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Mengelompokkan objek.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Memahami konsep angka sederhana, seperti dua atau tiga.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Menunjuk bagian tubuh sesuai dengan kegunaannya, seperti menunjuk mata saat ditanya “Apa yang bisa berkedip?” atau “Mana anggota tubuh yang digunakan untuk melihat?”</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Mengingat benda sesuai sifat atau karakteristiknya, seperti konsep bahwa buah yang berbentuk bulat dan berwarna merah itu apel.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Bermain pura-pura dengan teman, seperti bermain fashion show&nbsp;atau pesta kebun. Anak juga mulai memahami perlunya giliran atau bergantian saat bermain.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Mengetahui kegiatan seperti “Mana yang terbang?” dan anak dapat menunjuk gambar burung.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Bermain puzzle yang terdiri dari 3-4 potongan.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Membalik halaman buku satu per satu.</li></ul>Perkembangan motorik<ul><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Berlari dan jarang terjatuh. </li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Naik turun tangga sendiri, atau dengan berpegangan, menggunakan kedua kaki bergantian.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Badan tetap stabil saat melempar benda ke atas, menendang, atau menangkap bola.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Dapat berdiri satu kaki selama 1-2 detik.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Melompat di tempat.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Mengendarai sepeda roda tiga.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Menumpuk menara 6-8 kubus.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Meniru garis vertikal.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Meniru gambar lingkaran.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Bermain dengan mainan yang memiliki kancing, tombol, atau pengungkit.</li></ul>Yang dapat dilakukan MomDad untuk membantu perkembangan si Kecil usia 2-3 tahun:<ul><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Bermain bersama si Kecil, bercerita, dan mendengarkan ceritanya, serta bernyanyi bersamanya. Hal ini dapat mengembangan kemampuan bahasa dan imajinasinya. </li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Mengizinkan si Kecil membantu pekerjaan rumah tangga sederhana dan memberikan pujian atas usaha mereka.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Berikan kesempatan kepada si Kecil untuk bermain dengan anak lain. Hal ini penting untuk membangun kemampuan bersosialisasi dan berteman.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Semangati si Kecil untuk mandiri dalam kegiatan sehari-hari, seperti menggunakan sendok sendiri untuk makan, memakai sepatu sendiri, dan lainnya.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Narasikan kegiatan atau sebutkan benda-benda yang ada di sekitar rumah, misalnya, jika ia sudah mengerti kata bangku, maka dapat ditingkatkan dengan "bangku merah” atau “bangku pendek” atau “bangku merah pendek” dan lain-lain.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Lengkapi kalimat si Kecil, misalnya jika ia bicara “minum susu” maka MomDad dapat menjawab “adik sedang haus ya? Yuk, kita ambil susunya di meja!”</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Memasak bersama si Kecil. Selain mengenalkannya akan makanan sehat, memasak bersama juga dapat menjadi pintu masuk MomDad mengajarkan konsep berhitung pada anak. Misalnya dengan menggunakan istilah “satu sendok teh” atau “satu mangkok” atau “dua telur” dan lain-lain.</li></ul>Jangan lupa untuk menyemangati anak dengan pujian akan usaha anak, meskipun saat itu usahanya belum berhasil. Anak akan termotivasi untuk mencoba lagi di lain waktu.Waspada jika:Anak dua tahun:<ul><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Kesulitan melihat atau mendengar.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Tidak menggunakan dua kata untuk membentuk kalimat, misalnya “mobil merah” atau “minum susu”</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Tidak dapat mengikuti perintah sederhana seperti “coba ambil bola di pojok sana!”</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Tidak mengerti fungsi benda sederhana seperti telepon, sendok, garpu.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Tidak berusaha mengikuti kegiatan atau kata sederhana, seperti menyentuh anggota tubuh ketika bernyanyi “kepala, pundak, lutut, kaki”</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Tidak bermain pura-pura, misalnya pura-pura menuangkan air, pura-pura menyuapi boneka.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Tidak tampak menunjukkan emosi.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Tidak berusaha mencari kenyamanan atau kasih sayang dari orangtua (memiliki dunia sendiri).</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Tidak dapat menaiki atau menuruni tangga, bahkan dengan berpegangan.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Belum bisa berlari.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Kesulitan memegang benda kecil seperti krayon.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Tidak bisa mencoret-coret atau berusaha menggambar.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Kehilangan kemampuan yang sebelumnya telah dicapai.</li></ul>Anak 3 tahun: <ul><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Tidak menatap mata MomDad ketika berbicara. </li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Kesulitan melihat atau mendengar.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Tidak menggunakan tiga kata untuk membentuk frasa atau kalimat.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Bicara masih sulit dimengerti oleh orangtua, keluarga, atau orang dewasa lain.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Tidak mengerti perintah sederhana, seperti “coba berikan bolanya”.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Tidak tertarik bermain dengan anak lain.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Kesulitan berpisah dengan pengasuh utama.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Tidak bermain pura-pura, seperti berpura-pura belanja, atau naik mobil dan lain-lain.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Tidak dapat berlari.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Tidak bisa mencoret-coret atau menggambar.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Kesulitan memegang objek kecil seperti pensil atau krayon.</li></ul>Jika didapatkan gejala di atas, segera konsultasikan ke tenaga kesehatan ya, MomDad.Semoga setelah membaca artikel ini, MomDad jadi lebih mengenal ya bagaimana perkembangan si Kecil usia 2-3 tahun.Jangan lupa follow Instagram <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official_primaku</a> supaya MomDad enggak ketinggalan konten informatif seputar tumbuh kembang si Kecil.Sumber foto: FreepikArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D. Bahan bacaan:<ol><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.cdc.gov/ncbddd/childdevelopment/positiveparenting/toddlers2.html" title="https://www.cdc.gov/ncbddd/childdevelopment/positiveparenting/toddlers2.html">https://www.cdc.gov/ncbddd/childdevelopment/positiveparenting/toddlers2.html </a></li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://raisingchildren.net.au/toddlers/development/development-tracker-1-3-years/2-3-years" title="https://raisingchildren.net.au/toddlers/development/development-tracker-1-3-years/2-3-years">https://raisingchildren.net.au/toddlers/development/development-tracker-1-3-years/2-3-years </a></li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.cdc.gov/ncbddd/actearly/milestones/milestones-3yr.html" title="https://www.cdc.gov/ncbddd/actearly/milestones/milestones-3yr.html">https://www.cdc.gov/ncbddd/actearly/milestones/milestones-3yr.html </a></li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.cdc.gov/ncbddd/actearly/milestones/milestones-2yr.html" title="https://www.cdc.gov/ncbddd/actearly/milestones/milestones-2yr.html">https://www.cdc.gov/ncbddd/actearly/milestones/milestones-2yr.html </a></li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://pathways.org/growth-development/2-3-years/milestones/" title="https://pathways.org/growth-development/2-3-years/milestones/">https://pathways.org/growth-development/2-3-years/milestones/ </a></li></ol>

Kenali Perkembangan Anak Usia 2-3 Tahun (Part II)

kenali-perkembangan-anak-usia-2-3-tahun--part-ii-

Perkembangan anak pada usia 2-3 tahun ditandai dengan kemampuan untuk mulai merasakan big emotions&nbsp;namun seringkali belum mampu menyatakan atau mengekspresikan apa yang ia rasakan sehingga timbul tantrum. Selain itu, pada usia ini, anak sudah dapat berbicara kalimat pendek yang terdiri dari 2-3 kata, bermain pura-pura, lebih mandiri dan mengalami perkembangan kemampuan berpikir.Nah, untuk lebih jelasnya, pada artikel kali ini, kita akan membahas tentang perkembangan sosio-emosional-kemandirian serta kemampuan bicara dan bahasa anak usia 2-3 tahun, serta tips agar MomDad dapat membantu perkembangan anak di usia ini.Sosio-emosional dan kemandirianUsia ini adalah salah satu usia terpenting seorang anak mengalami perkembangan sosioemosional. Anak dapat merasakan berbagai emosi, sekaligus merasakan perasaan orang lain. Banyak MomDad mengeluhkan anak yang mengalami tantrum pada usia ini, yang merupakan hal normal, karena ia belum dapat mengekspresikan emosinya yang meluap-luap dengan kata-kata, seperti marah, jengkel, sedih, malu, perasaan bersalah, dan lain-lain.Anak mulai tertarik bermain bersama teman, namun awalnya mereka hanya bermain berdampingan (bersebelahan) tanpa interaksi saat bermain. Semakin mendekati usia 3 tahun, anak akan dapat melibatkan temannya dalam bermain, misalnya bermain masak-masakan bersama dan bergiliran dalam bermain.<p class="MsoNormal" style="background-image: initial; background-position: initial; background-size: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; text-align: justify;">Di usia ini, anak juga mulai mengerti bahwa perilaku mereka akan mempengaruhi MomDad dan bagaimana MomDad berperilaku. Anak dapat menunjukkan afeksi atau kasih sayang kepada teman atau MomDad tanpa diminta. Separation anxiety juga mulai menghilang dan anak akan lebih tenang serta tidak khawatir ketika MomDad harus pergi meninggalkan mereka, misalnya untuk bekerja.<p class="MsoNormal" style="background-image: initial; background-position: initial; background-size: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; text-align: justify;">Pada usia ini anak tampak lebih mandiri, misalnya ia sudah mampu mandi sendiri, mencuci tangan sendiri, makan sendiri dan melepas pakaian atau berpakaian sendiri dengan sedikit bantuan. Usia ini merupakan usia anak sudah siap untuk menjalani toilet training. Anak juga mulai mengerti konsep "milikku”, “milik teman”, atau “milik Mom”.Bicara dan bahasa<p class="MsoNormal" style="background-image: initial; background-position: initial; background-size: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; text-align: justify;">Usia 2 tahun:<ul><li class="msonormal" style="background-image: initial; background-position: initial; background-size: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; font-size: 12pt; text-align: justify;">Anak dapat mengucapkan kalimat pendek yang terdiri dari 2-3 kata seperti “aku lapar” atau “ibu pergi”.&nbsp;</li><li class="msonormal" style="background-image: initial; background-position: initial; background-size: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; font-size: 12pt; text-align: justify;">Setidaknya setengah dari pembicaraan anak usia 2 tahun sudah dapat dimengerti oleh orang dewasa selain MomDad atau pengasuhnya.</li><li class="msonormal" style="background-image: initial; background-position: initial; background-size: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; font-size: 12pt; text-align: justify;">Menunjuk benda yang sering ditemuinya ketika disebutkan, seperti: "Mana bolamu"? danan anak akan menunjuk bola.&nbsp;</li><li class="msonormal" style="background-image: initial; background-position: initial; background-size: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; font-size: 12pt; text-align: justify;">Memiliki 50 kata atau lebih.</li><li class="msonormal" style="background-image: initial; background-position: initial; background-size: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; font-size: 12pt; text-align: justify;">Menunjuk 6 bagian tubuh .</li><li class="msonormal" style="background-image: initial; background-position: initial; background-size: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; font-size: 12pt; text-align: justify;">Meniru kata-kata orang lain.&nbsp;</li><li class="msonormal" style="background-image: initial; background-position: initial; background-size: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; font-size: 12pt; text-align: justify;">Menyelesaikan kalimat di lagu atau buku yang sering ia baca, misalnya saat orangtua menyanyikan “burung kaka-“ anak dapat menyambungnya “tua”...&nbsp;</li></ul><p class="MsoNormal" style="background-image: initial; background-position: initial; background-size: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; text-align: justify;">Usia 3 tahun:<ol><li class="msonormal" style="background-image: initial; background-position: initial; background-size: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; font-size: 12pt; text-align: justify;">Anak mampu mengucapkan kalimat yang terdiri dari 3-5 kata, misalnya ia dapat berbicara “aku ke pasar”, atau “nenek di dapur” “bola di atas pohon”.&nbsp;</li><li class="msonormal" style="background-image: initial; background-position: initial; background-size: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; font-size: 12pt; text-align: justify;">Ia mulai mengerti bahwa dalam suatu pembicaraan terdapat giliran untuk berbicara, bahkan ia mulai dapat "mengobrol" dengan MomDad.</li><li class="msonormal" style="background-image: initial; background-position: initial; background-size: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; font-size: 12pt; text-align: justify;">Setidaknya hampir seluruh pembicaraan seorang anak 3 tahun dapat dimengerti oleh orang dewasa selain orangtua atau pengasuhnya.&nbsp;</li><li class="msonormal" style="background-image: initial; background-position: initial; background-size: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; font-size: 12pt; text-align: justify;">Memiliki 200 kata atau lebih.</li><li class="msonormal" style="background-image: initial; background-position: initial; background-size: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; font-size: 12pt; text-align: justify;">Mengerti perbedaan “di dalam”, “di luar”, atau “di atas” dan “di bawah”.</li><li class="msonormal" style="background-image: initial; background-position: initial; background-size: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; font-size: 12pt; text-align: justify;">Menyebut nama teman.</li></ol>























































<p class="MsoNormal" style="background-image: initial; background-position: initial; background-size: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; text-align: justify;">Masih ada lagi lho, yang perlu MomDad ketahui mengenai perkembangan anak usia 2-3 tahun. Jangan lupa untuk baca part 2 nya, ya!<p class="MsoNormal" style="background-image: initial; background-position: initial; background-size: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; text-align: justify;">Yuk, follow Instagram <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official_primaku</a> supaya MomDad enggak ketinggalan konten informatif lainnya dan pantau terus ya, artikel terbaru di aplikasi PrimaKu.&nbsp;<p class="MsoNormal" style="background-image: initial; background-position: initial; background-size: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; text-align: justify;">Sumber foto: Freepik<p class="MsoNormal" style="background-image: initial; background-position: initial; background-size: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; text-align: justify;">Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D. <p class="MsoNormal" style="background-image: initial; background-position: initial; background-size: initial; background-repeat: initial; background-attachment: initial; background-origin: initial; background-clip: initial; text-align: justify;">Daftar bacaan:<ol><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.cdc.gov/ncbddd/childdevelopment/positiveparenting/toddlers2.html" title="https://www.cdc.gov/ncbddd/childdevelopment/positiveparenting/toddlers2.html">https://www.cdc.gov/ncbddd/childdevelopment/positiveparenting/toddlers2.html</a></li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://raisingchildren.net.au/toddlers/development/development-tracker-1-3-years/2-3-years" title="https://raisingchildren.net.au/toddlers/development/development-tracker-1-3-years/2-3-years">https://raisingchildren.net.au/toddlers/development/development-tracker-1-3-years/2-3-years</a></li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.cdc.gov/ncbddd/actearly/milestones/milestones-3yr.html" title="https://www.cdc.gov/ncbddd/actearly/milestones/milestones-3yr.html">https://www.cdc.gov/ncbddd/actearly/milestones/milestones-3yr.html</a></li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.cdc.gov/ncbddd/actearly/milestones/milestones-2yr.html" title="https://www.cdc.gov/ncbddd/actearly/milestones/milestones-2yr.html">https://www.cdc.gov/ncbddd/actearly/milestones/milestones-2yr.html</a></li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://pathways.org/growth-development/2-3-years/milestones/" title="https://pathways.org/growth-development/2-3-years/milestones/">https://pathways.org/growth-development/2-3-years/milestones/</a></li><li style="text-align: justify;">Gavin ML. Communication and you 2-3 year old. <a classname="e-rte-anchor" href="https://kidshealth.org/en/parents/comm-2-to-3.html" title="https://kidshealth.org/en/parents/comm-2-to-3.html">https://kidshealth.org/en/parents/comm-2-to-3.html </a></li></ol>

Kenali Perkembangan Anak Usia 2-3 tahun (Part I)

kenali-perkembangan-anak-usia-2-3-tahun--part-i-

Perkembangan keseimbangan dan koordinasi yang sesuai usia memampukan anak untuk berpartisipasi dalam berbagai permainan dan olahraga. Anak memerlukan kemampuan koordinasi keseimbangan untuk dapat berjalan di papan titian atau bermain sepak bola. Keseimbangan dan koordinasi akan mengontrol pergerakan tubuh, sehingga tubuh bergerak efektif dan tidak membuang terlalu banyak tenaga. Risiko cedera tubuh akan berkurang apabila anak dapat menjaga postur dan memberikan respon keseimbangan yang sesuai, misalnya menahan tubuh dengan tangan ketika jatuh dari sepeda. Beberapa keterampilan motorik halus juga membutuhkan keseimbangan dan koordinasi.Apa yang dimaksud dengan keseimbangan dan koordinasi?Keseimbangan adalah kemampuan anak mengontrol posisi atau postur tertentu, seperti pada saat berjalan, memanjat, atau duduk. Koordinasi adalah kemampuan anak menggunakan bagian tubuhnya untuk melakukan suatu gerakan bertujuan dan terarah. Koordinasi juga meliputi kegiatan multipel seperti menangkap bola yang memerlukan koordinasi mata dan tangan.Kapan keseimbangan dan koordinasi seorang anak berkembang?Keseimbangan umumnya tercapai saat anak berusia 18 bulan – 2 tahun. Pada usia tersebut, anak sudah dapat naik tangga dengan berpegangan satu tangan dan berlari dengan koordinasi yang baik. Namun perlu diingat bahwa perkembangan setiap anak dapat berbeda.Bagaimana MomDad dapat mengetahui adanya masalah pada keseimbangan dan koordinasi anak?<ul><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Mudah terjatuh atau tersandung atau kesulitan menyeimbangkan diri bila berada pada posisi tidak seimbang</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Tampak kaku atau seperti robot</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Menghindari aktivitas fisik</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Terlambat dalam hal perkembangan motorik kasar, seperti misalnya terlambat berjalan</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Kesulitan berpakaian dalam keadaan berdiri, seperti misalnya saat memakai celana</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Kesulitan berjalan pada beberapa tempat, misalnya berjalan di tangga atau jalan yang tidak datar</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Mudah lelah atau membutuhkan waktu istirahat lebih banyak dibandingkan anak lain selama melakukan aktivitas fisik</li></ul>Apabila seorang anak memiliki masalah dalam keseimbangan dan koordinasi, maka dapat pula terjadi masalah pada beberapa hal berikut:<ul><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Tampak “loyo” atau “lemas”</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Kesulitan merencanakan gerakan maupun menempatkan tubuh. Ia akan mudah menabrak, tersandung, atau terinjak orang lain</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Kesulitan dalam memegang dan mengontrol pensil yang nantinya akan berkembang menjadi kesulitan menulis, menggambar, dan mewarnai</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Timbul masalah artikulasi bicara</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Kesulitan merawat diri, seperti kesulitan berpakaian sendiri, kesulitan menyikat gigi sendiri, serta kesulitan memegang dan menggunakan alat makan, seperti kesulitan menggunakan sendok</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Timbul masalah pemrosesan stimulasi sensori</li></ul>Jika MomDad memiliki kekhawatiran bahwa anaknya mungkin memiliki masalah dalam keseimbangan dan koordinasi, segera konsultasikan kepada dokter anak, ya. Berikut adalah beberapa aktivitas yang dapat melatih perkembangan keseimbangan dan koordinasi di rumah:<ul><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Berjalan di atas bantal, selimut, atau bean bags yang diletakkan di lantai</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Naik tangga, bermain trampoline</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Berenang</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Melompat dari satu batu ke batu lain di taman</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Bermain sepeda dan skuter</li></ul><div style="text-align: justify;">Dari aktivitas di atas, mana nih yang ingin MomDad praktikan di rumah bersama si Kecil?</div><div style="text-align: justify;">Temukan informasi menarik lainnya seputar tumbuh kembang si Kecil dengan follow Instagram <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a> dan pantau terus artikel terbaru kami di aplikasi PrimaKu, ya.</div><div style="text-align: justify;"> </div>Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.Daftar bacaan:<ol><li style="text-align: justify;">Balance and coordination. Didapat dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://childdevelopment.com.au/areas-of-concern/gross-motor-skills/balance-coordination/" title="https://childdevelopment.com.au/areas-of-concern/gross-motor-skills/balance-coordination/">https://childdevelopment.com.au/areas-of-concern/gross-motor-skills/balance-coordination/ </a></li></ol>

Perkembangan Keseimbangan dan Koordinasi yang Wajib MomDad Ketahui!

perkembangan-keseimbangan-dan-koordinasi-yang-wajib-momdad-ketahui-

Budaya bilingual semakin lama semakin banyak dijumpai pada keluarga-keluarga di Indonesia. Ada yang berbicara bahasa daerah di rumah, namun berbicara bahasa Indonesia baku di luar rumah. Atau sebaliknya, orangtua mengajak anak berbicara bahasa Indonesia di rumah, dan menggunakan bahasa asing ketika bersekolah. Penelitian tentang manfaat bilingualisme semakin banyak dipublikasikan dan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan oleh MomDad. Kali ini kita akan membahas mitos vs. fakta tentang bilingualisme. Yuk, simak terus!Mitos: Bayi atau anak yang terpajan dengan lingkungan bilingual akan mengalami keterlambatan (delay) bahasa atau bicara.﻿﻿Fakta: Anak dari keluarga bilingual memiliki perkembangan bahasa yang setara dengan anak dari keluarga non-bilingual.Pada anak, kata spesifik pertama akan dijumpai sekitar usia 1 tahun (misalnya: mama, papa spesifik). Menjelang usia 2 tahun, seorang anak akan mampu mengatakan frase dua kata seperti: “mau minum”, “minta makan”. Dalam perkembangannya, anak dari keluarga bilingual mungkin akan mencampur dua bahasa di dalam satu kalimat, misalnya mencampur bahasa Indonesia dan bahasa Inggris dalam kalimat yang sama saat berkomunikasi. Hal ini wajar terjadi. Seiring dengan berjalannya waktu anak akan dapat membedakan dan menggunakan kedua bahasa tersebut sendiri-sendiri. Jumlah total kata (dari kedua bahasa) yang dapat diucapkan anak bilingual akan sama dengan total kata yang dapat diucapkan oleh anak non-bilingual. Contoh: seorang anak bilingual mungkin dapat mengucapkan 5 kata bahasa Indonesia dan 5 kata bahasa Inggris di usia yang sama dengan anak non-bilingual dapat mengucapkan 10 kata bahasa Indonesia.Mitos: Berbicara dua bahasa kepada anak dapat mengakibatkan gangguan (disorder) bicara atau bahasa.﻿﻿Fakta: Seorang anak yang mengalami gangguan bicara atau bahasa akan menunjukkan gejala di KEDUA bahasa yang diucapkan, namun hal ini tidak disebabkan oleh bilingualisme.Mitos: Belajar dua bahasa akan membuat anak bingung.﻿﻿Fakta: Anak bilingual sering didapati mencampur dua bahasa sekaligus dalam satu kalimat. Hal ini tidak berarti bahwa mereka bingung. Kondisi tersebut normal dijumpai. Pada usia sekitar 4 tahun anak akan dapat membedakan kedua bahasa tersebut, namun percampuran bahasa masih dapat terjadi sesekali. Seiring berjalannya waktu, mereka akan belajar menggunakan kedua bahasa tersebut secara terpisah.Mitos: Anak dengan gangguan bahasa atau bicara akan kesulitan belajar bahasa kedua.﻿﻿Fakta: Anak dengan gangguan bahasa/bicara dapat mengalami kesulitan saat mempelajari bahasa kedua, namun penelitian yang ada membuktikan banyak juga kok yang sukses mempelajarinya.Mitos: anak bilingual akan mengalami masalah akademis saat masuk sekolah.﻿﻿Fakta: Pemilihan sekolah yang menerapkan pembelajaran bilingual sangat bergantung pada usia anak. Misalnya, bersekolah di tempat yang menggunakan bahasa asing sepenuhnya di dalam kelas dapat bermanfaat untuk anak usia dini. Namun, untuk anak yang lebih besar, seperti sekolah menengah atas, instruksi di dalam kelas sebaiknya menggunakan bahasa yang mereka gunakan sehari-hari, sembari mereka mempelajari bahasa baru. Penelitian yang ada menunjukkan bahwa anak bilingual memiliki kemampuan problem solving skills, multitasking skill, dan fleksibilitas kognitif yang lebih baik.Mitos: Jika seorang anak tidak mempelajari bahasa kedua saat usia dini maka ia tidak akan pernah menjadi fasih dalam bahasa tersebut.﻿﻿Fakta: Meskipun periode emas perkembangan bahasa adalah di tahun-tahun pertama kehidupan, namun orang dewasa maupun anak yang lebih besar dapat mempelajari bahasa kedua dan menjadi fasih juga.Mitos: Jika anak tidak memiliki kefasihan setara untuk kedua bahasa maka anak tersebut tidak benar-benar bilingual.﻿﻿Fakta: Banyak orang dengan kemampuan bahasa bilingual memiliki bahasa dominan yang dapat berubah seiring waktu, tergantung seberapa sering bahasa tersebut digunakan. Penggunaan bahasa secara terus menerus dan teratur, baik untuk berbicara, membaca, dan menulis akan memampukan anak (dan orang dewasa) menguasai bahasa tersebut dalam jangka panjang.Bagaimana dengan si Kecil, MomDad? Apakah MomDad tertarik mengajarkanya bahasa lain selain bahasa Indonesia sejak dini?Jika ingin tahu lebih banyak seputar tips parenting dan tumbuh kembang anak, follow Instagram <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a>, ya!Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.Bahan bacaan:<ol><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Heinlein KB, Williams CL. Bilingualism in the Early Years: What the Science Says. Learn Landsc. 2013 ; 7(1): 95–112. </li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/gradeschool/school/Pages/7-Myths-Facts-Bilingual-Children-Learning-Language.aspx" title="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/gradeschool/school/Pages/7-Myths-Facts-Bilingual-Children-Learning-Language.aspx">https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/gradeschool/school/Pages/7-Myths-Facts-Bilingual-Children-Learning-Language.aspx</a></li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.asha.org/public/speech/development/BilingualChildren/" title="https://www.asha.org/public/speech/development/BilingualChildren/">https://www.asha.org/public/speech/development/BilingualChildren/</a></li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="http://www.hanen.org/Helpful-Info/Articles/Bilingualism-in-Young-Children--Separating-Fact-fr.aspx" title="http://www.hanen.org/Helpful-Info/Articles/Bilingualism-in-Young-Children--Separating-Fact-fr.aspx">http://www.hanen.org/Helpful-Info/Articles/Bilingualism-in-Young-Children--Separating-Fact-fr.aspx</a></li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.nationwidechildrens.org/family-resources-education/700childrens/2017/12/teaching-kids-a-second-language-can-it-cause-a-speech-delay" title="https://www.nationwidechildrens.org/family-resources-education/700childrens/2017/12/teaching-kids-a-second-language-can-it-cause-a-speech-delay">https://www.nationwidechildrens.org/family-resources-education/700childrens/2017/12/teaching-kids-a-second-language-can-it-cause-a-speech-delay </a></li></ol>

Mitos dan Fakta Seputar Anak Bilingual, Benarkah Akan Telat Berbicara?

mitos-dan-fakta-seputar-anak-bilingual--benarkah-akan-telat-berbicara-

Anak-anak akan harus belajar membaca di sekolah. Kemampuan membaca adalah kemampuan yang penting untuk perkembangan kognisi dan literasi anak. Namun seringkali, bagi sebagian besar anak yang memiliki pengalaman “dipaksa” membaca, atau diberi “tugas” membaca, kegiatan ini menjadi beban, alih-alih suatu kenikmatan dan kegiatan yang menyenangkan. So, gimana sih supaya si Kecil bisa menikmati kegiatan membaca? Ikuti tips di bawah, yuk!Tips membaca bersama si KecilNah, kali ini ada beberapa tips agar kegiatan membaca bersama anak dapat dinikmati, untuk memberi pengalaman menyenangkan terkait membaca. Yuk, ajarkan kepada anak bahwa membaca itu adalah kegiatan yang menyenangkan!<ul><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Ajaklah anak membaca setiap hari, walau hanya beberapa menit, dan jadikanlah itu suatu quality time bersama MomDad. </li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Jangan terpaku untuk menghabiskan satu cerita setiap sesi membaca, yang terpenting adalah anak belajar menikmati prosesnya.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Ajak anak untuk memilih buku bacaan yang dia sukai, meskipun itu berarti MomDad akan membaca buku yang sama berulang kali.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Taruhlah beberapa buku di kamar tidurnya untuk kegiatan membaca sebelum tidur.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Tunjuklah kata atau kalimat di buku saat membaca, sehingga ia belajar bahwa pada kumpulan kata-kata tersebut terkandung isi cerita.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Gunakan mimik muka lucu dan suara-suara binatang untuk menambah ketertarikan anak, atau bisa juga dihubungkan dengan lagu.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Jangan menjadikan kegiatan membaca seperti tugas, misalnya dengan memberikan “ujian” kepada anak tentang huruf, angka, warna, bentuk, dan lain-lain. Tetapi, buatlah itu seperti sebuah permainan agar merangsang keingintahuan anak.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Ajaklah ia membacakan untuk MomDad dari buku yang sering dibacakan, dan ajaklah ia menceritakan apa yang ia ingat, dan jangan lupa berikan pujian.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Gunakan waktu ini menjadi waktu yang interaktif, misalnya dengan menunjuk gambar dan bertanya kepada anak apa yang ia pikirkan tentang gambar tersebut, atau apa yang akan terjadi selanjutnya.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Perkenalkan anak dengan variasi buku, misalnya buku dongeng, puisi, buku dengan sajak berima, maupun buku non-fiksi.</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Menghubungkan apa yang ia baca dengan kegiatan yang terjadi sehari-hari</li><li style="font-size: 12pt; text-align: justify;">Ajak anak ke perpustakaan atau ke toko buku untuk memilih buku bersama</li></ul>Selamat membaca dan bersenang-senang bersama si Kecil, MomDad!Jangan lupa follow <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a> di Instagram untuk tahu konten informatif lainnya seputar ibu dan anak, ya.Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.Daftar bacaan:<ol><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/gradeschool/school/Pages/Help-Your-Child-Enjoy-Reading-Aloud-Tips-for-Parents.aspx" title="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/gradeschool/school/Pages/Help-Your-Child-Enjoy-Reading-Aloud-Tips-for-Parents.aspx" style="text-align: inherit;">https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/gradeschool/school/Pages/Help-Your-Child-Enjoy-Reading-Aloud-Tips-for-Parents.aspx </a>Tips to help your children enjoy reading aloud.</li><li style="text-align: justify;">Helping your child learn to read. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/preschool/Pages/Helping-Your-Child-Learn-to-Read.aspx" title="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/preschool/Pages/Helping-Your-Child-Learn-to-Read.aspx">https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/preschool/Pages/Helping-Your-Child-Learn-to-Read.aspx</a></li></ol>

MomDad, Kenali Aspek Motorik Kasar pada Bayi Usia 0-3 Bulan, yuk!

MomDad, Kenali Aspek Motorik Kasar pada Bayi Usia 0-3 Bulan, yuk!

Jenis Mainan untuk Menstimulasi Perkembangan Bayi Usia 6-9 Bulan

Jenis Mainan untuk Menstimulasi Perkembangan Bayi Usia 6-9 Bulan

Ragam Kegiatan Menyenangkan Agar si Kecil Enggak Bosan Saat Berpuasa

Ragam Kegiatan Menyenangkan Agar si Kecil Enggak Bosan Saat Berpuasa

Kenali Perkembangan Anak Usia 2-3 Tahun (Part II)

Kenali Perkembangan Anak Usia 2-3 Tahun (Part II)

Kenali Perkembangan Anak Usia 2-3 tahun (Part I)

Kenali Perkembangan Anak Usia 2-3 tahun (Part I)

Perkembangan Keseimbangan dan Koordinasi yang Wajib MomDad Ketahui!

Perkembangan Keseimbangan dan Koordinasi yang Wajib MomDad Ketahui!

Mitos dan Fakta Seputar Anak Bilingual, Benarkah Akan Telat Berbicara?

Mitos dan Fakta Seputar Anak Bilingual, Benarkah Akan Telat Berbicara?

Tips Membacakan Cerita pada Anak Agar Tidak Membosankan

Tips Membacakan Cerita pada Anak Agar Tidak Membosankan