Toilet training merupakan pencapaian penting dalam perkembangan anak, menumbuhkan kemandirian dan rasa percaya diri mereka. Namun, jika dilakukan dengan cara yang keliru, proses ini dapat menimbulkan konsekuensi negatif. 1. Trauma dan asosiasi negatifMemaksa anak untuk menggunakan toilet sebelum mereka siap dapat memicu trauma dan membuat mereka mengaitkan toilet dengan pengalaman yang tidak menyenangkan. Hal ini dapat berakibat pada kesulitan mengontrol buang air kecil, bahkan hingga usia sekolah.2. Peningkatan risiko mengompolMendorong anak yang belum siap secara fisik dan mental untuk toilet training dapat memperpanjang kebiasaan mengompol, bahkan hingga usia sekolah.3. Infeksi saluran kencing (ISK)Ketakutan terhadap toilet dapat menyebabkan anak menahan buang air besar dan kecil, meningkatkan risiko ISK.4. Durasi toilet training yang panjangPenelitian menunjukkan bahwa anak yang memulai toilet training di usia 21 bulan rata-rata menyelesaikannya pada usia 37 bulan. Sedangkan anak yang memulai di usia 29 bulan, rata-rata menyelesaikannya pada usia 34 bulan.5. Menghambat hubungan Ibu-anakPeriode toilet training yang panjang dapat memicu stres pada orang tua, mendorong mereka untuk memaksa anak, dan berpotensi merusak hubungan antara orang tua dan anak. Oleh karena itu, penting bagi MomDad untuk mengenali tanda-tanda kesiapan anak sebelum memulai toilet training dan melakukannya dengan cara yang tepat dan penuh kesabaran. Hal ini dapat membantu meminimalisir dampak negatif dan memastikan proses toilet training yang positif dan optimal bagi anak. Referensi:<ul><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/in-depth/potty-training/art-20045230#:~:text=Is%20it%20time%3F,they're%203%20years%20old." title="https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/in-depth/potty-training/art-20045230#:~:text=Is%20it%20time%3F,they're%203%20years%20old." target="_blank">Mayo Clinic. 2021. Potty training: How to get the job done</a></li></ul>

Mulai dari Trauma hingga ISK, ini Dampak Toilet Training yang Tidak Tepat

mulai-dari-trauma-hingga-isk--ini-dampak-toilet-training-yang-tidak-tepat-1724835300321

Memperingati Pekan ASI Sedunia 2024 yang jatuh pada tanggal 1-7 Agustus 2024, kembali mengingatkan kita akan pentingnya menyusui bagi bayi dan Ibu. Dengan mengangkat tema tahun ini, “Closing the Gap: Breastfeeding Support for All”, dapat dijadikan sebagai momentum bagi seluruh pihak, mulai dari keluarga, rekan kerja, dan masyarakat sekitar untuk dapat lebih dan terus mendukung para Ibu menyusui. ASI adalah makanan yang paling ideal untuk bayi﻿﻿Bayi harus diberi ASI secara eksklusif, yaitu hanya menerima ASI selama 6 bulan pertama kehidupan untuk mencapai pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang optimal. ASI itu aman, bersih, dan mengandung antibodi yang membantu melindungi bayi dari berbagai penyakit yang umum terjadi pada masa kanak-kanak.ASI menyediakan semua energi dan nutrisi yang dibutuhkan bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya, dan terus menyediakan hingga setengah atau lebih dari kebutuhan nutrisi anak selama paruh kedua tahun pertama, dan hingga sepertiganya selama tahun kedua kehidupannya.WHO dan UNICEF merekomendasikan agar anak mulai menyusu dalam waktu 1 jam pertama setelah lahir dan disusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupannya, yang berarti tidak ada makanan atau cairan lain yang diberikan, termasuk air putih.Manfaat ASI untuk bayi dan Mom<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/84d9e88a52b871051f8510cdb7d8eb9b41_1722573749996.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Menyusui-3.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px;"> Menyusui memiliki manfaat kesehatan bagi bayi dan Mom. ASI memberi bayi nutrisi yang ideal dan mendukung pertumbuhan dan perkembangan. Menyusui juga dapat membantu melindungi bayi dan Mom dari penyakit dan penyakit tertentu.<ol><li>1.Nutrisi</li></ol>ASI adalah sumber nutrisi terbaik untuk sebagian besar bayi. Seiring pertumbuhan bayi, ASI akan berubah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi.2. PerlindunganMenyusui dapat membantu melindungi bayi dari beberapa penyakit dan penyakit jangka pendek dan jangka panjang. Bayi yang disusui memiliki risiko yang lebih rendah pada penyakit asma, obesitas, diabetes tipe 1, dan sindrom kematian bayi mendadak (SIDS). Bayi yang disusui juga lebih kecil kemungkinannya terkena infeksi telinga dan sakit perut.3. AntibodiASI berbagi antibodi dari Mom dengan bayi yang membantu bayi mengembangkan sistem kekebalan yang kuat dan melindungi mereka dari penyakit.4. KenyamananMom bisa menyusui kapan saja dan di mana saja. Mom dapat memberi makan bayinya saat bepergian tanpa khawatir harus mencampur susu formula atau menyiapkan botol. Saat bepergian, menyusui juga bisa memberikan sumber kenyamanan bagi bayi yang rutinitas normalnya terganggu.5. KesehatanMenyusui juga memiliki manfaat kesehatan bagi Mom. Menyusui dapat mengurangi risiko Mom terkena kanker payudara dan ovarium, diabetes tipe 2, dan tekanan darah tinggi.Peran penting dukungan orang sekitar﻿﻿Menjadi seorang Ibu adalah perjalanan baru yang harus dilalui, tidak hanya untuk seorang Ibu, tapi juga pasangan, anggota keluarga lain, dan orang-orang di sekitarnya. Maka dari itu, dukungan sangat dibutuhkan untuk menyukseskan ASI eksklusif untuk mendukung tumbuh kembang sang bayi.Beberapa kondisi yang memungkinkan Mom membutuhkan dukungan lebih, antara lain jika ini adalah pertama kalinya Mom menjadi Ibu, jika Mom mengalami masalah atau hambatan dalam menyusui, jika Mom dan bayi mengalami masalah kesehatan, atau Mom memiliki banyak tanggung jawab dalam waktu yang bersamaan, seperti merawat anak-anak sambil bekerja dan mengurus rumah tangga, serta Mom harus keluar rumah dan berpisah dengan anak karena bekerja.Beberapa alasan mengapa dukungan dari orang sekitar sangatlah penting bagi keberhasilan menyusui seorang Ibu:<ul><li>Mengurangi stres, stres dapat menghambat produksi ASI, dukungan emosional dapat membantu Mom merasa lebih tenang dan nyaman.</li><li>Membagi “beban”, menyusui membutuhkan waktu dan energi ekstra. Dengan adanya orang lain, dapat membantu Mom mengurus pekerjaan rumah tangga, menjaga bayi saat Mom butuh istirahat, dan memberikan pijatan relaksasi untuk mengurangi rasa lelah.</li><li>Memberikan motivasi, dukungan verbal dan tindakan nyata dari orang sekitar dapat meningkatkan kepercayaan diri Mom dalam menyusui.</li><li>Menjadi pendengar yang baik, terkadang, Mom hanya perlu didengarkan dan dipahami. Seseorang yang dapat menjadi pendengar yang baik, dapat membantu Mom mengatasi kesulitan yang dihadapi.</li></ul>Peran pasangan dalam memberikan dukungan kepada Ibu menyusui<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/56a2d22d1e58204c5f8aa72e52657b39_1722573889261.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Menyusui.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px;"> Terkadang seorang Ibu berpikir bahwa ia seharusnya dapat melakukan segala sesuatu tanpa memerlukan bantuan. Beberapa Ibu mungkin berpikir bahwa dengan mencari bantuan, mereka akan dianggap sebagai Ibu yang buruk atau tidak dapat mengatasi masalahnya dengan baik. Sebagai seorang pasangan yang juga berperan aktif dalam tumbuh kembang anak, tidak ada salahnya untuk Dad lebih berinisiatif dan aktif membantu Mom dalam melalui proses menyusui. Lantas, apa saja hal-hal yang bisa dilakukan?<ul><li>Belajar tentang menyusui, Dad perlu memahami bagaimana proses menyusui, apa saja manfaat ASI, dan masalah-masalah yang mungkin dihadapi Mom selama proses menyusui.</li><li>Berpartisipasi aktif, libatkan diri dalam perawatan bayi, seperti membantu Mom saat menyusui, membantu menggantikan popok, atau menidurkan bayi.</li><li>Memberikan waktu dan ruang, berikan waktu dan ruang yang cukup dan memadai bagi Mom untuk menyusui dan beristirahat.</li><li>Menghargai perjuangan Mom, ucapkan terima kasih dan berikan pujian atas upaya Mom dalam menyusui.</li><li>Mencari bantuan profesional, jika MomDad menyadari adanya kesulitan dalam proses menyusui, jangan ragu untuk mencari bantuan dari konselor laktasi atau tenaga kesehatan lainnya.</li></ul>Menyusui adalah investasi jangka panjang bagi kesehatan Ibu dan anak. Dengan memberikan dukungan sepenuhnya, kita dapat membantu lebih banyak Ibu untuk menyusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupan bayi. Mari bersama-sama menutup kesenjangan dan mewujudkan masa depan yang lebih sehat bagi generasi mendatang.Sumber:<ol><li>﻿﻿World Health Organization: <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.who.int/campaigns/world-breastfeeding-week/2024" title="https://www.who.int/campaigns/world-breastfeeding-week/2024">https://www.who.int/campaigns/world-breastfeeding-week/2024 </a></li><li>World Alliance for Breastfeeding Action: <a classname="e-rte-anchor" href="https://waba.org.my/wbw/" title="https://waba.org.my/wbw/">https://waba.org.my/wbw/ </a></li><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.cdc.gov/breastfeeding/features/breastfeeding-benefits.html#:~:text=Breastfeeding%20has%20health%20benefits%20for,against%20certain%20illnesses%20and%20diseases." title="https://www.cdc.gov/breastfeeding/features/breastfeeding-benefits.html#:~:text=Breastfeeding%20has%20health%20benefits%20for,against%20certain%20illnesses%20and%20diseases.">https://www.cdc.gov/breastfeeding/features/breastfeeding-benefits.html#:~:text=Breastfeeding%20has%20health%20benefits%20for,against%20certain%20illnesses%20and%20diseases. </a></li><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.who.int/health-topics/breastfeeding#tab=tab_1" title="https://www.who.int/health-topics/breastfeeding#tab=tab_1">https://www.who.int/health-topics/breastfeeding#tab=tab_1 </a></li><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK153491/" title="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK153491/">https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK153491/ </a></li></ol>

Jangan Biarkan Ibu Menyusui Sendiri: Yuk, Bersama Dukung ASI Eksklusif!

jangan-biarkan-ibu-menyusui-sendiri--yuk--bersama-dukung-asi-eksklusif--1722587187816

Di era digital seperti sekarang, banyak aplikasi dan game pada gadget didesain sangat interaktif dan menyenangkan, sehingga anak dapat terlibat dalam aktivitas yang membuat mereka merasa senang. Hal ini tak jarang menimbulkan kontra, karena anak jadi kecanduan gadget. Terlebih, tak jarang orang tua menggunakan gadget sebagai ‘senjata’ agar anak tidak rewel. Akibatnya, anak pun jadi kecanduan dan sulit lepas dari gadget. Padahal, screen time perlu diterapkan pada anak agar ia tidak ketergantungan. Namun, jika si kecil sudah kecanduan gadget, apa sih yang harus dilakukan orang tua? Memberikan Kesempatan BerkomunikasiMembina rasa percaya pada anak maupun remaja yang menggunakan gadget, agar mereka dapat mengkomunikasikan kebutuhan, merasa dihargai sebagai manusia, namun juga mendengarkan serta memahami peraturan terkait penggunaan gadget. Zona Bebas GadgetMenentukan lokasi-lokasi di rumah yang bebas gadget, misalnya ruang makan ketika makan bersama, kamar tidur, ruang belajar dan lain-lain. Pastikan anak tidak membawa gadget ke tempat tidur, karena ini akan membantu anak tidur lebih baik. Memberi Batasan yang JelasAnak perlu diberikan batasan yang jelas dan konsisten terkait batas penggunaan gadget sesuai usia. Buat aturan yang jelas tentang kapan dan berapa lama anak boleh menggunakan gadget setiap hari. Gunakan pengatur waktu untuk membantu anak mengingat kapan waktu penggunaan gadget telah habis. Jadilah ContohMemberikan contoh penggunaan gadget yang sewajarnya oleh orangtua adalah contoh terbaik agar anak dapat lepas dari kecanduan gadget. Selain itu waktu yang biasanya digunakan untuk bermain gadget dapat digunakan untuk berinteraksi dengan pelaku rawat utama. Berikan Aktivitas LainMomDad perlu mencari aktivitas lain yang tidak melibatkan gadget, misalnya dengan mencari apa yang disukai anak seperti aktivitas fisik, hobi, interaksi sosial, dan lain-lain agar anak terhindar dari kebosanan dan akhirnya bergantung pada gadget untuk mencari "hiburan". Interaksi Dua ArahMomDad atau pelaku rawat utama dapat mengajak anak dan remaja untuk terlibat dalam aktivitas sosial atau sekadar bermain bersama di rumah.Penting untuk membatasi penggunaan gadget pada anak dengan memberikan screen time yang tegas agar ia tidak kecanduan gadget. Referensi:<ul><li>Abi-Jaoude E, Naylor KT, Pignatiello A. Smartphones, social media use and youth mental health. CMAJ. 2020 Feb 10;192(6):E136-E141. doi: 10.1503/cmaj.190434. PMID: 32041697; PMCID: PMC7012622.</li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.medicalnewstoday.com/articles/signs-of-smartphone-addiction-in-children#how-to-help" title="https://www.medicalnewstoday.com/articles/signs-of-smartphone-addiction-in-children#how-to-help" target="_blank">How to recognize cell phone addiction in children and teenagers&nbsp;</a></li></ul>

Cara Hadapi Anak yang Kecanduan Gadget, Lakukan Hal Ini!

cara-hadapi-anak-yang-kecanduan-gadget--lakukan-hal-ini--1720407687716

Cemas perpisahan atau separation anxiety adalah suatu kecemasan yang timbul apabila MomDad berpisah dengan si Kecil. Separation anxiety merupakan suatu kondisi yang normal terjadi dan dapat mulai timbul pada usia 6 bulan sampai sekitar 3 tahun. Biasanya, hal ini terjadi ketika orang tua yang berpisah dengan anaknya karena harus bekerja. Lantas, gimana, sih cara mengatasi separation anxiety pada bayi dan batita agar tidak menimbulkan ‘drama’ ?Penyebab Separation AnxietySeparation anxiety dialami oleh semua anak dengan derajat yang berbeda-beda. Hal ini menandakan adanya ikatan (bonding) yang terjalin antara anak dengan ibu atau pelaku rawat utama, baik itu pengasuh, kakek atau nenek, atau anggota keluarga lain yang dekat dengan anak. Pemahaman anak yang semakin berkembang akan anggota keluarga dan lingkungan yang akrab dengannya akan membuatnya merasa “tidak aman” ketika berada di luar lingkungan tersebut. Separation anxiety dapat muncul dengan derajat yang lebih berat jika anak sedang lapar, sakit, atau mengantuk. Separation anxiety juga dapat timbul pada kondisi yang sering dijumpai misalnya ketika ayah atau ibu harus pergi bekerja, anak dititipkan di daycare atau ke rumah kakek atau neneknya, atau anak mulai masuk sekolah.Tanda Anak Mengalami Separation AnxietySeparation anxiety dapat memiliki berbagai spektrum gejala, mulai dari anak yang tidak mau terpisah dari ayah atau ibu dan berusaha dengan berbagai cara untuk menunda kepergian ayah atau ibu (menangis, merengek, tidak mau lepas dari ayah atau ibu, dan lain-lain), sampai anak yang menangis histeris saat ibu hilang dari pandangannya, walaupun hanya ke kamar mandi atau ke ruangan lain.Mengatasi Anak yang Mengalami Separation Anxiety<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/1a8653829d56ff88f2e42917b71c3c31_1719879994562.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="separation_anxiety.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1458px; min-height: 0px;"> Apabila si Kecil mengalami separation anxiety, MomDad dapat mencoba tips berikut:<ul><li>Ciptakan ritual perpisahan singkat, misalnya dengan memberikan kecupan singkat ketika MomDad pergi bekerja, melambaikan tangan, atau dengan memberikan boneka atau mainan khusus saat MomDad pergi. Kuncinya adalah menjaga ritual tetap singkat namun tetap memenuhi waktu tersebut dengan kasih sayang. Jika MomDad tergoyahkan karena tangisan anak, atau memperlama ritual maka transisi akan semakin sulit.</li><li>Jadilah konsisten. Lakukan ritual perpisahan di jam dan waktu yang kurang lebih sama setiap harinya. Ritual yang konsisten dapat mengurangi kecemasan anak dan menolong anak untuk membangun kembali kepercayaannya bahwa MomDad akan selalu kembali, dan selama menunggu MomDad, ia dapat melaluinya dengan “baik-baik saja”.</li><li>Atensi. Ketika MomDad pamit, berikan atensi dan kasih sayang penuh kepada anak untuk menunjukkan kepadanya bahwa MomDad tetap menyayanginya meskipun MomDad harus pergi.</li><li>Penuhi janji. MomDad dapat membangun rasa percaya anak dengan senantiasa menepati janji, misalnya “Ibu akan kembali jemput kamu saat makan siang” kemudian lakukan seperti apa yang telah dijanjikan.</li><li>Jadilah spesifik. Hal ini tentunya disesuaikan dengan pemahaman anak tentang waktu, misalnya jika MomDad akan kembali saat anak makan malam atau tidur siang, jelaskan padanya bahwa MomDad akan di rumah di waktu tersebut.</li><li>Lakukan latihan bertahap, misalnya dengan membawa anak ke rumah kakek atau neneknya, atau menitipkan anak kepada pengasuh 1-2 jam setiap akhir pekan, atau berlatih ritual perpisahan bahkan sebelum anak masuk sekolah, dan obrolkan apa yang akan ia lakukan selama MomDad dan anak berpisah.</li></ul>Penting bagi orang tua untuk memberikan dukungan emosional, keamanan, dan pemahaman kepada anak saat mereka mengalami separation anxiety, serta untuk memberikan dukungan yang diperlukan dalam membantu anak mengatasi kecemasan ini secara bertahap dan positif.Referensi:<ul><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/toddler/Pages/Soothing-Your-Childs-Separation-Anxiety.aspx#:~:text=Although%20some%20babies%20display%20object,if%20it's%20a%20tough%20day" title="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/toddler/Pages/Soothing-Your-Childs-Separation-Anxiety.aspx#:~:text=Although%20some%20babies%20display%20object,if%20it's%20a%20tough%20day" target="_blank">How to Ease Your Child’s Separation Anxiety - HealthyChildren.org</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.nhs.uk/conditions/baby/babys-development/behaviour/separation-anxiety/" title="https://www.nhs.uk/conditions/baby/babys-development/behaviour/separation-anxiety/" target="_blank">Separation anxiety - NHS&nbsp;</a></li></ul>

Separation Anxiety, Tips Atasi ‘Drama’ saat Berpisah dengan Anak

separation-anxiety--tips-atasi--drama--saat-berpisah-dengan-anak-1720141625857

Saat masih bayi, MomDad dan si Kecil tidak bisa berkomunikasi secara lancar karena ia belum bisa bicara. Untuk mengerti kebutuhan dan keinginan si Kecil, MomDad perlu paham bahasa bayi. Nah, untuk memudahkan komunikasi, tidak ada salahnya MomDad mencoba bahasa isyarat bersama si Kecil. Jika tertarik, yuk coba terapkan tips berikut!BersabarTrend bahasa isyarat bayi didasarkan pada pengamatan bahwa bayi yang diajari tanda-tanda sederhana pada usia 6 atau 7 bulan dapat mulai menggunakannya untuk berkomunikasi sesegera mungkin pada usia 8 atau 9 bulan. Meskipun tidak ada alasan untuk menunggu sampai si Kecil berusia 6 bulan untuk memulai, tak ada salahnya MomDad coba.BerbicaraPastikan MomDad tidak mengurangi jumlah waktu mengobrol dengan si Kecil. Selama bahasa isyarat tidak menggantikan bicara, itu tidak akan menghambat si Kecil belajar berbicara dengan kata-kata maupun tangan.Jadikan KebiasaanPengulangan adalah kunci. Agar trik ini sukses, jadikan bahasa isyarat sebagai kebiasaan harian, bukan hanya sesekali. Gunakan tanda-tanda yang sama secara konsisten. Misalnya, mengetuk-ngetukkan jari ke bibir bisa berarti "makan."Memberikan SinyalGunakan bahasa isyarat untuk menggambarkan kegiatan rutin dan objek umum yang membentuk dunia si Kecil.Jangan terlalu memaksaJangan khawatir jika si Kecil tidak benar-benar menguasai tanda-tanda atau tidak langsung mengerti. Ingatlah, bahwa tujuan di sini adalah bersenang-senang berkomunikasi dan mengurangi frustasi, bukan menambahnya.MomDad bisa mulai terapkan bahasa isyarat pada kata-kata yang mungkin sering diucapkan, seperti pesawat terbang, bayi, bola, burung, selimut, buku, kucing, dingin, ayah, popok, anjing, selesai, minum, makan, pergi, senang, panas, sakit, aku cinta kamu, susu, mama, lebih, tidur siang, tidak, tolong, duduk, tidur, bintang, atau terima kasih.Referensi: <a class="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/Pages/These-Hands-Were-Made-for-Talking.aspx" title="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/Pages/These-Hands-Were-Made-for-Talking.aspx" target="_blank">Baby Sign Language: These Hands Were Made for Talking - HealthyChildren.org&nbsp;</a>

Bahasa Isyarat untuk Berkomunikasi dengan Bayi, Terapkan yuk!

bahasa-isyarat-untuk-berkomunikasi-dengan-bayi--terapkan-yuk--1718359587334

Menerapkan pola dasar tidur sehat bagi anak memiliki berbagai manfaat yang signifikan, baik bagi kesehatan fisik maupun perkembangan mental dan emosional anak. Dengan mendapatkan tidur yang cukup dan berkualitas, pertumbuhan anak pun dapat optimal karena hormon pertumbuhan diproduksi selama tidur. Nah, bagaimana sih cara menerapkan pola tidur sehat pada anak? Yuk, ikuti prinsip-prinsip dasarnya sebagai berikut:<ul><li>Tetapkan waktu tidur dan rutinitas tidur yang tetap untuk si Kecil.</li><li>Waktu tidur dan bangun sebaiknya sama setiap malam, baik malam sekolah maupun malam non-sekolah. Perbedaan waktu antara satu hari dan hari lainnya tidak boleh lebih dari sekitar 1 jam.</li><li>Buatlah satu jam sebelum tidur menjadi waktu tenang bersama. Hindari aktivitas yang berenergi tinggi, seperti bermain, dan aktivitas yang merangsang, seperti menonton televisi atau bermain gadget, tepat sebelum tidur.</li><li>Jangan membuat si Kecil tidur dalam keadaan lapar. Camilan ringan (misalnya susu dan kue) sebelum tidur bisa diterapkan. Namun, makan berat dalam waktu 1 atau 2 jam sebelum tidur dapat mengganggu tidur.</li><li>Hindari produk yang mengandung kafein, setidaknya beberapa jam sebelum tidur. Ini termasuk minuman bersoda berkafein, kopi, teh, dan cokelat.</li><li>Pastikan si Kecil menghabiskan waktu di luar setiap hari, jika memungkinkan dan terlibat dalam olahraga secara teratur.</li><li>Jaga agar kamar tidur si Kecil tetap tenang dan gelap. Lampu malam dengan tingkat rendah dapat diterima bagi anak-anak yang merasa takut dengan kamar yang sepenuhnya gelap.</li><li>Jaga suhu kamar tidur si Kecil pada tingkat yang nyaman selama semalaman (&lt;24°C atau 75°F).</li><li>Jangan gunakan kamar tidur si Kecil sebagai tempat hukuman.</li><li>Jauhkan televisi dari kamar tidur si Kecil. Anak dapat dengan mudah mengembangkan kebiasaan buruk seperti "membutuhkan" televisi untuk tertidur. Selain itu, lebih sulit mengontrol tontonannya jika televisi ada di kamar tidur.</li></ul>Secara keseluruhan, menerapkan pola dasar tidur sehat bagi anak memberikan manfaat jangka pendek dan jangka panjang yang penting bagi kesehatan. Tidur yang cukup dan berkualitas adalah fondasi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal dalam berbagai aspek kehidupan anak.Referensi: Nelson Textbook of Pediatrics 22nd Edition 2024 Vol.02&nbsp;

Tips Terapkan Pola Dasar Tidur Sehat untuk Anak, Ikuti Prinsipnya!

tips-terapkan-pola-dasar-tidur-sehat-untuk-anak--ikuti-prinsipnya--1717583602949

Saat anak melakukan kesalahan, umumnya orang tua akan memberikan hukuman agar ia mengerti atas konsekuensi dan tidak mengulanginya kembali. Namun, ada juga yang mungkin justru mendiamkan anak atau memberikan silent treatment untuk membuatnya jera. Silent treatment adalah suatu bentuk “hukuman” dengan cara menolak berbicara atau mendiamkan anak setelah mereka melakukan suatu kesalahan. Silent treatment dapat pula berupa penghindaran kontak mata dan menganggap anak tidak ada di sekitar orang tua. Padahal, melakukan silent treatment tidak dianjurkan, lho karena bisa berdampak negatif pada anak.Dampak Silent Treatment<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/f64fc425c10526a485adafcd8ab297fef_1717148626483.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="silent treatment (1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Ketika anak mengalami silent treatment, mereka dapat mengalami perasaan diabaikan. Selain itu, dapat pula timbul perasaan cemas, gelisah, ketakutan, hingga merasa tidak aman.&nbsp; Akibatnya, anak mencari perhatian dengan cara berperilaku menantang, mencari perhatian, atau berbuat berbagai hal untuk menghentikan orang tua bersikap demikian. Konsekuensi jangka panjang dari silent treatment dapat memengaruhi kemampuan anak untuk membangun hubungan dengan orang lain di kemudian hari, hingga selalu merasa khawatir akan ditinggalkan oleh orang-orang di sekitarnya.Mengatasi Konflik dengan AnakOrang tua perlu membangun komunikasi yang baik dengan anak. Sebelumnya, MomDad tentu harus memiliki regulasi emosi yang baik. Ketika memiliki konflik dengan si Kecil, MomDad perlu membangun koneksi kembali dengannya, memastikan ia dapat meregulasi emosinya, dan mengkomunikasikan konflik dengan bahasa yang mudah dipahami anak. MomDad juga dapat menggunakan teknik positive discipline dalam mengatasi konflik dengan anak.Jika pun MomDad terlanjur memberikan silent treatment pada si Kecil, berikut cara untuk memulihkan hubungan dan memperbaiki komunikasi:<ul><li>Pastikan MomDad dalam kondisi emosional yang stabil</li><li>Setelah MomDad dapat meregulasi emosi sendiri, dekati anak dan jelaskan bagaimana perasaan MomDad terhadap perilaku anak yang menantang tersebut</li></ul>Untuk menghindari dampak negatif silent treatment, sangat penting bagi MomDad atau&nbsp; pengasuh untuk berkomunikasi dengan si Kecil secara terbuka. Mendengarkan si Kecil, mengakui perasaannya, dan berbicara dengan cara yang konstruktif, serta penuh kasih sayang adalah langkah-langkah penting dalam membangun hubungan yang sehat dan positif.Referensi: Rittenour, C., Kromka, S., Saunders, R., et. al., (2019) Socializing the Silent Treatment: Parent and Adult Child Communicated Displeasure, Identification, and Satisfaction. Journal of Family Communication, Vol. 19, (1).