Pembakaran sampah di lingkungan perumahan warga masih menjadi kebiasaan yang marak terjadi. Meskipun dianggap sebagai cara praktis untuk mengurangi volume sampah, aktivitas ini ternyata menyimpan dampak besar terhadap kesehatan, terutama bagi anak-anak yang lebih rentan terhadap polusi udara. Asap yang dihasilkan dari pembakaran sampah mengandung berbagai senyawa berbahaya yang berpotensi membahayakan kesehatan. Meskipun semua pembakaran sampah berisiko, jenis sampah yang dibakar memengaruhi komposisi racun yang dilepaskan.&nbsp;PlastikPlastik, terutama plastik berbahan dasar polietilena dan polipropilena, mengandung senyawa kimia berbahaya seperti dioxin dan furan yang dilepaskan ketika dibakar. Dioxin adalah karsinogen yang dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh, sistem saraf, dan bahkan menyebabkan kanker. Selain itu, pembakaran plastik menghasilkan karbon monoksida yang dapat mengurangi oksigen dalam darah.Daun KeringMeskipun tampaknya lebih alami, pembakaran daun kering juga menghasilkan partikulat halus yang berbahaya bagi paru-paru dan saluran pernapasan. Asap dari pembakaran daun kering mengandung senyawa organik volatil yang dapat mengiritasi saluran pernapasan, terutama bagi anak-anak dengan sistem pernapasan yang masih berkembang.KayuPembakaran kayu menghasilkan karbon dioksida dan partikulat halus. Meskipun lebih sedikit menghasilkan racun dibandingkan plastik, pembakaran kayu juga dapat melepaskan senyawa berbahaya seperti PAH yang berpotensi menyebabkan gangguan pernapasan jika terhirup dalam jumlah besar.Pembakaran sampah yang tidak sah, terutama yang dilakukan dengan membakar plastik atau material lain yang berbahaya, bisa dikenakan sanksi pidana. Tindakan ini bisa diproses berdasarkan peraturan yang berlaku di Indonesia, seperti Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.Referensi: <a class="e-rte-anchor" href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/ambient-(outdoor)-air-quality-and-health" title="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/ambient-(outdoor)-air-quality-and-health" target="_blank">Ambient (outdoor) air pollution | WHO</a>

Bahaya Menghirup Asap Bakaran Sampah, Beda Jenis, Beda Racun

bahaya-menghirup-asap-bakaran-sampah--beda-jenis--beda-racun-1754384120487

Pada usia 10-12 bulan, bayi mulai memasuki fase penting dalam perkembangan motorik halus. Perkembangan motorik halus merujuk pada kemampuan bayi untuk mengendalikan otot-otot kecil, seperti tangan dan jari, untuk melakukan aktivitas seperti meraih benda, memegang sendok, dan mengambil objek kecil. Kemampuan motorik halus yang baik tidak hanya penting untuk kemandirian anak, tetapi juga untuk perkembangan keterampilan lainnya, seperti menulis dan menggambar di masa depan.Namun, tidak semua bayi berkembang dengan kecepatan yang sama. Beberapa bayi mungkin mengalami keterlambatan dalam perkembangan motorik halusnya. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengenali red flag atau tanda-tanda peringatan yang bisa menunjukkan adanya masalah dalam perkembangan motorik halus anak.1. Tidak Dapat Menggenggam Benda dengan BaikPada usia 10 hingga 12 bulan, bayi seharusnya sudah mulai dapat menggenggam benda dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk (cengkraman pincer). Kemampuan ini memungkinkan bayi untuk mengambil objek kecil seperti kacang atau potongan makanan dengan cara yang lebih terkoordinasi. Jika bayi Anda belum dapat melakukan hal ini, bisa jadi ada masalah dengan koordinasi tangan dan mata yang memerlukan perhatian.Tanda red flag:<ul><li>Tidak dapat menggenggam benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk.</li><li>Tidak menunjukkan minat untuk meraih atau memegang benda.</li></ul>2. Tidak Menunjukkan Minat pada Mainan atau Objek di SekitarPada usia 10 hingga 12 bulan, bayi mulai menunjukkan minat yang lebih besar pada objek di sekitar mereka dan mencoba untuk menjangkaunya. Mereka sering kali mencoba memegang mainan atau benda di sekitar mereka sebagai bagian dari eksplorasi. Jika bayi tidak menunjukkan minat atau keinginan untuk berinteraksi dengan benda atau mainan di sekitar mereka, ini bisa menjadi tanda bahwa perkembangan motorik halusnya membutuhkan perhatian.Tanda red flag:<ul><li>Tidak tertarik pada mainan atau benda yang ada di sekitarnya.</li><li>Tidak mencoba meraih atau memegang objek, meskipun benda tersebut berada dalam jangkauan.</li></ul>3. Tidak Meniru Gerakan atau Ekspresi WajahPada usia 10 hingga 12 bulan, bayi sudah mulai meniru gerakan atau ekspresi wajah orang lain sebagai bagian dari proses pembelajaran sosial dan motorik. Ini juga dapat mencakup meniru suara, mengangkat tangan, atau mencoba mengikuti gerakan orang tua atau pengasuh. Ketidakmampuan untuk meniru ini bisa menunjukkan adanya keterlambatan dalam perkembangan motorik halus dan sosial.Tanda red flag:<ul><li>Tidak meniru ekspresi wajah atau gerakan tubuh orang lain.</li><li>Tidak menunjukkan reaksi terhadap gerakan yang dilakukan oleh orang tua atau pengasuh.</li></ul>4. Tidak Memegang Sendok atau Gelas dengan Stabil﻿﻿Pada usia ini, bayi seharusnya mulai belajar untuk memegang sendok atau gelas dengan bantuan orang tua. Ini adalah bagian dari perkembangan motorik halus yang membantu anak mempersiapkan diri untuk makan mandiri di masa depan. Ketidakmampuan untuk memegang sendok atau gelas dengan stabil bisa menjadi tanda adanya masalah koordinasi motorik halus.Tanda red flag:<ul><li>Tidak dapat memegang sendok atau gelas dengan benar.</li><li>Terlihat kesulitan atau sangat bergantung pada bantuan orang tua saat makan.</li></ul><img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/c7206b36c00de23100d6ad3d42c6b4cc2_1754383848522.png" class="e-rte-image e-imginline" alt="Milestone-&amp;-redflag-.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px;"> Pantau dan pahami milestone si Kecil dengan mengikuti <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/milestoneredflag" title="https://primaku.page.link/milestoneredflag" target="_blank">SuperClass Milestone &amp; Red Flag</a> bersama dr. Yoga Yandika, Sp.A. Jangan lewatkan kesempatan untuk mendalami setiap tahapan perkembangan motorik anak, mulai dari mengangkat kepala, berguling, kemampuan duduk, hingga berjalan. Kelas ini bisa diakses selama 1 tahun penuh, kapan dan di mana saja, memberikan MomDad fleksibilitas untuk belajar sesuai kebutuhan. Dengan informasi yang jelas dan praktis, MomDad akan jadi lebih percaya diri dalam memantau dan mendukung tumbuh kembang anak.Referensi:&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/Pages/Movement-8-to-12-Months.aspx?_gl=1*nk2s0j*_ga*MTQ5Mjk1NjY1Ny4xNzUzMDc0MTMy*_ga_FD9D3XZVQQ*czE3NTQzNzYyMTIkbzgkZzEkdDE3NTQzNzY4NTYkajYwJGwwJGgw" title="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/Pages/Movement-8-to-12-Months.aspx?_gl=1*nk2s0j*_ga*MTQ5Mjk1NjY1Ny4xNzUzMDc0MTMy*_ga_FD9D3XZVQQ*czE3NTQzNzYyMTIkbzgkZzEkdDE3NTQzNzY4NTYkajYwJGwwJGgw" target="_blank">Movement: Babies 8 to 12 Months - HealthyChildren.org</a>&nbsp;

Mengenal Red Flag Motorik Halus Bayi Usia 10-12 Bulan

mengenal-red-flag-motorik-halus-bayi-usia-10-12-bulan-1754383800329

Melihat pertumbuhan anak yang sehat dan normal adalah salah satu anugerah yang patut disyukuri. Namun, tidak jarang orang tua merasa cemas jika anak mengalami kesulitan dalam meningkatkan tinggi badan, meskipun sudah memasuki usia yang seharusnya menunjukkan pertumbuhan yang signifikan. Masalah ini bisa menjadi sumber kekhawatiran, terutama ketika tinggi badan anak tidak sesuai dengan standar sesuai usianya. Lantas, apa sih penyebab tinggi badan anak sulit naik? Simak 5 kemungkinan faktor penyebabnya.&nbsp;1. Asupan Gizi yang Tidak SeimbangPenyebab paling umum dari gangguan pertumbuhan tinggi badan pada anak adalah kekurangan gizi. Makanan yang kurang bergizi atau tidak seimbang dapat menghambat perkembangan tulang dan jaringan tubuh yang diperlukan untuk pertumbuhan. Anak yang kekurangan protein, vitamin, dan mineral seperti kalsium, vitamin D, dan zinc sering kali mengalami gangguan pertumbuhan. Pastikan anak mendapatkan pola makan seimbang yang kaya akan protein, buah-buahan, sayuran, serta sumber kalsium dan vitamin D untuk mendukung pertumbuhannya. Pemberian makanan bergizi juga penting untuk memaksimalkan perkembangan tinggi badan yang optimal.2. Kekurangan Tidur BerkualitasTernyata, tidur yang cukup dan berkualitas berperan penting dalam pertumbuhan anak. Pada saat tidur, tubuh memproduksi hormon pertumbuhan (growth hormone) yang membantu perkembangan tinggi badan. Kekurangan tidur atau tidur yang tidak teratur dapat mengganggu produksi hormon pertumbuhan ini, yang pada gilirannya dapat memengaruhi tinggi badan anak. Pastikan anak memiliki rutinitas tidur yang baik, yaitu tidur malam yang cukup dengan durasi 9 hingga 12 jam untuk anak-anak usia prasekolah dan sekolah dasar. Pengaturan waktu tidur yang teratur akan membantu anak mendapatkan hormon pertumbuhan yang dibutuhkan tubuhnya.3. Masalah KesehatanBeberapa kondisi medis dapat memengaruhi pertumbuhan tinggi badan anak, seperti penyakit tiroid, gangguan hormon pertumbuhan, atau masalah kesehatan lainnya yang dapat menghambat metabolisme tubuh. Penyakit atau infeksi yang tidak ditangani dengan baik juga dapat memperlambat proses pertumbuhan anak. Jika anak mengalami gejala-gejala yang menunjukkan keterlambatan dalam pertumbuhan, seperti penurunan berat badan, kelelahan, atau perkembangan fisik yang tidak sesuai usia, segera konsultasikan ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut. Penanganan medis yang tepat dapat membantu memaksimalkan potensi pertumbuhan anak.4. Faktor GenetikGenetika memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan tinggi badan anak. Jika MomDad memiliki postur tubuh yang lebih pendek, kemungkinan besar si Kecil juga akan mengalami pertumbuhan tinggi badan yang lebih lambat. Namun, faktor ini tidak sepenuhnya membatasi potensi pertumbuhan anak, karena pola makan, aktivitas fisik, dan kesehatan umum juga berperan besar. Meskipun faktor genetik tidak bisa diubah, MomDad dapat membantu si Kecil mencapai potensi pertumbuhannya dengan memastikan ia mendapatkan nutrisi yang tepat, tidur yang cukup, dan aktivitas fisik yang mendukung pertumbuhan tulang.5. Kurangnya Aktivitas FisikAktivitas fisik sangat memengaruhi pertumbuhan tinggi badan anak, terutama aktivitas yang melibatkan olahraga dan peregangan, seperti bermain bola, berenang, atau berlari. Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan anak menjadi lebih mudah gemuk, dan ini dapat menghambat proses pertumbuhan karena kurangnya peredaran darah yang baik ke tulang dan jaringan tubuh lainnya. Ajak si Kecil untuk aktif bergerak setiap hari, baik itu melalui olahraga atau kegiatan fisik lainnya. Aktivitas fisik yang teratur akan mendukung proses pertumbuhan tinggi badan dengan memperkuat tulang dan jaringan tubuhnya.Tinggi badan anak sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari gizi yang tepat hingga faktor genetika. Meskipun ada beberapa hal yang tidak bisa diubah, seperti faktor genetik, banyak aspek yang dapat diperbaiki atau dikendalikan untuk mendukung pertumbuhan yang optimal. Dengan perhatian yang tepat terhadap nutrisi, tidur, aktivitas fisik, serta mengatasi masalah kesehatan yang mendasar, si Kecil dapat tumbuh dengan sehat dan mencapai tinggi badan yang maksimal.Referensi:<ul><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.aap.org/en/patient-care/early-childhood/early-childhood-health-and-development/nutrition-and-food-insecurity/#:~:text=Nutrition%20is%20a%20critical%20part,motor%20skills%2C%20and%20attention%20problems" title="https://www.aap.org/en/patient-care/early-childhood/early-childhood-health-and-development/nutrition-and-food-insecurity/#:~:text=Nutrition%20is%20a%20critical%20part,motor%20skills%2C%20and%20attention%20problems" target="_blank">Nutrition and Food Insecurity.&nbsp;</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.sleepfoundation.org/children-and-sleep" title="https://www.sleepfoundation.org/children-and-sleep" target="_blank">Children and Sleep.</a></li><li>Al Nofal, A., &amp; Schwenk, W. F. (2013). Growth failure in children: A symptom or a disease? Nutrition in Clinical Practice, 28(6), 651-658.&nbsp;</li><li>Youngshik Choe, Anastasiia Kozlova, Daniel Graf, Samuel J Pleasure. Bone Morphogenic Protein Signaling Is a Major Determinant of Dentate Development. J Neurosci. 2013 Apr 17;33(16):6766–6775.</li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/physical-activity" title="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/physical-activity" target="_blank">Physical activity WHO</a>&nbsp;</li></ul>

Mengapa Tinggi Badan Anak Sulit Naik? Mungkin Ini 5 Penyebabnya

mengapa-tinggi-badan-anak-sulit-naik--mungkin-ini-5-penyebabnya-1754363087007

Kacang-kacangan merupakan salah satu bahan makanan yang kaya gizi dan sangat baik untuk mendukung pertumbuhan anak, terutama dalam masa MPASI. Kaya akan protein, serat, vitamin, dan mineral, kacang-kacangan dapat memberikan manfaat yang luar biasa untuk perkembangan fisik dan kognitif anak. Selain itu, kacang-kacangan juga menyediakan lemak sehat yang dibutuhkan tubuh untuk mendukung fungsi otak dan daya tahan tubuh. Nah, jenis kacang-kacangan apa sih yang dapat memperkaya menu makanan anak dan mendukung pertumbuhannya secara optimal? Yuk, simak pilihannya!Kacang HijauKacang hijau adalah sumber gizi yang sangat baik dan dapat dijadikan pilihan MPASI yang sehat untuk anak. Kacang hijau mengandung berbagai nutrisi penting yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak, seperti sumber protein nabati yang sangat penting untuk pertumbuhan otot dan jaringan tubuh anak, kaya akan serat, yang membantu memperlancar pencernaan dan mencegah sembelit pada anak, mengandung vitamin B kompleks (terutama folat) yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan otak, serta vitamin C yang mendukung daya tahan tubuh.EdamameEdamame adalah sumber protein nabati yang sangat baik, yang penting untuk pertumbuhan otot dan jaringan tubuh anak. Mengingat kebutuhan protein yang tinggi pada anak dalam masa pertumbuhannya, edamame bisa menjadi tambahan yang baik dalam asupan MPASI. Kacang edamame juga mengandung asam lemak omega-3, yang bermanfaat untuk perkembangan otak dan sistem saraf anak.&nbsp;Kacang MerahKacang merah adalah salah satu jenis kacang yang kaya akan protein, serat, serta zat besi. Kandungan zat besi dalam kacang merah sangat bermanfaat untuk mencegah anemia pada anak-anak, serta mendukung pembentukan sel darah merah yang sehat. Kacang merah juga mengandung folat, yang sangat penting untuk perkembangan sel dan otak anak.Kacang AlmondKacang almond kaya akan lemak sehat, terutama asam lemak omega-3, yang mendukung perkembangan otak anak. Almond juga mengandung vitamin E, yang berperan sebagai antioksidan untuk mendukung sistem kekebalan tubuh. Selain itu, almond juga mengandung kalsium, yang penting untuk perkembangan tulang dan gigi anak.Kacang TanahKacang tanah mengandung protein, lemak sehat, serta vitamin E yang bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh anak. Selain itu, kacang tanah juga mengandung magnesium, yang penting untuk pertumbuhan otot dan tulang. Kacang tanah dapat mendukung perkembangan fisik anak secara keseluruhan.Namun perlu diingat bahwa kacang-kacangan dapat menyebabkan reaksi alergi pada beberapa anak. Oleh karena itu, ketika pertama kali memperkenalkan kacang-kacangan pada anak, lakukan dengan hati-hati dan amati kemungkinan reaksi alergi. Selain itu, selalu sesuaikan tekstur MPASI berdasarkan usia anak untuk menghindari tersedak saat makan.Referensi:<ul><li><a class="e-rte-anchor" href="https://ods.od.nih.gov/factsheets/Iron-HealthProfessional/" title="https://ods.od.nih.gov/factsheets/Iron-HealthProfessional/" target="_blank">Iron - Health Professional Fact Sheet.&nbsp;</a></li><li>Elissa M. Abrams, MD, MPH Corresponding Author ;&nbsp; Marcus Shaker, MD, MSc;&nbsp; David Stukus, MD;&nbsp; Douglas P. Mack, MD, MSc; Matthew Greenhawt, MD, MBA, MSc. Updates in Food Allergy Prevention in Children. Pediatrics (2023) 152 (5): e2023062836.</li></ul>

5 Pilihan Kacang-kacangan yang Baik untuk MPASI

5-pilihan-kacang-kacangan-yang-baik-untuk-mpasi-1754362622020

Snack MPASI: Puding Susu Vanila

snack-mpasi--puding-susu-vanila-1754305824716

Bahan:<ul><li>1 sdm beras</li><li>3 cm wortel, parut</li><li>2 kuncup brokoli hijau, rendam garam, iris sedikit tipis</li><li>1 siung bawang putih</li><li>2 butir telur puyuh, kocok lepas</li><li>1 sdt kaldu bubuk</li><li>1 sdm minyak sayur</li><li>⅓&nbsp;sdt garam</li><li>300 ml air</li></ul>Bahan tuna kuning:<ul><li>250 gr ikan tuna fillet</li><li>1 sdt kunyit bubuk</li><li>3 cm jahe</li><li>2 siung bawang putih</li><li>½ sdt garam</li><li>Air secukupnya</li></ul>Cara membuat:<ol><li>Haluskan jahe yang sudah dikupas bersih bersama dengan bawang putih, garam, dan sedikit air menggunakan chopper.&nbsp;</li><li>Cuci bersih ikan tuna di air mengalir, lalu campurkan dengan bahan-bahan yang sudah dihaluskan secara merata. Tunggu beberapa menit agar bumbu meresap.</li><li>Untuk nasi tim: Tunis bawang putih hingga harum, masukkan air. Saar air mendidih, masukkan beras, wortel, brokoli, telur puyuh, garam, dan kaldu bubuk. Masak hingga matang. Sisihkan.</li><li>Goreng ikan tuna yang sudah dibumbui dengan sedikit minyak. Setelah setengah matang, tambahkan air. Lalu tunggu hingga ikan tuna matang dan air menyusut.</li><li>Haluskan ikan tuna menggunakan garpu.</li><li>Bubuhi ikan tuna di atas nasi tim. Sajikan.</li></ol>

Nasi Tim Tuna Kuning 

nasi-tim-tuna-kuning--1754032196747

Bahan:<ul><li>2 keping biskuit bayi</li><li>½ buah alpukat</li><li>1 buah telur ayam kampung</li><li>2 buah block keju</li><li>20 gr butter, cairkan</li></ul>Cara membuat:<ol><li>Cairkan butter lalu diamkan hingga agak dingin. Masukkan alpukat, aduk sampai rata. Lalu tambahkan telur, aduk lagi sampai rata. Terakhir, masukkan keju,&nbsp;aduk hingga benar-benar rata.</li><li>Siapkan wadah makan bayi. Oleskan minya di seluruh permukaan wadah bagian dalam, lalu masukkan adonan ke dalam wadah.</li><li>Kukus hingga matang. Sajikan.&nbsp;</li></ol>

Snack MPASI: Bolu Kukus Alpukat

snack-mpasi--bolu-kukus-alpukat-1754030910405

Sebagai orang tua, MomDad mungkin pernah mengalami situasi di mana si Kecil menahan pipis terlalu lama karena malas atau teralihkan perhatian oleh aktivitas lain. Namun, tahukah MomDad bahwa kebiasaan ini bisa berisiko bagi kesehatan saluran kemihnya? Menahan pipis terlalu lama, terutama jika sering dilakukan, dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan yang memengaruhi fungsi ginjal dan kandung kemih anak. Apa saja sih risiko yang dapat dialami anak saat menahan pipis? Mengapa Anak Menahan Pipis?Sebelum membahas risiko kesehatan, penting untuk memahami alasan mengapa anak menahan pipis. Beberapa alasan umum yang mungkin menyebabkan anak menahan pipis termasuk:<ul><li>Keterlambatan akses ke toilet: Anak mungkin tidak ingin pergi ke toilet jika ia sedang bermain atau belajar, terutama di sekolah atau tempat yang tidak memiliki akses toilet yang mudah.</li><li>Ketidaknyamanan: Kadang-kadang anak merasa malu atau tidak nyaman pergi ke toilet, terutama di tempat umum atau di sekolah.</li><li>Kebiasaan buruk: Beberapa anak mungkin mulai mengembangkan kebiasaan menunda pipis, terutama jika ia diajarkan untuk menahan pipis karena alasan tertentu.</li></ul>Risiko Kesehatan yang Mungkin Timbul dari Menahan Pipis Terlalu LamaMenahan pipis terlalu lama, meskipun mungkin tampak sepele, dapat memengaruhi kesehatan anak dalam beberapa cara. Berikut adalah beberapa risiko yang perlu diperhatikan:<ul><li>Infeksi Saluran Kemih (ISK)</li></ul>Salah satu risiko utama dari kebiasaan menahan pipis adalah infeksi saluran kemih (ISK). Menahan pipis dapat menyebabkan bakteri berkembang biak di kandung kemih, yang meningkatkan kemungkinan terjadinya ISK. ISK bisa menyebabkan gejala seperti rasa terbakar saat buang air kecil, nyeri panggul, atau bahkan demam.<ul><li>Kandung Kemih yang Tidak Sehat</li></ul>Menahan pipis terlalu lama dapat menyebabkan peregangan kandung kemih yang berulang, yang pada akhirnya bisa mengurangi kapasitas kandung kemih untuk menampung urin. Hal ini bisa menyebabkan masalah dalam pengosongan kandung kemih, yang mengarah pada retensi urin dan berpotensi menyebabkan masalah jangka panjang.<ul><li>Gangguan pada Fungsi Ginjal</li></ul>Kebiasaan menahan pipis juga bisa berisiko terhadap fungsi ginjal. Terlalu sering menahan pipis bisa meningkatkan tekanan pada ginjal, berpotensi menyebabkan kerusakan ginjal yang lebih serius dalam jangka panjang, meskipun ini biasanya terjadi pada kasus yang lebih parah dan berulang.<ul><li>Penyakit Ginjal Kronis</li></ul>Pada kasus yang lebih jarang dan parah, kebiasaan menahan pipis terlalu lama dapat berkontribusi pada berkembangnya penyakit ginjal kronis. Hal ini terjadi jika ada penumpukan urin yang berkelanjutan dan menyebabkan masalah permanen pada saluran kemih atau ginjal.Mengatasi Kebiasaan Menahan Pipis pada AnakSebagai orang tua, MomDad dapat melakukan beberapa hal untuk membantu anak mengatasi kebiasaan menahan pipis dan memastikan anak tetap sehat:<ul><li>Ajarkan Anak untuk Mengenali Tanda-Tanda Panggilan Alamiah</li></ul>Ajarkan anak untuk segera pergi ke toilet ketika merasakan dorongan untuk pipis. Memberikan pemahaman tentang pentingnya membuang air kecil secara teratur akan membantu anak mengembangkan kebiasaan yang sehat.<ul><li>Pastikan Akses Toilet yang Mudah</li></ul>Pastikan anak memiliki akses mudah ke toilet, terutama ketika berada di luar rumah atau di sekolah. Jika perlu, diskusikan dengan pihak sekolah atau tempat penitipan anak untuk memastikan ada akses yang memadai.<ul><li>Buat Kebiasaan Membuang Air Kecil Secara Teratur</li></ul>Dorong anak untuk pergi ke toilet secara teratur, bahkan jika ia tidak merasa ingin pipis. Misalnya, ajarkan anak untuk pergi ke toilet setiap 2-3 jam sekali.<ul><li>Hindari Menunda-nunda Pergi ke Toilet</li></ul>Berikan contoh yang baik dengan selalu pergi ke toilet tepat waktu. Jika si Kecil melihat MomDad melakukannya, ia lebih cenderung untuk meniru kebiasaan yang sehat ini.Meskipun menahan pipis tampak seperti kebiasaan yang tidak berbahaya, kebiasaan ini dapat berdampak negatif pada kesehatan saluran kemih anak dalam jangka panjang. Dengan memahami risiko yang terkait dengan menahan pipis, orang tua dapat membantu anak mengembangkan kebiasaan sehat yang mendukung perkembangan mereka secara optimal. Referensi:<ul><li>Melanie C. Marsh, MD;&nbsp; Guillermo Yepes Junquera, MD;&nbsp; Emily Stonebrook, MD;&nbsp; John David Spencer, MD; Joshua R. Watson, MD. Urinary Tract Infections in Children. Pediatr Rev (2024) 45 (5): 260–270.</li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.gosh.nhs.uk/conditions-and-treatments/conditions-we-treat/urinary-retention/" title="https://www.gosh.nhs.uk/conditions-and-treatments/conditions-we-treat/urinary-retention/" target="_blank">Urinary retention | Great Ormond Street Hospital&nbsp;</a></li></ul>

Bahaya Menghirup Asap Bakaran Sampah, Beda Jenis, Beda Racun

Bahaya Menghirup Asap Bakaran Sampah, Beda Jenis, Beda Racun

Mengenal Red Flag Motorik Halus Bayi Usia 10-12 Bulan

Mengenal Red Flag Motorik Halus Bayi Usia 10-12 Bulan

Mengapa Tinggi Badan Anak Sulit Naik? Mungkin Ini 5 Penyebabnya

Mengapa Tinggi Badan Anak Sulit Naik? Mungkin Ini 5 Penyebabnya

5 Pilihan Kacang-kacangan yang Baik untuk MPASI

5 Pilihan Kacang-kacangan yang Baik untuk MPASI

Snack MPASI: Puding Susu Vanila

Snack MPASI: Puding Susu Vanila

Nasi Tim Tuna Kuning

Nasi Tim Tuna Kuning

Snack MPASI: Bolu Kukus Alpukat

Snack MPASI: Bolu Kukus Alpukat

Anak Suka Menahan Pipis? Awas Risiko Ini Mengintai!

Anak Suka Menahan Pipis? Awas Risiko Ini Mengintai!