MomDad, siapa yang pernah begini? Anak rewel nggak mau makan, langsung deh disodorin gadget biar lahap lagi. Atau waktu mau tidur, anak susah tenang, akhirnya dibukain video kartun. Kedengarannya sepele, tapi ternyata memberikan gadget di momen-momen tertentu justru bisa berdampak buruk pada tumbuh kembang anak, lho! Agar anak tidak ketergantungan screen time, hindari memberikan gadget dalam kondisi ini! Saat MakanBanyak orang tua merasa anak jadi lebih mudah makan kalau sambil nonton video. Tapi kebiasaan ini bisa menyebabkan anak tidak belajar mengenali rasa lapar dan kenyang, karena fokusnya teralih ke layar.Khususnya di usia 2–5 tahun adalah masa penting dalam perkembangan kemampuan makan mandiri dan keterampilan mengatur diri (self-regulatory skills). Di masa ini, anak mulai belajar mengenali rasa lapar dan kenyang, tapi tetap sangat bergantung pada orang tua untuk mengatur pola makan dan akses terhadap layar.Penggunaan screen time saat makan bisa menghambat proses belajar penting tersebut, karena anak menjadi kurang peka terhadap sinyal tubuhnya dan lebih fokus pada tayangan di layar. Dalam jangka panjang, hal ini dapat memengaruhi kebiasaan makan, nafsu makan, hingga hubungan anak dengan makanan.Sebelum TidurTidur yang cukup dan berkualitas penting bagi anak agar mereka bisa bermain, belajar, dan berkonsentrasi dengan baik di siang hari. Namun, penggunaan layar dan teknologi digital dapat memengaruhi seberapa cepat anak tertidur dan seberapa lama mereka tidur dengan nyenyak.Salah satu penyebab utamanya adalah paparan layar menjelang waktu tidur, terutama dalam satu jam sebelum anak beristirahat. Cahaya biru yang dipancarkan dari televisi, komputer, ponsel, atau tablet bisa menekan produksi hormon melatonin, hormon yang membantu tubuh merasa mengantuk, sehingga anak menjadi lebih sulit tertidur.Selain itu, aktivitas digital seperti bermain game atau mengobrol dengan teman sering kali membuat anak tergoda untuk begadang. Bahkan setelah tertidur, notifikasi atau pesan yang masuk di malam hari bisa mengganggu kualitas tidurnya.Saat Bosan atau RewelWajar kalau MomDad merasa kewalahan ketika anak mulai rewel di tempat umum. Tapi menjadikan gadget sebagai “penenang instan” justru bisa membuat anak sulit mengelola emosi sendiri. Anak usia 3–5 tahun yang sering diberikan gadget untuk menenangkan diri memiliki kemampuan regulasi emosi yang lebih rendah dibanding anak yang belajar menenangkan diri tanpa bantuan layar.Saat sedang Bermain atau BersosialisasiHindari memberikan screen time ketika anak sedang bermain atau bersosialisasi dengan teman-temannya. Momen bermain adalah kesempatan emas bagi anak untuk belajar berkomunikasi, berbagi, bergiliran, dan memahami ekspresi emosi orang lain. Jika waktu tersebut tergantikan oleh layar, anak bisa kehilangan stimulasi sosial yang sangat penting bagi perkembangan bahasa dan keterampilan sosial-emosionalnya.Saat sedang Belajar FokusMemberikan gadget di sela waktu belajar bisa membuat anak lebih sulit berkonsentrasi dalam jangka panjang. Paparan video cepat atau game yang terus memicu dopamin membuat anak kesulitan menikmati aktivitas yang butuh fokus dan kesabaran.Gadget memang bisa jadi alat bantu yang bermanfaat, asal digunakan pada waktu dan cara yang tepat. Namun, ketika diberikan di momen seperti makan, tidur, atau saat anak rewel, gadget bisa jadi bumerang bagi tumbuh kembang anak. <ul><li>Referensi:</li><li>Roma Jusienė. Screen Use During Meals Among Young Children: Exploration of Associated Variables. Medicina (Kaunas). 2019 Oct 14;55(10):688.</li><li>Screen time and digital technology use: how it affects child and teenage sleep.&nbsp;</li><li>Ippei Takahashi, MMSc. Screen Time at Age 1 Year and Communication and Problem-Solving Developmental Delay at 2 and 4 Years. JAMA Pediatr Published Online: August 21, 2023. 2023;177;(10):1039-1046.</li><li>Manal M Alamri. Relationship Between Speech Delay and Smart Media in Children: A Systematic Review. Cureus. 2023 Sep 17;15(9):e45396.</li></ul>

Hindari Memberikan Gadget ke Anak dalam Kondisi Ini!

hindari-memberikan-gadget-ke-anak-dalam-kondisi-ini--1761298936404

Rutinitas tidur adalah serangkaian aktivitas yang dilakukan anak dalam urutan yang hampir sama setiap malam sebelum ia tidur. Rutinitas ini membantu anak merasa lebih tenang dan aman, sehingga ia bisa tidur lebih mudah. Meskipun rutinitas tidur berubah seiring bertambahnya usia, semua anak, termasuk remaja, manfaatkan kegiatan yang menenangkan sebelum tidur agar dapat mendapatkan tidur yang cukup dan berkualitas. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu MomDad membentuk rutinitas tidur yang konsisten dan sesuai dengan usia anak. 1. Rutinitas Tidur Positif untuk Bayi, Balita, dan Anak PrasekolahRutinitas tidur yang baik bagi bayi hingga anak prasekolah membantu menenangkannya dan mempersiapkan tubuh untuk tidur. Rutinitas ini bisa dimulai sekitar 20 menit sebelum waktu tidur dan bisa mencakup aktivitas seperti mandi, menyikat gigi, hingga kegiatan tenang bersama orang tua, seperti membaca cerita.Contoh rutinitas tidur yang bisa dilakukan setelah makan malam dan mandi:<ul><li>Anak bermain dengan tenang selama 15-20 menit (misalnya bermain mainan atau mendengarkan musik).</li><li>Kemudian, MomDad dan si Kecil berbagi cerita bersama, bisa dilakukan di kursi yang nyaman atau membacakan cerita di tempat tidur.</li><li>Jika si Kecil belum tidur, bantu ia untuk masuk tempat tidur.</li><li>Peluk dan cium si Kecil sambil mengucapkan selamat tidur.</li><li>Setelah rutinitas selesai, beritahu anak bahwa saatnya tidur, matikan lampu utama dan tinggalkan ruangan.</li></ul>Rutinitas yang konsisten seperti ini bisa membantu mengurangi masalah tidur, membuat anak jarang memanggil MomDad di malam hari, dan juga memperkuat hubungan antara orang tua dan anak.2. Rutinitas Tidur untuk Anak Usia SekolahRutinitas tidur yang baik sangat membantu anak usia sekolah agar tidur lebih nyenyak. Meskipun si Kecil mungkin sudah lebih mandiri dalam kegiatan seperti menyikat gigi, ia tetap akan menikmati waktu bermain tenang, membaca, atau berbincang santai dengan MomDad.Contoh rutinitas tidur untuk anak usia sekolah:<ul><li>Anak menyelesaikan PR sebelum makan malam agar bisa bersantai sebelum tidur.</li><li>Anak mandi atau berendam.</li><li>Anak melakukan kegiatan yang menenangkan seperti menggambar, mendengarkan musik, atau bermain game (hindari layar dalam satu jam sebelum tidur).</li><li>MomDad dan si Kecil berbagi cerita di tempat tidur. MomDad bisa membacakan cerita untuk anak atau biarkan ia membacakan cerita untuk MomDad.</li><li>Peluk dan cium anak sambil mengucapkan selamat tidur.</li><li>Si Kecil atau MomDad mematikan lampu utama.</li></ul>3. Rutinitas Tidur untuk RemajaKetika anak semakin besar, rutinitas tidurnya perlu lebih fleksibel. Misalnya, anak bisa tidur lebih larut karena berbagai alasan seperti pekerjaan paruh waktu, kegiatan ekstra kurikuler, atau berkumpul dengan teman-teman. Meskipun demikian, rutinitas yang sama di setiap malam tetap dapat membantunya tidur lebih nyenyak.Contoh rutinitas tidur untuk remaja:<ul><li>Remaja mulai mengurangi penggunaan media sosial dan teknologi digital setidaknya 30 menit sebelum tidur.</li><li>Mandi atau bersantai dengan musik.</li><li>Membaca buku atau melakukan kegiatan relaksasi lainnya.</li><li>Matikan lampu utama dan tidur dengan tenang.</li></ul>Dengan rutinitas tidur yang tepat, anak tidak hanya mendapatkan tidur yang berkualitas, tetapi juga merasa lebih aman dan dihargai. Jadi, yuk mulai bangun rutinitas tidur yang menyenangkan untuk si Kecil!<a href="https://primaku.com/parenthood-institute/super-class/kelas-sleep-training" target="_blank"><img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/31045cd94633ce7d19310d2f9ad23039b_1761031351560.png" class="e-rte-image e-imginline e-resize" alt="Sleep-training (1).png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px; max-height: 821px;"></a> Nah, untuk membantu anak tidur lebih nyenyak dan membangun kebiasaan tidur yang baik, MomDad bisa mengikuti <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/parenthood-institute/super-class/kelas-sleep-training" title="https://primaku.com/parenthood-institute/super-class/kelas-sleep-training" target="_blank">Kelas Sleep Training bersama dr. Frecillia Regina, Sp.A, IBCLC.</a> Dalam kelas ini, orang tua akan belajar strategi berbasis bukti ilmiah untuk membantu anak tidur lebih teratur dan berkualitas. <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/parenthood-institute/super-class/kelas-sleep-training" title="https://primaku.com/parenthood-institute/super-class/kelas-sleep-training" target="_blank">Klik di sini </a>untuk mengakses kelas &amp; mulai belajar! Referensi: Positive bedtime routines: babies, children and teenagers&nbsp;

Tips Sederhana Membentuk Rutinitas Tidur Anak yang Konsisten sesuai Usia

tips-sederhana-membentuk-rutinitas-tidur-anak-yang-konsisten-sesuai-usia-1761031420606

Meski kita mewarisi gen dari ayah dan ibu, ternyata ada beberapa sifat yang hanya bisa diwarisi dari ibu. Sifat-sifat ini terkait dengan gen tertentu yang hanya diturunkan melalui garis keturunan ibu. Artikel ini akan membahas apa itu sifat bawaan (inherited traits), gen apa saja yang diturunkan dari ibu, serta sejauh mana pengaruh gen ibu terhadap diri kita. Apa Itu Sifat yang Diwariskan?Sifat bawaan adalah karakteristik yang diturunkan dari orang tua kepada anak melalui gen yang ada di dalam tubuh. Sifat ini bisa berupa ciri fisik seperti warna rambut atau bentuk tubuh, kemampuan bawaan, hingga kerentanan terhadap penyakit tertentu.Secara umum, setiap anak mewarisi sekitar 50% gen dari ibu dan 50% dari ayah, namun beberapa sifat tertentu, terutama yang terkait dengan kromosom spesifik, hanya diturunkan dari ibu.Gen yang Hanya Diturunkan dari IbuSalah satu gen paling terkenal yang hanya diwarisi dari ibu adalah DNA mitokondria (mtDNA). DNA ini terdapat di dalam mitokondria, bagian sel yang berfungsi menghasilkan energi dan hanya diturunkan lewat garis ibu. Artinya, setiap manusia membawa “jejak genetik” dari ibu mereka melalui DNA mitokondria ini.Meskipun mtDNA tidak menentukan ciri seperti warna mata atau tinggi badan, gen ini berperan penting untuk melacak asal-usul keluarga dan memprediksi risiko penyakit genetik tertentu, seperti mitochondrial disease.Selain itu, beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa gen yang terkait dengan kecerdasan dan kesehatan mental bisa berasal dari kromosom X, yang diwariskan ibu kepada anak laki-lakinya.Ciri Fisik yang Bisa Diturunkan dari Ibu﻿﻿Beberapa ciri fisik tertentu juga cenderung lebih dipengaruhi oleh gen dari ibu, misalnya:<ul><li>Tekstur rambut: Jika ibu memiliki rambut keriting, besar kemungkinan anak juga akan mewarisinya.</li><li>Tinggi badan: Faktor genetik dari ibu dapat berperan dalam menentukan apakah anak akan tumbuh tinggi atau cenderung pendek.</li><li>Bentuk tubuh: Distribusi lemak tubuh, terutama di area pinggul dan paha, sering kali diwarisi dari garis keturunan ibu.</li></ul>Bahkan beberapa penelitian menyebutkan bahwa gen yang memengaruhi kecerdasan lebih banyak tersimpan pada kromosom X, sehingga ibu memiliki kontribusi besar dalam menurunkan faktor kognitif anak.Sifat Lain yang Bisa Diwariskan dari Kedua Orang TuaSelain gen khusus dari ibu, ada juga banyak sifat lain yang bisa diwarisi dari kedua orang tua, seperti:<ul><li>Warna mata dan kulit</li><li>Postur tubuh dan bentuk wajah</li><li>Risiko penyakit tertentu, misalnya diabetes, penyakit jantung, atau kanker</li></ul>Namun, sifat-sifat yang diwarisi dari ibu seringkali memiliki pengaruh yang lebih mendalam pada fungsi biologis dan kesehatan jangka panjang.Peran ibu ternyata bukan hanya dalam mengasuh dan membentuk kepribadian anak, tapi juga secara biologis menentukan sebagian besar “cetakan dasar” tubuh dan pikiran anaknya. Dari DNA mitokondria hingga gen di kromosom X, pengaruh genetik dari ibu membentuk siapa kita, baik secara fisik maupun mental.Dengan memahami hal ini, kita bisa lebih menghargai pentingnya kesehatan ibu sebelum dan selama kehamilan, karena setiap gen yang diwariskan membawa “warisan biologis” yang akan memengaruhi anak seumur hidup. Referensi: What Traits Are Inherited From Mother Only - Choice DNA&nbsp;

Gen Ibu Memang Kuat! Ini Sifat yang Cuma Bisa Diwariskan dari Ibu

gen-ibu-memang-kuat--ini-sifat-yang-cuma-bisa-diwariskan-dari-ibu-1760349127425

Bagi ibu baru, menyusui adalah salah satu hal terpenting untuk tumbuh kembang bayi. ASI bukan hanya sumber nutrisi terbaik, tapi juga momen berharga untuk membangun ikatan dengan si Kecil. Namun, di tengah aktivitas harian, tidak selalu mungkin untuk menyusui langsung setiap kali bayi lapar. Makanya, banyak ibu mulai memompa dan menyimpan ASI agar bayi tetap mendapat nutrisi meski Mom sedang tidak di rumah.Tapi, memompa ASI tidak selalu semudah kelihatannya. Proses ini butuh teknik, kesabaran, dan terkadang, trial and error. Nah, supaya Mom tidak salah langkah, berikut beberapa kesalahan umum saat memompa ASI dan cara menghindarinya.1. Terlalu Tinggi Menyetel Tekanan PompaBanyak ibu mengira semakin kuat sedotannya, semakin banyak ASI yang keluar. Padahal, tekanan yang terlalu tinggi justru bisa membuat payudara meradang dan produksi ASI menurun. Mulailah dengan tekanan paling rendah dan naikkan perlahan ke tingkat sedang setelah tubuh beradaptasi. Biasanya, tingkat sedang adalah yang paling nyaman dan efektif.2. Sesi Memompa Terlalu SingkatJika Mom berhenti terlalu cepat, payudara tidak sempat kosong sepenuhnya. Ini bisa bikin tubuh “mengira” ASI sudah cukup, dan akhirnya produksi berkurang. Idealnya, pompa selama 15–20 menit, atau sekitar 5 menit setelah aliran ASI berhenti.3. Tidak Cukup Sering MemompaTubuh bekerja dengan prinsip supply and demand. Jadi, semakin sering ASI dikeluarkan, semakin banyak tubuh memproduksi. Kalau perlu, coba teknik cluster pumping, memompa beberapa kali dalam waktu singkat untuk memicu peningkatan produksi.4. Jadwal Memompa Tidak TeraturMemompa secara acak bisa bikin tubuh bingung dan mengganggu ritme produksi. Buatlah jadwal memompa yang konsisten, disesuaikan dengan waktu menyusui langsung.Jika Mom bekerja, pastikan tetap memompa untuk menggantikan waktu menyusui yang terlewat agar produksi tetap stabil.5. Ukuran Corong (Flange) Tidak TepatSetiap ibu punya ukuran payudara yang berbeda, dan ukuran corong pompa juga harus disesuaikan. Corong yang terlalu kecil atau besar bisa menyebabkan nyeri, puting lecet, atau saluran ASI tersumbat. Ukuran flange biasanya berkisar antara 19–36 mm. Jika merasa tidak nyaman, coba ukur ulang dan sesuaikan sampai menemukan yang pas.ASI adalah hadiah berharga yang hanya Mom bisa berikan untuk si kecil. Dengan teknik memompa yang tepat, Mom bisa memastikan bayi tetap mendapat nutrisi terbaik, kapan pun dan di mana pun. Kalau masih merasa kesulitan, jangan ragu konsultasi ke dokter atau konselor laktasi. Selain itu, Mom juga bisa ikut <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/parenthood-institute/super-class/kelas-laktasi" title="https://primaku.com/parenthood-institute/super-class/kelas-laktasi" target="_blank">Parenthood Institute SuperClass Laktasi, yang dipandu oleh dr. Ria Yoanita, Sp.A.&nbsp;</a><a href="https://primaku.com/parenthood-institute/super-class/kelas-laktasi" target="_blank"><img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/7c2fe376ef3aae0e94e42fb10bfc32656_1759994873941.png" class="e-rte-image e-imginline e-resize" alt="Laktasi (1).png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px; max-height: 821px;"></a> Di kelas ini, Mom akan dibimbing untuk memahami seluk-beluk menyusui, termasuk mengatasi masalah produksi ASI yang kurang lancar dan pelekatan yang benar. Selain itu, Mom juga akan belajar cara-cara meningkatkan produksi ASI dan mengatasi tantangan menyusui dengan solusi praktis, langsung dari ahlinya.Jangan lewatkan kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan penting yang akan membantu Mom memberikan nutrisi terbaik bagi si Kecil. Daftar sekarang dan mulailah perjalanan menyusui yang lebih mudah dan menyenangkan! Referensi: 9 Common Pumping Mistakes and How to Avoid Them&nbsp;

5 Kesalahan Pumping ASI yang Perlu Dihindari

5-kesalahan-pumping-asi-yang-perlu-dihindari-1759995004354

Setelah melahirkan, tubuh seorang ibu mengalami banyak perubahan, mulai dari bentuk tubuh, kekuatan otot, hingga keseimbangan hormon. Proses pemulihan ini membutuhkan perhatian khusus, terutama dalam hal postur tubuh dan kebugaran fisik. Salah satu latihan yang terbukti aman dan efektif untuk membantu pemulihan adalah pilates postpartum. Apa itu Pilates?Secara sederhana, pilates adalah jenis latihan yang berfokus pada kekuatan inti tubuh (core), keseimbangan, fleksibilitas, dan pernapasan. Gerakannya lembut namun efektif untuk memperkuat otot tanpa memberikan tekanan berlebih. Pilates terbagi menjadi dua jenis utama:<ul><li>Mat Pilates, dilakukan di atas matras dengan bantuan gravitasi dan berat tubuh sendiri.</li><li>Reformer Pilates, menggunakan alat khusus dengan pegas dan tali untuk membantu kontrol gerakan dan intensitas latihan.</li></ul>Bagi ibu yang baru melahirkan, pilates postpartum menjadi pilihan ideal karena membantu memulihkan kekuatan otot, memperbaiki postur tubuh, serta mengembalikan keseimbangan fisik dan emosional setelah persalinan. Manfaat Pilates Postpartum bagi New Mom﻿﻿Setelah proses persalinan, tubuh ibu membutuhkan waktu untuk kembali pulih dan beradaptasi dengan perubahan fisik maupun emosional. Di sinilah pilates postpartum berperan penting karena memiliki manfaat sebagai berikut:1. Menguatkan Otot Dasar PanggulSetelah melahirkan, otot dasar panggul biasanya melemah karena tekanan selama kehamilan dan persalinan. Pilates membantu memperkuat otot-otot ini melalui latihan khusus seperti pelvic floor exercise dan core activation, yang dapat mencegah gangguan seperti inkontinensia urin dan menurunkan risiko prolaps organ panggul.2. Mengembalikan Kekuatan Tubuh Secara MenyeluruhSelama kehamilan, banyak ibu kehilangan kekuatan otot dan mengalami ketidakseimbangan akibat beban yang ditanggung tubuh. Pilates membantu memulihkan kekuatan otot secara menyeluruh, terutama di area perut, punggung, dan panggul, sambil meningkatkan rasa percaya diri dalam bergerak dan beraktivitas.3. Meningkatkan Kesejahteraan dan Suasana HatiPerubahan hormon pasca melahirkan sering memicu stres, kelelahan, atau bahkan kecemasan. Melalui latihan pilates, tubuh memproduksi endorfin, hormon yang membantu memperbaiki suasana hati dan mengurangi risiko depresi postpartum. Latihan pernapasan dalam pilates juga membantu ibu lebih rileks dan kembali terhubung dengan tubuhnya.4. Memperbaiki Postur TubuhSelama kehamilan, tulang belakang cenderung tertarik ke depan sehingga menyebabkan lordosis (punggung melengkung berlebih) dan nyeri punggung setelah melahirkan. Pilates membantu mengembalikan keseimbangan tulang belakang, memperkuat otot punggung bawah, serta memperbaiki postur tubuh agar lebih tegak dan nyaman.5. Mengurangi Pemisahan Otot Perut (Diastasis Recti)Bertambahnya ukuran rahim saat hamil dapat menyebabkan otot perut terpisah di bagian tengah. Kondisi ini dikenal sebagai diastasis recti. Pilates postpartum menargetkan penguatan otot inti (core) secara bertahap dan aman, membantu mengurangi jarak antara otot serta mendukung proses pemulihan jaringan otot perut.Kapan Waktu yang Tepat untuk Memulai Pilates Postpartum?Setiap ibu memiliki waktu pemulihan yang berbeda. Umumnya, latihan pilates ringan dapat dimulai 6–8 minggu setelah melahirkan secara normal, atau setelah mendapat izin dokter bagi yang menjalani operasi sesar. Disarankan untuk memulai dengan gerakan lembut di bawah pengawasan instruktur pilates bersertifikat yang berpengalaman dalam latihan pasca persalinan.Pilates postpartum bukan sekadar olahraga, tetapi bentuk perawatan diri yang menyeluruh bagi ibu setelah melahirkan. Olahraga ini membantu memperbaiki postur, memperkuat otot, menyeimbangkan emosi, dan mengembalikan kepercayaan diri. Dengan rutinitas yang konsisten dan bimbingan yang tepat, pilates dapat menjadi langkah awal menuju tubuh yang lebih kuat, seimbang, dan sehat, baik secara fisik maupun mental. <ul><li>Referensi:</li><li>Unexpected Benefits Of Pilates For Postpartum Recovery&nbsp;</li><li>The Top 5 Postpartum Pilates Benefits and Exercises | Vaura&nbsp;</li></ul>

Rawat Postur Usai Melahirkan, Ini Alasan Pilates Dianjurkan buat New Mom

rawat-postur-usai-melahirkan--ini-alasan-pilates-dianjurkan-buat-new-mom-1759989790937

Sebagai orang tua, melepas anak ke toilet umum memang bisa membuat cemas. Mungkin terlihat sepele dibandingkan kekhawatiran lain dalam mengasuh anak, tapi keamanan anak di toilet umum adalah hal yang sangat krusial. Khususnya, belakangan ini semakin banyak kasus kejahatan seksual yang menimpa anak di ruang publik, salah satunya di toilet umum. Penting bagi MomDad untuk selalu waspada dan tidak membiarkan anak pergi ke toilet umum sendirian. Yuk, terapkan hal ini saat anak berada di ruang publik, khususnya toilet umum, agar terhindar dari hal yang tak diinginkan. Temani Anak saat ke Toilet Umum﻿﻿Menemani anak ke toilet umum adalah langkah sederhana, namun sangat efektif untuk menjaga keselamatannya. Hal ini penting terutama bagi anak-anak yang masih kecil dan belum sepenuhnya memahami potensi bahaya yang bisa terjadi di toilet umum.Dengan menemani si Kecil, MomDad memberikan perlindungan langsung dari kemungkinan interaksi yang tidak diinginkan serta memastikan anak tetap menjaga kebersihan dengan benar. Kehadiran orang tua juga memberi rasa aman bagi anak dan secara signifikan mengurangi risiko bahaya.Ajarkan Etika Menggunakan Toilet UmumMengajarkan anak tentang cara aman dan sopan menggunakan toilet umum merupakan bagian penting dari pembelajaran mandiri. Beri tahu si Kecil hal-hal dasar seperti: tidak berbicara dengan orang asing, menghindari menyentuh permukaan yang tidak perlu, serta selalu mengunci pintu bilik untuk menjaga privasi.Pengetahuan ini akan menjadi pertahanan pertama bagi anak saat berada di tempat umum. Dengan menanamkan kebiasaan ini sejak dini, MomDad membantu si Kecil belajar melindungi diri sendiri di lingkungan yang mungkin berisiko.Tetap Waspada dan Perhatikan SekitarSaat menemani anak, MomDad juga perlu selalu waspada terhadap situasi sekitar. Perhatikan tanda-tanda bahaya seperti orang yang mencurigakan atau perilaku tidak biasa di sekitar toilet umum.Percayalah pada insting, dan jangan ragu untuk segera bertindak, misalnya keluar dari area toilet jika merasa ada yang tidak aman. Kewaspadaan dan kehadiran aktif orang tua bisa menjadi penghalang bagi potensi ancaman, sekaligus memastikan anak tetap aman di ruang publik.Lakukan Langkah Pencegahan untuk Keamanan AnakSelain mengajarkan batasan, MomDad juga perlu mengambil langkah nyata untuk menjaga keamanan anak. Dorong anak untuk lebih sering beraktivitas dalam kelompok, misalnya bermain bersama teman atau saudara, dan hindari situasi di mana anak sendirian dengan orang dewasa atau anak yang lebih tua. Jika hal itu tidak bisa dihindari, pastikan MomDad tetap mengawasi dari jarak aman.Latihan Peran (Role-Playing) bersama AnakMelakukan latihan peran atau role-playing bisa menjadi cara yang efektif untuk membantu anak menghadapi situasi tak terduga di tempat umum, termasuk di toilet umum. MomDad bisa membuat skenario sederhana, misalnya saat anak merasa tidak nyaman atau ketika ada orang asing yang mencoba mendekat. Ajak anak mempraktikkan cara merespons dengan tepat, seperti menolak dengan tegas, segera keluar, atau mencari orang dewasa yang dipercayaLatihan seperti ini membantu anak lebih percaya diri dan siap menghadapi situasi nyata dengan aman. Dengan membiasakan latihan peran dalam obrolan sehari-hari, MomDad sedang mengajarkan anak untuk berani berkata “tidak” dan melindungi dirinya sendiri dengan tenang dan percaya diri.Kejahatan seksual terhadap anak bisa terjadi di mana saja, bahkan di tempat yang terlihat aman seperti toilet umum. Oleh karena itu, kewaspadaan orang tua adalah garis pertahanan pertama. Jangan ragu untuk mendampingi, mengawasi, dan mengajarkan anak tentang batasan diri, karena keselamatan mereka selalu lebih penting dari rasa sungkan atau gengsi di depan orang lain. Referensi: Safeguarding children and child sexual abuse&nbsp;

Lindungi Anak dari Kejahatan Seksual di Toilet Umum, Lakukan Hal Ini

lindungi-anak-dari-kejahatan-seksual-di-toilet-umum--lakukan-hal-ini-1759751774144

Bagi orang tua, mungkin terlihat sederhana saat anak belajar memakai baju sendiri. Namun, di balik kegiatan ini, ada banyak manfaat yang mendukung tumbuh kembang si Kecil. Memakai baju sendiri bukan hanya soal kerapian, tetapi juga menjadi bagian penting dari kemandirian, rasa percaya diri, dan kesempatan bagi anak untuk mengekspresikan diri. Selain itu, kemampuan ini melatih keterampilan motorik, konsentrasi, serta pemahaman anak tentang lingkungan. Mengapa Anak Perlu Belajar Memakai Baju Sendiri?﻿﻿Kemampuan berpakaian memberi anak rasa percaya diri, melatih kemandirian, sekaligus memudahkan orang tua. Selain itu, aktivitas ini mendukung perkembangan:<ul><li>Motorik halus – misalnya saat mengancingkan baju atau menarik resleting.</li><li>Motorik kasar – seperti berdiri dengan satu kaki ketika mengenakan celana.</li><li>Kognitif – mengingat urutan pakaian dan fokus menyelesaikan tugas.</li><li>Bahasa – menyebut nama pakaian, warna, dan ukuran.</li><li>Kesadaran waktu &amp; situasi – memilih pakaian sesuai cuaca atau acara.</li></ul>Memulai Belajar Memakai BajuSejak bayi, anak biasanya sudah mengenali pakaian dengan melepas kaus kaki, sepatu, atau topi. Seiring bertambah usia, mereka bisa diajak memilih pakaian sederhana atau menamai pakaian yang dikenakan. Pakaian dengan karet pinggang longgar, resleting atau velcro, serta kaus bergambar bisa jadi pilihan awal yang memudahkan anak.Membagi Proses Memakai Baju Menjadi Langkah-LangkahMemakai baju punya banyak tahapan, sehingga lebih mudah jika dipecah. Misalnya, urutannya: pakaian dalam, kaus, celana, kaus kaki, lalu sepatu.Setiap tahap juga bisa dipecah lagi sesuai usia dan kemampuan anak. Mengajarkan sambil memberi instruksi sederhana (“masukkan tangan”, “tarik ke atas”) akan membantu anak memahami langkah demi langkah.Mengajarkan dengan Metode Belajar TerbalikMetode ini dimulai dari langkah terakhir. Misalnya, saat mengenakan celana, MomDad membantu si Kecil hingga kakinya masuk, lalu biarkan ia menarik celana ke pinggang sendiri. Setelah bisa, ajarkan langkah sebelumnya hingga ia menguasai semua tahapan. Cara ini efektif karena anak lebih cepat merasakan “kepuasan” saat berhasil menyelesaikan tugas.Tips Membantu Anak Belajar Memakai BajuProses belajar berpakaian memang butuh waktu dan kesabaran, tapi ada banyak cara sederhana yang bisa mempermudah si Kecil, antara lain:<ul><li>Sediakan waktu: jangan terburu-buru, pilih waktu santai untuk latihan.</li><li>Pilih pakaian praktis: gunakan pakaian dengan kancing besar, resleting, atau velcro.</li><li>Latihan melepas pakaian dulu: lebih mudah daripada memakainya.</li><li>Libatkan anak memilih baju: beri 2–3 opsi sederhana agar mereka belajar menentukan pilihan.</li><li>Gunakan panduan visual: misalnya gambar urutan berpakaian ditempel di kamar anak.</li></ul>Perkembangan Keterampilan berdasarkan UsiaSetiap anak berkembang dengan ritmenya sendiri, tapi ada gambaran umum kapan mereka mulai bisa melakukan keterampilan berpakaian tertentu. Panduan ini bisa membantu MomDad memahami tahapan kemampuan anak sesuai usianya:<ul><li>1 tahun: bisa mengulurkan tangan untuk lengan baju, mengangkat kaki untuk sepatu, melepas kaus kaki atau sepatu.</li><li>2 tahun: bisa melepas jaket, sepatu tanpa tali, membantu menurunkan celana, menemukan lubang lengan baju.</li><li>2,5 tahun: mulai bisa menurunkan celana karet, mencoba memakai kaus kaki, mengenakan baju berkancing depan tanpa mengancing, membuka kancing besar.</li><li>3 tahun: mengenakan kaus dengan sedikit bantuan, memakai sepatu (meski sering salah kaki), menarik celana sendiri, membuka resleting, mulai bisa mengancing.</li><li>4 tahun: bisa melepas kaus sendiri, memakai kaus kaki dengan benar, memakai sepatu dengan sedikit bantuan, mengenali depan-belakang pakaian.</li><li>4,5 tahun: bisa memakai celana panjang sendiri, memasukkan ikat pinggang ke gesper.</li><li>5 tahun: sudah mampu berpakaian mandiri dengan benar tanpa bantuan orang tua.</li></ul>Belajar memakai baju sendiri adalah tonggak penting dalam tumbuh kembang anak. Proses ini memang membutuhkan waktu, kesabaran, dan dukungan positif dari MomDad. Jangan khawatir bila si Kecil belum lancar di usia tertentu, karena setiap anak berkembang dengan ritmenya sendiri. Yang terpenting, biarkan ia mencoba, berikan pujian untuk setiap usahanya, dan jadikan momen ini bagian menyenangkan dari perjalanan menuju kemandirian. Dengan begitu, si Kecil akan tumbuh percaya diri, mandiri, dan siap menghadapi tantangan kecil berikutnya dalam hidupnya. Referensi: <a class="e-rte-anchor" href="https://raisingchildren.net.au/toddlers/health-daily-care/dressing/how-to-get-dressed#development-of-skills-for-getting-dressed-nav-title" title="https://raisingchildren.net.au/toddlers/health-daily-care/dressing/how-to-get-dressed#development-of-skills-for-getting-dressed-nav-title" target="_blank">Getting dressed: helping children learn&nbsp;</a><div> </div>

5+ Alasan Kenapa Anak Harus Belajar Pakai Baju Sendiri sejak Dini

5--alasan-kenapa-anak-harus-belajar-pakai-baju-sendiri-sejak-dini-1759086233692

Menjadi orang tua adalah perjalanan panjang yang penuh pembelajaran. Setiap keputusan, baik besar maupun kecil, dapat berdampak pada tumbuh kembang anak. Namun, di tengah niat baik untuk memberikan yang terbaik, orang tua kerap terjebak pada kesalahan yang sebenarnya bisa dihindari. Beberapa kesalahan umum ini bukan hanya memengaruhi perkembangan anak, tetapi juga suasana emosional di dalam keluarga. Dengan memahami dan menghindarinya, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat, suportif, dan membahagiakan bagi anak. 1. Membandingkan Anak dengan Orang LainSalah satu kesalahan paling sering dilakukan adalah membandingkan anak dengan orang lain, baik dengan saudara, teman sebaya, maupun anak yang dilihat di media sosial. Padahal, setiap anak memiliki keunikan, ritme perkembangan, serta kekuatan dan kelemahan masing-masing.Perbandingan hanya akan menciptakan tekanan, ekspektasi tidak realistis, serta perasaan tidak cukup baik pada diri anak. Hal ini bisa menghambat perkembangan alami mereka. Sebaliknya, orang tua perlu merayakan setiap pencapaian individu anak sesuai kapasitasnya.Cara menghindari:<ul><li>Tekankan usaha dan progres pribadi, bukan perbandingan dengan orang lain.</li><li>Rayakan pencapaian sekecil apa pun.</li><li>Dorong anak untuk menetapkan target pribadi dan berusaha mencapainya.</li><li>Hargai keunikan serta kekuatan yang dimiliki anak.</li></ul>2. Terlalu Fokus pada Prestasi AkademikNilai tinggi dan prestasi akademik sering dianggap sebagai ukuran utama kesuksesan anak. Namun, perkembangan anak tidak hanya bergantung pada kecerdasan intelektual. Keterampilan sosial, kecerdasan emosional, kreativitas, serta kesehatan fisik sama pentingnya untuk masa depan.Seorang anak yang pintar secara akademis tetapi kesulitan berinteraksi atau mengelola emosi bisa menghadapi tantangan besar di kemudian hari. Orang tua perlu membantu anak berkembang secara seimbang di berbagai aspek kehidupan.Cara menghindari:<ul><li>Dorong anak mengikuti aktivitas yang menumbuhkan kreativitas dan mindfulness.</li><li>Bantu mereka bersosialisasi melalui permainan kelompok atau playdate.</li><li>Ajarkan kecerdasan emosional dengan membantu anak mengenali dan mengelola emosinya.</li><li>Hargai pencapaian di semua aspek, bukan hanya akademik.</li></ul>3. Terlalu Padat Jadwal, Kurang Waktu SantaiBanyak orang tua merasa perlu mengisi waktu anak dengan berbagai aktivitas seperti kursus, olahraga, atau les musik. Meskipun bermanfaat, jadwal yang terlalu padat dapat menyebabkan stres, kelelahan, bahkan menghilangkan kesempatan anak untuk sekadar bermain bebas.Padahal, bermain spontan penting untuk mengasah kreativitas, kemampuan memecahkan masalah, dan ketahanan emosional. Anak yang tidak memiliki waktu untuk beristirahat akan kehilangan momen berharga untuk bereksplorasi.Cara menghindari:<ul><li>Sertakan waktu bermain bebas dalam rutinitas harian anak.</li><li>Perhatikan tanda-tanda stres anak dan sesuaikan jadwal bila perlu.</li><li>Pilih aktivitas yang benar-benar disukai anak.</li><li>Ingat bahwa kebosanan juga bisa memicu kreativitas.</li><li>Utamakan kualitas daripada kuantitas aktivitas.</li></ul>4. Salah Menafsirkan Sinyal Perilaku AnakAnak sering mengekspresikan kebutuhan dan emosinya melalui perilaku. Sayangnya, orang tua kerap menganggap perilaku tersebut sebagai masalah, bukan sebagai sinyal. Misalnya, anak yang rewel bisa jadi sedang mencari perhatian, merasa kewalahan, atau kesulitan mengungkapkan perasaan.Dengan memahami penyebab di balik perilaku anak, orang tua dapat merespons dengan lebih bijak. Fokuslah mencari akar masalah, bukan sekadar menghentikan perilakunya.Cara menghindari:<ul><li>Amati pola perilaku untuk mengenali pemicu.</li><li>Ajak anak berkomunikasi terbuka tentang perasaan mereka.</li><li>Dengarkan dengan penuh perhatian dan validasi emosi mereka.</li><li>Gunakan disiplin positif yang menekankan pengajaran, bukan hukuman.</li></ul>5. Meremehkan Pentingnya Self-Care bagi Orang TuaTantangan dalam mengasuh sering membuat MomDad lupa pada diri sendiri. Padahal, kesejahteraan orang tua berperan besar pada kualitas hubungan dengan anak. Orang tua yang stres, lelah, atau emosional cenderung kesulitan memberikan dukungan optimal.Merawat diri bukanlah sikap egois, melainkan syarat agar MomDad dapat hadir secara penuh bagi anak-anak mereka.Cara menghindari:<ul><li>Luangkan waktu untuk aktivitas yang menyegarkan tubuh dan pikiran.</li><li>Cari dukungan dari keluarga, teman, atau komunitas parenting.</li><li>Tetapkan batasan agar ada ruang pribadi.</li><li>Kelola stres dengan teknik mindfulness, olahraga, atau hobi yang menyenangkan.</li></ul>Parenting adalah perjalanan penuh tantangan sekaligus kesempatan untuk bertumbuh bersama anak. Dengan menyadari kesalahan-kesalahan umum di atas, MomDad dapat memperbaiki pola asuh menjadi lebih sehat dan suportif.&nbsp; Referensi: Common Parenting Mistakes And How To Avoid Them&nbsp;<div> </div>

Hindari Memberikan Gadget ke Anak dalam Kondisi Ini!

Hindari Memberikan Gadget ke Anak dalam Kondisi Ini!

Tips Sederhana Membentuk Rutinitas Tidur Anak yang Konsisten sesuai Usia

Tips Sederhana Membentuk Rutinitas Tidur Anak yang Konsisten sesuai Usia

Gen Ibu Memang Kuat! Ini Sifat yang Cuma Bisa Diwariskan dari Ibu

Gen Ibu Memang Kuat! Ini Sifat yang Cuma Bisa Diwariskan dari Ibu

5 Kesalahan Pumping ASI yang Perlu Dihindari

5 Kesalahan Pumping ASI yang Perlu Dihindari

Rawat Postur Usai Melahirkan, Ini Alasan Pilates Dianjurkan buat New Mom

Rawat Postur Usai Melahirkan, Ini Alasan Pilates Dianjurkan buat New Mom

Lindungi Anak dari Kejahatan Seksual di Toilet Umum, Lakukan Hal Ini

Lindungi Anak dari Kejahatan Seksual di Toilet Umum, Lakukan Hal Ini

5+ Alasan Kenapa Anak Harus Belajar Pakai Baju Sendiri sejak Dini

5+ Alasan Kenapa Anak Harus Belajar Pakai Baju Sendiri sejak Dini

5 Kesalahan Umum Parenting yang Tanpa Sadar Dilakukan Orang Tua

5 Kesalahan Umum Parenting yang Tanpa Sadar Dilakukan Orang Tua