Grafik pertumbuhan yang digunakan dalam KMS (Kartu Menuju Sehat) maupun aplikasi PrimaKu mengacu pada standar pertumbuhan anak dari WHO (World Health Organization). Standar ini dikembangkan berdasarkan data anak-anak sehat dari berbagai negara, sehingga dapat digunakan sebagai acuan global untuk memantau tumbuh kembang anak secara akurat dan konsisten, termasuk di Indonesia. Grafik ini adalah alat penting untuk memantau status tumbuh kembang si Kecil.Namun, banyak orang tua yang masih bingung cara membacanya, bahkan menganggap angka-angka dan kurva tersebut terlalu rumit. Padahal, memahami grafik pertumbuhan ini sangat penting sebagai langkah awal untuk mendeteksi gangguan tumbuh kembang secara dini.&nbsp; Cara Membaca Grafik Pertumbuhan<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/b23f381c6ee4140d60feb1638442f272_1749861768129.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="cht-wfa-girls-z-0-2_page-0001.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;"> Kurva digambarkan berdasarkan perbandingan antara berat badan dan usia balita. Garis acuan pada kurva ini berfungsi sebagai panduan bagi orang tua untuk memahami kondisi pertumbuhan anaknya.Garis tegak (vertikal) menunjukkan usia anak dalam bulan, sedangkan garis datar (horizontal) menunjukkan bahwa berat badan anak tidak mengalami perubahan dari bulan sebelumnya. Kurva pertumbuhan ini ditampilkan dalam bentuk garis berwarna hijau, hitam, dan merah. Garis merah merupakan batas penapisan yang menunjukkan kemungkinan seorang balita mengalami gizi buruk dan memerlukan penanganan segera.Kurva pertumbuhan biasanya dimulai dari berat badan bayi baru lahir yang normal, yaitu tidak kurang dari 2.500 gram. Pada umumnya, grafik pertumbuhan akan menunjukkan peningkatan tajam selama 24 bulan pertama kehidupan, lalu cenderung melandai seiring bertambahnya usia. Untuk membaca kurva dan menarik kesimpulan, perhatikan warna garis berikut:<ul><li>Garis hijau: pertumbuhan normal</li><li>Garis merah: berat badan kurang</li><li>Garis hitam: sangat kurang</li></ul> Memahami cara membaca grafik pertumbuhan bukan hanya tugas tenaga kesehatan, tapi juga tanggung jawab penting bagi orang tua. Dengan memahami grafik WHO/KMS, MomDad dapat lebih cepat mengenali jika ada tanda-tanda gangguan pertumbuhan pada si Kecil, sehingga intervensi bisa dilakukan sejak dini. Mari jadikan grafik pertumbuhan sebagai alat komunikasi aktif antara orang tua dan tenaga kesehatan dalam memantau tumbuh kembang si Kecil.&nbsp; Referensi: <a class="e-rte-anchor" href="https://www.cegahstunting.com/post/agar-anak-dapat-tumbuh-dengan-optimal-apa-saja-yang-perlu-diketahui" title="https://www.cegahstunting.com/post/agar-anak-dapat-tumbuh-dengan-optimal-apa-saja-yang-perlu-diketahui" target="_blank">Cegah Stunting | Agar Anak Dapat Tumbuh dengan Optimal, Apa Saja yang Perlu Diketahui?</a>

Cara Membaca Grafik Pertumbuhan dengan Benar

cara-membaca-grafik-pertumbuhan-dengan-benar-1749861832051

Pertumbuhan bayi adalah salah satu indikator utama kesehatan dan perkembangan optimal si Kecil. Setiap bulan, berat dan tinggi badan bayi akan berubah seiring dengan pertambahan usia dan asupan nutrisi yang didapatkan. Namun, tidak semua perubahan tersebut berjalan ideal. Ada kalanya pertumbuhan bayi melambat, stagnan, atau bahkan turun. Lalu, kapan orang tua harus mulai waspada terhadap berat dan tinggi badan anak? Apakah semua keterlambatan pertumbuhan perlu dikhawatirkan? Memahami Pola Pertumbuhan Bayi yang NormalMenurut kurva pertumbuhan dari WHO, bayi memiliki rentang pertumbuhan yang normal berdasarkan usia dan jenis kelamin. Pada umumnya:<ul><li>Berat badan bayi baru lahir normal berada di kisaran 2500–4000 gram.</li><li>Tinggi badan saat lahir rata-rata antara 45–55 cm.</li><li>Dalam 6 bulan pertama, berat badan bayi seharusnya naik sekitar 600–1000 gram per bulan, dan tinggi badan bertambah sekitar 2,5 cm per bulan.</li><li>Memasuki usia 6–12 bulan, kecepatan pertambahan akan melambat, namun tetap ada peningkatan signifikan.</li></ul>Pertumbuhan bayi biasanya dipantau melalui Kartu Menuju Sehat (KMS) atau aplikasi PrimaKu, yang mengacu pada kurva WHO untuk menentukan apakah anak berada dalam jalur pertumbuhan yang sesuai. Tanda-Tanda Pertumbuhan yang Perlu DiwaspadaiOrang tua sebaiknya mulai waspada apabila menemukan hal-hal berikut saat memantau berat dan tinggi bayi:<ul><li>Berat badan tidak bertambah atau turun dalam dua bulan berturut-turut. Ini bisa menandakan gangguan nutrisi, masalah pencernaan, atau penyakit kronis.</li><li>Kenaikan berat badan sangat lambat dibanding grafik WHO (misalnya turun garis/z-score). Jika berat badan turun ke zona kuning atau merah dalam KMS, segera konsultasikan ke tenaga kesehatan.</li><li>Tinggi badan tidak bertambah signifikan dalam 3 bulan. Pertumbuhan tinggi badan yang stagnan bisa menjadi tanda awal stunting.</li><li>Perbandingan berat dan tinggi tidak seimbang (IMT rendah). Bisa menunjukkan gizi kurang atau gizi buruk yang tersembunyi.</li><li>Lingkar kepala tidak bertambah sesuai usia. Meskipun bukan ukuran utama gizi, lingkar kepala juga mencerminkan pertumbuhan otak.</li></ul>Memahami kurva pertumbuhan dan mengenali tanda-tanda keterlambatan sejak dini adalah langkah penting dalam menjaga kesehatan anak. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis anak jika pertumbuhan anak tampak stagnan atau menyimpang dari jalur normal. Referensi:<ul><li>Kementerian Kesehatan RI. (2021). Buku KIA Edisi Revisi 2020.</li><li>WHO - Child growth standards&nbsp;</li></ul>

Kapan Orang Tua Harus Waspada Terkait Berat & Tinggi Bayi?

kapan-orang-tua-harus-waspada-terkait-berat---tinggi-bayi--1749861722646

Tummy time atau waktu tengkurap adalah salah satu aktivitas penting yang direkomendasikan untuk bayi sejak dini. Meskipun terlihat sederhana, tummy time memiliki peran besar dalam mendukung perkembangan motorik kasar, kekuatan otot leher dan punggung, serta mencegah risiko keterlambatan tumbuh kembang. Tapi sebenarnya, kapan waktu yang tepat untuk memulai tummy time dan berapa lama idealnya dilakukan dalam sehari?Kapan Bayi Bisa Mulai Tummy Time?Menurut rekomendasi dari American Academy of Pediatrics (AAP) dan CDC, tummy time sebaiknya dimulai sejak bayi baru lahir, bahkan sejak hari pertama pulang ke rumah, selama bayi dalam kondisi sadar dan terjaga (awake and alert) dan selalu dalam pengawasan orang tua.Meski bayi baru lahir belum bisa menegakkan kepala dengan sempurna, tummy time sejak dini bisa dilakukan secara perlahan-lahan untuk melatih kekuatan otot leher, bahu, dan punggungnya. Awalnya bisa dimulai dalam waktu beberapa menit per sesi, beberapa kali sehari.Berapa Lama Idealnya Tummy Time?<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/67ddf62c1e138010883c54ae9831353104_1749806774746.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="tummy time (1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;"> Berikut ini panduan durasi tummy time berdasarkan usia, mengacu pada AAP dan penelitian tumbuh kembang:<ul><li>0–1 bulan: Mulai dari 1–2 menit per sesi, 2–3 kali sehari, tergantung toleransi bayi. Gunakan alas empuk dan lakukan saat bayi dalam kondisi tenang.</li><li>1–2 bulan: Tingkatkan hingga 5 menit per sesi, dilakukan beberapa kali sehari.</li><li>3 bulan ke atas: Tujuannya adalah agar bayi mendapatkan total waktu tummy time 30–60 menit per hari, bisa dibagi dalam beberapa sesi pendek.</li></ul>Idealnya, bayi mendapatkan setidaknya 60 menit tummy time per hari pada usia 3 bulan ke atas, namun dibagi ke dalam sesi pendek agar bayi tidak merasa stres atau lelah.Berikut beberapa ide yang dapat membantu MomDad dan si Kecil menikmati sesi tummy time:<ul><li>Gelar selimut atau alas bermain yang bersih dan aman di lantai.</li><li>Letakkan handuk kecil yang digulung di bawah dada bayi untuk membantu menopang tubuh bagian atas.</li><li>Lakukan tummy time dalam sesi pendek setelah mengganti popok atau setelah tidur siang.</li><li>Letakkan mainan dalam jangkauan bayi untuk merangsang interaksi dan kemampuan bermainnya.</li><li>Ajak orang yang dipercaya duduk di hadapan bayi untuk mendorong interaksi dan mempererat ikatan emosional.</li></ul>Manfaat Tummy Time untuk Tumbuh KembangTummy time memberikan banyak manfaat, antara lain:<ul><li>Mencegah positional plagiocephaly (peyang kepala akibat terlalu lama telentang).</li><li>Membantu memperkuat otot leher, bahu, punggung, dan lengan.</li><li>Mendorong perkembangan motorik kasar awal seperti mengangkat kepala, berguling, dan merangkak.</li><li>Membantu koordinasi antara tubuh bagian atas dan bawah.</li></ul>Bayi yang rutin melakukan tummy time sejak dini menunjukkan perkembangan motorik kasar yang lebih cepat dibandingkan bayi yang tidak rutin tummy time.Tummy time bukan sekadar aktivitas tengkurap biasa. Jika dilakukan sejak dini dan secara rutin, tummy time bisa membantu bayi mengembangkan kekuatan otot dan keterampilan motorik dasar yang akan berguna untuk fase-fase berikutnya, seperti duduk, merangkak, hingga berjalan. Yuk, jadikan tummy time sebagai bagian dari rutinitas harian sejak hari pertama! Referensi:<ul><li>Hewitt L, Kerr E, Stanley RM, et al. (2020). Tummy Time and Infant Health Outcomes: A Systematic Review. Pediatrics. <a classname="e-rte-anchor" href="https://doi.org/10.1542/peds.2020-0973" title="https://doi.org/10.1542/peds.2020-0973">https://doi.org/10.1542/peds.2020-0973 </a></li><li>American Academy of Pediatrics (AAP). “Back to Sleep, Tummy to Play.”</li><li>Centers for Disease Control and Prevention (CDC). “Tummy Time.”</li><li>Zoghi A et al. (2019). The Effect of Prone Position on Motor Development in Preterm Infants. Iranian Journal of Child Neurology.</li></ul>

Kapan Bayi Harus Mulai Tummy Time & Berapa Lama Idealnya?

kapan-bayi-harus-mulai-tummy-time---berapa-lama-idealnya--1749806967905

Setiap kali si Kecil mendapatkan imunisasi, mungkin MomDad merasa cemas menghadapi kemungkinan ia akan menjadi rewel setelahnya. Reaksi seperti demam ringan, bengkak di area suntikan, atau tangisan yang lebih lama dari biasanya memang sering terjadi pasca imunisasi. Meskipun hal ini tergolong normal, tetap saja membuat MomDad merasa khawatir dan ingin segera menenangkan si Kecil. KIta cari tahu, yuk bagaimana membuat si Kecil merasa nyaman setelah imunisasi! Mengapa Anak Bisa Rewel setelah Imunisasi?Rewel setelah imunisasi adalah hal yang umum terjadi. Ini merupakan reaksi tubuh terhadap vaksin, yang menandakan bahwa sistem imun sedang bekerja membentuk perlindungan. Beberapa reaksi umum yang dapat menyebabkan anak menjadi rewel antara lain:<ul><li>Nyeri atau bengkak di area suntikan</li><li>Demam ringan</li><li>Rasa tidak nyaman secara umum</li><li>Mengantuk atau justru lebih sulit tidur</li></ul>Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), reaksi-reaksi ini biasanya bersifat ringan dan akan membaik dalam 1–2 hari.Cara Menenangkan Anak setelah ImunisasiUntuk&nbsp; menenangkan anak yang rewel setelah imunisasi, MomDad bisa mencoba beberapa tips berikut:<ul><li>Berikan Pelukan dan Dekapan yang Menenangkan</li></ul>Kontak fisik seperti pelukan, ayunan lembut, atau skin-to-skin contact dapat membantu si Kecil merasa lebih aman dan nyaman. Rasa tenang dari orang tua sangat berpengaruh terhadap suasana hati bayi dan anak.<ul><li>Susui atau Beri ASI/MPASI sesuai Usia</li></ul>Menyusui segera setelah imunisasi dapat membantu mengurangi rasa sakit dan memberikan efek menenangkan. Bagi anak yang sudah makan MPASI, berikan makanan atau camilan favorit yang lembut agar tetap merasa nyaman.<ul><li>Kompres Dingin di Area Suntikan</li></ul>Jika area suntikan tampak bengkak atau kemerahan, MomDad bisa mengompresnya dengan kain bersih yang dibasahi air dingin selama 10–15 menit untuk mengurangi peradangan.<ul><li>Ciptakan Suasana Tenang di Rumah</li></ul>Kurangi kebisingan, pencahayaan yang terlalu terang, atau aktivitas berlebihan. Lingkungan yang tenang dan nyaman bisa membantu si Kecil lebih cepat pulih dari ketidaknyamanannya.<ul><li>Berikan Obat Penurun Demam jika Diperlukan</li></ul>Jika anak mengalami demam di atas 38°C dan tampak tidak nyaman, MomDad boleh memberikan parasetamol atau ibuprofen sesuai anjuran dokter. Jangan memberikan obat tanpa petunjuk medis.<ul><li>Pantau dan Beri Waktu Istirahat yang Cukup</li></ul>Anak mungkin akan tidur lebih sering dari biasanya, atau justru lebih gelisah. Biarkan ia beristirahat dalam posisi yang nyaman. Tidur adalah cara tubuh anak memperbaiki diri.<a href="https://primaku.page.link/kelasvaksin" target="_blank"><img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/886910d9fd7d3d37a3959b8f1ef68131_1749806341599.png" class="e-rte-image e-imginline e-resize" alt="Vaksinasi (6).png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px; max-height: 821px;"></a> Jika masih bingung seputar vaksin anak, termasuk KIPI, MomDad bisa ikutan Parenthood Institute SuperClass <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/kelasvaksin" title="https://primaku.page.link/kelasvaksin" target="_blank">Kelas Vaksinasi bareng dr. Yuni Astria, Sp.A!</a> Di kelas ini, MomDad bisa belajar mulai dari vaksin newborn, jadwal lengkap imunisasi, strategi vaksin kejar, sampai kondisi anak yang perlu diperhatikan saat vaksinasi dan KIPI.Dengan pendekatan yang tenang, penuh perhatian, dan pengetahuan yang tepat, MomDad bisa membantu si Kecil melalui masa tidak nyamannya ini dengan lebih mudah. Ingat, pelukan MomDad adalah obat paling menenangkan untuk anak. Referensi:<ul><li>Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2022). Possible Side Effects After Getting a COVID-19 Vaccine.</li><li>Taddio, A., McMurtry, C. M., Shah, V., et al. (2015). Reducing pain during vaccine injections: clinical practice guideline. CMAJ, 187(13), 975–982.&nbsp;</li><li>WHO. (2021). Immunization stress-related responses: A manual for program managers and health professionals to prevent, identify and respond to stress-related responses following immunization.</li></ul>

Tips Menenangkan Anak Rewel setelah Imunisasi

tips-menenangkan-anak-rewel-setelah-imunisasi-1749806523085

MPASI Kaya Nutrisi: Tim Pesmol Ikan Mas

mpasi-kaya-nutrisi--tim-pesmol-ikan-mas-1749784618103

Bahan:<ul><li>75 gr ikan kakap fillet, haluskan</li><li style="font-size: 12pt;">50 gr tahu, halsukan</li><li style="font-size: 12pt;">1 sdm tepung tapioka</li><li style="font-size: 12pt;">1 helai daun salam</li><li style="font-size: 12pt;">1 helai daun jeruk</li><li style="font-size: 12pt;">50 ml kaldu ayam</li><li style="font-size: 12pt;">10 ml atau 2 sdt minyak</li><li style="font-size: 12pt;">Garam secukupnya (jika diperlukan)</li><li style="font-size: 12pt;">Merica secukupnya (jika diperlukan)﻿﻿ </li></ul><p style="--tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-pan-x: ; --tw-pan-y: ; --tw-pinch-zoom: ; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-gradient-from-position: ; --tw-gradient-via-position: ; --tw-gradient-to-position: ; --tw-ordinal: ; --tw-slashed-zero: ; --tw-numeric-figure: ; --tw-numeric-spacing: ; --tw-numeric-fraction: ; --tw-ring-inset: ; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-color: rgb(59 130 246 / 0.5); --tw-ring-offset-shadow: 0 0 #0000; --tw-ring-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow-colored: 0 0 #0000; --tw-blur: ; --tw-brightness: ; --tw-contrast: ; --tw-grayscale: ; --tw-hue-rotate: ; --tw-invert: ; --tw-saturate: ; --tw-sepia: ; --tw-drop-shadow: ; --tw-backdrop-blur: ; --tw-backdrop-brightness: ; --tw-backdrop-contrast: ; --tw-backdrop-grayscale: ; --tw-backdrop-hue-rotate: ; --tw-backdrop-invert: ; --tw-backdrop-opacity: ; --tw-backdrop-saturate: ; --tw-backdrop-sepia: ; --tw-contain-size: ; --tw-contain-layout: ; --tw-contain-paint: ; --tw-contain-style: ;"><span style="--tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-pan-x: ; --tw-pan-y: ; --tw-pinch-zoom: ; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-gradient-from-position: ; --tw-gradient-via-position: ; --tw-gradient-to-position: ; --tw-ordinal: ; --tw-slashed-zero: ; --tw-numeric-figure: ; --tw-numeric-spacing: ; --tw-numeric-fraction: ; --tw-ring-inset: ; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-color: rgb(59 130 246 / 0.5); --tw-ring-offset-shadow: 0 0 #0000; --tw-ring-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow-colored: 0 0 #0000; --tw-blur: ; --tw-brightness: ; --tw-contrast: ; --tw-grayscale: ; --tw-hue-rotate: ; --tw-invert: ; --tw-saturate: ; --tw-sepia: ; --tw-drop-shadow: ; --tw-backdrop-blur: ; --tw-backdrop-brightness: ; --tw-backdrop-contrast: ; --tw-backdrop-grayscale: ; --tw-backdrop-hue-rotate: ; --tw-backdrop-invert: ; --tw-backdrop-opacity: ; --tw-backdrop-saturate: ; --tw-backdrop-sepia: ; --tw-contain-size: ; --tw-contain-layout: ; --tw-contain-paint: ; --tw-contain-style: ; font-size: 14pt;">Isi:<ul style="--tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-pan-x: ; --tw-pan-y: ; --tw-pinch-zoom: ; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-gradient-from-position: ; --tw-gradient-via-position: ; --tw-gradient-to-position: ; --tw-ordinal: ; --tw-slashed-zero: ; --tw-numeric-figure: ; --tw-numeric-spacing: ; --tw-numeric-fraction: ; --tw-ring-inset: ; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-color: rgb(59 130 246 / 0.5); --tw-ring-offset-shadow: 0 0 #0000; --tw-ring-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow-colored: 0 0 #0000; --tw-blur: ; --tw-brightness: ; --tw-contrast: ; --tw-grayscale: ; --tw-hue-rotate: ; --tw-invert: ; --tw-saturate: ; --tw-sepia: ; --tw-drop-shadow: ; --tw-backdrop-blur: ; --tw-backdrop-brightness: ; --tw-backdrop-contrast: ; --tw-backdrop-grayscale: ; --tw-backdrop-hue-rotate: ; --tw-backdrop-invert: ; --tw-backdrop-opacity: ; --tw-backdrop-saturate: ; --tw-backdrop-sepia: ; --tw-contain-size: ; --tw-contain-layout: ; --tw-contain-paint: ; --tw-contain-style: ;"><li style="--tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-pan-x: ; --tw-pan-y: ; --tw-pinch-zoom: ; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-gradient-from-position: ; --tw-gradient-via-position: ; --tw-gradient-to-position: ; --tw-ordinal: ; --tw-slashed-zero: ; --tw-numeric-figure: ; --tw-numeric-spacing: ; --tw-numeric-fraction: ; --tw-ring-inset: ; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-color: rgb(59 130 246 / 0.5); --tw-ring-offset-shadow: 0 0 #0000; --tw-ring-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow-colored: 0 0 #0000; --tw-blur: ; --tw-brightness: ; --tw-contrast: ; --tw-grayscale: ; --tw-hue-rotate: ; --tw-invert: ; --tw-saturate: ; --tw-sepia: ; --tw-drop-shadow: ; --tw-backdrop-blur: ; --tw-backdrop-brightness: ; --tw-backdrop-contrast: ; --tw-backdrop-grayscale: ; --tw-backdrop-hue-rotate: ; --tw-backdrop-invert: ; --tw-backdrop-opacity: ; --tw-backdrop-saturate: ; --tw-backdrop-sepia: ; --tw-contain-size: ; --tw-contain-layout: ; --tw-contain-paint: ; --tw-contain-style: ; font-size: 12pt;">1 siung bawang putih</li><li style="--tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-pan-x: ; --tw-pan-y: ; --tw-pinch-zoom: ; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-gradient-from-position: ; --tw-gradient-via-position: ; --tw-gradient-to-position: ; --tw-ordinal: ; --tw-slashed-zero: ; --tw-numeric-figure: ; --tw-numeric-spacing: ; --tw-numeric-fraction: ; --tw-ring-inset: ; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-color: rgb(59 130 246 / 0.5); --tw-ring-offset-shadow: 0 0 #0000; --tw-ring-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow-colored: 0 0 #0000; --tw-blur: ; --tw-brightness: ; --tw-contrast: ; --tw-grayscale: ; --tw-hue-rotate: ; --tw-invert: ; --tw-saturate: ; --tw-sepia: ; --tw-drop-shadow: ; --tw-backdrop-blur: ; --tw-backdrop-brightness: ; --tw-backdrop-contrast: ; --tw-backdrop-grayscale: ; --tw-backdrop-hue-rotate: ; --tw-backdrop-invert: ; --tw-backdrop-opacity: ; --tw-backdrop-saturate: ; --tw-backdrop-sepia: ; --tw-contain-size: ; --tw-contain-layout: ; --tw-contain-paint: ; --tw-contain-style: ; font-size: 12pt;">2 buah bawang merah</li><li style="--tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-pan-x: ; --tw-pan-y: ; --tw-pinch-zoom: ; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-gradient-from-position: ; --tw-gradient-via-position: ; --tw-gradient-to-position: ; --tw-ordinal: ; --tw-slashed-zero: ; --tw-numeric-figure: ; --tw-numeric-spacing: ; --tw-numeric-fraction: ; --tw-ring-inset: ; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-color: rgb(59 130 246 / 0.5); --tw-ring-offset-shadow: 0 0 #0000; --tw-ring-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow-colored: 0 0 #0000; --tw-blur: ; --tw-brightness: ; --tw-contrast: ; --tw-grayscale: ; --tw-hue-rotate: ; --tw-invert: ; --tw-saturate: ; --tw-sepia: ; --tw-drop-shadow: ; --tw-backdrop-blur: ; --tw-backdrop-brightness: ; --tw-backdrop-contrast: ; --tw-backdrop-grayscale: ; --tw-backdrop-hue-rotate: ; --tw-backdrop-invert: ; --tw-backdrop-opacity: ; --tw-backdrop-saturate: ; --tw-backdrop-sepia: ; --tw-contain-size: ; --tw-contain-layout: ; --tw-contain-paint: ; --tw-contain-style: ; font-size: 12pt;">2 butir kemiri</li><li style="--tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-pan-x: ; --tw-pan-y: ; --tw-pinch-zoom: ; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-gradient-from-position: ; --tw-gradient-via-position: ; --tw-gradient-to-position: ; --tw-ordinal: ; --tw-slashed-zero: ; --tw-numeric-figure: ; --tw-numeric-spacing: ; --tw-numeric-fraction: ; --tw-ring-inset: ; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-color: rgb(59 130 246 / 0.5); --tw-ring-offset-shadow: 0 0 #0000; --tw-ring-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow-colored: 0 0 #0000; --tw-blur: ; --tw-brightness: ; --tw-contrast: ; --tw-grayscale: ; --tw-hue-rotate: ; --tw-invert: ; --tw-saturate: ; --tw-sepia: ; --tw-drop-shadow: ; --tw-backdrop-blur: ; --tw-backdrop-brightness: ; --tw-backdrop-contrast: ; --tw-backdrop-grayscale: ; --tw-backdrop-hue-rotate: ; --tw-backdrop-invert: ; --tw-backdrop-opacity: ; --tw-backdrop-saturate: ; --tw-backdrop-sepia: ; --tw-contain-size: ; --tw-contain-layout: ; --tw-contain-paint: ; --tw-contain-style: ; font-size: 12pt;">1/4 cm jahe</li><li style="--tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-pan-x: ; --tw-pan-y: ; --tw-pinch-zoom: ; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-gradient-from-position: ; --tw-gradient-via-position: ; --tw-gradient-to-position: ; --tw-ordinal: ; --tw-slashed-zero: ; --tw-numeric-figure: ; --tw-numeric-spacing: ; --tw-numeric-fraction: ; --tw-ring-inset: ; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-color: rgb(59 130 246 / 0.5); --tw-ring-offset-shadow: 0 0 #0000; --tw-ring-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow-colored: 0 0 #0000; --tw-blur: ; --tw-brightness: ; --tw-contrast: ; --tw-grayscale: ; --tw-hue-rotate: ; --tw-invert: ; --tw-saturate: ; --tw-sepia: ; --tw-drop-shadow: ; --tw-backdrop-blur: ; --tw-backdrop-brightness: ; --tw-backdrop-contrast: ; --tw-backdrop-grayscale: ; --tw-backdrop-hue-rotate: ; --tw-backdrop-invert: ; --tw-backdrop-opacity: ; --tw-backdrop-saturate: ; --tw-backdrop-sepia: ; --tw-contain-size: ; --tw-contain-layout: ; --tw-contain-paint: ; --tw-contain-style: ; font-size: 12pt;">1/4 cm kunyit</li></ul>﻿﻿Cara membuat:<ol><li>﻿﻿Tumis bumbu halus, masukkan daun salam dan daun jeruk, lalu masak hingga harum. </li><li>Masukkan daging ikan kakap, tahu, tepung tapioka, kaldu ayam, garam, dan merica, lalu aduk dan masak hingga kaldu menyusut.</li><li>Bentuk adonan menjadi bulatan, lalu kukus hingga matang.</li></ol>

MPASI Finger Food: Bola Kakap

mpasi-finger-food--bola-kakap-1749782247613

Bahan:<ul><li style="font-size: 12pt;">250 gr iga sapi potong kotak</li><li style="font-size: 12pt;">3 batang seledri</li><li style="font-size: 12pt;">2 buah wortel</li><li style="font-size: 12pt;">3 biji bawang putih</li><li style="font-size: 12pt;">3 biji bawang merah</li><li style="font-size: 12pt;">1/2 biji bawang bombai</li><li style="font-size: 12pt;">2 biji daun salam dan daun jeruk</li><li style="font-size: 12pt;">2 liter air</li></ul>Cara membuat:<ol><li style="font-size: 12pt;">Kupas wortel hingga bersih, buang bagian tengahnya (inti yang keras), lalu potong-potong sesuai ukuran yang diinginkan. Siapkan juga bawang dan sayuran lain yang akan digunakan, lalu cincang halus.</li><li style="font-size: 12pt;">Masukkan iga sapi ke dalam panci berisi air dan rebus hingga air mendidih. Setelah mendidih, buang air rebusan pertama untuk mengurangi sisa kotoran dan lemak. Cuci kembali iga, lalu siapkan air bersih yang baru.</li><li style="font-size: 12pt;">Masukkan kembali iga ke dalam panci berisi air bersih, tambahkan wortel, bawang, dan bahan lainnya (seperti daun salam dan daun jeruk). Rebus semuanya dengan api kecil selama kurang lebih 2,5 jam hingga air menyusut dan kaldu berubah warna menjadi lebih pekat.</li><li style="font-size: 12pt;">Setelah proses perebusan selesai, angkat semua bahan dari dalam panci. Pisahkan tulang iga, daun salam, dan daun jeruk. Sisanya, seperti daging dan sayuran, dapat diblender halus.</li><li style="font-size: 12pt;">Masukkan bahan yang sudah diblender halus ke dalam kaldu bening, lalu masak kembali dengan api sedang hingga mendidih. Diamkan beberapa saat hingga suhu menurun.</li><li style="font-size: 12pt;">Saring kaldu untuk memisahkan bagian halus dari cairan murninya. Kaldu murni siap digunakan, sedangkan sisa ampas bisa diolah menjadi makanan lain seperti bakso atau campuran sup.</li><li style="font-size: 12pt;">Tuang kaldu ke dalam cetakan silikon kecil agar mudah digunakan sewaktu-waktu. Simpan dalam freezer untuk menjaga kualitas dan kesegaran kaldu.</li></ol>

Bumbu MPASI: Kaldu Iga Sapi

bumbu-mpasi--kaldu-iga-sapi-1749781207513

Tongue tie, atau ankyloglossia, merupakan kondisi bawaan yang ditandai dengan terbatasnya pergerakan lidah akibat frenulum lingual yang pendek, tebal, atau kaku. Masalah ini dapat mengganggu proses menyusu, artikulasi bicara, dan fungsi oral lainnya. Salah satu penanganan medis yang umum dilakukan pada bayi dengan tongue tie adalah prosedur frenotomi (insisi tongue tie). Meski prosedurnya singkat dan tergolong aman, perawatan pasca-tindakan tetap memegang peran penting dalam mendukung pemulihan optimal dan mencegah reattachment (perlengketan kembali jaringan). Tujuan dan Manfaat Insisi Tongue TieFrenotomi bertujuan untuk melepaskan ikatan frenulum yang menghambat pergerakan lidah. Studi oleh O'Shea dalam Journal of Pediatrics menyebutkan bahwa frenotomi dapat secara signifikan meningkatkan kemampuan menyusu bayi, mengurangi nyeri pada ibu saat menyusui, serta memperbaiki koordinasi oral motorik.Namun, hasil optimal tidak hanya bergantung pada tindakan medis, melainkan juga perawatan lanjutan yang tepat. Perawatan Pasca Insisi Tongue Tie<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/3644d7a7b1de65f2446de3107d7b53fb4_1749626731303.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="tongue tie (1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;"> Berikut langkah-langkah perawatan yang direkomendasikan oleh para ahli:<ul><li>Latihan Senam Lidah (Stretching Exercises)</li></ul>Dilakukan untuk mencegah jaringan luka menyatu kembali (reattachment). Latihan biasanya dilakukan 3–6 kali sehari selama 2–4 minggu. Bentuk latihan antara lain mengangkat lidah ke langit-langit mulut, mendorong lidah ke arah pipi, dan gerakan melingkar pada lidah.<ul><li>Pemberian ASI atau Menyusui Langsung</li></ul>Menyusui sesegera mungkin setelah tindakan disarankan untuk membantu penyembuhan dan memperkuat koordinasi otot oral. Menyusu juga membantu bayi belajar kembali gerakan lidah yang sebelumnya terbatas.<ul><li>Manajemen Nyeri</li></ul>Biasanya tidak diperlukan analgesik rutin, namun beberapa dokter dapat merekomendasikan analgesik ringan seperti paracetamol jika bayi tampak tidak nyaman. Kompres dingin juga dapat digunakan secara hati-hati.<ul><li>Pemantauan Luka dan Tanda Infeksi</li></ul>Luka akan tampak putih kekuningan dan ini merupakan reaksi normal. Orang tua perlu memantau adanya tanda infeksi seperti pembengkakan berlebihan, kemerahan meluas, demam, atau keluarnya nanah.<ul><li>Konsultasi dan Follow-up dengan Terapis Laktasi atau Dokter Anak</li></ul>Penanganan pasca-insisi tongue tie idealnya bersifat multidisipliner. Kunjungan lanjutan dengan terapis laktasi atau dokter spesialis tumbuh kembang diperlukan untuk memastikan bahwa bayi mengalami progres positif dalam menyusu dan fungsi oral lainnya.Beberapa bayi bisa menjadi lebih rewel pasca-prosedur karena rasa tidak nyaman. Namun, dengan pendekatan yang sabar, stimulasi yang tepat, dan dukungan dari tenaga kesehatan, fase ini dapat dilalui dengan baik.Perawatan setelah insisi tongue tie merupakan bagian integral dari proses penyembuhan dan adaptasi bayi terhadap kebebasan gerak lidah yang baru. Orang tua berperan besar dalam memastikan keberhasilan tindakan ini melalui latihan konsisten, dukungan menyusui, serta deteksi dini terhadap kemungkinan komplikasi. Dengan edukasi yang tepat dan dukungan profesional, bayi akan mampu mencapai kemampuan oral yang optimal, termasuk dalam hal menyusu, berbicara, dan tumbuh kembang secara keseluruhan. Referensi:<ul><li>O'Shea, J. E., Foster, J. P., O'Donnell, C. P. F., Breathnach, D., Jacobs, S. E., Todd, D. A., &amp; Davis, P. G. (2017). Frenotomy for tongue-tie in newborn infants. Cochrane Database of Systematic Reviews, (3), CD011065.&nbsp;</li><li>Ghaheri, B. A., Cole, M., Fausel, S. C., Chuop, M., &amp; Mace, J. C. (2017). Breastfeeding improvement following tongue-tie and lip-tie release: A prospective cohort study. The Laryngoscope, 127(5), 1217–1223.&nbsp;</li><li>Martinelli, R. L. C., Marchesan, I. Q., Berretin-Felix, G., &amp; Marchesan, I. Q. (2014). Posterior tongue-tie: A case report. International Journal of Orofacial Myology, 40, 45–54.</li></ul>

Cara Membaca Grafik Pertumbuhan dengan Benar

Cara Membaca Grafik Pertumbuhan dengan Benar

Kapan Orang Tua Harus Waspada Terkait Berat & Tinggi Bayi?

Kapan Orang Tua Harus Waspada Terkait Berat & Tinggi Bayi?

Kapan Bayi Harus Mulai Tummy Time & Berapa Lama Idealnya?

Kapan Bayi Harus Mulai Tummy Time & Berapa Lama Idealnya?

Tips Menenangkan Anak Rewel setelah Imunisasi

Tips Menenangkan Anak Rewel setelah Imunisasi

MPASI Kaya Nutrisi: Tim Pesmol Ikan Mas

MPASI Kaya Nutrisi: Tim Pesmol Ikan Mas

MPASI Finger Food: Bola Kakap

MPASI Finger Food: Bola Kakap

Bumbu MPASI: Kaldu Iga Sapi

Bumbu MPASI: Kaldu Iga Sapi

Perawatan pada Bayi setelah Insisi Tongue Tie

Perawatan pada Bayi setelah Insisi Tongue Tie