Efek samping setelah imunisasi wajar dirasakan. Selain rasa sakit karena disuntik, tak menutup kemungkinan imunisasi menyebabkan bengkak dan kemerahan. Hal ini disebabkan oleh peradangan saat imunisasi dan kemudian timbul pembengkakan.&nbsp;Umumnya, imunisasi tidak mendatangkan efek samping berbahaya. Sakit yang dirasakan karena disuntik pun bersifat ringan dan hanya sementara. Namun, sebelum MomDad curiga berlebihan dan panik, coba deh cermati apakah situasi tersebut normal atau memerlukan pemeriksaan lebih lanjut dengan membaca artikel berikut ini.Lama waktu bengkak pasca imunisasiBeberapa efek samping yang mungkin terjadi setelah imunisasi adalah demam ringan, sakit kepala, nyeri otot, dan sendi. Bengkak dan kemerahan juga salah satu efek yang paling sering terjadi, kondisi ini dinamakan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI).Kalau MomDad melihat adanya bengkak pada bayi, bisa jadi itu merupakan satu pertanda bahwa tubuh mulai bereaksi membentuk kekebalan pada penyakit. Peradangan ini umumnya menghilang dalam 2-3 hari.Apa yang harus dilakukan jika bengkak tidak membaik?MomDad bisa mencermati keadaan tubuh bayi setelah imunisasi, karena yang perlu diwaspadai justru reaksi alergi pasca imunisasi. Pasalnya, reaksi alergi anafilaktik justru yang berbahaya dan bisa mengancam jiwa walaupun sangat jarang terjadi.Jika bengkak berlangsung terlalu lama, apalagi jika tampak mengganggu anak, MomDad bisa segera berkonsultasi dengan dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.Cara menghilangkan bengkak setelah si kecil imunisasiAda beberapa cara yang bisa MomDad lakukan untuk menghilangkan bengkak pada si Kecil, seperti berikut ini:Kompres dinginCara yang paling mudah dilakukan untuk mengurangi bengkak pasca imunisasi adalah dengan mengompres dingin pada bengkak. Kompres dingin bisa meminimalisir peradangan dan kerusakan pembuluh darah penyebab kemerahan.&nbsp;MomDad bisa mengompres dengan kain kasa yang dicelupkan ke air dingin. Sebaiknya tidak lebih dari 20 menit, ya.&nbsp;Memberikan obat pereda nyeriJika setelah dikompres si Kecil masih rewel dan merasa tidak nyaman, coba untuk memberikan obat pereda nyeri. Namun, obat yang diberikan pastikan sudah sesuai dengan anjuran dokter, ya.Memberikan lebih banyak asupan cairanBengkak pada imunisasi bisa saja disertai demam. Walaupun itu merupakan hal yang umum terjadi, tapi sebaiknya MomDad memberikan lebih banyak asupan cairan agar si Kecil tidak semakin dehidrasi.Dehidrasi bisa menyebabkan suhu tubuh bayi meningkat, untuk perlu memberi asupan cairan yang cukup. Jika bayi sudah bisa minum air putih maka MomDad bisa memberikannya. Namun, jika bayi masih bergantung pada ASI, maka memberi ASI pun tidak masalah. Selain itu, jus buah atau kuah dalam MPASI bayi juga bisa membantu menambah asupan cairan dalam tubuhnya.Nah, itu dia beberapa hal yang perlu MomDad ketahui. Bengkak bekas imunisasi merupakan hal yang umum terjadi. MomDad bisa mengurangi bengkaknya dengan tindakan sederhana seperti mengompresnya. Jika lebih dari 5 hari tidak kunjung membaik, konsultasikan ke dokter untuk tindakan selanjutnya, ya.Untuk mengetahui lebih banyak konten informatif lainnya mengenai tumbuh kembang anak, MomDad bisa mengikuti Instagram <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a> atau dengan membaca artikelnya di aplikasi PrimaKu.&nbsp;Suka dengan penjelasan di atas? Yuk, like, save, dan share artikelnya!Sumber foto: PexelsArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.<div style="text-align: justify;"> </div>

Tips Menghilangkan Bengkak pada Bayi setelah Imunisasi

tips-menghilangkan-bengkak-pada-bayi-setelah-imunisasi

Setelah membaca artikel kemarin, yang membahas seputar <a class="e-rte-anchor" href="http://www.primaku.com/#/articles/534" title="http://www.primaku.com/#/articles/534" target="_blank">cara penyebaran rotavirus</a>, mungkin MomDad jadi ingin bersiap nih memberikan imunisasi rotavirus kepada si Kecil. Namun, sebelum si Kecil diimunisasi, sebaiknya MomDad baca dulu yuk artikel di bawah, mengenai jadwal pemberian vaksin rotavirus yang tepat untuk anak.&nbsp;Jadwal pemberian vaksin rotavirusVaksin rotavirus terdiri dari 2 jenis, yaitu:&nbsp;1. Vaksin rotavirus monovalenVaksin ini diberikan sebanyak 2 kali. Dosis pertama diberikan saat anak berusia 6 minggu atau 2 bulan hingga maksimal 12 minggu. Selanjutnya dosis kedua diberikan setidaknya 4 minggu berikutnya.2. Vaksin rotavirus pentavalentVaksin ini diberikan sebanyak 3 kali. Dosis pertama diberikan saat anak berusia sekitar 6-10 minggu, dosis kedua dan ketiga diberikan dengan jarak 4-10 minggu setelah vaksin sebelumnya. Vaksin ini maksimal diberikan pada anak saat usia&nbsp; 24 minggu atau maksimal 32 minggu.&nbsp;Kedua vaksin rotavirus ini pada dasarnya sama-sama baik dan efektif memberi perlindungan. Biasanya pemberian hanya berdasarkan ketersediaan vaksin di fasilitas kesehatan.Bila bayi belum mendapatkan imunisasi rotavirus, tetap bisa diberikan asalkan usia bayi belum mencapai 12 minggu.Bila usia bayi sudah lewat dari 12 minggu, maka imunisasi rotavirus tidak diberikan lagi.&nbsp;Demikian beberapa hal yang perlu MomDad ketahui mengenai pentingnya pemberian vaksin rotavirus untuk anak. Imunisasi menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan MomDad untuk mencegah anak-anak tertular virus berbahaya. Untuk itu, selalu rencanakan vaksin anak dengan baik untuk menjaga kesehatannya.Untuk mengetahui lebih banyak konten informatif lainnya mengenai kesehatan anak, MomDad bisa mengikuti Instagram <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a> atau dengan membaca artikelnya di aplikasi PrimaKu.&nbsp;<div style="text-align: justify;"><div>Sumber foto: iStockArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.</div><div> </div></div>

Sebelum Imunisasi Rotavirus, yuk Cek Jadwalnya Dulu, MomDad!

sebelum-imunisasi-rotavirus--yuk-cek-jadwalnya-dulu--momdad-

Kekebalan tubuh bayi yang masih belum kuat memungkinkan ia terkena berbagai jenis penyakit. Imunisasi berguna untuk meningkatkan kekebalan tubuh buah hati sehingga bisa melawan penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin tersebut.Salah satu imunisasi yang diberikan pada bayi adalah imunisasi rotavirus. Imunisasi yang direkomendasikan WHO ini berguna untuk melindungi anak dari diare akibat infeksi rotavirus. Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai imunisasi rotavirus, baca artikel ini sampai selesai ya, MomDad!Apa itu imunisasi rotavirus?Rotavirus merupakan virus yang menyerang saluran pencernaan dan dapat menyebabkan penyakit diare akut. Gangguan akibat rotavirus bisa menyebabkan infeksi pada usus, sehingga menimbulkan diare yang parah, demam, muntah, serta sakit perut.&nbsp;Rotavirus lebih mudah menyerang bayi dan anak-anak. Menurut data dari IDAI, rotavirus menyebabkan 60-70% kasus diare pada anak-anak. Untuk itu, pemberian vaksin rotavirus dinilai sangat perlu mulai sejak bayi berusia 6 minggu atau 2 bulan dengan cara oral melalui mulut.&nbsp;Cara rotavirus menyebarRotavirus termasuk virus yang mudah menyebar hanya dengan kontak fisik dengan orang yang terinfeksi. Virus ini bisa terdapat dalam tinja pengidapnya dan bertahan lama di permukaan benda yang terkontaminasi, salah satunya tangan. Penyebaran virus ini juga sering terjadi di rumah sakit atau tempat penitipan anak-anak yang dapat ditularkan dari satu anak ke anak lain.Rotavirus bisa menyebar saat mengganti popok anak yang mengidap tanpa mencuci tangan sesudahnya. Untuk itu, penting bagi MomDad atau penjaga anak untuk selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah mengganti popok.Selain itu, menjaga kebersihan diri dan alat makan/minum, bisa dilakukan untuk mencegah penyebaran rotavirus secara efektif. Tidak kalah penting, melengkapi imunisasi anak termasuk imunisasi rotavirus juga jadi alat pencegahan yang paling efektif.&nbsp;<div style="text-align: justify;">Sumber foto: PexelsArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.</div><div style="text-align: justify;"> </div>

MomDad, yuk Ketahui Cara Penyebaran Rotavirus pada Anak!

momdad--yuk-ketahui-cara-penyebaran-rotavirus-pada-anak-

Masih dalam rangka Minggu Imunisasi Dunia, mungkin MomDad punya beberapa pertanyaan nih seputar imunisasi yang belum terjawab. Khususnya bagi para orang tua baru yang belum punya pengalaman mengajak si Kecil imunisasi. Untuk menjawab kebingungan MomDad, Prof. DR. Dr. Soedjatmiko, Sp.A(K) selaku Dokter Spesialis Anak Konsultan Tumbuh Kembang Anak dan Magister Sains Psikologi Perkembangan, siap menjawab pertanyaan-pertanyaan MomDad soal imunisasi!Bayi atau anak sedang pilek batuk bolehkah diimunisasi?Boleh. Batuk pilek ringan tanpa demam boleh diimunisasi, kecuali bila bayi sangat rewel, imunisasi dapat ditunda 1 - 2 minggu kemudian.Sesudah diimunisasi apakah pasti tidak akan tertular penyakit tersebut?Bayi atau anak yang telah diimunisasi walaupun kemungkinannya kecil masih dapat tertular penyakit tersebut, namun jauh lebih ringan dibanding terkena penyakit secara alami.Apabila jarak antar imunisasi lebih lama dari jarak yang dianjurkan, apakah vaksinasi perlu diulang?Tidak perlu diulang, karena sistem imunitas tubuh dapat "mengingat" rangsangan vaksin terdahulu. Lanjutkan dengan vaksinasi yang belum diberikan dengan jarak sesuai anjuran.Apabila anak diberi beberapa jenis vaksin sekaligus apakah tidak berbahaya?Tidak berbahaya, asalkan imunisasi dilakukan di bagian tubuh yang berbeda (misalnya paha atau lengan kiri dan kanan), menggunakan alat suntik yang berlainan dan memperhatikan ketentuan umum tentang pemberian vaksin.Bayi yang pernah sakit campak apakah perlu divaksin campak pada umur 9 bulan?Boleh. Karena beberapa penyakit virus lain gejalanya mirip campak, sehingga penyakit yang disebabkan oleh virus lain dianggap sebagai campak. Seandainya benar-benar pernah menderita campak, bayi tetap boleh diberikan vaksin campak. Hal ini tidak merugikan bayi, karena kekebalannya hanya bertahan beberapa tahun.Benarkah bayi dan balita yang tidak diimunisasi lengkap, rawan tertular penyakit berbahaya dan bisa timbul wabah?Benar. Banyak penelitian di berbagai negara membuktikan bahwa bayi balita yang tidak diimunisasi lengkap tidak mempunyai kekebalan. Mereka mudah tertular penyakit tersebut, akan menderita sakit berat, menularkan ke anak-anak lain, menyebar luas, terjadi wabah, menyebabkan banyak cacat dan kematian.Bisakah imunisasi digantikan dengan ASI, gizi, atau suplemen herbal?Tidak bisa. Tidak ada penelitian sahih yang menyatakan imunisasi bisa digantikan oleh ASI, gizi, suplemen herbal. Kekebalan yang dibentuk imunisasi sangat spesifik. Kekebalan yang dibentuk oleh ASI, gizi, suplemen kekebalan yang tidak spesifik.Semoga penjelasan di atas dapat menjawab rasa penasaran MomDad ya. Jika ingin tahu lebih banyak seputar imunisasi, yuk follow <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a> di Instagram dan baca artikel menarik lainnya di PrimaKu.<div style="text-align: justify;">Sumber foto: Freepik</div><div style="text-align: justify;">Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D. </div>

Pertanyaan seputar Imunisasi yang sering Ditanyakan para Orang Tua

pertanyaan-seputar-imunisasi-yang-sering-ditanyakan-para-orang-tua-1669868066329

Selama COVID-19 melanda, tepatnya 2,5 tahun terakhir ini, cakupan imunisasi di Indonesia tidak optimal, bahkan banyak yg menurun. Alhasil terjadi peningkatan kasus-kasus yang sebenarnya bisa dicegah dengan imunisasi. Beberapa daerah di Indonesia sendiri terjadi peningkatan kasus bahkan KLB (Kejadian Luar Biasa) atau wabah, yang sebelum COVID-19 bisa ditekan dengan imunisasi. Lantas, bagaimana tanggapan&nbsp;dr. Ari Prayitno, Sp.A(K)&nbsp;selaku Dokter Spesialis Anak?Dampak negatif COVID-19 terhadap imunisasi<img src="https://storage.primaku.com/editor/1651135464808-f62634bd.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="pexels-photo-7856719.jpeg" width="auto" height="auto" style="max-width: 1062px; min-width: 0px; min-height: 0px;">COVID-19 yang melanda dunia tentunya berdampak buruk terhadap tumbuh kembang anak, termasuk di Indonesia. Kualitas status imunisasi anak Indonesia merosot selama 2 tahun ke belakang lho, MomDad. Pasalnya, cakupan imunisasi menurun sekitar 1,7 juta. Jadi ada banyak anak Indonesia yang belum menerima imunisasi dasar lengkap periode 2020-2021.Pencegahan stuntingSalah satu akibat jika imunisasi anak tidak lengkap (termasuk pencatatan imunisasi tidak dilakukan dengan baik) adalah stunting. Beberapa tahun lalu, atau mungkin saat ini, masih ada orang tua yang mengandalkan buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), yaitu buku yang mencatat pertumbuhan anak, termasuk imunisasi, agar orang tua tahu kapan harus imunisasi si Kecil. Namun, apakah Mom selalu membawa KIA kemana pun dan kapanpun?Salah satu cara mudah untuk mencegah stunting adalah mencatat jadwal imunisasi si Kecil dengan baik. Kini, buku KIA telah dikemas dalam bentuk digital, yang pastinya memudahkan MomDad untuk dibawa kemana-mana. Buku KIA tersebut bisa MomDad dapatkan dalam aplikasi PrimaKu.&nbsp;Dengan adanya PrimaKu, MomDad bisa memantau pertumbuhan dan imunisasi pada anak. Secara tidak langsung, PrimaKu dapat membantu pencegahan stunting di Indonesia.Apakah si Kecil sudah diimunisasi, MomDad? Yuk, download aplikasi PrimaKu supaya si Kecil tidak terlambat untuk imunisasi.&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">​</a>Follow&nbsp;juga ya Instagram&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a>&nbsp;agar MomDad tahu lebih banyak informasi seputar tumbuh kembang anak.Sumber foto: Pexels﻿﻿

Dampak Pandemi COVID-19 pada Imunisasi dan Tumbuh Kembang Anak

dampak-pandemi-covid-19-pada-imunisasi-dan-tumbuh-kembang-anak

Imunisasi merupakan upaya efektif untuk melindungi anak dari penyakit infeksi dengan memberikan vaksin. Vaksin ini digunakan untuk merangsang terbentuknya antibodi dan imunitas dalam melawan satu atau beberapa penyakit.Makanya, setiap orang tua wajib memberikan imunisasi pada anak. Selain itu, orang tua juga perlu memiliki pengetahuan yang baik mengenai imunisasi. Salah satunya vaksin PCV yang harus anak terima.&nbsp;Lantas, apa itu vaksin PCV dan apakah ada efek samping dari imunisasi ini? Yuk, simak penjelasannya berikut!Apa itu vaksin PCV?<img src="https://storage.primaku.com/editor/1665667683513-b3b82a53.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="1651043063004-6c3a7e77.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Vaksin PCV atau pneumococcal conjugate vaccine yakni imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan spesifik terhadap kuman pneumokokus atau penyebab radang paru, radang telinga tengah dan radang otak.Penyakit pneumokokus bisa menyerang siapa saja, tapi paling rawan menyerang anak usia kurang dari 5 tahun dan orang tua yang lebih dari 50 tahun, lho!Kuman pneumokokus juga menyerang selaput otak atau meningitis dan infeksi darah atau bakteremia. Bahkan, IDAI menyebutkan penyakit akibat pneumokokus menjadi penyebab kematian paling tinggi pada balita. Itulah mengapa penting memberi vaksin PCV pada anak.Ada beberapa jenis vaksin PCV yang dapat diberikan pada&nbsp; anak yakni pneumococcal conjugate vaccine yang berisi 13 serotipe bakteri pneumokokus (PCV13) atau yang berisi 10 serotipe bakteri pneumokokus (PCV10) PCV13 bermanfaat untuk melindungi seseorang dari 13 jenis bakteri pneumokokus, sedangkan PCV10 dapat memberikan perlindungan terhadap 10 jenis bakteri pneumokokus.Kapan dan berapa kali diberikan?<img src="https://storage.primaku.com/editor/1665667696939-1015ed3d.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="1651043840500-a1a689d0.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Jadwal imunisasi PCV pada tiap orang berbeda-beda, tergantung usianya. Nah, MomDad bisa lihat beberapa imunisasi PCV yang direkomendasikan untuk anak berikut ini:Dosis dasar untuk anak usia 2, 4, dan 6 bulan, kemudian ditambah booster pada usia 12-15 bulan.Bagi bayi usia 7-12 bulan yang belum mendapatkan vaksin, dosis dasar diberikan 2x dengan jarak 1 bulan ditambah dosis booster usia 12 bulan atau 2 bulan dari dosis terakhir.Bagi anak berusia lebih dari 12 bulan yang belum menerima vaksin PCV, bisa mendapatkan 2 dosis dengan jarak 2 bulan.Bagi anak berusia 2-5 tahun yang belum mendapat imunisasi PCV, maka PCV10 dapat diberikan 2 kali dengan jarak 2 bulan, sedangkan PCV13 diberikan 1 kali saja.Bagaimana cara kerja vaksin PCV?<img src="https://storage.primaku.com/editor/1665667757540-355f8d2d.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="pediatrician-nurse-giving-intramuscular-injection-vaccine-leg-little-baby-boy_225144-77.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Vaksin PCV pada dasarnya bekerja dengan cara mendorong tubuh untuk memproduksi antibodi terhadap bakteri pneumokokus. Antibodi ini nantinya menghancurkan organisme yang membawa racun.﻿﻿Saat ini ada lebih dari 90 jenis bakteri pneumokokus yang ditemukan, namun mayoritas tidak menyebabkan masalah infeksi yang serius. Meski begitu, pencegahan dengan vaksin PCV perlu dilakukan untuk menekan gejala yang berat.Nantinya, anak akan menerima vaksin PCV yang diberikan dengan cara menyuntikkan langsung di paha yang kemudian tembus ke dalam otot.&nbsp;Layaknya vaksin pada umumnya, pemberian vaksin PCV bisa menimbulkan efek samping ringan, sebut saja demam, nyeri, dan bengkak di lokasi penyuntikan. Beberapa anak juga kemungkinan merasakan penurunan nafsu makan. Karena termasuk efek samping ringan, nantinya anak akan membaik dengan sendirinya dalam waktu sekitar 2 hari.Yuk, dapatkan jadwal imunisasi si Kecil sesuai anjuran IDAI melalui aplikasi PrimaKu! Tak hanya itu, MomDad juga bisa&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/Imunisasi" title="https://primaku.page.link/Imunisasi" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Booking Vaksin</a>&nbsp;dengan klinik partner PrimaKu dan mendapatkan harga spesial, lho.&nbsp; Sumber foto: PexelsArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Sudah Vaksin PCV? Ini Pentingnya Vaksin PCV yang Perlu MomDad Ketahui!

sudah-vaksin-pcv--ini-pentingnya-vaksin-pcv-yang-perlu-momdad-ketahui--1679890166873

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis atau Mycobacterium bovis. Tuberkulosis paling sering menyerang paru, namun dapat juga menyerang organ tubuh lainnya, seperti selaput otak, kelenjar getah bening, tulang, atau organ lainnya. Radang selaput otak akibat tuberkulosis (meningitis TB) adalah salah satu contoh penyakit berat yang dapat menimbulkan kematian atau kecacatan pada anak. Karena itu, pemberian imunisasi BCG (Bacille Calmette-Guerin) bermanfaat untuk mencegah TB berat pada anak. Ketahui lebih lanjut mengenai imunisasi BCG untuk anak yuk, MomDad!<div style="text-align: justify;">Tuberkulosis jadi penyakit paling menular dan mematikan </div><div style="text-align: justify;"><img src="https://storage.primaku.com/editor/1650958254773-8ca90515.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="baby-and-vaccine.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> </div><div style="text-align: justify;"> </div><div style="text-align: justify;"><div style="">Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tuberkulosis merupakan penyakit dengan urutan ke-13 di dunia yang paling menyebabkan kematian. Tak hanya itu, tuberkulosis juga menjadi penyakit paling menular dan mematikan nomor dua setelah Covid-19. Hingga saat ini, Indonesia menempati urutan ketiga untuk negara yang memiliki kasus TB terbanyak di dunia setelah India dan Cina.</div><div style="">Tuberkulosis tak mengenal usia, karena penyakit ini juga bisa menyerang bayi dan anak. Anak yang mengidap TB kemungkinan besar bukan tertular dari teman sebayanya, melainkan orang dewasa yang bersin atau batuk lalu bakterinya menyebar di udara dan terhirup oleh anak. Jika anak memiliki kekebalan tubuh yang rendah atau lemah, mereka berisiko tinggi mengalami sakit TB, bahkan TB yang berat. Karena itu, imunisasi BCG dibutuhkan untuk mencegah atau mengurangi gejala TB berat.</div><div style="font-weight: bold;"> </div><div style="">Imunisasi BCG pada anak </div><div style=""> </div><div style=""><div style="">Imunisasi BCG diberikan secara suntikan intrakutan, yaitu menyuntikkan vaksin BCG sebanyak 0,05 ml tepat ke dalam lapisan kulit. Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia Tahun 2020 menyarankan bahwa waktu terbaik untuk pemberian imunisasi BCG adalah segera setelah bayi lahir atau sebelum berusia 1 bulan. Apabila bayi belum mendapat imunisasi BCG setelah lahir, sebaiknya MomDad segera berkonsultasi dengan tenaga kesehatan agar tidak tertunda. Apabila bayi sudah berusia 3 bulan atau lebih, imunisasi BCG diberikan apabila hasil uji tuberkulin negatif.​</div><div style="">Setelah pemberian imunisasi BCG, ada kemungkinan akan timbul bisul 3-6 minggu setelah penyuntikan. MomDad tidak perlu khawatir karena ini adalah hal yang wajar. Cukup jaga area yang disuntik tetap bersih dan kering, kemudian akan sembuh sendiri dalam waktu 2-3 bulan dan meninggalkan bekas luka dengan diameter 4-8 mm. Apabila bisul maupun bekas luka tidak timbul, imunisasi BCG tidak perlu diulang. Karena itu, penting untuk mencatat pemberian imunisasi.</div><div style=""> </div><div style="">Ikatan Dokter Anak Indonesia telah menerbitkan Informasi Vaksin Untuk Orangtua (IVO), yang selengkapnya dapat dibaca <a class="e-rte-anchor" href="https://www.google.com/url?q=https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/informasi-vaksin-untuk-orangtua-ivo&amp;sa=D&amp;source=docs&amp;ust=1650961939290176&amp;usg=AOvVaw1I4db7F-FmhLp1jLPJ7FWz" title="https://www.google.com/url?q=https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/informasi-vaksin-untuk-orangtua-ivo&amp;sa=D&amp;source=docs&amp;ust=1650961939290176&amp;usg=AOvVaw1I4db7F-FmhLp1jLPJ7FWz" target="_blank">di sini</a>. Jangan lupa lengkapi imunisasi anak sesuai usia, ya! Ketahui informasi seputar tumbuh kembang anak hingga MPASI dengan mengikuti Instagram <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a> dan baca artikel lainnya lewat aplikasi PrimaKu.&nbsp;</div><div style="font-weight: bold;"> </div><div style="font-weight: bold;">Sumber foto:&nbsp;Pexels</div><div style="font-weight: bold;">Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D. </div></div></div>

Alasan Perlunya Pemberian Imunisasi BCG pada Anak-anak

alasan-perlunya-pemberian-imunisasi-bcg-pada-anak-anak

Poliomielitis, atau sering disebut polio, adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus polio. Penyakit ini dapat menimbulkan kerusakan pada susunan saraf tulang belakang, sehingga menyebabkan kelumpuhan. Apabila berat, penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan permanen, bahkan kematian akibat kelumpuhan otot pernapasan. Penyakit polio hanya menyerang manusia dan sangat mudah menular, bahkan hingga menyebabkan kejadian luar biasa (KLB) epidemi dan endemi.<div style="text-align: justify;">Jenis vaksin polio </div><div style="text-align: justify;"><img src="https://storage.primaku.com/editor/1650871720973-6f33497c.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="polio (bangkokhospital) - judul.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> </div><div style="text-align: justify;"><div style="">Walaupun Indonesia telah dinyatakan bebas polio pada tahun 2014, namun dunia belum dinyatakan bebas polio. Masih ada kemungkinan penyebaran penyakit polio, sehingga pemberian imunisasi sebagai upaya paling efisien pencegahan polio harus tetap dilengkapi sesuai usia.</div><div style="">Di Indonesia, vaksin polio tersedia dalam dua bentuk, yaitu vaksin polio oral (OPV; oral poliovirus vaccine) yang diteteskan ke mulut, serta vaksin polio inaktif (IPV; inactivated poliovirus vaccine) yang disuntikkan. Saat ini, kedua jenis vaksin tersebut perlu diberikan dengan jadwal tertentu.</div><div style="">Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada tahun 2020 menyarankan agar selain mendapat OPV, semua bayi sekurang-kurangnya mendapat dua kali IPV sebelum berusia 1 tahun. Vaksin yang mengandung IPV tersedia dalam bentuk tunggal maupun kombinasi dengan vaksin lainnya, sehingga mudah diberikan.</div><div style="">Apabila MomDad bingung atau ada keraguan mengenai kelengkapan pemberian imunisasi polio, sebaiknya segera berkonsultasi dengan tenaga kesehatan agar tidak ada dosis yang terlewat.</div><div style="font-weight: bold;"> </div><div style="">Imunisasi polio bagi bayi dan anak </div><div style=""><img src="https://storage.primaku.com/editor/1650871808699-d3ecc03f.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="polio (littlerockfamily) - subjudul2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"></div><div style="">Center for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan pemberian imunisasi polio pada anak sebanyak 4 kali dengan jeda setiap satu bulan. Pada 2020 lalu, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga telah merilis jadwal imunisasi polio bagi anak, yakni 4 kali sejak bayi baru lahir, seperti berikut:</div><ol><li>Usia 0-1 bulan</li><li>Usia 2 bulan</li><li>Usia 3 bulan</li><li>Usia 4 bulan</li><li>Usia 18 bulan (pengulangan)</li></ol>Bayi yang baru lahir, pertama akan diberikan vaksin polio oral (OPV). Kemudian pada jadwal imunisasi polio berikutnya akan diberikan vaksin suntikan (IPV) atau OPV. Anak-anak perlu mendapatkan dua kali imunisasi IPV sebelum usia 1 tahun. Namun jika terlambat didapatkan, tidak perlu mengulang dari awal dan tetap dilanjutkan dan dilengkapi sesuai dengan jadwal.Ikatan Dokter Anak Indonesia telah menerbitkan Informasi Vaksin Untuk Orangtua (IVO), yang selengkapnya dapat dibaca <a class="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/informasi-vaksin-untuk-orangtua-ivo" title="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/informasi-vaksin-untuk-orangtua-ivo" target="_blank">di sini</a>. Ketahui informasi seputar tumbuh kembang anak hingga MPASI dengan mengikuti Instagram <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a> dan baca artikel lainnya lewat aplikasi PrimaKu. Jangan lupa lengkapi imunisasi anak sesuai usia, ya!Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D. Referensi:<ol><li>Satuan Tugas Imunisasi IDAI. Jadwal Imunisasi Anak Umur 0-18 Tahun Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia Tahun 2020. Sari Pediatri. 2020;22(4):252-60.</li><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/informasi-vaksin-untuk-orangtua-ivo" title="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/informasi-vaksin-untuk-orangtua-ivo">https://www.idai.or.id/artikel/klinik/imunisasi/informasi-vaksin-untuk-orangtua-ivo</a></li></ol> </div>

Tips Menghilangkan Bengkak pada Bayi setelah Imunisasi

Tips Menghilangkan Bengkak pada Bayi setelah Imunisasi

Sebelum Imunisasi Rotavirus, yuk Cek Jadwalnya Dulu, MomDad!

Sebelum Imunisasi Rotavirus, yuk Cek Jadwalnya Dulu, MomDad!

MomDad, yuk Ketahui Cara Penyebaran Rotavirus pada Anak!

MomDad, yuk Ketahui Cara Penyebaran Rotavirus pada Anak!

Pertanyaan seputar Imunisasi yang sering Ditanyakan para Orang Tua

Pertanyaan seputar Imunisasi yang sering Ditanyakan para Orang Tua

Dampak Pandemi COVID-19 pada Imunisasi dan Tumbuh Kembang Anak

Dampak Pandemi COVID-19 pada Imunisasi dan Tumbuh Kembang Anak

Sudah Vaksin PCV? Ini Pentingnya Vaksin PCV yang Perlu MomDad Ketahui!

Sudah Vaksin PCV? Ini Pentingnya Vaksin PCV yang Perlu MomDad Ketahui!

Alasan Perlunya Pemberian Imunisasi BCG pada Anak-anak

Alasan Perlunya Pemberian Imunisasi BCG pada Anak-anak

Bisa Jadi Penyakit Mematikan, Ketahui Kapan Harus Melengkapi Imunisasi Polio bagi Anak!

Bisa Jadi Penyakit Mematikan, Ketahui Kapan Harus Melengkapi Imunisasi Polio bagi Anak!