primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

Jadi Salah Satu Penentu Status Gizi, ini Pentingnya Memantau Tinggi Badan Anak

Author: Sekar Retno Ayu

Editor: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A

Topik: Tumbuh Kembang, Tinggi Badan Ideal, Standar Tinggi Badan Anak, Mengukur Tinggi Badan, Tinggi Anak, Tinggi Badan, Status Gizi

Pentingnya Memahami Pertumbuhan Anak

Pertambahan tinggi badan yang sesuai usia dapat menjadi salah satu tanda bahwa si Kecil tumbuh sehat dan berkembang sesuai usianya. Tinggi badan mungkin tidak sekadar menunjukkan ukuran fisik, tapi juga salah satu indikator yang mencerminkan kesehatan dan status gizi anak [1].

Rutin memantau pertumbuhan dan memastikan anak mendapatkan asupan gizi cukup penting dilakukan, terutama pada periode 1000 hari pertama kehidupan, terhitung sejak masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun. Pada masa ini, terjadi pembentukan otak dan organ-organ vital yang menentukan kualitas pertumbuhan di masa depan. Dengan rutin melakukan keduanya, orang tua jadi lebih mudah mendeteksi kemungkinan terjadinya stunting atau gangguan pertumbuhan lainnya [2].


Dengan mengetahui potensi masalah lebih awal, orang tua dapat mengambil langkah tepat, seperti memastikan asupan nutrisi sudah cukup hingga berkonsultasi dengan dokter untuk mendapatkan solusi terbaik. Pemantauan ini juga membantu mengevaluasi efektivitas upaya yang telah dilakukan, mulai dari pemberian nutrisi hingga stimulasi fisik. Jadi, pastikan selalu memantau tinggi badan si Kecil. Setiap angka yang tercatat bukan sekadar data, tetapi langkah besar untuk memastikan masa depan anak lebih sehat dan bahagia.

Status Gizi dalam Pertumbuhan Anak: Tak Hanya TB & BB!


Artikel 2 Abbott-2.jpg

Meskipun kita bisa menggunakan banyak indikator status gizi, indikator TB dan BB tetap menjadi indikator paling penting. Indikator tinggi badan terhadap usia akan menunjukkan apakah tinggi badan si Kecil sudah sesuai dengan usia dan potensi genetiknya, sedangkan indikator berat badan terhadap tinggi badan menunjukkan apakah si Kecil terlalu kurus atau terlalu gemuk.


Selain pemantauan tinggi dan berat badan, MomDad perlu mengukur Lingkar Kepala. Pertumbuhan lingkar kepala yang baik, tidak terlalu cepat maupun tidak terlalu lambat, dapat digunakan untuk menduga apakah otak tumbuh dengan baik. Kadang-kadang, ketika pertumbuhan tinggi badan agak mengkhawatirkan, pertumbuhan lingkar kepala dapat digunakan sebagai bantuan penanda apakah hambatan pertumbuhan tinggi badan sudah memengaruhi pertumbuhan otak.


Hubungan Tinggi Badan dengan Status Gizi


Pertumbuhan linear, seperti tinggi badan anak, adalah salah satu penanda status kesehatan dan status gizi yang baik. Tinggi badan akan terganggu jika anak menderita penyakit kronis, mengalami infeksi berulang, gangguan penyerapan nutrisi, serta jika asupan nutrisi tidak mencukupi. Anak yang mengalami berbagai masalah kesehatan tersebut berisiko lebih tinggi mengalami berbagai gangguan perkembangan di masa depan [3].


Asupan zat gizi yang cukup sangat diperlukan untuk memastikan anak tumbuh sesuai dengan potensi tinggi genetiknya. Kekurangan asupan zat gizi tentu saja akan sangat merugikan anak. Anak yang kekurangan zat gizi berisiko mengalami hambatan perkembangan fisik, mental dan emosional [3]. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memenuhi asupan nutrisi dan rutin memantau tinggi badan anak sebagai langkah awal mendeteksi masalah gizi dan pertumbuhan.


Faktor yang Memengaruhi Tinggi Badan Anak


Artikel 2 Abbott-3.jpg

Tinggi badan seseorang dipengaruhi berbagai faktor yang berkaitan, mulai dari genetik hingga asupan nutrisi seimbang. Berikut beberapa faktor yang dapat memengaruhi tinggi badan:


1. Genetik

MomDad tahu bahwa buah jatuh tidak akan terlalu jauh dari pohonnya. Seperti warna kulit, warna rambut, bentuk wajah dan berbagai ciri individu yang lain, tinggi badan juga akan sangat dipengaruhi oleh tinggi badan rata-rata keluarga. Namun tentu saja, anak bisa lebih tinggi atau lebih pendek daripada ayah dan ibunya karena ketika kita bicara mengenai faktor genetik, kita tidak bicara tentang ayah dan ibu saja. Pewarisan genetik juga bisa berasal dari kakek-nenek, atau lebih jauh lagi.


2. Nutrisi

Nutrisi yang adekuat sangat penting untuk pertumbuhan. Tanpa nutrisi yang cukup anak tidak akan tumbuh.. Beberapa nutrisi penting yang harus tercukupi agar tinggi badan optimal adalah protein, kalsium, vitamin A, C, D, zat besi, kolin, zink, Omega 3 dan 6, fosfor, dan magnesium [4,5]. Kekurangan nutrisi dapat memiliki efek yang merugikan pada pertumbuhan.


3. Hormon

Ketidakseimbangan hormon yang mengatur pertumbuhan, seperti hormon tiroid, hormon pertumbuhan dan hormon seks (testosteron dan estrogen) dapat mengganggu pertumbuhan. Bila kadarnya terlalu rendah, si Kecil tidak akan tumbuh adekuat. Namun bila kadarnya terlalu tinggi, pertumbuhan si Kecil bisa terlalu cepat, suatu kondisi yang juga akan sangat merugikan kesehatannya. Hormon adalah zat yang harus berada pada kadar yang pas di dalam tubuh. Terlalu sedikit atau terlalu banyak sama-sama sangat merugikan.


4. Tidur yang cukup

Selama tertidur lelap tubuh melepaskan hormon-hormon yang dibutuhkan untuk tumbuh sehingga tidur yang cukup dapat mendukung pertumbuhan yang optimal. Jika anak tidak mendapatkan tidur yang cukup, selain pertumbuhannya akan terganggu, dia juga berisiko mengalami masalah kesehatan lainnya. Tidur yang tidak adekuat juga berisiko memengaruhi kemampuan anak untuk fokus, belajar, dan beraktivitas dengan baik [6]. Pada masa pandemi kecanduan gadget seperti saat ini, MomDad harus lebih waspada terhadap masalah ini.


5. Kondisi kesehatan dan kelainan bawaan

Kondisi kesehatan tertentu dapat memengaruhi pertumbuhan anak. Misalnya, gangguan jantung, ginjal, dan banyak kelainan bawaan lain dapat berdampak negatif pada proses pertumbuhan [7]. Selain itu, anak dengan penyakit kronis seperti asma dan berbagai penyakit autoimun seperti arthritis, penyakit celiac, lupus dan sebagainya juga dapat mengganggu pertumbuhan [8].

Cara Tepat Mengukur Tinggi Badan Anak di Rumah


Artikel 2 Abbott-4.jpg


Mengukur tinggi badan anak tidak harus dilakukan di fasilitas kesehatan atau oleh dokter. Orang tua dapat melakukan pengukuran di rumah dengan alat yang sederhana seperti pita pengukur yang tidak elastis, misalnya meteran. Berikut langkah-langkahnya [9]:

  1. Lepas sepatu, pakaian tebal, topi, dan hiasan rambut anak. Pastikan gaya rambut anak tidak menghalangi pengukuran tinggi badan.
  2. Minta anak berdiri:
  • Di lantai yang keras dan datar, seperti ubin atau kayu, bukan di karpet.
  • Berdiri di samping permukaan datar, seperti dinding tanpa lis plafon.
  • Dengan kedua kaki rapat, rata, dan menempel di dinding.
  • Dengan kaki lurus, lengan di samping tubuh, dan bahu sejajar.

3. Pastikan anak melihat lurus ke depan.

4. Ukur tinggi badan saat anak berdiri dengan kepala, bahu, bokong, dan tumit menempel pada permukaan datar, biasanya dinding. Tergantung bentuk tubuh anak, tidak semua titik tubuh mungkin menempel pada dinding.

5. Gunakan penggaris datar dan kaku atau buku untuk membentuk sudut 90 derajat dengan dinding.

6. Turunkan penggaris atau buku hingga menyentuh dengan kuat puncak (bagian paling atas) kepala anak.

7. Pastikan mata orang yang mengukur berada pada tingkat yang sama dengan penggaris atau buku.

8. Tandai dengan ringan tempat di mana bagian bawah penggaris atau buku menyentuh dinding.

9. Ukur jarak antara lantai dan tanda di dinding menggunakan pita pengukur yang tidak elastis, misalnya pita logam.

10. Catat dengan akurat tinggi badan sampai ke milimeter terdekat. Sangat penting untuk mengukur tinggi badan ke milimeter terdekat karena pada usia-usia tertentu, misalnya pada usia sekitar 6 tahun, tinggi badan mungkin hanya perlu naik sekitar 4-6 cm per tahun. Bila alat ukur tidak sensitif, MomDad bisa panik karena mengira tinggi badan anak tidak naik.


Pada anak yang berusia kurang dari dua tahun atau anak tidak dapat berdiri, pengukuran harus dilakukan secara berbaring, sehingga yang kita ukur adalah panjang badannya. Panjang badan biasanya 7 milimeter lebih panjang daripada tinggi badan. Mengukur panjang badan lebih sulit dan harus dikerjakan oleh 2 orang [10].


Setiap anak tumbuh dengan kecepatan berbeda. Anak yang sama juga mengalami variasi kecepatan pertumbuhan sesuai dengan usianya. Karena itu, perlu dilakukan pengukuran berkala untuk memastikan tidak ada kelainan. Frekuensi pengukuran yang disarankan adalah sebagai berikut [2]:

- Setiap bulan hingga usia 1 tahun

- Setiap 3 bulan hingga usia 3 tahun

- Setiap 6 bulan hingga usia 6 tahun

- 1 tahun sekali pada tahun-tahun berikutnya


Jika dokter mendeteksi adanya masalah pertumbuhan, maka dokter akan menyarankan pengukuran dilakukan lebih sering, misalnya setiap 3 bulan.


Memantau tinggi badan anak secara rutin menjadi langkah sederhana namun penting untuk memastikan status gizi dan kesehatan anak tetap optimal. Dengan mengukur tinggi badan anak secara berkala, orang tua dapat segera mendeteksi jika ada tanda-tanda masalah pertumbuhan, seperti stunting atau gangguan lainnya, sehingga tindakan yang tepat pun bisa segera diberikan.


MomDad kita harapkan lebih proaktif untuk memantau tumbuh kembang anak dan memastikan anak-anak mendapatkan asupan nutrisi yang cukup dan stimulasi fisik yang sesuai untuk mendukung pertumbuhan optimal mereka. Setiap upaya yang dilakukan hari ini adalah bekal untuk masa depan anak yang cerah dan penuh potensi.


Artikel ini telah divalidasi oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Referensi:

familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
Rekomendasi Artikel
Lihat semua
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: