Bahan:<ul><li style="font-size: 12pt;">3 buah kentang kecil, kupas dan potong-potong</li><li style="font-size: 12pt;">Keju parut secukupnya (misalnya keju mozzarella atau keju lain sesuai selera)</li><li style="font-size: 12pt;">3 sdm tepung maizena atau tepung khusus MPASI</li><li style="font-size: 12pt;">1 sdt kaldu jamur (opsional)</li><li style="font-size: 12pt;">1 sdt kaldu ayam (opsional)</li></ul>Cara Membuat:<ol><li style="font-size: 12pt;">Kukus atau rebus kentang hingga empuk, lalu tiriskan.</li><li style="font-size: 12pt;">Haluskan kentang dengan ulekan atau garpu hingga lembut.</li><li style="font-size: 12pt;">Tambahkan tepung maizena, kaldu jamur, dan kaldu ayam. Aduk hingga adonan tercampur rata.</li><li style="font-size: 12pt;">Ambil sedikit adonan, pipihkan, lalu beri isian keju parut. Bentuk bulat atau sesuai selera. Ulangi hingga adonan habis.</li><li style="font-size: 12pt;">Panaskan sedikit minyak dengan api kecil, goreng adonan hingga matang kecokelatan. Hindari terlalu sering diaduk agar tidak hancur karena teksturnya lembut.</li><li style="font-size: 12pt;">Angkat, tiriskan, dan sajikan hangat.</li></ol>

Snack Finger Food: Potato Bomb

snack-finger-food--potato-bomb-1759465604641

Bahan:<ul><li style="font-size: 12pt;">1 kepala salmon (sudah dibersihkan)</li><li style="font-size: 12pt;">1 buah wortel, potong-potong</li><li style="font-size: 12pt;">½ buah bawang bombay, iris kasar</li><li style="font-size: 12pt;">2 siung bawang putih, geprek</li><li style="font-size: 12pt;">2 tangkai seledri</li><li style="font-size: 12pt;">2 tangkai daun bawang</li><li style="font-size: 12pt;">1000 ml air</li><li style="font-size: 12pt;">Sedikit margarin atau minyak sehat untuk menumis</li></ul>Cara Membuat:<ol><li style="font-size: 12pt;">Panaskan margarin/minyak, lalu tumis wortel, bawang bombay, bawang putih, seledri, dan daun bawang hingga harum.</li><li style="font-size: 12pt;">Rebus air hingga mendidih, masukkan kepala salmon dan bahan tumisan.</li><li style="font-size: 12pt;">Masak dengan api kecil hingga air menyusut dan kaldu terasa gurih.</li><li style="font-size: 12pt;">Matikan api dan biarkan kaldu dingin.</li><li style="font-size: 12pt;">Saring, lalu simpan kaldu dalam wadah bersih. Jangan lupa beri label tanggal pembuatan.</li></ol>

Bumbu Dasar MPASI: Kaldu Salmon

bumbu-dasar-mpasi--kaldu-salmon-1759304234565

Belakangan ini, di berbagai daerah di Indonesia sedang marak kasus flu, terutama pada anak-anak. Flu bukan sekadar batuk pilek biasa, melainkan infeksi virus yang bisa menimbulkan gejala cukup berat dan berisiko menimbulkan komplikasi serius, terutama pada anak dengan kondisi kesehatan tertentu. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk mengenali tanda-tanda flu, cara penanganan, hingga upaya pencegahannya. Gejala Flu pada AnakGejala flu biasanya muncul tiba-tiba dan bisa berlangsung selama 1 minggu atau lebih. Anak dengan flu umumnya tampak jauh lebih sakit dan lemah dibandingkan saat terkena pilek biasa.Beberapa gejala yang sering muncul antara lain:<ul><li>Demam mendadak (biasanya di atas 38°C)</li><li>Menggigil</li><li>Sakit kepala, nyeri otot, dan rasa sangat lelah</li><li>Sakit tenggorokan</li><li>Batuk kering dan terus-menerus</li><li>Hidung tersumbat atau berair</li><li>Mual, muntah, atau diare (pada sebagian anak)</li></ul>Setelah beberapa hari, batuk, hidung tersumbat, dan sakit tenggorokan biasanya lebih jelas dirasakan. Anak dengan Risiko Lebih TinggiSiapa pun bisa mengalami flu yang berat, tetapi anak dengan kondisi medis kronis memiliki risiko komplikasi lebih tinggi, misalnya anak dengan penyakit paru-paru, jantung, ginjal, gangguan sistem imun, kanker, diabetes, atau kelainan darah dan saraf.Pada anak-anak ini, vaksinasi flu sangat dianjurkan, dan sebaiknya sebisa mungkin menghindari kontak dengan orang yang sedang sakit flu. Bila muncul gejala flu disertai kesulitan bernapas, segera cari pertolongan medis karena komplikasi bisa berakibat fatal.Pengobatan FluUmumnya, MomDad dapat merawat si Kecil yang flu di rumah dengan:<ul><li>Istirahat cukup</li><li>Asupan cairan yang banyak untuk mencegah dehidrasi</li></ul>Jika anak demam dan tidak nyaman, dokter dapat merekomendasikan parasetamol atau ibuprofen sesuai usia dan berat badan anak. Penting diingat:<ul><li>Ibuprofen tidak boleh diberikan pada anak di bawah 6 bulan, anak yang dehidrasi, atau muntah terus-menerus.</li><li>Aspirin tidak boleh diberikan pada anak dengan flu karena bisa meningkatkan risiko sindrom Reye yang berbahaya.</li></ul>Dalam kondisi tertentu, dokter mungkin meresepkan obat antivirus. Obat ini paling efektif bila diberikan dalam 1–2 hari pertama muncul gejala. Kapan Flu Menjadi Darurat?Segera bawa anak ke dokter bila menunjukkan tanda-tanda berikut:<ul><li>Sesak napas atau napas cepat tidak normal</li><li>Kulit, bibir, atau kuku tampak pucat atau kebiruan</li><li>Nyeri dada</li><li>Nyeri otot berat hingga anak menolak berjalan</li><li>Tidak buang air kecil lebih dari 8 jam, mulut kering, atau tidak ada air mata saat menangis</li><li>Tidak responsif atau tampak linglung</li><li>Kejang</li><li>Demam sangat tinggi (di atas 40°C) atau demam pada bayi di bawah 3 bulan</li><li>Gejala sempat membaik tetapi kembali memburuk</li></ul> Pencegahan FluCara paling efektif mencegah flu adalah dengan vaksinasi tahunan. Vaksin influenza membantu meningkatkan daya tahan tubuh dan menurunkan risiko komplikasi.Vaksin influenza penting untuk:<ul><li>Anak usia 6 bulan–5 tahun</li><li>Anak dengan penyakit kronis</li><li>Anak usia di bawah 5 tahun, terutama di bawah 2 tahun</li><li>Ibu hamil, menyusui, atau yang sedang merencanakan kehamilan</li><li>Semua orang yang sering kontak dengan anak berisiko tinggi (termasuk tenaga kesehatan)</li></ul>Di tengah meningkatnya kasus flu pada anak di Indonesia, orang tua perlu lebih waspada. Kenali gejala flu sejak dini, pahami kapan kondisi menjadi darurat, dan jangan ragu untuk membawa anak ke dokter bila diperlukan. Pencegahan melalui vaksinasi tahunan, menjaga kebersihan, serta memastikan anak cukup istirahat dan asupan nutrisi yang baik, adalah langkah terbaik untuk melindungi si kecil dari komplikasi flu. Referensi: The Flu: What Parents Need to Know - HealthyChildren.org.&nbsp;

Cara Aman Merawat Anak yang Terkena Influenza di Rumah

cara-aman-merawat-anak-yang-terkena-influenza-di-rumah-1759238569831

Infeksi Salmonella (Salmonellosis) adalah salah satu penyakit bakteri yang cukup sering menyerang saluran pencernaan. Bakteri ini biasanya hidup di usus manusia maupun hewan, lalu keluar bersama tinja (feses). Penularan pada manusia paling sering terjadi melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi. Bagaimana dan lewat makanan apa Salmonella bisa menyebar? Yuk, ketahui melalui artikel ini! Bagaimana Salmonella Menyebar?Bakteri Salmonella hidup di saluran pencernaan banyak hewan ternak. Selama proses pemeliharaan, pemotongan, atau pengolahan, bakteri ini dapat berpindah ke produk makanan, seperti daging mentah, unggas, telur, atau susu yang tidak dipasteurisasi.Selain itu, sayuran hijau, buah-buahan, dan makanan laut juga bisa terkontaminasi melalui pupuk kotoran hewan atau air yang terkontaminasi.Salmonella juga dapat menular melalui hewan peliharaan, seperti kucing, anjing, atau reptil, bahkan dari orang ke orang akibat kebersihan tangan yang buruk, misalnya tidak mencuci tangan setelah dari toilet. Kontaminasi silang di dapur, misalnya memotong daging mentah dengan talenan yang sama untuk sayuran, juga menjadi salah satu jalur penyebaran utama. Penyebab Infeksi Salmonella﻿﻿Infeksi Salmonella umumnya terjadi karena makanan atau air yang terkontaminasi tinja manusia maupun hewan.Beberapa sumber infeksi yang umum antara lain:<ul><li>Daging, unggas, dan makanan laut mentah: bakteri dapat menempel saat proses pemotongan atau berasal dari air yang terkontaminasi.</li><li>Telur mentah atau setengah matang: bahkan jika kulit telur tampak bersih, bakteri bisa terbawa sejak telur terbentuk di dalam ayam.</li><li>Produk susu yang tidak dipasteurisasi: proses pasteurisasi penting untuk membunuh bakteri berbahaya, termasuk Salmonella.</li><li>Buah dan sayuran: bisa terkontaminasi dari air atau pupuk yang tercemar.</li><li>Penanganan makanan yang tidak higienis: misalnya tidak mencuci tangan setelah dari toilet atau setelah memegang makanan mentah.</li><li>Kontak dengan hewan peliharaan: beberapa hewan, terutama burung dan reptil, dapat membawa Salmonella di bulu, kulit, atau kotorannya.</li></ul> Gejala Infeksi SalmonellaInfeksi Salmonella umumnya disebabkan oleh konsumsi daging, unggas, atau telur yang mentah atau kurang matang, serta susu yang tidak dipasteurisasi. Masa inkubasi (waktu antara paparan dan munculnya gejala) berkisar antara 6 jam hingga 6 hari.Gejala yang mungkin timbul antara lain:<ul><li>Diare</li><li>Kram perut</li><li>Demam</li><li>Mual</li><li>Muntah</li><li>Menggigil</li><li>Sakit kepala</li><li>Feses berdarah</li></ul>Gejala biasanya berlangsung selama beberapa hari hingga satu minggu. Diare dapat menetap hingga 10 hari, dan pada beberapa anak butuh waktu berbulan-bulan untuk kembali pada pola buang air besar normal.Beberapa jenis bakteri Salmonella bahkan dapat menyebabkan demam tifoid, penyakit serius yang lebih sering terjadi di negara berkembang.Infeksi Salmonella merupakan penyakit yang sering terjadi namun sebenarnya dapat dicegah dengan langkah sederhana. Menjaga kebersihan tangan, mengolah makanan dengan benar, serta memastikan air dan bahan makanan dalam kondisi aman adalah kunci utama untuk melindungi anak dari infeksi ini. Referensi:<ul><li>Salmonella | Food Standards Agency.&nbsp;</li><li>Salmonella infection - Symptoms &amp; causes - Mayo Clinic&nbsp;</li></ul>

Waspada, Makanan Ini Bisa Membawa Bakteri Salmonella

waspada--makanan-ini-bisa-membawa-bakteri-salmonella-1759238395096

Pertumbuhan dan status gizi anak merupakan hal yang sangat penting, baik bagi keluarga maupun pemerintah. Pemantauan rutin dapat membantu mendeteksi sejak dini adanya masalah gizi, sehingga anak bisa segera mendapatkan penanganan yang tepat. Nah, ada dua cara yang bisa dilakukan untuk mengetahui status gizi anak, yaitu dengan pengukuran berat badan dan lingkar lengan atas (LILA). Lantas, cara mana yang lebih cepat deteksi masalah gizi anak?Pentingnya Pemantauan PertumbuhanDi beberapa negara, seperti India, pemantauan pertumbuhan dilakukan melalui pengukuran tinggi dan berat badan anak di sekolah. Namun, hasil pengukuran ini sering kali tidak diikuti dengan tindakan korektif terhadap masalah gizi. Tinggi badan cenderung berubah lebih lambat sehingga kurang bermanfaat untuk pemantauan rutin, sedangkan berat badan lebih cepat berubah tetapi tetap dipengaruhi oleh tinggi badan.Untuk itu, Indeks Massa Tubuh (IMT/BMI) sering digunakan karena menggabungkan tinggi dan berat badan. Sayangnya, penggunaan BMI membutuhkan perhitungan tambahan dan acuan grafik usia, sehingga tidak selalu praktis. Alternatif lainnya adalah pengukuran lingkar lengan atas bagian tengah yang lebih sederhana, cepat dilakukan, dan bisa menjadi indikator status gizi anak.Apa Itu Status Gizi?Status gizi adalah kondisi tubuh yang merupakan hasil dari keseimbangan antara asupan, penyerapan, dan pemanfaatan zat gizi. Jika terjadi ketidakseimbangan, misalnya karena asupan kurang, kebutuhan meningkat, atau gangguan dalam penyerapan, maka dapat timbul gizi kurang atau malnutrisi.Malnutrisi biasanya dinilai dari beberapa aspek, yaitu:<ul><li>Asupan makanan sehari-hari.</li><li>Pemeriksaan laboratorium.</li><li>Pengukuran antropometri (ukuran tubuh).</li><li>Observasi klinis (tanda dan gejala fisik).</li></ul>Metode Pengukuran AntropometriPengukuran antropometri adalah cara mengukur dimensi dan komposisi tubuh untuk mengetahui status gizi. Hasilnya bisa berbeda tergantung usia, jenis kelamin, ras, dan kondisi gizi seseorang. Beberapa metode yang sering digunakan adalah:<ul><li>Indeks Massa Tubuh (BMI/IMT): dihitung dari berat badan dan tinggi badan. Berguna untuk menilai keseimbangan energi dan protein, namun membutuhkan data tinggi badan yang akurat.</li><li>Lingkar Lengan Atas Anak (LILA): pengukuran sederhana dengan pita ukur di lengan atas bagian tengah. Pengukuran lingkar lengan atas bisa digunakan sebagai alternatif dalam skrining gizi kurang, terutama ketika sulit mengukur tinggi dan berat badan, misal anak mengalami bengkak seluruh tubuh atau hidrosefalus</li></ul>LILA sebagai Alternatif Skrining GiziKeunggulan LILA adalah mudah dilakukan, tidak memerlukan perhitungan rumit, dan dapat dilakukan oleh berbagai pihak, baik tenaga kesehatan maupun kader di masyarakat. Pada anak, LILA terbukti membantu dalam mendeteksi gizi kurang. Namun, pada orang dewasa, batas normal LILA masih bervariasi dan belum ada standar baku seperti pada anak.Oleh karena itu, penelitian terus dilakukan untuk memastikan apakah LILA bisa dijadikan alat ukur yang valid dalam menilai malnutrisi pada orang dewasa maupun anak sekolah.Pemantauan pertumbuhan dan gizi anak sangat penting karena masalah gizi yang terlambat terdeteksi bisa memengaruhi kesehatan dan perkembangan jangka panjang. Metode sederhana seperti LILA terbukti praktis sebagai alat skrining dini. Dengan pemantauan rutin dan tepat, orang tua bisa membantu anak tumbuh sehat, aktif, dan siap menghadapi masa depan.Referensi:<ul><li>Shyam V Ashtekar, Manasi Shekhar Padhyegurjar, Jagdish D Powar, Shekhar Bhikaji Padhyegurjar. Mid-Upper-Arm-Circumference as a Growth Parameter and its Correlation with Body Mass Index and Heights in Ashram School Students in Nashik District in Maharashtra, India. Indian J Community Med. 2020 Oct 28;45(4):419–424.</li><li>Andreoli A, Garaci F, Pio F, Guglielmi G. Body composition in clinical practice. Eur J Radiol. 2016;85:1461–8.</li><li>Correia MITD. Nutrition screening vs nutrition assessment: What’s the difference? Nutr Clin Pract. 2018;33(1):62–72.</li><li>3. Gibson RS. Principles of Nutritional Assessment. New York: Oxford University Press; 2005. p. 252–91.</li><li>Tang AM, Chung M, Dong K, Wanke C, Bahwere P, Bose K, et al. Determining a global mid-upper arm circumference cutoff to assess underweight in adults (men and nonpregnant women). Washington; 2017.</li></ul>

LILA vs BB, Mana yang Lebih Cepat Deteksi Masalah Gizi

lila-vs-bb--mana-yang-lebih-cepat-deteksi-masalah-gizi-1759161251468

Bagi orang tua, mungkin terlihat sederhana saat anak belajar memakai baju sendiri. Namun, di balik kegiatan ini, ada banyak manfaat yang mendukung tumbuh kembang si Kecil. Memakai baju sendiri bukan hanya soal kerapian, tetapi juga menjadi bagian penting dari kemandirian, rasa percaya diri, dan kesempatan bagi anak untuk mengekspresikan diri. Selain itu, kemampuan ini melatih keterampilan motorik, konsentrasi, serta pemahaman anak tentang lingkungan. Mengapa Anak Perlu Belajar Memakai Baju Sendiri?﻿﻿Kemampuan berpakaian memberi anak rasa percaya diri, melatih kemandirian, sekaligus memudahkan orang tua. Selain itu, aktivitas ini mendukung perkembangan:<ul><li>Motorik halus – misalnya saat mengancingkan baju atau menarik resleting.</li><li>Motorik kasar – seperti berdiri dengan satu kaki ketika mengenakan celana.</li><li>Kognitif – mengingat urutan pakaian dan fokus menyelesaikan tugas.</li><li>Bahasa – menyebut nama pakaian, warna, dan ukuran.</li><li>Kesadaran waktu &amp; situasi – memilih pakaian sesuai cuaca atau acara.</li></ul>Memulai Belajar Memakai BajuSejak bayi, anak biasanya sudah mengenali pakaian dengan melepas kaus kaki, sepatu, atau topi. Seiring bertambah usia, mereka bisa diajak memilih pakaian sederhana atau menamai pakaian yang dikenakan. Pakaian dengan karet pinggang longgar, resleting atau velcro, serta kaus bergambar bisa jadi pilihan awal yang memudahkan anak.Membagi Proses Memakai Baju Menjadi Langkah-LangkahMemakai baju punya banyak tahapan, sehingga lebih mudah jika dipecah. Misalnya, urutannya: pakaian dalam, kaus, celana, kaus kaki, lalu sepatu.Setiap tahap juga bisa dipecah lagi sesuai usia dan kemampuan anak. Mengajarkan sambil memberi instruksi sederhana (“masukkan tangan”, “tarik ke atas”) akan membantu anak memahami langkah demi langkah.Mengajarkan dengan Metode Belajar TerbalikMetode ini dimulai dari langkah terakhir. Misalnya, saat mengenakan celana, MomDad membantu si Kecil hingga kakinya masuk, lalu biarkan ia menarik celana ke pinggang sendiri. Setelah bisa, ajarkan langkah sebelumnya hingga ia menguasai semua tahapan. Cara ini efektif karena anak lebih cepat merasakan “kepuasan” saat berhasil menyelesaikan tugas.Tips Membantu Anak Belajar Memakai BajuProses belajar berpakaian memang butuh waktu dan kesabaran, tapi ada banyak cara sederhana yang bisa mempermudah si Kecil, antara lain:<ul><li>Sediakan waktu: jangan terburu-buru, pilih waktu santai untuk latihan.</li><li>Pilih pakaian praktis: gunakan pakaian dengan kancing besar, resleting, atau velcro.</li><li>Latihan melepas pakaian dulu: lebih mudah daripada memakainya.</li><li>Libatkan anak memilih baju: beri 2–3 opsi sederhana agar mereka belajar menentukan pilihan.</li><li>Gunakan panduan visual: misalnya gambar urutan berpakaian ditempel di kamar anak.</li></ul>Perkembangan Keterampilan berdasarkan UsiaSetiap anak berkembang dengan ritmenya sendiri, tapi ada gambaran umum kapan mereka mulai bisa melakukan keterampilan berpakaian tertentu. Panduan ini bisa membantu MomDad memahami tahapan kemampuan anak sesuai usianya:<ul><li>1 tahun: bisa mengulurkan tangan untuk lengan baju, mengangkat kaki untuk sepatu, melepas kaus kaki atau sepatu.</li><li>2 tahun: bisa melepas jaket, sepatu tanpa tali, membantu menurunkan celana, menemukan lubang lengan baju.</li><li>2,5 tahun: mulai bisa menurunkan celana karet, mencoba memakai kaus kaki, mengenakan baju berkancing depan tanpa mengancing, membuka kancing besar.</li><li>3 tahun: mengenakan kaus dengan sedikit bantuan, memakai sepatu (meski sering salah kaki), menarik celana sendiri, membuka resleting, mulai bisa mengancing.</li><li>4 tahun: bisa melepas kaus sendiri, memakai kaus kaki dengan benar, memakai sepatu dengan sedikit bantuan, mengenali depan-belakang pakaian.</li><li>4,5 tahun: bisa memakai celana panjang sendiri, memasukkan ikat pinggang ke gesper.</li><li>5 tahun: sudah mampu berpakaian mandiri dengan benar tanpa bantuan orang tua.</li></ul>Belajar memakai baju sendiri adalah tonggak penting dalam tumbuh kembang anak. Proses ini memang membutuhkan waktu, kesabaran, dan dukungan positif dari MomDad. Jangan khawatir bila si Kecil belum lancar di usia tertentu, karena setiap anak berkembang dengan ritmenya sendiri. Yang terpenting, biarkan ia mencoba, berikan pujian untuk setiap usahanya, dan jadikan momen ini bagian menyenangkan dari perjalanan menuju kemandirian. Dengan begitu, si Kecil akan tumbuh percaya diri, mandiri, dan siap menghadapi tantangan kecil berikutnya dalam hidupnya. Referensi: <a class="e-rte-anchor" href="https://raisingchildren.net.au/toddlers/health-daily-care/dressing/how-to-get-dressed#development-of-skills-for-getting-dressed-nav-title" title="https://raisingchildren.net.au/toddlers/health-daily-care/dressing/how-to-get-dressed#development-of-skills-for-getting-dressed-nav-title" target="_blank">Getting dressed: helping children learn&nbsp;</a><div> </div>

5+ Alasan Kenapa Anak Harus Belajar Pakai Baju Sendiri sejak Dini

5--alasan-kenapa-anak-harus-belajar-pakai-baju-sendiri-sejak-dini-1759086233692

Bahan:<ul><li>1 ekor ikan kembung kecil (sudah dibersihkan, dibumbui ringan dengan rempah, lalu dipindang agar mudah diambil dagingnya)</li><li>½ buah kentang kecil</li><li>1 potong wortel (seukuran ibu jari)</li><li>1 sdm nasi matang</li><li>Sedikit bawang merah, cincang halus</li><li>Sedikit kaldu jamur (opsional, bisa diganti kaldu alami dari rebusan ikan/sayur)</li><li>Sedikit margarin untuk menumis</li></ul>Cara Membuat:<ol><li>Ambil daging ikan kembung yang sudah dipindang, pisahkan dari tulang dan durinya.</li><li>Potong kecil kentang, wortel, dan bahan lainnya agar cepat matang.</li><li>Tumis bawang sebentar dengan sedikit margarin/minyak hingga harum.</li><li>Tambahkan ±2 gelas kecil air, lalu masukkan semua bahan (kentang, wortel, nasi, dan ikan).</li><li>Masak hingga air menyusut dan bahan-bahan empuk.</li><li>Dinginkan sebentar, kemudian blender hingga halus. Saring kembali bila perlu untuk mendapatkan tekstur lebih lembut.</li><li>Sajikan hangat untuk si Kecil.</li></ol>

Puree Ikan Kembung

puree-ikan-kembung-1758882737004

Bahan:<ul><li>﻿﻿50 gr teri nasi tawar (rendam sebentar lalu tiriskan agar tidak terlalu asin)</li><li>2 butir telur</li><li>2 siung bawang merah, iris tipis</li><li>Sedikit daun bawang, iris halus</li><li>1 sdm saus tiram</li><li>1 sdm kecap manis</li><li>1 sdm kecap asin</li><li>1 sdm minyak wijen</li><li>5 sdm air matang</li></ul>Cara Membuat:<ol><li>Kocok telur dalam mangkuk, lalu masukkan teri nasi, bawang merah, dan daun bawang. Aduk rata, sisihkan.</li><li>Dalam wadah terpisah, campurkan saus tiram, kecap manis, kecap asin, minyak wijen, dan air matang. Aduk hingga rata.</li><li>Panaskan sedikit minyak di wajan. Tuang adonan telur, masak dengan api kecil hingga mengembang (fluffy).</li><li>Setelah telur setengah matang, tuang campuran saus di atasnya. Biarkan hingga saus meresap dan sedikit menyusut.</li><li>Angkat dan sajikan hangat.</li></ol>

Snack Finger Food: Potato Bomb

Snack Finger Food: Potato Bomb

Bumbu Dasar MPASI: Kaldu Salmon

Bumbu Dasar MPASI: Kaldu Salmon

Cara Aman Merawat Anak yang Terkena Influenza di Rumah

Cara Aman Merawat Anak yang Terkena Influenza di Rumah

Waspada, Makanan Ini Bisa Membawa Bakteri Salmonella

Waspada, Makanan Ini Bisa Membawa Bakteri Salmonella

LILA vs BB, Mana yang Lebih Cepat Deteksi Masalah Gizi

LILA vs BB, Mana yang Lebih Cepat Deteksi Masalah Gizi

5+ Alasan Kenapa Anak Harus Belajar Pakai Baju Sendiri sejak Dini

5+ Alasan Kenapa Anak Harus Belajar Pakai Baju Sendiri sejak Dini

Puree Ikan Kembung

Puree Ikan Kembung

MPASI BB Booster: Telur Dadar Teri Nasi

MPASI BB Booster: Telur Dadar Teri Nasi