Banyak orang tua yang mungkin menganggap vaksinasi hanya formalitas. Padahal, keterlambatan atau ketidaklengkapan vaksinasi bisa membuka peluang anak terserang penyakit berbahaya, seperti campak, difteri, dan batuk rejan. Selain itu, ada risiko tersembunyi lain yang sering luput dari perhatian orang tua. Yuk, ketahui bersama bahaya yang kerap diabaikan jika tidak melengkapi vaksinasi anak.Risiko Tersembunyi<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/1b17ffbafd5320a35c3d15e5d52a87f8_1759890961826.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="vaksinasi lengkap (2).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Image for representative purposes onlyKetidaklengkapan vaksinasi pada anak tidak hanya menempatkannya pada risiko penyakit serius, tetapi juga menghadirkan risiko tersembunyi yang sering tidak disadari orang tua. Selain anak, anggota keluarga lainnya juga berisiko mengalami penyakit serius. Anak yang sakit dan belum lengkap imunisasinya dapat menjadi sumber penularan bagi orang di sekitarnya, begitu pula sebaliknya. Orang dewasa sering menjadi sumber penularan batuk rejan (pertussis) pada bayi, yang dapat berakibat fatal. Dengan memastikan anak mendapatkan vaksinasi lengkap, orang tua tidak hanya melindungi anak, tetapi juga diri sendiri, serta anggota keluarga. [1]Selain risiko kesehatan, penyakit akibat imunisasi yang tidak lengkap juga menimbulkan beban biaya yang besar. Pengobatan penyakit seperti difteri misalnya, memerlukan perawatan intensif di rumah sakit dengan ruang isolasi khusus dan obat-obatan tertentu. Penyakit campak pada anak dapat berlangsung hingga 15 hari, biasanya menyebabkan kehilangan lima hingga enam hari kerja atau sekolah. Orang dewasa yang terinfeksi hepatitis dapat kehilangan rata-rata satu bulan kerja. [1]Mengapa Vaksinasi Anak harus Lengkap?<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/64b377b10e268accfd6464d58c9a786e6_1759890996126.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="vaksinasi lengkap (1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Image for representative purposes onlyTergantung pada jenis vaksinnya, anak mungkin memerlukan lebih dari satu dosis untuk membangun kekebalan yang cukup tinggi guna mencegah penyakit, atau untuk meningkatkan kembali kekebalan yang menurun seiring waktu. Anak juga mungkin menerima lebih dari satu dosis untuk memastikan ia terlindungi apabila dosis pertama tidak menghasilkan kekebalan, atau untuk melindungi dari kuman yang dapat berubah seiring waktu, seperti virus influenza. Setiap dosis memiliki peran penting karena masing-masing memberikan perlindungan terhadap penyakit menular yang dapat sangat serius bagi bayi dan anak usia dini [2]. Contoh, vaksin PCV membutuhkan dosis prime dan booster yang bermanfaat untuk:1. Membangun dan Meningkatkan KekebalanTiga dosis pertama berperan dalam menyiapkan sistem imun, membantu tubuh mengenali dan merespons bakteri pneumokokus [3]. Sementara dosis keempat (booster) sangat penting karena memperkuat respons imun, memastikan perlindungan jangka panjang terhadap penyakit pneumokokus invasif (IPD) seperti pneumonia, meningitis, dan bakteremia. [4]2. Mencegah Penyakit Pneumokokus Invasif (IPD)Infeksi pneumokokus dapat mengancam nyawa bayi. Menyelesaikan keempat dosis secara lengkap secara signifikan mengurangi risiko komplikasi berat. Dosis booster membantu menjaga kadar antibodi tetap tinggi selama masa balita, terutama saat risiko paparan meningkat [4]. Sebab di usia ini, anak mulai lebih sering berinteraksi dengan teman sebaya, misalnya di taman bermain atau daycare. [5]3. Konsensus Ilmiah dan KlinisBerdasarkan pedoman CDC dan badan imunisasi global, jadwal 4 dosis PCV merupakan standar perawatan untuk bayi sehat di bawah 5 tahun. [6] Penelitian internal menekankan bahwa setiap dosis penting dan dosis keempat (booster) bukanlah opsional, melainkan esensial untuk memastikan perlindungan yang optimal[4, 11].Mengapa Dosis Booster Penting?Seperti yang ditekankan di atas, pemberian dosis booster tak kalah penting dengan dosis primer atau utama. Apabila mendapatkan dosis lengkap, termasuk booster, anak akan mendapatkan manfaat, seperti:●	Maturasi sistem imun: Sistem imun bayi masih dalam tahap perkembangan[7]. Pemberian dosis booster pada usia 12–15 bulan memanfaatkan respons imun yang lebih matang untuk menghasilkan kekebalan yang lebih kuat dan tahan lama[8,9].●	Meningkatkan kekebalan: Tingkat antibodi dari rangkaian dosis primer dapat menurun seiring waktu. Dosis booster membantu mempertahankan kadar antibodi pelindung selama masa balita, saat risiko paparan meningkat[10].●	Cakupan serotipe: Dosis booster meningkatkan perlindungan terhadap berbagai serotipe pneumokokus, termasuk yang berperan dalam penyakit invasif[4].Dengan memastikan si Kecil mendapatkan seluruh dosis sesuai jadwal, termasuk booster, MomDad sudah memberikan perlindungan maksimal terhadap berbagai penyakit serius, beserta komplikasinya.Ingat, memberikan kelengkapan vaksinasi bukan hanya melindungi si Kecil, tetapi juga lingkungan sekitar, sekaligus mengurangi beban biaya pengobatan di masa depan. Yuk, lengkapi dan selesaikan jadwal vaksinasi si Kecil sebagai langkah penting untuk memberikan perlindungan dan tumbuh kembang optimal.Referensi:1.	<a class="e-rte-anchor" href="https://www.unicef.org/indonesia/parenting-village/health/stories/7-consequences-and-risks-not-getting-your-child-routinely-vaccinated" title="https://www.unicef.org/indonesia/parenting-village/health/stories/7-consequences-and-risks-not-getting-your-child-routinely-vaccinated" target="_blank">7 consequences and risks of not getting your child routinely vaccinated | UNICEF Indonesia</a>. Accessed date September 20252.	 <a class="e-rte-anchor" href="https://www.cdc.gov/vaccines-children/about/index.html#:~:text=Why%20are%20multiple%20doses%20needed,infants%20and%20very%20young%20children" title="https://www.cdc.gov/vaccines-children/about/index.html#:~:text=Why%20are%20multiple%20doses%20needed,infants%20and%20very%20young%20children" target="_blank">About Vaccines for your Children | CDC.</a> Accessed date September 20253.	Cynthia G Whitney. Examining Duration of Protection: Should a Booster Dose Be Part of All Infant Pneumococcal Conjugate Vaccine Programs? Clinical Infectious Diseases, Volume 67, Issue 3, 1 August 2018, Pages 375–37.4.	Senders, S., Klein, N. P., Tamimi, N., Thompson, A., Baugher, G., Trammel, J., Peng, Y., Giardina, P., Scully, I. L., Pride, M., Center, K. J., Gruber, W. C., Scott, D. A., &amp; Watson, W. (2024). A phase three study of the safety and immunogenicity of a four-dose series of 20-valent pneumococcal conjugate vaccine in healthy infants. The Pediatric Infectious Disease Journal, 43(6), 596–603. <a classname="e-rte-anchor" href="https://doi.org/10.1097/INF.0000000000004334" title="https://doi.org/10.1097/INF.0000000000004334">https://doi.org/10.1097/INF.0000000000004334 </a>5.	<a class="e-rte-anchor" href="https://www.ecdc.europa.eu/en/pneumococcal-disease/facts" title="https://www.ecdc.europa.eu/en/pneumococcal-disease/facts" target="_blank">Factsheet for health professionals about pneumococcal disease</a>. Accessed date September 20256.	<a class="e-rte-anchor" href="https://www.cdc.gov/pneumococcal/hcp/vaccine-recommendations/index.html" title="https://www.cdc.gov/pneumococcal/hcp/vaccine-recommendations/index.html" target="_blank">Pneumococcal Vaccine Recommendations | CDC</a>. Accessed date September 20257.	<a class="e-rte-anchor" href="https://www.cdc.gov/vaccines-children/reasons/index.html" title="https://www.cdc.gov/vaccines-children/reasons/index.html" target="_blank">Reasons to Vaccinate | Childhood Vaccines | CDC</a>. Accessed date September 20258.	<a class="e-rte-anchor" href="https://www.cdc.gov/vaccines/hcp/imz-best-practices/timing-spacing-immunobiologics.html" title="https://www.cdc.gov/vaccines/hcp/imz-best-practices/timing-spacing-immunobiologics.html" target="_blank">Timing and Spacing of Immunobiologics | Vaccines &amp; Immunizations | CDC</a>. Accessed date September 20259.	Jadwal Imunisasi Anak. IDAI. 202410.	<a class="e-rte-anchor" href="https://www.cdc.gov/covid/php/antibody-seroprevalence/index.html" title="https://www.cdc.gov/covid/php/antibody-seroprevalence/index.html" target="_blank">Antibody Seroprevalence | COVID-19 | CDC</a>. Accessed date September 202511.	<a class="e-rte-anchor" href="https://www.cdc.gov/vaccines/hcp/current-vis/pneumococcal-conjugate.html" title="https://www.cdc.gov/vaccines/hcp/current-vis/pneumococcal-conjugate.html" target="_blank">Pneumococcal Conjugate Vaccine (Interim) VIS | Vaccines &amp; Immunizations | CDC</a>. Accessed date September 2025Artikel ini telah divalidasi oleh dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A.

Ini Risiko Tersembunyi jika Vaksinasi Anak Tidak Lengkap

ini-risiko-tersembunyi-jika-vaksinasi-anak-tidak-lengkap-1759891352532

Sebagai orang tua, melepas anak ke toilet umum memang bisa membuat cemas. Mungkin terlihat sepele dibandingkan kekhawatiran lain dalam mengasuh anak, tapi keamanan anak di toilet umum adalah hal yang sangat krusial. Khususnya, belakangan ini semakin banyak kasus kejahatan seksual yang menimpa anak di ruang publik, salah satunya di toilet umum. Penting bagi MomDad untuk selalu waspada dan tidak membiarkan anak pergi ke toilet umum sendirian. Yuk, terapkan hal ini saat anak berada di ruang publik, khususnya toilet umum, agar terhindar dari hal yang tak diinginkan. Temani Anak saat ke Toilet Umum﻿﻿Menemani anak ke toilet umum adalah langkah sederhana, namun sangat efektif untuk menjaga keselamatannya. Hal ini penting terutama bagi anak-anak yang masih kecil dan belum sepenuhnya memahami potensi bahaya yang bisa terjadi di toilet umum.Dengan menemani si Kecil, MomDad memberikan perlindungan langsung dari kemungkinan interaksi yang tidak diinginkan serta memastikan anak tetap menjaga kebersihan dengan benar. Kehadiran orang tua juga memberi rasa aman bagi anak dan secara signifikan mengurangi risiko bahaya.Ajarkan Etika Menggunakan Toilet UmumMengajarkan anak tentang cara aman dan sopan menggunakan toilet umum merupakan bagian penting dari pembelajaran mandiri. Beri tahu si Kecil hal-hal dasar seperti: tidak berbicara dengan orang asing, menghindari menyentuh permukaan yang tidak perlu, serta selalu mengunci pintu bilik untuk menjaga privasi.Pengetahuan ini akan menjadi pertahanan pertama bagi anak saat berada di tempat umum. Dengan menanamkan kebiasaan ini sejak dini, MomDad membantu si Kecil belajar melindungi diri sendiri di lingkungan yang mungkin berisiko.Tetap Waspada dan Perhatikan SekitarSaat menemani anak, MomDad juga perlu selalu waspada terhadap situasi sekitar. Perhatikan tanda-tanda bahaya seperti orang yang mencurigakan atau perilaku tidak biasa di sekitar toilet umum.Percayalah pada insting, dan jangan ragu untuk segera bertindak, misalnya keluar dari area toilet jika merasa ada yang tidak aman. Kewaspadaan dan kehadiran aktif orang tua bisa menjadi penghalang bagi potensi ancaman, sekaligus memastikan anak tetap aman di ruang publik.Lakukan Langkah Pencegahan untuk Keamanan AnakSelain mengajarkan batasan, MomDad juga perlu mengambil langkah nyata untuk menjaga keamanan anak. Dorong anak untuk lebih sering beraktivitas dalam kelompok, misalnya bermain bersama teman atau saudara, dan hindari situasi di mana anak sendirian dengan orang dewasa atau anak yang lebih tua. Jika hal itu tidak bisa dihindari, pastikan MomDad tetap mengawasi dari jarak aman.Latihan Peran (Role-Playing) bersama AnakMelakukan latihan peran atau role-playing bisa menjadi cara yang efektif untuk membantu anak menghadapi situasi tak terduga di tempat umum, termasuk di toilet umum. MomDad bisa membuat skenario sederhana, misalnya saat anak merasa tidak nyaman atau ketika ada orang asing yang mencoba mendekat. Ajak anak mempraktikkan cara merespons dengan tepat, seperti menolak dengan tegas, segera keluar, atau mencari orang dewasa yang dipercayaLatihan seperti ini membantu anak lebih percaya diri dan siap menghadapi situasi nyata dengan aman. Dengan membiasakan latihan peran dalam obrolan sehari-hari, MomDad sedang mengajarkan anak untuk berani berkata “tidak” dan melindungi dirinya sendiri dengan tenang dan percaya diri.Kejahatan seksual terhadap anak bisa terjadi di mana saja, bahkan di tempat yang terlihat aman seperti toilet umum. Oleh karena itu, kewaspadaan orang tua adalah garis pertahanan pertama. Jangan ragu untuk mendampingi, mengawasi, dan mengajarkan anak tentang batasan diri, karena keselamatan mereka selalu lebih penting dari rasa sungkan atau gengsi di depan orang lain. Referensi: Safeguarding children and child sexual abuse&nbsp;

Lindungi Anak dari Kejahatan Seksual di Toilet Umum, Lakukan Hal Ini

lindungi-anak-dari-kejahatan-seksual-di-toilet-umum--lakukan-hal-ini-1759751774144

Bahan:<ul><li style="font-size: 12pt;">1–2 buah pisang matang (pisang gajih susu atau jenis pisang lain yang lembut)</li></ul>Cara membuat:<ol><li style="font-size: 12pt;">Kupas pisang, lalu ambil daging buahnya.</li><li style="font-size: 12pt;">Kerok atau haluskan perlahan menggunakan sendok.</li><li style="font-size: 12pt;">Saring dengan saringan halus agar teksturnya lembut dan bebas serat kasar.</li><li style="font-size: 12pt;">Sajikan segera agar tidak berubah warna.</li></ol>Catatan: Fakta nutrisi yang tertera adalah untuk 1 buah pisang (100 gr)﻿﻿.

Snack MPASI 5 Menit: Pisang Lumat

snack-mpasi-5-menit--pisang-lumat-1759750211374

Bahan:<ul><li style="font-size: 12pt;">40 gr daging ikan salmon fillet, haluskan atau cincang halus</li><li style="font-size: 12pt;">1 buah kentang besar, kupas dan potong dadu kecil</li><li style="font-size: 12pt;">¼ buah bawang bombay, iris halus</li><li style="font-size: 12pt;">1 potong kecil keju</li><li style="font-size: 12pt;">1 sdt butter tawar</li><li style="font-size: 12pt;">1 lembar daun salam</li><li style="font-size: 12pt;">Sejumput garam atau kaldu jamur (opsional, khusus untuk MPASI di atas 1 tahun)</li><li style="font-size: 12pt;">350 ml air matang</li></ul>Cara membuat:<ol><li style="font-size: 12pt;">Potong kentang menjadi dadu kecil agar cepat matang. Haluskan daging salmon atau cincang halus sesuai usia anak. Iris bawang bombay tipis-tipis.</li><li style="font-size: 12pt;">Panaskan sedikit butter di wajan, tumis bawang bombay dan daun salam hingga harum.</li><li style="font-size: 12pt;">Tambahkan air ke dalam tumisan, lalu masukkan daging salmon. Bumbui dengan sedikit garam atau kaldu jamur. Aduk hingga ikan berubah warna dan matang.</li><li style="font-size: 12pt;">Tambahkan keju, aduk hingga meleleh dan tercampur rata.</li><li style="font-size: 12pt;">Sementara itu, kukus kentang hingga empuk.</li><li style="font-size: 12pt;">Setelah semuanya matang, angkat daun salam dan sisihkan.</li><li style="font-size: 12pt;">Masukkan kentang dan daging salmon ke dalam blender. Tambahkan 5–6 sdm air rebusan ikan untuk mengatur kekentalan, lalu blender hingga halus.</li><li style="font-size: 12pt;">Saring hasil blender sesuai tekstur yang diinginkan.</li><li style="font-size: 12pt;">Bagi menjadi 2–3 porsi (sekitar 80 ml per porsi). Sajikan hangat.</li></ol>

MPASI Pertama: Puree Kentang Salmon

mpasi-pertama--puree-kentang-salmon-1759749510587

Tidur merupakan salah satu faktor penting dalam tumbuh kembang bayi. Saat tidur, tubuh bayi memulihkan energi, mendukung perkembangan otak, dan memperkuat sistem kekebalan tubuh. Namun, pola tidur bayi seringkali berbeda dengan orang dewasa, dan banyak orang tua yang bertanya-tanya: berapa lama waktu tidur yang ideal untuk bayi? Bayi Baru Lahir (0–3 Bulan)﻿﻿Pada masa ini, pola tidur bayi masih sangat acak dan sering kali membuat orang tua harus menyesuaikan ritme harian. Meski begitu, ada kisaran waktu tidur tertentu yang bisa dijadikan patokan untuk menilai apakah bayi mendapat istirahat cukup.<ul><li>Kebutuhan tidur: 14–17 jam dalam 24 jam, meskipun ada bayi yang bisa tidur lebih lama.</li><li>Pola tidur: Tidur masih terfragmentasi dengan siklus singkat sekitar 20–50 menit. Bayi sering terbangun untuk menyusu.</li><li>Pemberian makan: Bayi baru lahir membutuhkan asupan susu secara teratur. Terkadang orang tua perlu membangunkan bayi setiap beberapa jam untuk menyusu hingga berat badannya naik dengan baik.</li></ul>Bayi Usia Lebih Tua (3–12 Bulan)Seiring bertambahnya usia, pola tidur bayi mulai lebih teratur. Tidur malam biasanya lebih panjang, sementara tidur siang menjadi lebih konsisten. Inilah tahap di mana orang tua bisa mulai membentuk rutinitas tidur yang sehat.<ul><li>Kebutuhan tidur: Sekitar 12–16 jam total dalam 24 jam.</li><li>Pola tidur: Tidur bayi mulai lebih terstruktur, dengan periode tidur malam yang lebih panjang dan pola tidur siang yang lebih konsisten.</li><li>Tidur siang: Sebagian besar bayi tidur siang 2–3 kali sehari.</li><li>Tidur malam: Pada usia 2–3 bulan, beberapa bayi sudah mulai tidur lebih lama (5–6 jam), dan pada usia sekitar 6 bulan banyak bayi yang bisa tidur sepanjang malam, meskipun hal ini tetap bervariasi.</li></ul>Memahami pola tidur bayi sangat penting agar orang tua bisa menyesuaikan rutinitas harian serta memastikan kebutuhan bayi terpenuhi, baik dari segi istirahat maupun nutrisi. Ingat, setiap bayi memiliki ritme tidurnya masing-masing. Yang terpenting adalah memberikan lingkungan tidur yang aman, nyaman, dan mendukung pertumbuhan optimal si kecil. Dengan begitu, MomDad bisa lebih tenang dalam mendampingi tumbuh kembang anak.Ketika pola tidur si Kecil sudah terbentuk dengan baik, MomDad bisa menerapkan sleep training untuk membangun kebiasaan tidur yang sehat. Yuk, belajar mulai dari sekarang melalui <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/parenthood-institute/super-class/kelas-sleep-training" title="https://primaku.com/parenthood-institute/super-class/kelas-sleep-training" target="_blank">SuperClass Parenthood Institute di Kelas Sleep Training bersama dr. Frecillia Regina, Sp.A!</a><a href="https://primaku.com/parenthood-institute/super-class/kelas-sleep-training" target="_blank"><img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/3e551012e9e9e049af410133579bbcacba_1759540632304.png" class="e-rte-image e-imginline e-resize" alt="Sleep-training (1).png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px; max-height: 821px;"></a> Dalam kelas ini, MomDad akan belajar tentang pentingnya tidur yang berkualitas dan teknik-teknik sleep training yang efektif. Tidur yang baik sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak, dan kami menyediakan panduan menyeluruh untuk membantu MomDad membentuk kebiasaan tidur yang positif. Akses Kelas sekarang agar dapat mempelajari materi selama 1 tahun, kapan dan di mana pun! Referensi:<ul><li>Sleep and Your Newborn | Nemours KidsHealth.&nbsp;</li><li>Your baby's sleep patterns - Best Start in Life - NHS.</li><li>Typical sleep behaviour (1) – newborns 0 to 3 months | Better Health Channel&nbsp;</li><li>Baby sleep patterns | The Lullaby Trust&nbsp;</li></ul>

Pola Tidur Bayi yang Sehat Usia 0-12 Bulan, Berapa Lama Idealnya?

pola-tidur-bayi-yang-sehat-usia-0-12-bulan--berapa-lama-idealnya--1759540694853

Banyak orang tua fokus pada pemberian nutrisi melalui MPASI untuk membantu anak mencapai berat badan ideal. Padahal, selain asupan gizi, ada beberapa faktor penting lain yang juga berperan besar dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. MomDad perlu memperhatikan hal-hal berikut agar proses tumbuh kembang si Kecil lebih optimal. Tidur yang CukupTidur bukan hanya untuk istirahat, tapi juga menjadi waktu penting bagi tubuh anak untuk tumbuh dan berkembang. Hormon pertumbuhan bekerja paling aktif saat anak tidur nyenyak. Pastikan si kecil memiliki waktu tidur yang cukup sesuai usianya agar berat badannya bisa bertambah dengan sehat. Kebutuhan tidur anak antara lain:• Usia 1 tahun: 9 – 10 jam tidur malam, ditambah tidur siang 1 – 2 jam sekali atau dua kali sehari.• Usia 3 tahun: 12 jam tidur malam.• Usia 5 tahun ke atas: 11 jam tidur malam.Aktivitas FisikBanyak yang mengira aktivitas fisik hanya membuat anak lelah dan bb seret karena banyak gerakkurus. Faktanya, olahraga justru membantu perkembangan otot dan tulang, sekaligus meningkatkan nafsu makan. Anak dianjurkan aktif bergerak setidaknya 1 jam setiap hari, termasuk aktivitas aerobik seperti berlari atau bersepeda, serta latihan kekuatan seperti memanjat.Suasana Makan yang Tenang﻿﻿Makan sambil menonton TV atau bermain gadget sering membuat anak kurang fokus dan cepat kenyang. Ciptakan suasana makan yang tenang, tanpa distraksi, agar anak lebih konsentrasi dan mau menghabiskan makanannya dengan baik. Screen time tidak dianjurkan untuk anak di bawah usia 2 tahun. Sementara untuk anak yang lebih besar, batasi menjadi:• Usia 2 – 4 tahun: kurang dari 1 jam per hari.• Usia 5 tahun ke atas: kurang dari 2 jam per hari.Kapan Harus Konsultasi ke Dokter atau Ahli Gizi?﻿﻿Meski sudah berusaha memberikan nutrisi seimbang, tidur cukup, dan aktivitas teratur, ada kalanya berat badan anak tetap sulit naik. Jika anak tampak sering sakit, nafsu makan terus menurun, atau grafik pertumbuhan di buku KMS/PrimaKu tidak sesuai usianya, sebaiknya segera konsultasi ke dokter anak atau ahli gizi. Dengan begitu, MomDad bisa mendapatkan saran yang lebih personal dan sesuai kondisi anak.Mendukung berat badan anak tidak cukup hanya dengan memperhatikan MPASI. Tidur yang cukup, aktivitas fisik teratur, dan suasana makan yang kondusif juga sama pentingnya. Dengan kombinasi nutrisi seimbang dan kebiasaan sehat ini, MomDad bisa membantu anak tumbuh dengan berat badan ideal, sehat, dan aktif sesuai tahap perkembangannya. <ul><li>Referensi:</li><li>How to help your child gain weight - NHS&nbsp;</li><li>When Your Child's Weight Measures Low | Alberta Health Services&nbsp;</li></ul>

Cara Meningkatkan Berat Badan Anak selain Lewat MPASI

cara-meningkatkan-berat-badan-anak-selain-lewat-mpasi-1759540554045

Bahan saus:<ul><li style="font-size: 12pt;">2 buah tomat besar, diblender</li><li style="font-size: 12pt;">50 gr paha ayam, rebus sebentar&nbsp;</li><li style="font-size: 12pt;">50 gr daging sapi slice, rebus sebentar</li><li style="font-size: 12pt;">½ buah bawang bombay, cincang&nbsp;</li><li style="font-size: 12pt;">2 siung bawang putih, cincang&nbsp;</li><li style="font-size: 12pt;">400 ml susu UHT atau susu full cream&nbsp;</li><li style="font-size: 12pt;">100–150 gr keju parut&nbsp;</li><li style="font-size: 12pt;">3 kotak kecil brokoli rebus, diblender&nbsp;</li><li style="font-size: 12pt;">2 sdm wortel serut&nbsp;</li><li style="font-size: 12pt;">Secukupnya minyak ayam untuk menumis</li><li style="font-size: 12pt;">10 gr butter</li><li style="font-size: 12pt;">Garam, gula, dan kaldu bubuk secukupnya (opsional, khusus untuk MPASI di atas 1 tahun)</li><li style="font-size: 12pt;">Sedikit bubuk parsley, oregano, rosemary</li></ul>Pelengkap:<ul><li style="font-size: 12pt;">2 buah kentang ukuran sedang&nbsp;</li></ul>Cara membuat:<ol><li style="font-size: 12pt;">Rebus kentang hingga empuk. Setelah matang, haluskan dengan garpu atau tumbukan. Sisihkan.</li><li style="font-size: 12pt;">Rebus ayam dan sapi dengan sedikit air. Setelah matang, blender bersama tomat hingga halus. Air rebusan bisa ikut diblender agar menjadi kaldu alami. (Tekstur daging bisa dibuat halus atau agak kasar, sesuaikan dengan usia anak.)</li><li style="font-size: 12pt;">Panaskan sedikit minyak ayam, tumis bawang bombay dan bawang putih hingga harum.</li><li style="font-size: 12pt;">Masukkan campuran tomat + daging, lalu tambahkan brokoli dan wortel. Aduk rata.</li><li style="font-size: 12pt;">Bumbui dengan garam, gula, dan kaldu (opsional), lalu tambahkan parsley, oregano, dan rosemary.</li><li style="font-size: 12pt;">Tuang susu dan masukkan keju parut. Aduk hingga keju meleleh dan saus mengental.</li><li style="font-size: 12pt;">Matikan api, lalu masukkan butter selagi saus masih hangat. Aduk rata agar aromanya wangi.</li><li style="font-size: 12pt;">Campurkan saus dengan kentang halus, aduk hingga rata.</li><li style="font-size: 12pt;">Sajikan hangat atau simpan dalam wadah kaca untuk stok.</li></ol>Catatan: Resep untuk 4 porsi wadah MPASI.

MPASI BB Booster: Kentang Bolognese Sapi Ayam

mpasi-bb-booster--kentang-bolognese-sapi-ayam-1759467589028

Bayi memang terlihat kecil dan sederhana, tetapi sistem saraf mereka masih berkembang sehingga lebih mudah kewalahan ketika mendapat terlalu banyak rangsangan. Situasi yang biasa dan ringan bagi orang dewasa, seperti berbelanja, menghadiri pesta ulang tahun, atau kumpul keluarga, bisa jadi sangat melelahkan untuk bayi. Oleh karena itu, penting bagi MomDad memahami apa itu overstimulasi pada bayi, bagaimana mengenali tandanya, serta cara membantu bayi agar tetap tenang. Apa Itu Overstimulasi pada Bayi?Overstimulasi terjadi ketika bayi menerima terlalu banyak aktivitas, suara, atau sensasi yang melebihi kapasitas mereka untuk mengolah. Misalnya, berada di ruangan penuh orang asing, atau acara keluarga yang ramai, bisa membuat bayi menjadi tidak nyaman. Bayi yang lapar atau mengantuk juga lebih mudah mengalami overstimulasi.Tanda Bayi Mengalami OverstimulasiSecara biologis, overstimulasi membuat tubuh bayi menghasilkan hormon stres (kortisol) yang memicu sistem saraf simpatik (respons “fight or flight”). Akibatnya, jantung berdetak lebih cepat, napas menjadi cepat, dan otot menegang.Tanda-tanda yang dapat muncul antara lain:<ul><li>Menangis keras dan sulit ditenangkan</li><li>Rewel atau mudah marah</li><li>Tidak mau digendong (atau justru terlalu menempel pada orang tua)</li><li>Menolak menyusu</li><li>Terlihat lelah</li><li>Mengepalkan tangan</li><li>Wajah tampak takut atau tegang</li></ul>Cara Mencegah Overstimulasi pada BayiPencegahan dimulai dari memahami apa saja pemicu overstimulasi pada anak. Meski tidak semua bisa dihindari, orang tua dapat melakukan langkah berikut:<ul><li>Menjaga jadwal makan tetap teratur</li><li>Menyelesaikan keperluan di luar rumah sesingkat mungkin</li><li>Memberikan waktu tenang di rumah</li><li>Menghindari penggunaan gawai pada anak di bawah 2 tahun</li><li>Menyesuaikan aktivitas dengan waktu tidur bayi</li><li>Menjaga rutinitas tidur siang dan malam tetap konsisten</li></ul>Cara Menenangkan Bayi yang Mengalami Overstimulasi﻿﻿Jika bayi terlihat kewalahan, bawa mereka keluar dari lingkungan yang penuh rangsangan. Tempat gelap, tenang, dan minim suara sangat membantu, misalnya kamar tidur bayi.Beberapa cara yang bisa dilakukan:<ul><li>Menyusui atau memberi botol</li><li>Menggendong dengan kain bedong (swaddle) atau mengayun perlahan</li><li>Menggunakan suara tenang, musik lembut, atau white noise</li><li>Untuk bayi yang tidak suka dibedong, letakkan di tempat tidur yang aman sambil tetap berada di dekatnya</li><li>Pada bayi yang lebih besar, pastikan kebutuhan dasar terpenuhi (tidak lapar, haus, terlalu panas atau dingin), lalu ajak mereka membaca buku atau berpelukan di ruangan yang redup</li></ul> Kapan Perlu Waspada?Overstimulasi pada bayi adalah hal normal, dan tiap anak akan bereaksi berbeda. Namun, bila respons emosional bayi tampak berlebihan atau tidak sesuai dengan situasi, hal ini bisa menjadi tanda adanya kesulitan dalam memproses informasi atau emosi. Kondisi tersebut kadang berkaitan dengan gangguan perkembangan, seperti autism spectrum disorder (ASD) atau attention deficit disorder (ADD). Jika orang tua merasa khawatir dengan perkembangan anak, sebaiknya konsultasikan ke dokter anak.Overstimulasi pada bayi bukanlah tanda kelemahan, melainkan bagian dari proses tumbuh kembang normal. Dengan mengenali tanda-tanda dan memahami cara menenangkan bayi, orang tua bisa membantu si kecil merasa lebih aman dan nyaman. Ingatlah bahwa bayi butuh waktu, ruang, dan rutinitas yang konsisten untuk beradaptasi dengan dunia di sekitarnya. Dengan dukungan penuh kasih dari orang tua, anak akan belajar mengelola rangsangan dan berkembang sesuai ritmenya sendiri. Referensi: Signs of an Overstimulated Baby (and How to Calm Their System)&nbsp;

Ini Risiko Tersembunyi jika Vaksinasi Anak Tidak Lengkap

Ini Risiko Tersembunyi jika Vaksinasi Anak Tidak Lengkap

Lindungi Anak dari Kejahatan Seksual di Toilet Umum, Lakukan Hal Ini

Lindungi Anak dari Kejahatan Seksual di Toilet Umum, Lakukan Hal Ini

Snack MPASI 5 Menit: Pisang Lumat

Snack MPASI 5 Menit: Pisang Lumat

MPASI Pertama: Puree Kentang Salmon

MPASI Pertama: Puree Kentang Salmon

Pola Tidur Bayi yang Sehat Usia 0-12 Bulan, Berapa Lama Idealnya?

Pola Tidur Bayi yang Sehat Usia 0-12 Bulan, Berapa Lama Idealnya?

Cara Meningkatkan Berat Badan Anak selain Lewat MPASI

Cara Meningkatkan Berat Badan Anak selain Lewat MPASI

MPASI BB Booster: Kentang Bolognese Sapi Ayam

MPASI BB Booster: Kentang Bolognese Sapi Ayam

Tips Menenangkan Bayi yang Overstimulasi

Tips Menenangkan Bayi yang Overstimulasi