Pernahkah MomDad merasa stres saat waktu makan si Kecil tiba? Si Kecil yang biasanya ceria, tiba-tiba rewel, menolak makan, atau bahkan terlihat sudah kenyang sebelum waktunya. Tenang, ada cara jitu untuk menghadapinya, yaitu dengan menerapkan responsive feeding. Metode ini bisa membantu membuat waktu makan jadi lebih lancar dan menyenangkan, tanpa drama atau stres. Nah, agar perjalanan MPASI si Kecil berjalan lebih lancar, yuk, beli <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/tantanganmpasi" title="https://primaku.page.link/tantanganmpasi" target="_blank"></a><a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/tantanganmpasi" title="https://primaku.page.link/tantanganmpasi" target="_blank">Kelas Tantangan MPASI</a> bersama dr. Citra, SpA, IBCLC, MKes di SuperClass Parenthood Institute 2024! Di kelas ini, MomDad akan dibekali berbagai ilmu untuk menghadapi tantangan MPASI dan memulai MPASI dengan percaya diri. Jangan lewatkan juga <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/mpasi101" title="https://primaku.page.link/mpasi101" target="_blank">Kelas MPASI 101</a> bersama dr. Nunki Andria Samudra, Sp.A &amp; Nadya Puteri (1st RU Masterchef Indonesia S8) untuk persiapkan perjalanan MPASI dengan panduan lengkap. Sekarang, mari kita bahas bagaimana menerapkan responsive feeding untuk membantu si Kecil makan tanpa stres dan lebih lahap. Yuk, simak penjelasan lengkapnya! Apa itu Responsive Feeding?﻿﻿Responsive feeding adalah cara memberi makan yang mengutamakan respons terhadap sinyal lapar dan kenyang anak, tanpa paksaan. Proses ini dimulai dengan peran aktif MomDad saat menyuapi, lalu berlanjut mendorong anak belajar makan sendiri seiring bertambahnya usia. Fokusnya adalah mengikuti ritme alami tubuh anak sehingga waktu makan menjadi lebih menyenangkan dan penuh manfaat. Penerapan responsive feeding membantu anak mengatur rasa lapar dan kenyangnya, mengurangi risiko obesitas di masa depan, serta mempererat bonding antara orang tua dan anak. Metode ini membuat waktu makan lebih mudah dan menyenangkan, tanpa tekanan atau paksaan. Cara Praktikkan Responsive Feeding dalam MPASI <img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/adbfab4673c3d943618eeeac5bc17a36_1733814248506.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Anak Suka Rewel Saat Makan-2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px;"> Berikut beberapa langkah sederhana yang bisa MomDad terapkan untuk memulai MPASI responsif: <ol><li>Kenali sinyal lapar dan kenyang</li></ol>﻿﻿﻿﻿Sinyal lapar: anak menggapai makanan, membuka mulut saat disuapi, atau terlihat antusias saat melihat makanan.Sinyal kenyang: anak mendorong makanan menjauh, menutup mulut, atau mengalihkan kepala. 2. Atur jadwal makan teraturCiptakan rutinitas makan yang terjadwal dan konsisten. Pastikan waktu makan tidak lebih dari 30 menit per sesi dan hindari camilan di luar jadwal agar anak bisa belajar memahami waktu makan. 3. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan﻿﻿Hindari distraksi seperti TV, gadget, atau mainan saat makan. Fokuskan perhatian pada anak dan proses makannya agar lebih terhubung. 4. Tanggapi dengan hangat﻿﻿Jika anak menolak makanan, tawarkan secara santai tanpa paksaan. Jika setelah 10–15 menit anak tetap menolak, akhiri makan dengan tenang dan tanpa drama. 5. Beri ruang untuk belajar﻿﻿Seiring bertambahnya usia, beri kesempatan pada anak untuk mencoba makan sendiri. Ini melatih kemandirian dan koordinasi motoriknya. Hindari Ini Agar Pengalaman Makan Lebih Positif ﻿﻿Untuk menjaga pengalaman makan tetap menyenangkan, ada beberapa hal yang sebaiknya dihindari, seperti:<ul><li>Memaksa anak menghabiskan makanan meski sudah kenyang.</li><li>Mengabaikan sinyal lapar atau kenyang anak.</li><li>Memberikan distraksi seperti menonton TV atau bermain ponsel saat makan.</li></ul> Kesabaran adalah Kunci! Periode MPASI adalah perjalanan yang penuh tantangan, namun juga penuh kebahagiaan. Dengan menerapkan responsive feeding, MomDad tidak hanya membantu anak makan dengan baik, tetapi juga membangun kebiasaan makan sehat yang akan bermanfaat seumur hidup. <a href="https://primaku.page.link/tantanganmpasi" target="_blank"><img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/7adc66e5384ea176b1c87d665914128f_1733814212446.png" class="e-rte-image e-imginline e-resize" alt="Kelas-tantangan-MPASI.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px; max-height: 538px;"></a> Agar perjalanan MPASI si Kecil lebih lancar dan MomDad bisa lebih percaya diri, jangan lewatkan kesempatan untuk beli <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/tantanganmpasi" title="https://primaku.page.link/tantanganmpasi" target="_blank"></a><a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/tantanganmpasi" title="https://primaku.page.link/tantanganmpasi" target="_blank">Kelas Tantangan MPASI </a>bersama dr. Citra, SpA, IBCLC, MKes di SuperClass Parenthood Institute 2024! <a href="https://primaku.page.link/mpasi101" target="_blank"><img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/eb19de2e9fe6f5c98903e2bfe92be251_1733814164945.png" class="e-rte-image e-imginline e-resize" alt="MPASI-101.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px; max-height: 538px;"></a> Selain itu, dapatkan semua panduan dan tips langsung dalam mempersiapkan MPASI si Kecil dengan lebih baik dan lebih menyenangkan. Yuk, beli&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/mpasi101" title="https://primaku.page.link/mpasi101" target="_blank"></a><a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/mpasi101" title="https://primaku.page.link/mpasi101" target="_blank">Kelas MPASI 101</a> bersama dr. Nunki Andria Samudra, Sp.A &amp; Nadya Puteri&nbsp;(1st RU Masterchef Indonesia S8)!&nbsp; Referensi:<ul><li>Meta Hanindita, Mommyclopedia: 99+ Resep MPASI, Terbitan pertama (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama: 2024), hal. 16-18.</li><li>Healthy Children. 2024. Is Your Baby Hungry or Full? Responsive Feeding Explained <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/feeding-nutrition/Pages/Is-Your-Baby-Hungry-or-Full-Responsive-Feeding-Explained.aspx" title="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/feeding-nutrition/Pages/Is-Your-Baby-Hungry-or-Full-Responsive-Feeding-Explained.aspx">https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/feeding-nutrition/Pages/Is-Your-Baby-Hungry-or-Full-Responsive-Feeding-Explained.aspx </a></li></ul>

Anak Suka Rewel Saat Makan? Coba Terapkan Responsive Feeding!

anak-suka-rewel-saat-makan--coba-terapkan-responsive-feeding--1734325745083

Melihat si Kecil tumbuh dan berkembang selalu jadi momen spesial, ya, MomDad. Salah satu momen yang dinantikan adalah saat si Kecil mulai menunjukkan tanda-tanda siap belajar berjalan. Tapi, kapan biasanya bayi mulai berjalan? Apakah normal jika anak belum berjalan di usia tertentu? Tenang, MomDad, setiap anak punya waktunya sendiri. Namun, penting juga untuk mengenali tanda-tanda yang perlu diwaspadai (red flag) agar tumbuh kembangnya tetap optimal. Kalau penasaran, MomDad bisa beli <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/milestoneredflag" title="https://primaku.page.link/milestoneredflag" target="_blank"></a><a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/milestoneredflag" title="https://primaku.page.link/milestoneredflag" target="_blank">Kelas Milestone dan Red Flag Tumbuh Kembang</a> bersama dr. Yoga Yandika, Sp.A di SuperClass Parenthood Institute 2024! Kelas ini akan membantu MomDad memahami tahap-tahap penting dalam perkembangan anak dan cara mengenali tanda bahaya jika ada keterlambatan. Yuk, simak dulu artikel ini untuk cari tahu tanda kesiapan si Kecil belajar berjalan! 6 Tanda si Kecil Mulai Belajar Jalan 1. Menarik diri untuk berdiriSaat si Kecil mulai menarik tubuhnya sendiri untuk berdiri sambil berpegangan pada sofa atau meja, ini adalah tanda awal bahwa ia sedang melatih kekuatan kaki dan keseimbangannya. Aktivitas seperti ini ibarat "mini-workout" untuk otot kakinya agar lebih kuat. Tips untuk MomDad:<ul><li>Beri semangat dengan aba-aba seperti “berdiri!” saat ia bangun dan “duduk!” atau “jongkok” saat ia turun.</li><li>Pastikan furniture di sekitar stabil dan aman untuk dijadikan pegangan.</li></ul> 2. Percaya diri dalam eksplorasi lingkunganPernah melihat si Kecil tiba-tiba berdiri di atas sofa dengan senyum lebar, siap “terjun” tanpa rasa takut? Ini tanda bahwa rasa percaya dirinya sedang berkembang. Meskipun hal ini bikin MomDad waspada, keberanian ini penting untuk mendukung kemampuan si Kecil mencoba hal-hal baru, termasuk berjalan. Tips untuk MomDad:<ul><li>Siapkan lingkungan yang aman untuk bereksplorasi.</li><li>Jika MomDad merasa terlalu protektif, cobalah sedikit rileks dan biarkan si Kecil mengasah kemampuan fisiknya.</li></ul> 3. Berkeliling dengan bantuan (Cruising)Saat si Kecil mulai merambat dengan berpegangan pada meja atau kursi, aktivitas ini disebut cruising. Ini adalah latihan yang baik untuk menyeimbangkan tubuh sebelum berjalan tanpa bantuan. Tips untuk MomDad:<ul><li>Buat jalur aman dengan furniture kokoh yang tidak mudah roboh.</li><li>Bisa juga menggunakan pagar playmat atau alat bantu lainnya.</li></ul> 4. Perubahan pola tidur dan jadi rewelSi Kecil tiba-tiba lebih sering rewel atau pola tidurnya berubah? Jangan khawatir, ini sering terjadi sebelum ia mencapai tonggak perkembangan besar, termasuk belajar berjalan. Otak dan tubuh si Kecil sedang bekerja keras untuk mempersiapkan diri berjalan. Jadi, perubahan ini wajar terjadi sebagai bagian dari proses tumbuh kembangnya. Tips untuk MomDad:<ul><li>Pastikan si Kecil mendapatkan waktu istirahat yang cukup.</li><li>Berikan kenyamanan ekstra jika ia rewel, seperti pelukan hangat atau suasana kamar yang tenang.</li></ul> 5. Berjalan dengan bantuanDorong si Kecil untuk berjalan dengan memegang tangannya atau menggunakan mainan dorong seperti troli belanja mainan. Manfaat aktivitas ini:<ul><li>Membantu si Kecil merasa lebih percaya diri untuk mencoba langkah pertamanya.</li><li>Melatih keseimbangan dan koordinasi tubuhnya.</li></ul> Tips untuk MomDad:<ul><li>Pilih mainan dorong dengan roda yang bisa dikunci untuk keamanan.</li><li>Ajak si Kecil bermain sambil berjalan agar ia lebih antusias.</li></ul> 6. Berdiri Tanpa BantuanKetika si Kecil mulai berdiri sendiri meski hanya beberapa detik, ini adalah pertanda besar bahwa ia siap melangkah. Tips untuk MomDad:<ul><li>Beri semangat dengan permainan sederhana, misalnya menghitung berapa lama ia bisa berdiri.</li><li>Pastikan lingkungan sekitar aman jika ia terjatuh, seperti menggunakan alas yang empuk.</li></ul> Kapan Harus Khawatir? Jika si Kecil belum menunjukkan tanda-tanda ingin berjalan di usia 18 bulan atau tampak kesulitan bergerak, segera konsultasikan dengan dokter spesialis anak untuk pemeriksaan lebih lanjut. <a href="https://primaku.page.link/milestoneredflag" target="_blank"><img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/13d9c430c3a6fb76fe72847043102b6f1_1733813451944.png" class="e-rte-image e-imginline e-resize" alt="100Milestone-&amp;-Red-Flag.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px; max-height: 538px;"></a> Dukung setiap milestone tumbuh kembang si Kecil dengan edukasi yang tepat. <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/milestoneredflag" title="https://primaku.page.link/milestoneredflag" target="_blank">K</a><a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/milestoneredflag" title="https://primaku.page.link/milestoneredflag" target="_blank">elas Milestone dan Red Flag Tumbuh Kembang</a> bersama dr. Yoga Yandika, Sp.A di SuperClass Parenthood Institute 2024 adalah solusi yang tepat untuk membantu MomDad memahami setiap tahap perkembangan anak dan cara memberikan dukungan yang sesuai. Beli sekarang! Dengan informasi yang diperoleh, MomDad akan lebih percaya diri dan siap mendampingi si Kecil untuk mencapai setiap tahap perkembangannya. Referensi:<ul><li>Healthline. 2019. Baby on the Move! How to Tell When Your Baby Is About to Start Walking <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.healthline.com/health/baby/signs-baby-will-walk-soon#pulling-up-to-stand" title="https://www.healthline.com/health/baby/signs-baby-will-walk-soon#pulling-up-to-stand">https://www.healthline.com/health/baby/signs-baby-will-walk-soon#pulling-up-to-stand</a></li></ul>

Siap-Siap, MomDad! Ini 6 Tanda Si Kecil Mulai Belajar Jalan

siap-siap--momdad--ini-6-tanda-si-kecil-mulai-belajar-jalan-1734325731884

BAHAN:75 gram atau ½ ubi jalar kuning ukuran sedang, potong kecil-kecil45 gram daging ikan&nbsp;kembung atau ½ ikan kembung ukuran sedang (ambil dagingnya), potong kecil-kecil10 ml atau 2 sdt minyak jagung200 ml kaldu ayam BUMBU HALUS:﻿﻿﻿﻿½ siung bawang putih﻿﻿﻿﻿½ butir bawang merah¼ buah bawang bombai CARA MEMBUAT:1.⁠ ⁠Tumis bumbu halus hingga harum.2.⁠ ⁠Masukkan ubi jalar dan kaldu. Tutup masakan, lalu masak hingga kaldu mendidih.3.⁠ ⁠Masukkan ikan kembung, masak lagi hingga matang.4.⁠ ⁠Sesuaikan teksturnya,&nbsp;saring jika diperlukan.

Resep MPASI: Bubur Ubi Jalar Kembung

resep-mpasi--bubur-ubi-jalar-kembung-1734325854854

BAHAN:100 gram atau 1 kentang rebus ukuran sedang, haluskan20 gram daging belut atau1 belut (ambil dagingnya), rebus20 gram atau ⅔ hati ayam ukuran sedang10 gram bayam100 ml kaldu ayam7,5 ml atau 1½ sdt minyak sayur BUMBU HALUS:﻿﻿1 siung bawang putih1 buah bawang merah CARA MEMBUAT:﻿﻿1. Masukkan semua bahan ke dalam panci, lalu masak dengan api kecil hingga matang.2. Saring hingga menjadi bubur.

Resep MPASI: Bubur Kentang Belut

resep-mpasi--bubur-kentang-belut-1734325847842

Sebagai orang tua, kita tentu ingin melihat anak-anak tumbuh sehat dan kuat. Namun, seiring dengan berkembangnya teknologi dan perubahan gaya hidup, beberapa penyakit yang dulunya lebih sering dialami oleh orang dewasa kini mulai menghampiri anak-anak. Salah satunya adalah osteoporosis, yang sering dianggap sebagai penyakit orang tua. Padahal, osteoporosis juga bisa menyerang anak-anak, terutama jika mereka tidak mendapatkan perhatian yang cukup terhadap kesehatan tulang. Lalu, apa sebenarnya yang menyebabkan osteoporosis pada anak-anak, dan bagaimana cara kita mencegahnya? Simak informasi penting berikut ini, agar kita bisa memberikan perlindungan terbaik bagi kesehatan tulang si kecil sejak dini. Osteoporosis pada Anak: Apa Itu? Osteoporosis adalah kondisi di mana tulang menjadi rapuh dan lebih mudah patah. Pada anak-anak, osteoporosis bisa muncul karena rendahnya kepadatan mineral tulang. Terdapat dua jenis osteoporosis yang bisa dialami anak, yaitu:<ul><li>Osteoporosis primer: disebabkan oleh kelainan genetik.</li><li>Osteoporosis sekunder: terjadi karena faktor lain, seperti penggunaan obat-obatan jangka panjang, masalah hormon, atau penyakit tertentu.</li></ul> Anak yang mengalami osteoporosis mungkin menunjukkan gejala seperti nyeri punggung yang berulang, pelebaran pada pergelangan tangan atau kaki, hingga sering patah tulang. Faktor Risiko Osteoporosis pada Anak <img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/bf7c69843ec0d802310728bc34d1cd8d7_1733712716789.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Kekurangan Kalsium dan Vitamin D-2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 946px; min-height: 0px;"> Osteoporosis sekunder lebih sering terjadi karena faktor eksternal, seperti penggunaan obat dalam jangka panjang atau gangguan dalam metabolisme tulang. Salah satu kondisi yang sering berisiko adalah imobilisasi, di mana anak tidak banyak bergerak, seperti yang terjadi pada anak dengan palsy serebral. Untuk mencegahnya, kalsium dan vitamin D memegang peranan penting dalam menjaga kesehatan tulang anak. Keduanya membantu tulang tumbuh dengan kuat, dan memiliki kadar yang cukup di dalam darah bisa menjaga tulang tetap sehat dan padat. Tips Menjaga Kesehatan Tulang Anak Agar tulang si Kecil tetap sehat, ada beberapa langkah sederhana yang bisa kita lakukan:<ul><li>Pastikan asupan nutrisi yang seimbang</li></ul>Perhatikan asupan kalsium dan vitamin D dalam makanan anak. Nutrisi ini sangat penting untuk mendukung pertumbuhan tulang yang kuat.<ul><li>Aktivitas fisik yang menunjang pertumbuhan tulang</li></ul>Ajak anak melakukan aktivitas fisik yang bersifat weight-bearing, seperti berjalan, berlari, bermain basket, atau bahkan menari. Aktivitas fisik ini membantu tulang menahan beban tubuh dan mendukung kepadatan tulang.<ul><li>Kebiasaan hidup sehat</li></ul>Bantu anak untuk mengadopsi pola makan sehat, rajin beraktivitas, dan menciptakan rutinitas yang menyenangkan tanpa stres. Semua ini akan membantu tubuh si Kecil tumbuh optimal. Yuk, Lindungi Kesehatan Tulang si Kecil Sejak Dini! <img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/1010d1a3e3ac657e132b88296d594b13fd_1733712748342.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Kekurangan Kalsium dan Vitamin D-3.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 946px; min-height: 0px;"> Sebagai orang tua, kita memiliki peran besar dalam memastikan anak-anak kita tumbuh dengan tulang yang sehat dan kuat. Mulai dari memberi nutrisi yang tepat, mengajak mereka beraktivitas fisik, hingga membentuk gaya hidup yang sehat, semua bisa membantu mencegah osteoporosis sejak dini. Jangan tunggu hingga terlambat, mari cegah osteoporosis sejak dini dan pastikan si Kecil tumbuh sehat sepanjang hidupnya! Referensi:<ul><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/osteoporosis-pada-anak" title="https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/osteoporosis-pada-anak">https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/osteoporosis-pada-anak </a></li><li>Ciancia S, van Rijn RR, Högler W, Appelman-Dijkstra NM, Boot AM, Sas TCJ, dkk. Osteoporosis in children and adolescents: when to suspect and how to diagnose it. Eur J Pediatr. 2022;181(7):2549-2561.</li><li>Sakka SD, Cheung MS. Management of primary and secondary osteoporosis in children. Ther Adv Musculoskelet Dis. 2020;12:1759720X20969262.</li><li>Karimian P, Ebrahimi HK, Jafarnejad S, Delavar MA. Effects of vitamin D on bone density in healthy children: A systematic review. J Family Med Prim Care. 2022;11(3):870-878</li><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.uptodate.com/contents/bone-health-and-calcium-requirements-in-adolescents" title="https://www.uptodate.com/contents/bone-health-and-calcium-requirements-in-adolescents" style="text-align: inherit;">https://www.uptodate.com/contents/bone-health-and-calcium-requirements-in-adolescents</a></li></ul>

Kekurangan Kalsium dan Vitamin D Bisa Sebabkan Osteoporosis? Cegah Sejak Dini!

kekurangan-kalsium-dan-vitamin-d-bisa-sebabkan-osteoporosis--cegah-sejak-dini--1734325774367

Tinggi badan anak adalah salah satu indikator utama pertumbuhan yang sehat. Memantau kenaikan tinggi badan sesuai dengan kurva pertumbuhan sangat penting untuk mendeteksi masalah pertumbuhan sejak dini. Tapi, seberapa banyak kenaikan tinggi badan yang dianggap normal pada anak, ya? Fase Pertumbuhan Tinggi Badan Anak Pertumbuhan tinggi badan anak terbagi dalam beberapa fase: fase intrauterin (dalam kandungan), fase infantil (0-2 tahun), masa anak (childhood), dan fase pubertas (remaja). Di fase infantil, anak akan mencapai sekitar 15% dari tinggi badan akhirnya saat dewasa, dan pada fase ini, faktor nutrisi dan hormonal sangat memengaruhi pertumbuhannya. Saat memasuki masa childhood, faktor genetik mulai berperan lebih besar dalam menentukan tinggi badan anak, dan ini berlanjut hingga masa pubertas. Kecepatan pertumbuhan tinggi badan bervariasi pada setiap fase, namun penting untuk diingat bahwa angka-angka ini hanyalah estimasi, karena banyak faktor yang memengaruhinya, seperti ras dan etnisitas. <img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/62d7c77c55cbb2ae481c8dfb7cea6fdf_1733712114142.png" class="e-rte-image e-imginline" alt="Tinggi badan anak.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 946px; min-height: 0px;"> Apa yang Terjadi Jika Pertumbuhan Anak Tidak Sesuai Tabel? Jika pertumbuhan anak tidak sesuai dengan kurva pertumbuhan, bisa jadi ada masalah yang perlu diperhatikan. Perlambatan pertumbuhan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kekurangan nutrisi, gangguan hormonal, atau faktor genetik. Kekurangan gizi, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan, dapat menyebabkan kondisi yang disebut weight faltering, yang dapat berujung pada stunting jika tidak segera ditangani. Beberapa masalah kesehatan yang dapat memengaruhi pertumbuhan anak meliputi defisiensi hormon pertumbuhan, hipotiroidisme, sindrom Cushing, dan kelainan genetik seperti akhondroplasia atau sindrom Turner. Namun, faktor genetik paling sering berperan, khususnya jika tinggi badan keluarga memang cenderung lebih pendek, yang dikenal dengan istilah familial short stature. Langkah Menunjang Pertumbuhan Anak yang Optimal <img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/78ad8cf11869fc0488ad1114f4040ddd_1733712139452.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Tinggi Anak Tidak sesuai Usianya-2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 946px; min-height: 0px;"> Jika pertumbuhan anak terhambat, hal pertama yang perlu dilakukan adalah memastikan asupan nutrisinya adekuat. Terutama penting untuk memberikan protein hewani, yang mengandung asam amino esensial dengan nilai biologis tinggi yang mendukung pertumbuhan tulang dan otot. Pastikan juga anak mendapatkan tidur yang cukup, karena hormon pertumbuhan dilepaskan saat anak tidur dalam. Hormon pertumbuhan berperan penting dalam meningkatkan panjang tulang, massa otot, dan organ lainnya. Selain itu, aktivitas fisik yang sesuai dengan usia juga sangat membantu dalam merangsang pertumbuhan tubuh. Jangan lupa untuk memantau tinggi badan anak secara rutin menggunakan aplikasi PrimaKu, dan segera konsultasikan ke dokter jika ada tanda-tanda perlambatan pertumbuhan. Kapan MomDad Perlu Berkonsultasi? MomDad perlu melakukan kontrol rutin pemantauan tinggi badan mengikuti jadwal di bawah ini:<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/5002c819df027ade4a33cf3e69312756_1733712164719.png" class="e-rte-image e-imginline" alt="Tinggi badan anak .png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 946px; min-height: 0px;"> Pemantauan tinggi badan anak perlu dilakukan secara berkala. Berikut adalah tanda-tanda yang perlu diperhatikan: <ol><li>Anak dengan tinggi badan di bawah -2 SD (standar deviasi) pada kurva pertumbuhan sesuai usia.</li><li>Perlambatan kecepatan pertumbuhan, yang ditunjukkan dengan:</li></ol><ul><li>Kenaikan tinggi badan yang menyimpang dan memotong lebih dari 2 persentil pada kurva pertumbuhan (pada anak usia lebih dari 2 tahun).</li><li>Kecepatan pertumbuhan anak usia 2-4 tahun kurang dari 5,5 cm per tahun.</li><li>Kecepatan pertumbuhan anak usia 4-6 tahun kurang dari 5 cm per tahun.</li><li>Kecepatan pertumbuhan anak usia 6 tahun hingga menjelang pubertas (sekitar 9-10 tahun) kurang dari 4 cm per tahun.</li></ul> Jika MomDad melihat tanda-tanda ini, segera konsultasikan ke dokter untuk pemeriksaan. Referensi:﻿﻿1. Batubara JRL, Tjahjono HA, Aditiawati. Panduan Praktik Klinis Ikatan Dokter Anak Indonesia Perawakan pendek pada anak dan remaja di Indonesia. UKK Endokrinologi IDAI. 20172. Nichols J, Duryea TK, Torchia MM. Normal growth patterns in infants and prepubertal children. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.uptodate.com/contents/normal-growth-patterns-in-infants-and-prepubertal-children#H30" title="https://www.uptodate.com/contents/normal-growth-patterns-in-infants-and-prepubertal-children#H30">https://www.uptodate.com/contents/normal-growth-patterns-in-infants-and-prepubertal-children#H30 </a>3. Brinkman JE, Tariq MA, Leavitt L, et al. Physiology, Growth Hormone. [Updated 2023 May 1]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2024 Jan-. Available from: <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482141/" title="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482141/">https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482141/ </a>4. <a classname="e-rte-anchor" href="https://kidshealth.org/en/parents/gh-deficiency.html" title="https://kidshealth.org/en/parents/gh-deficiency.html">https://kidshealth.org/en/parents/gh-deficiency.html</a>

Tinggi Anak Tidak sesuai Usianya, Apakah Tanda Stunting?

tinggi-anak-tidak-sesuai-usianya--apakah-tanda-stunting--1734325788856

Si Kecil tiba-tiba kehilangan nafsu makan? Jangan anggap remeh! Bisa jadi itu adalah tanda tubuhnya kekurangan zat besi, mikronutrien penting yang berperan dalam berbagai fungsi tubuh, mulai dari metabolisme sel hingga perkembangan otak dan saraf. Yuk, cari tahu lebih lanjut mengenai zat besi dan apa yang terjadi kalau tubuh si Kecil kekurangan nutrisi penting ini. Dampak Kekurangan Zat Besi pada Anak Kekurangan zat besi, terutama di awal kehidupan, dapat memengaruhi perkembangan kognitif anak, karena otak berkembang pesat pada dua tahun pertama kehidupan. Zat besi diperlukan untuk proses mielinisasi sel saraf dan pembentukan neurotransmitter, senyawa kimia yang memungkinkan komunikasi antar sel saraf dalam tubuh. Misalnya, zat besi berperan dalam pembentukan dopamine dan serotonin, yang memengaruhi emosi, perhatian, dan perkembangan motorik anak. Selain itu, zat besi juga sangat penting untuk pembentukan sel darah merah yang mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh dan mendukung pertumbuhan tubuh si Kecil. Sumber Makanan Kaya Zat Besi Mau membantu si Kecil mencukupi kebutuhan zat besi? Cobalah berikan makanan dari sumber hewani, karena mengandung zat besi heme yang lebih mudah diserap tubuh dibandingkan dengan sumber nabati. Berikut beberapa pilihan makanan kaya zat besi: 1. Daging Sapi <img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/e9dcfd91093bad699c449f52b98ed5e31_1733710855942.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Nafsu Makan si Kecil Berkurang-2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 946px; min-height: 0px;"> Daging sapi merupakan sumber zat besi heme yang sangat baik. Setiap 100 gram daging sapi mengandung 2,6 mg zat besi, selain protein dan lemak yang mendukung kebutuhan energi anak. Daging sapi juga kaya akan vitamin dan mineral penting untuk tumbuh kembang anak. Bisa coba variasikan dalam menu MPASI seperti spaghetti Bolognese, kroket, atau bitterballen. Cek resep MPASI di aplikasi PrimaKu! 2. Kerang Kerang kaya akan zat besi heme, dengan kandungan sekitar 3 mg per 100 gram. Selain zat besi, kerang juga mengandung omega-3, yang sangat baik untuk perkembangan otak dan mata anak. Makanan laut ini bisa menjadi pilihan lezat dan bergizi dalam menu si Kecil. 3. Ikan Kembung Ikan kembung bukan hanya kaya omega-3, tetapi juga mengandung 1,6 mg zat besi per 100 gram. Ikan ini mudah didapat, harganya terjangkau, dan sangat baik untuk MPASI si Kecil. Pastikan untuk menghindari duri halus yang bisa membahayakan si Kecil. 4. Telur<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/2d6de99ef8c56829d10bea531f01adba9_1733710875445.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Nafsu Makan si Kecil Berkurang-3.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 946px; min-height: 0px;">Telur adalah bahan makanan serbaguna yang bisa digunakan dalam berbagai resep. Setiap butir telur (50 gram) mengandung 6 gram protein dan 1,6 mg zat besi. Telur juga kaya DHA, vitamin, dan mineral penting untuk pertumbuhan otak anak. Gunakan telur dalam berbagai menu seperti nugget, martabak, atau pancake untuk asupan protein dan zat besi yang lezat. 5. Hati Ayam﻿﻿Hati ayam adalah salah satu sumber zat besi terbaik, dengan kandungan 9 mg zat besi per 100 gram! Selain zat besi, hati ayam juga mengandung protein tinggi yang mendukung tumbuh kembang si Kecil. Walau sedikit lebih tinggi kalori, hati ayam adalah pilihan sempurna untuk memperkaya menu makanannya. Tips Penyerapan Zat Besi yang Lebih Optimal Untuk membantu tubuh si Kecil menyerap zat besi dengan lebih baik, kombinasikan makanan kaya zat besi dengan sumber vitamin C. Misalnya, beri jus jeruk atau irisan tomat sebagai pendamping makanan berzat besi. Vitamin C bisa meningkatkan penyerapan zat besi dalam tubuh, sehingga manfaat gizinya lebih maksimal. Kenali Gejala Kekurangan Zat Besi pada Anak <img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/cbbff4510e8365546114c9cbfe71a2289_1733710893217.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Nafsu Makan si Kecil Berkurang-4.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 946px; min-height: 0px;"> Kekurangan zat besi bisa menyebabkan berbagai gejala, seperti: <ul><li>Kelelahan atau mudah lelah </li><li>Pucat</li><li>Sesak napas atau napas cepat</li><li>Sakit kepala atau pusing</li><li>Tangan dan kaki terasa dingin</li><li>Kuku rapuh</li><li>Nafsu makan menurun (terutama pada anak-anak)</li><li>Keinginan makan benda non-nutrisi, seperti es batu atau tanah (pica)</li></ul> Jika si Kecil menunjukkan gejala-gejala tersebut, segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Referensi:<ul><li>National Diary of Medicine. 2024. Dietary Iron&nbsp;<a classname="e-rte-anchor" href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK540969/" title="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK540969/" style="text-align: inherit;">https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK540969/</a></li><li>U.S. DEPARTMENT OF AGRICULTURE <a classname="e-rte-anchor" href="https://fdc.nal.usda.gov/index.html" title="https://fdc.nal.usda.gov/index.html" style="text-align: inherit;">https://fdc.nal.usda.gov/index.html</a> </li><li>Nutrition Values. Fish, raw, Atlantic, mackerel <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.nutritionvalue.org/Fish%2C_raw%2C_Atlantic%2C_mackerel_nutritional_value.html" title="https://www.nutritionvalue.org/Fish%2C_raw%2C_Atlantic%2C_mackerel_nutritional_value.html" style="text-align: inherit;">https://www.nutritionvalue.org/Fish%2C_raw%2C_Atlantic%2C_mackerel_nutritional_value.html</a></li><li>McCann S, Perapoch Amadó M, Moore SE. The Role of Iron in Brain Development: A Systematic Review. Nutrients. 2020 Jul 5;12(7):2001. doi: 10.3390/nu12072001. PMID: 32635675; PMCID: PMC7400887</li><li>Hare D, Ayton S, Bush A, Lei P. A delicate balance: iron metabolism dan diseases of the brain. Front. Aging Neurosci., 18 July 2013</li><li>Sec. Neuroinflammation and Neuropathy Volume 5 - 2013 <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/iron-deficiency-anemia/symptoms-causes/syc-20355034" title="https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/iron-deficiency-anemia/symptoms-causes/syc-20355034">https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/iron-deficiency-anemia/symptoms-causes/syc-20355034</a></li></ul>