Cairan merupakan komponen penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Pasalnya, cairan pada tubuh si Kecil menempati persentase yang besar dari berat badannya. Anak yang mengalami kekurangan cairan dapat mengakibatkan dehidrasi, serta gangguan kesehatan lain. Lantas, gimana sih cara mencukupi kebutuhan cairan perhari si Kecil? Yuk, simak penjelasannya!Ciri anak kekurangan cairan<img src="https://storage.primaku.com/editor/1670987786735-825b6b00.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Selain makanan yang bergizi, perlu juga perhatikan cairan yang harus dikonsumsi anak per-harinya. Sebab, jika si Kecil kekurangan cairan, akan berisiko dehidrasi dan menimbulkan beberapa gangguan pada tubuhnya, seperti:<ul><li style="text-align: justify;">Mulut kering</li><li style="text-align: justify;">Intensitas BAK berkurang</li><li style="text-align: justify;">Lemas</li><li style="text-align: justify;">Si kecil tampak mengantuk dan lelah</li><li style="text-align: justify;">Rewel</li><li style="text-align: justify;">Kurang konsentrasi</li></ul>Perlu diketahui juga, ada beberapa kondisi di mana si Kecil memerlukan cairan yang lebih banyak, seperti:<ul><li style="text-align: justify;">Saat beraktivitas</li><li style="text-align: justify;">Cuaca yang panas atau sangat dingin</li><li style="text-align: justify;">Saat berpergian jauh</li><li style="text-align: justify;">Dalam kondisi yang kurang sehat</li></ul>Pada kondisi tersebut, MomDad perlu memastikan bahwa si Kecil memiliki akses untuk mendapatkan cairan. Sebab, anak lebih mudah mengalami dehidrasi dibanding orang dewasa karena memiliki sensibilitas rasa haus yang lebih rendah serta tidak dapat mengekspresikan rasa haus dengan baik.Rekomendasi asupan air putih<img src="https://storage.primaku.com/editor/1670987793983-34b96c27.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="3.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Nah, berikut ini adalah rekomendasi asupan air putih dan susu yang bisa MomDad berikan kepada si Kecil:<ul><li style="text-align: justify;">Usia 0 – 6 bulan: 700 mL/hari</li><li style="text-align: justify;">Usia 7 – 12 bulan: 800 mL/hari</li><li style="text-align: justify;">Usia 1 – 3 tahun: 1300 mL/hari</li><li style="text-align: justify;">Usia 4 – 8 tahun: 1700 mL/hari</li><li style="text-align: justify;">Usia 9 – 13 tahun: 2400 mL/hari laki – laki &amp; 2100 mL/hari perempuan</li><li style="text-align: justify;">Usia 14-18 tahun: 3300 mL/hari (laki – laki) dan 2300 mL/hari perempuan</li></ul>Lalu, sumber cairan yang baik bagi si Kecil berdasarkan usia, antara lain:<ul><li style="text-align: justify;">Pada 6 bulan pertama, sumber cairan bagi bayi hanyalah ASI atau susu formula, tidak perlu penambahan air putih.</li><li style="text-align: justify;">Pada periode MPASI &gt; 6 – 12 bulan, air putih dapat mulai diintroduksikan dalam jumlah terbatas dan tidak melebihi 120 ml/hari.</li><li style="text-align: justify;">Air putih memberikan hidrasi yang cukup bagi si Kecil. Sedangkan susu dapat memberikan nutrisi berupa makro dan mikronutrien yang diperlukan si Kecil. Keduanya merupakan sumber cairan utama baginya.</li><li style="text-align: justify;">Jus buah juga dapat menjadi pilihan asupan cairan, namun sebaiknya tidak memberikan jus buah pada anak &lt; 1 tahun, dan untuk anak 1-3 tahun pemberiannya pun dibatasi tidak melebihi 1 gelas (120 ml) per hari karena dapat menambah asupan gula harian si Kecil.</li><li style="text-align: justify;">Pada anak yang usianya lebih besar, jus hanya diberikan jika tidak dapat mengonsumsi buah potong secara langsung. Anak usia 4-6 tahun dianjurkan tidak mengonsumsi lebih dari 120-180 ml/hari, dan untuk anak &gt; 7 tahun tidak melebihi 240 ml/hari.</li></ul>Selain itu, MomDad juga perlu membatasi konsumsi minuman-minuman manis seperti soda, teh, kopi, dan berbagai minuman manis lainnya di pasaran.Yuk, catat kebutuhan air yang ideal untuk anak setiap harinya agar pertumbuhan dan perkembangannya optimal!MomDad mau share informasi atau pertanyaan seputar tumbuh kembang bersama orang tua lainnya? Yuk, ceritakan pengalaman MomDad di <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/tumbuh-kembang" title="https://primaku.page.link/tumbuh-kembang" target="_blank">Forum Tumbuh Kembang</a>! Selain itu, MomDad juga bisa bertanya seputar kesehatan si Kecil dan akan dijawab langsung oleh ahli, lho.Sebelum lanjut mengambil kuis Parenthood Institute, pastikan MomDad telah membaca artikel di atas dengan seksama, ya. Semoga beruntung! Referensi:<ol><li>Janine Rethy, MD, MPH, FAAP, American Academy of Pediatrics (Copyright © 2020)</li><li>Natalie D. Muth, MD, MPH, RDN, FAAP, American Academy of Pediatrics (Copyright © 2019)</li><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kebutuhan-air-pada-anak" title="https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kebutuhan-air-pada-anak">https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kebutuhan-air-pada-anak </a></li><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Konsensus-Air.pdf" title="https://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Konsensus-Air.pdf">https://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-content/uploads/2018/03/Konsensus-Air.pdf </a></li></ol>Sumber foto: iStockArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Ketahui Kebutuhan Air yang Ideal untuk Anak

ketahui-kebutuhan-air-yang-ideal-untuk-anak-1671096932062

Setiap orang, termasuk bayi, memiliki lendir atau dahak yang dihasilkan secara alami. Cairan lendir atau dahak ini berfungsi untuk menjaga agar saluran pernapasan tetap lembab serta membantu mencegah masuknya kotoran maupun kuman ke dalam saluran pernapasan yang lebih bawah atau pun ke paru-paru.&nbsp;Akan tetapi, pada saat terjadi infeksi saluran pernapasan, lendir atau dahak tersebut dapat diproduksi berlebih untuk lebih dapat meningkatkan kemampuannya menjaga sistem pernapasan. Namun, dahak yang berlebih ini juga dapat menyempitkan saluran pernapasan sehingga bayi merasa tidak nyaman, rewel dan bahkan mengalami sesak napas.&nbsp;Penyebab lendir atau dahak berlebih pada bayi<img src="https://storage.primaku.com/editor/1670925302896-75003716.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1379456223-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Dahak atau lendir yang berlebih akan menyumbat hidung, tenggorokan dan saluran napas bayi. Lendir atau dahak berlebih juga terkadang merupakan tanda bahwa si Kecil sedang sakit atau mengalami infeksi tertentu.Selain itu, terlalu banyak lendir atau dahak terkadang dapat menyebabkan gagging atau refleks memuntahkan ringan. Dalam kebanyakan kasus, bayi akan berusaha memuntahkan lendir atau dahak tersebut.Lendir atau dahak yang dihasilkan lebih dari biasanya akan menimbulkan beberapa tanda, seperti:<ul><li style="text-align: justify;">Bayi terdengar mendengkur atau bernapas dengan mengeluarkan suara grok-grok saat tidur.</li><li style="text-align: justify;">Mengeluarkan suara ‘agak becek’ dari biasanya.</li><li style="text-align: justify;">Tampak sesak saat bernapas.</li><li style="text-align: justify;">Bayi juga akan lebih mudah terkena pilek dan hidung tersumbat karena sistem kekebalan tubuh mereka yang sedang berkembang masih mempelajari cara melindunginya dari kuman.</li></ul>Selain itu, ada beberapa pemicu lain yang dapat menyebabkan lendir atau dahak pada bayi lebih banyak dari biasanya, antara lain karena:<ul><li style="text-align: justify;">Alergi</li><li style="text-align: justify;">Infeksi virus, seperti pilek atau flu</li><li style="text-align: justify;">Asma</li><li style="text-align: justify;">Radang paru-paru</li><li style="text-align: justify;">Bronkiolitis</li></ul>Pada cystic fibrosis, suatu penyakit yang sangat jarang dijumpai, bayi memproduksi lendir yang sangat banyak dan kental sehingga menyumbat saluran napas.&nbsp;Cara aman mengeluarkan lendir atau dahak pada bayi<img src="https://storage.primaku.com/editor/1670925314017-d3f60767.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1097508168-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Membantu mengeluarkan lendir atau dahak bayi tidak selalu mudah. MomDad bisa mencoba melakukan beberapa cara berikut dengan aman:<ul><li style="text-align: justify;">Melakukan fisioterapi ringan di rumah dengan positioning, yaitu memposisikan kepala bayi agak lebih tinggi dari badannya, kemudian menepuk ringan di area dada dan punggung.</li><li style="text-align: justify;">Menggunakan zat yang menghangatkan, misalnya dengan uap atau mandi menggunakan air hangat, mengoleskan krim pada area dada yang bersifat menghangatkan, dan mengajak bayi berjemur.</li><li style="text-align: justify;">Bantu bayi saat batuk dengan melakukan fisioterapi ringan (seperti pada poin 1). Bayi mungkin akan kemudian menelan atau memuntahkan dahaknya yang dikeluarkan lewat saluran.</li><li style="text-align: justify;">Pada beberapa kondisi khusus bayi dapat dilakukan nebulisasi. Namun tujuannya bukanlah untuk mengurangi lendir, melainkan untuk membantu bersihan mukosilier (membantu bersihan saluran napas).</li><li style="text-align: justify;">Memberikan larutan garam fisiologis saat semprot hidung, dan jika perlu dapat dilakukan penyedotan menggunakan nasal aspirator.</li></ul>Namun, jika MomDad sudah mencoba cara-cara di atas tapi tidak membuahkan hasil yang baik, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter anak agar mendapatkan penanganan dan pengobatan yang tepat.Apabila punya pertanyaan seputar kondisi si Kecil, MomDad bisa konsultasikan pada dokter di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" title="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Forum Tanya Dokter</a>&nbsp;melalui aplikasi PrimaKu. Pertanyaan MomDad akan dijawab langsung oleh ahli. Sumber:IG Live napas grok-grok pada anak, kapan harus khawatir?<a classname="e-rte-anchor" href="https://www.healthline.com/health/baby/how-to-get-mucus-out-of-baby-throat#causes-and-symptoms" title="https://www.healthline.com/health/baby/how-to-get-mucus-out-of-baby-throat#causes-and-symptoms">https://www.healthline.com/health/baby/how-to-get-mucus-out-of-baby-throat#causes-and-symptoms </a>Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Cara Tepat Mengeluarkan Lendir atau Dahak pada Bayi

cara-tepat-mengeluarkan-lendir-atau-dahak-pada-bayi-1671013390512

ASI terdiri dari 88% air. Jika Mom tidak minum cukup air saat menyusui, produksi ASI dapat terganggu. Sangat penting bagi ibu menyusui untuk tetap terjaga hidrasinya (tidak mengalami dehidrasi) agar kualitas dan kuantitas ASI tetap terjaga. Nah, bagi yang sedang menyusui, Mom perlu tahu gejala dehidrasi dan pengaruhnya terhadap produksi ASI. Oleh karena itu, yuk kita bahas bersama!Gejala dehidrasi<img src="https://storage.primaku.com/editor/1670923281899-2d4478b5.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Tubuh mengalami dehidrasi apabila air yang hilang/ keluar lebih banyak daripada yang masuk. Salah satu penyebab utama dehidrasi adalah tidak cukup minum air, mungkin karena Mom terlalu sibuk merawat si Kecil yang baru lahir dan menyesuaikan diri dengan rutinitas baru.Mungkin akan terasa sulit bagi Mom untuk mengetahui kapan Mom mengalami dehidrasi, terutama ketika tubuh masih mengalami perubahan pasca-kehamilan. Meski begitu, ibu menyusui perlu mengenal beberapa gejala umum yang mungkin terjadi saat mengalami dehidrasi, antara lain [1]:<ul><li style="text-align: justify;">Produksi ASI berkurang</li><li style="text-align: justify;">Sakit kepala</li><li style="text-align: justify;">Mulut dan bibir kering</li><li style="text-align: justify;">Mual</li><li style="text-align: justify;">Warna urine menjadi sangat kuning</li></ul>Selain itu, ibu menyusui juga perlu menyadari gejala umum dehidrasi pada si Kecil, di antaranya:<ul><li style="text-align: justify;">Bayi mudah haus</li><li style="text-align: justify;">Kurang elastisitas pada kulit</li><li style="text-align: justify;">Mata cekung</li><li style="text-align: justify;">Fontanel cekung (bagian kepala yang lunak)</li><li style="text-align: justify;">Tidak keluar air mata saat menangis</li><li style="text-align: justify;">Mulut kering</li><li style="text-align: justify;">Jarang buang air kecil</li></ul>Apakah dehidrasi memengaruhi produksi ASI?<img src="https://storage.primaku.com/editor/1670923306754-79159ac4.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="3.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, ASI terdiri dari 88% air. Jadi, jika Mom tidak minum cukup cairan, tentu akan berdampak pada produksi ASI. Sebab, tubuh Mom tidak memiliki cukup air untuk membuat ASI. Cara terbaik untuk tetap terhidrasi saat menyusui adalah dengan mengonsumsi 5x600ml air mineral kemasan ukuran sedang[2,3].So, ketika Mom menyadari kalau produksi ASI lebih rendah daripada biasanya, mungkin salah satu penyebabnya adalah karena dehidrasi. Meskipun ada banyak alasan lain yang dapat menyebabkan rendahnya produksi ASI, penting untuk memperhatikan asupan cairan sebagai penyebab pertama produksi ASI menurun.Sebelum lanjut mengambil kuis Parenthood Institute, pastikan MomDad telah membaca artikel di atas dengan seksama, ya. Semoga beruntung! Referensi:<ol><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">The United States National Library of Medicine, 2019</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Konsensus Nasional POGI 2013 : Kebutuhan Asupan Air Bagi Ibu Hamil, Melahirkan dan Menyusui</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Kementerian Kesehatan. 2019. Angka Kecukupan Gizi</li></ol>Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Cegah Dehidrasi, Ini Pentingnya Mencukupi Cairan pada Busui

cegah-dehidrasi,-ini-pentingnya-mencukupi-cairan-pada-busui-1671097169632

Menyusui adalah momen yang sangat penting. Pasalnya, menyusui dapat memperkuat bonding antara ibu dan bayi, serta merupakan sumber nutrisi bagi bayi. Namun, menyusui juga menjadi salah satu tantangan bagi banyak ibu di dunia. Selain memastikan suplai ASI cukup, para ibu kerap mengalami berbagai permasalahan saat menyusui. Apa saja sih masalah yang biasa terjadi dan bagaimana cara mengatasinya? Yuk, simak penjelasannya di bawah!Dehidrasi<img src="https://storage.primaku.com/editor/1670922894890-3eb0fd2e.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> ASI terdiri dari 88% air, sehingga jika Mom tidak minum cukup air saat menyusui, maka dapat mengganggu produksi ASI. Sangat penting bagi ibu menyusui untuk tetap terhidrasi agar kualitas dan kuantitas ASI tetap terjaga, serta Mom terhindar dari dehidrasi. Selain itu, bayi paling berisiko mengalami dehidrasi karena mereka memiliki tubuh yang lebih kecil dengan cadangan cairan yang sedikit, sehingga perlu menyusu. Bayi juga bisa mengalami dehidrasi yang lebih parah jika mereka menderita diare atau muntah. Oleh karena itu, Mom perlu mencukupi asupan cairan sesuai dengan gambar di bawah[1] atau setara dengan&nbsp;5x600ml air mineral kemasan ukuran sedang.<img src="https://storage.primaku.com/editor/1670922912860-00ab8f96.png" class="e-rte-image e-imginline" alt="ibu hamil.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Mom juga perlu mengetahui tanda-tanda dehidrasi, seperti haus, mulut kering, sakit kepala, atau urine berwarna kuning gelap. Apabila muncul gejala tersebut, sebaiknya segera konsumsi air putih, ya agar produksi ASI tidak terganggu.Produksi ASI minim<img src="https://storage.primaku.com/editor/1670922977366-90faa75d.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="3.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Berbagai faktor dapat menyebabkan suplai ASI rendah selama menyusui, bayi yang tidak cukup sering menyusui, posisi menyusui yang kurang tepat, hingga kurang mengonsumsi air putih. Produksi ASI menganut prinsip supply and demand, yang artinya, ASI akan diproduksi seiring kebutuhan bayi. Semakin sering Mom mengosongkan payudara, baik dengan menyusui bayi maupun dengan memompa, maka produksi ASI akan semakin terangsang. Namun, meskipun memompa ASI juga dapat merangsang produksi ASI, stimulasinya tidak sekuat menyusu langsungASI sejatinya tidak pernah benar-benar “kosong”, karena ASI selalu diproduksi di dalam payudara ibu. Namun, payudara yang “kosong” akan memberi sinyal agar produksi ASI lebih cepat, sedangkan payudara yang “penuh” akan memberi sinyal agar produksi ASI diperlambat. Sehingga, jika pengosongan payudara tidak adekuat, maka ASI yang dihasilkan semakin lama akan semakin sedikit.Karena kunci produksi ASI adalah prinsip supply and demand, maka semakin sering ibu mengosongkan payudara, ASI pun akan semakin sering diproduksi.Payudara bengkak<img src="https://storage.primaku.com/editor/1670922990213-2e7b4f7c.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="4.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Payudara yang bengkak akan terasa nyeri, puting menjadi kencang, dan permukaan payudara mengilat, serta dapat disertai kemerahan terutama pada bagian atas puting, namun tidak tampak ada tetesan ASI. Hal ini paling sering terjadi akibat engorgement, yaitu pembengkakan dan distensi payudara yang terjadi pada beberapa hari pertama inisiasi laktasi (hari ketiga sampai kelima) akibat peningkatan sirkulasi darah dan sekresi ASI lebih awal.Untuk mengatasinya, Mom tetap harus sering menyusui/memerah ASI, memperbaiki perlekatan, relaksasi, dan cukup istirahat. Refleks hormon oksitosin dapat dirangsang sebelum menyusui atau memerah ASI dengan kompres hangat pada payudara ibu. Selain itu, bengkak juga dapat dikurangi dengan mandi air hangat, memijat tengkuk, punggung, dan payudara, serta membantu ibu relaksasi. Pada kondisi tidak sedang menyusui pembengkakan dapat dikurangi dengan kompres dingin pada payudara sesaat setelah menyusui.Puting lecet<img src="https://storage.primaku.com/editor/1670923007185-0f8fa162.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="5.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Puting lecet dapat disebabkan oleh posisi dan perlekatan yang kurang tepat. Beberapa kondisi lain yang harus dievaluasi yaitu apakah terdapat luka atau infeksi di payudara, adanya infeksi rongga mulut bayi, teknik memerah ASI yang salah, serta pemakaian pompa ASI yang kurang cocok dan nipple shield. Pengobatan harus diatasi sesuai dengan penyebab puting lecet.Mastitis<img src="https://storage.primaku.com/editor/1670923020635-67744a8d.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="6.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Mastitis adalah peradangan payudara yang ditandai dengan kemerahan dan bengkak pada sebagian payudara, sedangkan bagian lain tampak normal. Mastitis sering disebabkan oleh adanya saluran ASI tersumbat yang mencetuskan peradangan. Jika hanya disebabkan oleh saluran tersumbat maka disebut mastitis tanpa infeksi, sedangkan jika terjadi infeksi sekunder bakteri disebut mastitis terinfeksi. Keluhan ibu biasanya berupa nyeri, demam lebih dari 38,5°C, kulit kemerahan, dan produksi ASI menurun drastis pada sisi yang terkena. Jika mastitis berat maka dapat terjadi komplikasi berupa abses payudara dan biasanya kondisi ini memerlukan tindakan pembedahan untuk drainase pus (nanah) serta terapi antibiotik.Jika ibu mengalami mastitis maka dapat dilakukan beberapa tindakan, seperti kompres dingin, bed rest, obat penghilang rasa sakit, dan pemberian antibiotik apabila diperlukan. Ibu tetap disarankan untuk menyusui bayi dari payudara yang terkena.Nah, itu dia permasalahan yang kerap dialami ibu menyusui. Apakah Mom pernah mengalami salah satunya?Sebelum lanjut mengambil kuis Parenthood Institute, pastikan MomDad telah membaca artikel di atas dengan seksama, ya. Semoga beruntung!Referensi:<ol><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Konsensus Nasional POGI 2013 : Kebutuhan Asupan Air Bagi Ibu Hamil, Melahirkan dan Menyusui</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Kementerian Kesehatan. 2019. Angka Kecukupan Gizi</li></ol><div style="text-align: justify;">Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.</div>

Permasalahan Menyusui pada Busui & Cara Penanganannya

permasalahan-menyusui-pada-busui-cara-penanganannya-1671097195440

MomDad mungkin menyadari si Kecil memiliki belek di matanya. Belekan atau kotoran pada sudut mata sering dialami bayi baru lahir pada minggu pertama usianya. Belekan biasanya ada pada dua mata sekaligus. Kira-kira bagaimana proses hingga mata bisa belekan? Yuk, simak ulasannya di bawah ini! Bagaimana proses terjadinya belekan?<img src="https://storage.primaku.com/editor/1670916169300-4f680401.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-118295581-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Belekan sendiri disebabkan karena adanya sumbatan pada Duktus Nasolakrimalis atau saluran yang berfungsi untuk mengalirkan air mata dari sudut bola mata ke hidung, yang kemudian akan menguap seiring dengan udara pernapasan yang mengaliri hidung.Ketika terjadi sumbatan, maka air mata pun tidak bisa dialirkan ke hidung dan menggenang atau menumpuk pada mata sehingga mata menjadi tampak sembab. Air mata yang menetes kemudian mengering dan bercampur dengan kotoran yang larut pada air mata sehingga mata menjadi belekan.Tanda-tanda dan penyebab terjadinya infeksi mata<img src="https://storage.primaku.com/editor/1670916176106-d93f7119.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-999334316-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Infeksi mata biasanya ditandai dengan mata yang kemerahan dan terdapat nanah. Penyebab utama dari kondisi ini yaitu karena katup Hasner pada saluran air mata gagal terbuka secara normal pada saat kelahiran bayi. Sekitar 5% bayi baru lahir mengalami sumbatan pada satu atau kedua mata, namun hampir sebanyak 90% bayi dapat sembuh dengan sendirinya saat menginjak usia 1 tahun.Selain itu, kelainan lain yang menyebabkan sumbatan pada Duktus Nasolakrimalis yang menyebabkan bengkak pada sudut mata akibat tidak terbentuknya kantung cairan mata sejak lahir. Kondisi ini ditandai dengan munculnya benjolan atau bengkak yang kebiruan dari sudut mata hingga pangkal hidung, dan terkadang dapat mengeluarkan nanah.Bagaimana cara mengatasinya?Satu survei yang dilakukan oleh para ahli mata di dunia menunjukkan bahwa sekitar 64% dari orang-orang melakukan teknik pemijatan ringan pada sudut bola mata hingga ke pangkal hidung sebagai penanganan awal kasus sumbatan pada Duktus Nasolakrimalis sampai bayi berusia 1 tahun. Pemijatan ringan ini dilakukan secara rutin hingga gejala menghilang.Selain itu, jika terdapat infeksi sekunder oleh bakteri atau muncul gejala infeksi saluran pernapasan seperti pilek, penanganan dengan menggunakan obat tetes mata seperti eritromisin atau salep bisa diberikan. Namun, perlu MomDad ingat bahwa penggunaan keduanya tidak bisa membuka sumbatan yang ada, ya.Yang terakhir, tindakan operasi dengan memakai alat yang dimasukkan ke dalam saluran Lakrimalis akan dilakukan oleh 70,8% dokter apabila pasien mengalami keluhan hingga diatas usia 1 tahun.Nah, itu dia penjelasan mengenai belekan pada bayi baru lahir. Jika MomDad merasa belekan pada si Kecil sudah mulai mengganggunya, segera konsultasikan ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat ya!Apabila punya pertanyaan seputar kondisi si Kecil, MomDad bisa konsultasikan pada dokter di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" title="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Forum Tanya Dokter</a>&nbsp;melalui aplikasi PrimaKu. Pertanyaan MomDad akan dijawab langsung oleh ahli.Sumber foto: iStockDaftar Pustaka:<ul><li style="text-align: justify;">Nasolacrimal Duct Obstruction. Diunduh dari <a classname="e-rte-anchor" href="http://www.aapos.org." title="http://www.aapos.org.">http://www.aapos.org. </a>Diakses pada tanggal 8 April 2016.</li><li style="text-align: justify;">Schellini SA, Ariki CT, Sousa RL, Weil D, Padovani CR. Management of congenital nasolacrimal duct obstruction—latin American study. Ophthal Plast Reconstr Surg. 2013 Sep-Oct;29(5):389-92.</li><li style="text-align: justify;">Schnall BM. Pediatric nasolacrimal duct obstruction. Curr Opin Opthamol. 2013 Sep;24(5):421-4.</li></ul>Penulis: Dr. Fransiska Farah, Sp.A, M.KesReviewer: Dr. Rosalina Dewi Roeslani, Sp.A(K)Ikatan Dokter Anak Indonesia

Belekan pada Bayi Newborn, Normalkah?

belekan-pada-bayi-newborn,-normalkah-1670916704443

Pada awal kehamilan, Mom dapat dengan bebas tidur dengan berbagai posisi, seperti terlentang, miring ke kanan maupun kiri, dan bahkan tengkurap. Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan dan perut yang semakin membesar, salah satu dari banyak masalah yang kerap dialami oleh ibu hamil adalah posisi tidur. Sudah mencoba berbagai posisi tetapi tetap saja masih terasa tidak nyaman, sehingga tidur punmenjadi kurang tidur. Oleh karena itu, ibu hamil perlu mengetahui posisi tidur yang baik untuk memaksimalkan kualitas tidur.Rekomendasi posisi tidur<img src="https://storage.primaku.com/editor/1670393890123-ac43fd11.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1182620780-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Tidur terlentang saat Mom sudah hamil besar sangat tidak disarankan karena rahim beserta ‘isinya’ dapat menekan pembuluh darah utama yang membawa darah dari kaki ke jantung. Jadi, para ahli pun menyarankan bahwa posisi tidur yang paling baik dan aman untuk ibu hamil adalah miring ke kiri.Hal ini karena tidur dengan posisi miring ke kiri dapat meningkatkan aliran darah ke fetus , dan membantu menyalurkan nutrisi supaya mencapai plasenta dan bayi. Selain itu, tidur dengan posisi miring ke kiri bisa membantu mengurangi potensi pembengkakan, varises pada kaki dan wasir serta memaksimalkan kerja ginjal.Tips tidur lebih nyaman saat hamil<img src="https://storage.primaku.com/editor/1670393902036-60bce740.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1202286569-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Jika sudah mengetahui rekomendasi posisi tidur saat hamil, nah! berikut ini ada beberapa tips lain yang bisa membantu Mom untuk mendapatkan kualitas tidur yang lebih nyaman, yaitu:<ul><li style="text-align: justify;">Saat Mom ingin tidur, coba letakkan satu bantal di antara kedua kaki dan satu bantal lagi di bawah perut. Hal ini bertujuan untuk menghilangkan tekanan pada punggung.</li><li style="text-align: justify;">Selain itu, jika Mom mulas pada malam hari, cobalah berbaring miring. Tambahkan satu bantal lagi pada bagian punggung untuk menambah kenyamanan saat tidur.</li><li style="text-align: justify;">Hindari tidur terlentang dan tengkurap karena dapat menyebabkan masalah pada punggung, pernapasan, sistem pencernaan, wasir, tekanan darah rendah, dan menyebabkan penurunan sirkulasi ke jantung dan bayi.</li><li style="text-align: justify;">Minumlah banyak air putih, tapi batasi asupannya beberapa jam sebelum tidur jika Mom tidak mau bolak-balik ke kamar mandi untuk buang air kecil.</li><li style="text-align: justify;">Olahraga ringan selama 30 menit. Olahraga dapat membantu Mom untuk mendapatkan tidur yang lebih nyenyak, dengan catatan, jangan berolahraga dalam waktu empat jam sebelum tidur.</li><li style="text-align: justify;">Mandi air hangat, pijat kaki atau bahu akan membuat Mom merasa rileks.</li><li style="text-align: justify;">Tidur dengan minim pencahayaan, tenang dan sejuk pada malam hari akan membantu Mom tidur lebih pulas.</li></ul>Itulah posisi tidur yang aman untuk ibu hamil. Tapi, jika Mom masih belum mendapatkan tidur yang cukup setelah menjalankan tips di atas, atau punya masalah kesehatan tertentu, jangan ragu untuk segera konsultasidi&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" title="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" target="_blank" style="text-decoration-line: underline; background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Forum Tanya Dokter</a>.&nbsp;Pertanyaan MomDad akan dijawab langsung oleh ahli, lho!Referensi:<ul><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=sleeping-positions-during-pregnancy-85-P01238" title="https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=sleeping-positions-during-pregnancy-85-P01238">https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=sleeping-positions-during-pregnancy-85-P01238 </a></li><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://americanpregnancy.org/healthy-pregnancy/pregnancy-health-wellness/sleeping-positions-while-pregnant/" title="https://americanpregnancy.org/healthy-pregnancy/pregnancy-health-wellness/sleeping-positions-while-pregnant/">https://americanpregnancy.org/healthy-pregnancy/pregnancy-health-wellness/sleeping-positions-while-pregnant/ </a></li></ul>Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Begini Posisi Tidur yang Nyaman untuk Ibu Hamil

begini-posisi-tidur-yang-nyaman-untuk-ibu-hamil-1670916794164

Kegiatan berjemur pada bayi baru lahir merupakan salah satu hal yang sering dilakukan orangtua baru. Namun, menjemur bayi tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Ada beberapa cara yang perlu MomDad ketahui mengenai cara menjemur bayi. Yuk, simak ulasan lebih lengkapnya di bawah ini! Manfaat dan risiko terpapar sinar matahari<img src="https://storage.primaku.com/editor/1669977103064-e251bdda.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-487812129-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Di pertengahan abad ke-19, sinar matahari diketahui memiliki efek terapeutik untuk penyakit Rakitis atau kelainan tulang karena kekurangan vitamin D, kalsium, atau fosfat. Lalu, pada tahun 1958, sinar matahari pertama kalinya digunakan untuk terapi Ikterus Neonatorum atau bayi kuning. Hal ini dikarenakan menjemur bayi di dalam ruangan dan tidak langsung terkena sinar matahari selama 10 menit sebanyak 2 kali sehari dipercaya mampu membantu untuk terapi Ikterus Neonatorum yang tergolong ringan.&nbsp;Namun, saat kejadian kanker kulit pada tahun 1940 meningkat dan menjadi epidemik pada tahun 1970, para ilmuwan sadar akan dampak negatif dari sinar matahari. Disebutkan dalam banyak artikel bahwa paparan sinar matahari pada bayi bisa meningkatkan risiko berkembangnya melanoma serta jenis kanker lainnya pada usia lanjut. Menentukan risiko kanker kulit bisa dilihat dari seberapa dini usia saat mulai terkena paparan sinar matahari dibandingkan total paparan sinar matahari. Maka dari itu, penting bagi MomDad untuk melakukan perlindungan terhadap sinar matahari terutama pada bayi guna mengurangi risiko terkena kanker kulit.&nbsp;Tips menangani bayi kuning&nbsp;<img src="https://storage.primaku.com/editor/1669977019959-61e14655.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="beautiful-child-red-hat-sleeps-mother-s-tender-arms.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Untuk saat ini, pilihan terapi utama yang bisa dilakukan untuk penanganan bayi kuning yaitu dengan fototerapi menggunakan lampu khusus, bukan dengan menjemur bayi. Namun, memang tidak bisa dipungkiri bahwa sinar matahari juga sangat penting untuk sintesis vitamin D pada kulit. Sintesis vitamin D ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya yaitu umur, pigmentasi kulit, luas permukaan kulit yang terpapar serta waktu terpapar sinar matahari. Untuk meningkatkan konsentrasi vitamin D, dibutuhkan setidaknya 20% dari luas permukaan kulit yang terpapar sinar matahari.&nbsp;Selain itu, beberapa penulis juga menganjurkan ‘sensible sun exposure’ untuk menjaga konsentrasi vitamin D yang memadai yaitu paparan sinar matahari terhadap kedua tangan dan kaki selama 5-30 menit antara pukul 10 pagi dan 4 sore, sebanyak 2 kali sehari. Si Kecil perlu terpapar radiasi ultraviolet B tingkat rendah agar dapat memproduksi vitamin D.&nbsp;Cara menjemur bayi yang tepat<img src="https://storage.primaku.com/editor/1669977010331-6edd7eae.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="mother-massaging-back-newborn-baby.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Ada beberapa anjurnan yang bisa MomDad lakukan untuk menjemur bayi dengan tepat, di antaranya:<ul><li style="text-align: justify;">Memakaikan baju, topi, dan tabir surya sebelum menjemur bayi untuk meminimalisir paparan cahaya matahari.</li><li style="text-align: justify;">Memakai tabir surya dengan SPF 15 atau lebih dan lakukan pemakaian ulang setiap 2 jam atau setelah berkeringat.</li><li style="text-align: justify;">Cari tahu informasi yang cukup mengenai paparan sinar matahari yang aman jika si Kecil beresiko tinggi terkena melanoma. Anak yang beresiko tinggi terkena melanoma antara lain yaitu memiliki muka berbintik atau freckles, kulit putih, dan mempunyai riwayat melanoma pada keluarga.</li><li style="text-align: justify;">Hindari paparan sinar matahari langsung jika si Kecil berusia kurang dari 6 bulan dan selalu gunakan pakaian serta topi untuk melindungi kulit.</li><li style="text-align: justify;">Untuk bayi usia kurang dari 6 bulan, berikan tabir surya pada kulit yang terpapar saja apabila sinar matahari tidak dapat dihindari.&nbsp;</li><li style="text-align: justify;">Batasi pemakaian tabir surya pada bayi prematur karena stratum korneum atau lapisan kulit terluarnya lebih tipis sehingga dapat menyerap lebih banyak tabir surya.&nbsp;</li></ul>Itulah penjelasan mengenai cara menjemur bayi yang bisa dilakukan. Dengan menerapkan rekomendasi yang sudah disebutkan di atas, MomDad dapat menghindari resiko si Kecil terpapar kanker kulit.&nbsp;&nbsp; Apabila mau share informasi atau pertanyaan seputar tumbuh kembang bersama orang tua lainnya, MomDad dapat mengunjungi di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/tumbuh-kembang" title="https://primaku.page.link/tumbuh-kembang" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Forum Tumbuh Kembang</a>! Selain itu, MomDad juga bisa bertanya seputar kesehatan si Kecil dan akan dijawab langsung oleh ahli, lho.Sumber foto: FreepikDaftar Pustaka<ul><li style="text-align: justify;">Roelandts R. The history of phototherapy: Something new under the sun?J Am Acad Dermatol. 2002, 46:926-30.</li><li style="text-align: justify;">Albert MR, Ostheimer KG. The evolution of current medical and popular attitudes toward ultraviolet light exposure: Part 1. J Am Acad Dermatol. 2002, 47:930-37.</li><li style="text-align: justify;">Newman BY. The sun tan myth. Optometry. 2000, 71(11):</li><li style="text-align: justify;">Albert MR, Ostheimer KG, The evolution of current medical and popular attitudes toward ultraviolet light exposure: Part 2. J Am Acad Dermatol 2003, 48:909-18.</li><li style="text-align: justify;">Aladag N, Filiz T M. Parents' knowledge and behaviour concerning sunning their babies; a cross-sectional, descriptive study. BMC Pediatrics. 2006, 6:27</li><li style="text-align: justify;">Johnston RV, Anderson JN, Prentice C: Is sunlight an effective treatment for infants with jaundice?. MJA. 2003, 178:</li><li style="text-align: justify;">E medicine [homepage on the Internet]: Newborn Jaundice. [http://www.emedicinehealth.com/articles/10101-6.asp]. [updated 2005 Aug 10], [cited 2015 May 20].</li><li style="text-align: justify;">Lowe JB, McDermott LJ, Stanton WR, Calavarino A, Balanda KP, McWhirter B: Behaviour of caregivers to protect their infants from exposure to the sun in Queensland, Australia. Health Education Research. 2002, 17:405-14.</li><li style="text-align: justify;">Stanton WR, Chakma B, O'Riordan DL, Eyeson-Annan M: Sun expo- sure and primary prevention of skin cancer for infants and young children during autumn/winter. Aust NZJ Public Health. 2002, 24:178-84.</li><li style="text-align: justify;">Scerri L, Aquilina S, Gauci AA, Dalmas M: Sun awareness and sun protection practices in Malta. JEADV 2002, 16:47-52.</li><li style="text-align: justify;">Beech JR, Sheehan E, Barraclough S: Attitudes toward health risks and sunbathing behaviour. The Journal of Psychology. 1996, 130:669-77.</li><li style="text-align: justify;">Dixon H, Borland R, Hill D: Sun protection and sunburn in Pri- mary school children: The influence of age, gender, and coloring. Preventive Medicine. 1999, 28:119-30.</li><li style="text-align: justify;">Rodrique JR: Promoting healthier behaviours, attitudes, and beliefs toward sun exposure in parents of young children. Journal of Consulting and Clinical Psychology. 1996, 64:1431-34.</li><li style="text-align: justify;">Gartner LM, Greer FR: The Section on Breastfeeding and Com- mittee on Nutrition. Prevention of rickets and vitamin D deficiency: New guidelines for vitamin D intake. Pediatrics. 2003, 111:908-10.</li><li style="text-align: justify;">American Academy of Pediatrics Provisional Committee for Quality Improvement and Subcommittee on Hyperbilirubinaemia: Practice Parameter: Management of Hyperbilirubinemia in the Healthy Term Newborn. Pediatrics. 1994, 94:558-65.</li><li style="text-align: justify;">Ministry of Health, New Zealand. Companion Statement on Vitamin D and Sun Exposure in Pregnancy and Infancy in New Zealand. 2013.</li><li style="text-align: justify;">Holick MF. Vitamin D: a millenium perspective. J Cell Biochem. 2003;88:296 –307.</li><li style="text-align: justify;">Holick MF. Vitamin D deficiency. N Engl J Med. 2007;357(3):266 –81</li><li style="text-align: justify;">American Academy of Pediatrics, Council on Environmental Health and Section on Dermatology. Policy Statement - Ultraviolet Radiation: A Hazard to Children and Adolescents. Pediatrics. 2011;127:588–97.</li><li style="text-align: justify;">[http://www.cancer.org/docroot/MED/content/MED_2_1X_American_Cancer_ Society_Responds_toReport_on_Sunscreens_and_Melanoma.asp]. [cited 2015 May 20].</li><li style="text-align: justify;">[http://www.epa.gov/cgi-bin/epaprintonly.cgi]. [cited 2015 May 20].</li><li style="text-align: justify;">[http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs271/en/]. [cited 2015 May 20].</li><li style="text-align: justify;">[http://www.aad.org/public/Publications/pamphlets/SunProtection Children.htm]. [cited 2015 May 20].</li></ul>Penulis:<ul><li style="text-align: justify;">R. Adhi Teguh P. Iskandar (Ikatan Dokter Anak Indonesia)</li><li style="text-align: justify;">Francisca Bunjamin</li></ul><div style="text-align: justify;">Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD. </div>