Cemas perpisahan atau separation anxiety adalah suatu kecemasan yang timbul apabila MomDad berpisah dengan si Kecil. Separation anxiety merupakan suatu kondisi yang normal terjadi dan dapat mulai timbul pada usia 6 bulan sampai sekitar 3 tahun. Biasanya, hal ini terjadi ketika orang tua yang berpisah dengan anaknya karena harus bekerja. Lantas, gimana, sih cara mengatasi separation anxiety pada bayi dan batita agar tidak menimbulkan ‘drama’ ?Penyebab Separation AnxietySeparation anxiety dialami oleh semua anak dengan derajat yang berbeda-beda. Hal ini menandakan adanya ikatan (bonding) yang terjalin antara anak dengan ibu atau pelaku rawat utama, baik itu pengasuh, kakek atau nenek, atau anggota keluarga lain yang dekat dengan anak. Pemahaman anak yang semakin berkembang akan anggota keluarga dan lingkungan yang akrab dengannya akan membuatnya merasa “tidak aman” ketika berada di luar lingkungan tersebut. Separation anxiety dapat muncul dengan derajat yang lebih berat jika anak sedang lapar, sakit, atau mengantuk. Separation anxiety juga dapat timbul pada kondisi yang sering dijumpai misalnya ketika ayah atau ibu harus pergi bekerja, anak dititipkan di daycare atau ke rumah kakek atau neneknya, atau anak mulai masuk sekolah.Tanda Anak Mengalami Separation AnxietySeparation anxiety dapat memiliki berbagai spektrum gejala, mulai dari anak yang tidak mau terpisah dari ayah atau ibu dan berusaha dengan berbagai cara untuk menunda kepergian ayah atau ibu (menangis, merengek, tidak mau lepas dari ayah atau ibu, dan lain-lain), sampai anak yang menangis histeris saat ibu hilang dari pandangannya, walaupun hanya ke kamar mandi atau ke ruangan lain.Mengatasi Anak yang Mengalami Separation Anxiety<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/1a8653829d56ff88f2e42917b71c3c31_1719879994562.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="separation_anxiety.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1458px; min-height: 0px;"> Apabila si Kecil mengalami separation anxiety, MomDad dapat mencoba tips berikut:<ul><li>Ciptakan ritual perpisahan singkat, misalnya dengan memberikan kecupan singkat ketika MomDad pergi bekerja, melambaikan tangan, atau dengan memberikan boneka atau mainan khusus saat MomDad pergi. Kuncinya adalah menjaga ritual tetap singkat namun tetap memenuhi waktu tersebut dengan kasih sayang. Jika MomDad tergoyahkan karena tangisan anak, atau memperlama ritual maka transisi akan semakin sulit.</li><li>Jadilah konsisten. Lakukan ritual perpisahan di jam dan waktu yang kurang lebih sama setiap harinya. Ritual yang konsisten dapat mengurangi kecemasan anak dan menolong anak untuk membangun kembali kepercayaannya bahwa MomDad akan selalu kembali, dan selama menunggu MomDad, ia dapat melaluinya dengan “baik-baik saja”.</li><li>Atensi. Ketika MomDad pamit, berikan atensi dan kasih sayang penuh kepada anak untuk menunjukkan kepadanya bahwa MomDad tetap menyayanginya meskipun MomDad harus pergi.</li><li>Penuhi janji. MomDad dapat membangun rasa percaya anak dengan senantiasa menepati janji, misalnya “Ibu akan kembali jemput kamu saat makan siang” kemudian lakukan seperti apa yang telah dijanjikan.</li><li>Jadilah spesifik. Hal ini tentunya disesuaikan dengan pemahaman anak tentang waktu, misalnya jika MomDad akan kembali saat anak makan malam atau tidur siang, jelaskan padanya bahwa MomDad akan di rumah di waktu tersebut.</li><li>Lakukan latihan bertahap, misalnya dengan membawa anak ke rumah kakek atau neneknya, atau menitipkan anak kepada pengasuh 1-2 jam setiap akhir pekan, atau berlatih ritual perpisahan bahkan sebelum anak masuk sekolah, dan obrolkan apa yang akan ia lakukan selama MomDad dan anak berpisah.</li></ul>Penting bagi orang tua untuk memberikan dukungan emosional, keamanan, dan pemahaman kepada anak saat mereka mengalami separation anxiety, serta untuk memberikan dukungan yang diperlukan dalam membantu anak mengatasi kecemasan ini secara bertahap dan positif.Referensi:<ul><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/toddler/Pages/Soothing-Your-Childs-Separation-Anxiety.aspx#:~:text=Although%20some%20babies%20display%20object,if%20it's%20a%20tough%20day" title="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/toddler/Pages/Soothing-Your-Childs-Separation-Anxiety.aspx#:~:text=Although%20some%20babies%20display%20object,if%20it's%20a%20tough%20day" target="_blank">How to Ease Your Child’s Separation Anxiety - HealthyChildren.org</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.nhs.uk/conditions/baby/babys-development/behaviour/separation-anxiety/" title="https://www.nhs.uk/conditions/baby/babys-development/behaviour/separation-anxiety/" target="_blank">Separation anxiety - NHS&nbsp;</a></li></ul>

Separation Anxiety, Tips Atasi ‘Drama’ saat Berpisah dengan Anak

separation-anxiety--tips-atasi--drama--saat-berpisah-dengan-anak-1728530704404

Saat masih bayi, MomDad dan si Kecil tidak bisa berkomunikasi secara lancar karena ia belum bisa bicara. Untuk mengerti kebutuhan dan keinginan si Kecil, MomDad perlu paham bahasa bayi. Nah, untuk memudahkan komunikasi, tidak ada salahnya MomDad mencoba bahasa isyarat bersama si Kecil. Jika tertarik, yuk coba terapkan tips berikut!BersabarTrend bahasa isyarat bayi didasarkan pada pengamatan bahwa bayi yang diajari tanda-tanda sederhana pada usia 6 atau 7 bulan dapat mulai menggunakannya untuk berkomunikasi sesegera mungkin pada usia 8 atau 9 bulan. Meskipun tidak ada alasan untuk menunggu sampai si Kecil berusia 6 bulan untuk memulai, tak ada salahnya MomDad coba.BerbicaraPastikan MomDad tidak mengurangi jumlah waktu mengobrol dengan si Kecil. Selama bahasa isyarat tidak menggantikan bicara, itu tidak akan menghambat si Kecil belajar berbicara dengan kata-kata maupun tangan.Jadikan KebiasaanPengulangan adalah kunci. Agar trik ini sukses, jadikan bahasa isyarat sebagai kebiasaan harian, bukan hanya sesekali. Gunakan tanda-tanda yang sama secara konsisten. Misalnya, mengetuk-ngetukkan jari ke bibir bisa berarti "makan."Memberikan SinyalGunakan bahasa isyarat untuk menggambarkan kegiatan rutin dan objek umum yang membentuk dunia si Kecil.Jangan terlalu memaksaJangan khawatir jika si Kecil tidak benar-benar menguasai tanda-tanda atau tidak langsung mengerti. Ingatlah, bahwa tujuan di sini adalah bersenang-senang berkomunikasi dan mengurangi frustasi, bukan menambahnya.MomDad bisa mulai terapkan bahasa isyarat pada kata-kata yang mungkin sering diucapkan, seperti pesawat terbang, bayi, bola, burung, selimut, buku, kucing, dingin, ayah, popok, anjing, selesai, minum, makan, pergi, senang, panas, sakit, aku cinta kamu, susu, mama, lebih, tidur siang, tidak, tolong, duduk, tidur, bintang, atau terima kasih.Referensi: <a class="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/Pages/These-Hands-Were-Made-for-Talking.aspx" title="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/Pages/These-Hands-Were-Made-for-Talking.aspx" target="_blank">Baby Sign Language: These Hands Were Made for Talking - HealthyChildren.org&nbsp;</a>

Bahasa Isyarat untuk Berkomunikasi dengan Bayi, Terapkan yuk!

bahasa-isyarat-untuk-berkomunikasi-dengan-bayi--terapkan-yuk--1718359587334

Menerapkan pola dasar tidur sehat bagi anak memiliki berbagai manfaat yang signifikan, baik bagi kesehatan fisik maupun perkembangan mental dan emosional anak. Dengan mendapatkan tidur yang cukup dan berkualitas, pertumbuhan anak pun dapat optimal karena hormon pertumbuhan diproduksi selama tidur. Nah, bagaimana sih cara menerapkan pola tidur sehat pada anak? Yuk, ikuti prinsip-prinsip dasarnya sebagai berikut:<ul><li>Tetapkan waktu tidur dan rutinitas tidur yang tetap untuk si Kecil.</li><li>Waktu tidur dan bangun sebaiknya sama setiap malam, baik malam sekolah maupun malam non-sekolah. Perbedaan waktu antara satu hari dan hari lainnya tidak boleh lebih dari sekitar 1 jam.</li><li>Buatlah satu jam sebelum tidur menjadi waktu tenang bersama. Hindari aktivitas yang berenergi tinggi, seperti bermain, dan aktivitas yang merangsang, seperti menonton televisi atau bermain gadget, tepat sebelum tidur.</li><li>Jangan membuat si Kecil tidur dalam keadaan lapar. Camilan ringan (misalnya susu dan kue) sebelum tidur bisa diterapkan. Namun, makan berat dalam waktu 1 atau 2 jam sebelum tidur dapat mengganggu tidur.</li><li>Hindari produk yang mengandung kafein, setidaknya beberapa jam sebelum tidur. Ini termasuk minuman bersoda berkafein, kopi, teh, dan cokelat.</li><li>Pastikan si Kecil menghabiskan waktu di luar setiap hari, jika memungkinkan dan terlibat dalam olahraga secara teratur.</li><li>Jaga agar kamar tidur si Kecil tetap tenang dan gelap. Lampu malam dengan tingkat rendah dapat diterima bagi anak-anak yang merasa takut dengan kamar yang sepenuhnya gelap.</li><li>Jaga suhu kamar tidur si Kecil pada tingkat yang nyaman selama semalaman (&lt;24°C atau 75°F).</li><li>Jangan gunakan kamar tidur si Kecil sebagai tempat hukuman.</li><li>Jauhkan televisi dari kamar tidur si Kecil. Anak dapat dengan mudah mengembangkan kebiasaan buruk seperti "membutuhkan" televisi untuk tertidur. Selain itu, lebih sulit mengontrol tontonannya jika televisi ada di kamar tidur.</li></ul>Secara keseluruhan, menerapkan pola dasar tidur sehat bagi anak memberikan manfaat jangka pendek dan jangka panjang yang penting bagi kesehatan. Tidur yang cukup dan berkualitas adalah fondasi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal dalam berbagai aspek kehidupan anak.Referensi: Nelson Textbook of Pediatrics 22nd Edition 2024 Vol.02&nbsp;

Tips Terapkan Pola Dasar Tidur Sehat untuk Anak, Ikuti Prinsipnya!

tips-terapkan-pola-dasar-tidur-sehat-untuk-anak--ikuti-prinsipnya--1717583602949

Saat anak melakukan kesalahan, umumnya orang tua akan memberikan hukuman agar ia mengerti atas konsekuensi dan tidak mengulanginya kembali. Namun, ada juga yang mungkin justru mendiamkan anak atau memberikan silent treatment untuk membuatnya jera. Silent treatment adalah suatu bentuk “hukuman” dengan cara menolak berbicara atau mendiamkan anak setelah mereka melakukan suatu kesalahan. Silent treatment dapat pula berupa penghindaran kontak mata dan menganggap anak tidak ada di sekitar orang tua. Padahal, melakukan silent treatment tidak dianjurkan, lho karena bisa berdampak negatif pada anak.Dampak Silent Treatment<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/f64fc425c10526a485adafcd8ab297fef_1717148626483.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="silent treatment (1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Ketika anak mengalami silent treatment, mereka dapat mengalami perasaan diabaikan. Selain itu, dapat pula timbul perasaan cemas, gelisah, ketakutan, hingga merasa tidak aman.&nbsp; Akibatnya, anak mencari perhatian dengan cara berperilaku menantang, mencari perhatian, atau berbuat berbagai hal untuk menghentikan orang tua bersikap demikian. Konsekuensi jangka panjang dari silent treatment dapat memengaruhi kemampuan anak untuk membangun hubungan dengan orang lain di kemudian hari, hingga selalu merasa khawatir akan ditinggalkan oleh orang-orang di sekitarnya.Mengatasi Konflik dengan AnakOrang tua perlu membangun komunikasi yang baik dengan anak. Sebelumnya, MomDad tentu harus memiliki regulasi emosi yang baik. Ketika memiliki konflik dengan si Kecil, MomDad perlu membangun koneksi kembali dengannya, memastikan ia dapat meregulasi emosinya, dan mengkomunikasikan konflik dengan bahasa yang mudah dipahami anak. MomDad juga dapat menggunakan teknik positive discipline dalam mengatasi konflik dengan anak.Jika pun MomDad terlanjur memberikan silent treatment pada si Kecil, berikut cara untuk memulihkan hubungan dan memperbaiki komunikasi:<ul><li>Pastikan MomDad dalam kondisi emosional yang stabil</li><li>Setelah MomDad dapat meregulasi emosi sendiri, dekati anak dan jelaskan bagaimana perasaan MomDad terhadap perilaku anak yang menantang tersebut</li></ul>Untuk menghindari dampak negatif silent treatment, sangat penting bagi MomDad atau&nbsp; pengasuh untuk berkomunikasi dengan si Kecil secara terbuka. Mendengarkan si Kecil, mengakui perasaannya, dan berbicara dengan cara yang konstruktif, serta penuh kasih sayang adalah langkah-langkah penting dalam membangun hubungan yang sehat dan positif.Referensi: Rittenour, C., Kromka, S., Saunders, R., et. al., (2019) Socializing the Silent Treatment: Parent and Adult Child Communicated Displeasure, Identification, and Satisfaction. Journal of Family Communication, Vol. 19, (1).

Suka Diamkan Anak saat Berbuat Salah? Ini Dampak Silent Treatment!

suka-diamkan-anak-saat-berbuat-salah--ini-dampak-silent-treatment--1717148767518

Anak gemar berimajinasi, terutama jika melihat sesuatu yang ia suka. Untuk melatih imajinasi anak ke hal yang positif, memberikan buku bergambar dapat sangat membantu dalam mengembangkannya. Dengan melihat gambar-gambar yang berbeda, imajinasi anak akan terpicu. Mengesampingkan batasan usia membaca anak, berikut alasan kenapa MomDad perlu memberikan buku bergambar pada si Kecil.&nbsp;Usia Anak Mengerti Konsep Buku BergambarTidak ada batasan usia khusus kapan anak dapat diberikan buku cerita bergambar, namun sebaiknya pilihlah buku bergambar yang sesuai dengan usia anak. Misalnya, jika ingin memberikan buku bergambar untuk anak kurang dari 1 tahun, maka carilah yang memiliki gambar cerah dengan warna kontras dan menarik, namun tidak terlalu kompleks (misalnya hanya ada 1-2 gambar per halaman), dan ajaklah anak berinteraksi dengan cerita atau gambar yang ada di buku.Manfaat Memberikan Buku Bergambar<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/3fe550510d787d814b510d761177ed49b7_1716200161545.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="manfaat buku bergambar (1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Meskipun usia anak masih terlalu kecil untuk diberikan buku, namun memberikan buku bergambar mampu memberikan berbagai manfaat, antara lain:<ul><li style="font-size: 12pt;">Dapat "dibaca" meskipun anak belum bisa membaca. Anak dapat menunjuk dan menemukan gambar yang menarik baginya, dan berinteraksi dengan orangtua ketika waktu membaca buku.</li><li style="font-size: 12pt;">Membantu anak memvisualisasi sesuai jalan cerita, sehingga dapat membantu mengembangkan imajinasi, menghubungkan bentuk tulisan dengan "benda"nya. Misal, ketika anak mulai berhitung, maka buku bergambar dapat memberikan gambaran tentang berapakah itu satu, dua, tiga, dan seterusnya.</li><li style="font-size: 12pt;">Membantu anak memahami alur cerita, perasaan tertentu (misalnya lewat mimik wajah tokoh di gambar), serta membantu anak menangkap pesan tersembunyi dari jalan cerita, sehingga dapat membantu mengembangkan kemampuan sosio emosional anak.</li><li style="font-size: 12pt;">Meningkatkan partisipasi anak dalam membaca, misalnya anak dapat mengulang kembali jalan cerita tanpa membaca dan hanya menggunakan gambar-gambar yang telah diceritakan sebelumnya.</li><li style="font-size: 12pt;">Meningkatkan rasa percaya diri anak, karena ia dapat memahami cerita meskipun belum fasih membaca bahkan menceritakan kembali kisah di buku tersebut.</li></ul>Tips Memilih Buku Bergambar sesuai Usia AnakGunakan buku bergambar dengan gambar sederhana pada anak usia 0-1 tahun, misalnya hanya 1-2 gambar saja per halamannya, dan ditingkatkan sesuai pemahaman anak. Sementara pada anak balita, gunakan buku dengan gambar yang sesuai kegiatan atau benda yang&nbsp; mereka gunakan sehari-hari; atau yang meliputi topik yang sedang menarik perhatian mereka dapat meningkatkan keinginan membaca (misalnya kisah anak yang bermain di taman atau bertamasya, dan lain-lain).Pada anak yang lebih besar, buku cerita bergambar yang menggunakan imajinasi anak, misalnya tentang si kerudung merah, pinokio, cinderella, dan lain-lain dapat menjadi pilihan. Anak juga dapat diajak memilih buku yang mereka inginkan untuk dibaca bersama.Beberapa buku bergambar anak yang dapat dijadikan pilihan, antara lain:1. Rabbit Hole - Cilukba!&nbsp;<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/bd72343cf1136928cee4f8cd1a5faae9_1716200190941.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="8fc1956b-0670-4256-9749-34bac18d1c5b.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Buku bergambar yang menggambarkan kasih sayang orang tua ini menawarkan jumlah huruf di tiap halaman sedikit dan kalimatnya sederhana, yang disesuaikan dengan perkembangan anak bayi dan toddler. Gambar dibuat sesederhana mungkin dengan latar belakang warna yang lembut, sehingga terlihat lebih stand out, yang juga disesuaikan dengan anak bayi dan toddler. Cocok untuk bayi usia 6 bulan hingga 3 tahun. Beli Rabbit Hole - Cilukba <a class="e-rte-anchor" href="https://tokopedia.link/vv80PRwrKJb" title="https://tokopedia.link/vv80PRwrKJb" target="_blank">di sini </a>seharga Rp59.565 , yuk!2. Buku Cerita Anak Bergambar - Seri Hewan<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/c035f6f2349b6425510966c154729a2df_1716200207769.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="a0c6ec37-0dfd-4120-9f39-852d12c8d53b.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Si Kecil penggemar hewan? Buku bergambar ini mungkin bisa dijadikan salah satu pilihan! Memiliki banyak tema, di antaranya series hewan laut hingga peliharaan. Dengan bahasa sederhana dan visual yang memukau, MomDad bisa mendapatkan Buku Cerita Anak Bergambar Seri Hewan seharga Rp45.000 <a class="e-rte-anchor" href="https://tokopedia.link/xBAnzjwrKJb" title="https://tokopedia.link/xBAnzjwrKJb" target="_blank">di sini</a>.&nbsp;3. Behaviour Matters Picture Story Book<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/c12f10cea3382d230b35eac764d4742c8_1716200223031.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="9d8f24fd-44d4-4acb-9ffb-e1507e1f2e2f.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Mau mulai ajarkan anak belajar bahasa Inggris. Coba berikan buku Behaviour Matters Pictures Story Book, yuk! Melalui buku ini, MomDad dapat&nbsp; memberikan contoh kejadian, dampak, serta solusinya. Alhasil, nilai atau pesan yang ingin disampaikan juga akan lebih mudah anak terima. ⁣Beli buku Behaviour Matters Picture Story Book seharga Rp105.000 <a class="e-rte-anchor" href="https://tokopedia.link/fMNxpevrKJb" title="https://tokopedia.link/fMNxpevrKJb" target="_blank">di sini.</a>Biar lebih hemat, MomDad bisa menggunakan voucher Tokopedia x PrimaKu dengan kode *PRIMAYTPD untuk mendapatkan diskon 10% hingga 100K dengan minimum transaksi Rp50.000.Referensi:<a class="e-rte-anchor" href="https://www.nurturedneurons.com/benefits-of-picture-books-for-children/" title="https://www.nurturedneurons.com/benefits-of-picture-books-for-children/" target="_blank"> 9 Surprising Benefits of Picture Books For Children - Nurtured Neurons</a>&nbsp;

Segudang Manfaat Memberikan Buku Bergambar pada Anak

segudang-manfaat-memberikan-buku-bergambar-pada-anak-1716200442865

Penggunaan ponsel atau smartphone pada anak belakangan hangat diperbincangkan, setelah muncul kasus asusila di bawah umur menggunakan ponsel. Bercermin dari kasus ini, sebagai orang tua, MomDad perlu mempertimbangkan dengan bijak mengenai penggunaan ponsel pada anak. Lantas, di usia berapa sih anak dianjurkan punya ponsel sendiri dan apa saja hal yang perlu dipertimbangkan? Usia Anjuran Penggunaan Ponsel pada Anak<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/36f3d2384adf9dd08f5bc3c37d12245a_1714730358169.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Kapan_Anak_Bisa_Punya_Ponsel_Sendiri_(1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1458px; min-height: 0px;"> Saat anak-anak sudah di sekolah menengah, tekanan dari teman-teman sebaya bisa sangat kuat, dan orang tua khawatir bahwa anak mereka akan merasa terisolasi jika anak-anak lain memiliki ponsel dan mereka tidak. Menurut survei yang diadakan<a class="e-rte-anchor" href="https://www.commonsensemedia.org/sites/default/files/research/report/8-18-census-integrated-report-final-web_0.pdf?utm_source=substack&amp;utm_medium=email" title="https://www.commonsensemedia.org/sites/default/files/research/report/8-18-census-integrated-report-final-web_0.pdf?utm_source=substack&amp;utm_medium=email" target="_blank"> Common Sense Media</a>, 42% anak-anak memiliki ponsel pada usia 10 tahun, 71% pada usia 12 tahun, dan 91% pada usia 14 tahun. Salah satu strategi untuk menghindari fitur-fitur yang berisiko dan adiktif dari smartphone, adalah memulainya dengan ponsel yang tidak dapat digunakan untuk media sosial, bermain game, atau browsing internet. Misalnya, MomDad memberikan ponsel yang hanya dapat digunakan untuk melakukan panggilan dan mengirim pesan teks. Ini juga memiliki kamera, kalender, radio FM, dan GPS, sehingga memungkinkan MomDad untuk memantau di mana posisi si Kecil. Tak Hanya Sekadar UsiaMenurut seorang psikolog di Child Mind Institute, Jerry Bubrick, PhD, memberikan ponsel tak hanya dilihat dari usia saja, tetapi juga kesadaran akan sosial anak, serta pemahaman mereka tentang apa arti teknologi. Ketika MomDad mempertimbangkan untuk memberikan ponsel kepada anak, sebaiknya pertimbangkan hal berikut:<ul><li>Seberapa sering anak kehilangan barang, terutama barang yang mahal? Apakah anak mampu merawatnya dengan baik?</li><li>Pertimbangkan seberapa mudah anak menangkap isyarat sosial. Jika ia lambat menangkapnya, kekurangan ini bisa berdampak pada pesan teks dan posting di media sosial.</li><li>Seberapa paham anak tentang teknologi? Apakah ia benar-benar memahami bahwa rekam digital akan terus melekat hingga ia dewasa?</li><li>Seberapa baik anak beradaptasi dengan screen time? Jika ia terus-menerus menempel di depan komputer atau konsol permainan, mereka mungkin akan kesulitan berhenti bermain ponsel juga.</li></ul> Pemberian ponsel kepada anak adalah keputusan yang harus dipertimbangkan dengan hati-hati oleh orang tua, karena terdapat banyak faktor yang perlu dipertimbangkan. Jika usia dan faktor lainnya belum tercukupi, anak mungkin belum siap menggunakan ponsel dengan bijak dan dapat berisiko terpapar konten yang tidak pantas, kecanduan teknologi, dan penyalahgunaan online. Referensi: <a classname="e-rte-anchor" href="https://childmind.org/article/when-should-you-get-your-kid-a-phone/" title="https://childmind.org/article/when-should-you-get-your-kid-a-phone/">https://childmind.org/article/when-should-you-get-your-kid-a-phone/</a>

Kapan Anak Bisa Punya Ponsel Sendiri? Ini Anjurannya!

kapan-anak-bisa-punya-ponsel-sendiri--ini-anjurannya--1717489127747

Peran ayah dalam perkembangan kepercayaan diri anak sangat penting karena memberikan kontribusi yang unik dalam membentuk citra diri dan harga diri anak. Pasalnya, sosok ayah seringkali menjadi model perilaku bagi anak laki-laki dan perempuan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk bagaimana mereka menangani tantangan, konflik, dan situasi tertentu. Nah, bagaimana sih peran ayah dalam membantu tingkatkan rasa percaya diri anak?&nbsp; Dukungan Ayah yang Spesial&nbsp;﻿﻿Seorang ayah yang aktif menunjukkan kepada anak apa itu cinta ayah, yang kadang-kadang terlihat berbeda dari cinta seorang ibu. Cinta seorang ibu seringkali lebih protektif dan penuh perhatian, sedangkan cinta seorang ayah umumnya mendorong anak untuk keluar dan mencapai potensi mereka. Ayah dapat memberikan pujian dan dorongan yang tulus kepada anak saat ia mencapai prestasi atau berhasil mengatasi tantangan. Memberikan Sudut Pandang yang Berbeda﻿﻿Anak-anak secara alami penuh dengan pertanyaan dan mengajukannya ke orang tua dengan cara yang berbeda. Orang tua yang aktif dengan pendekatan yang berbeda dalam mendidik anak bisa menjadi cara yang bagus untuk mengajarkan anak tentang berbagai cara berpikir dan memecahkan masalah. Ayah yang aktif memiliki kesempatan unik untuk berbagi pandangannya tentang kehidupan dan mengajarkan anak-anak keterampilan hidup berharga. Seperti halnya ayah bisa memberikan sudut pandang yang berbeda bagi anak dalam kehidupan, misalnya dalam etika, hubungan, dan sikap. Memberi Dukungan Emosional﻿﻿Ayah yang terlibat secara emosional dengan anaknya memberikan rasa keamanan dan kenyamanan bagi anak. Mendapat dukungan emosional dari ayah dapat membantu anak merasa dihargai, didukung, dan dicintai, yang pada gilirannya membantu membangun kepercayaan diri. Mereka juga menunjukkan toleransi yang lebih besar terhadap frustrasi, kurang ragu atau takut dalam situasi baru, dan kemampuan yang meningkat untuk menolak tekanan dari teman sebaya dan membela diri.Peran ayah dalam meningkatkan percaya diri anak dapat sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak secara keseluruhan. Dengan memberikan dukungan, dorongan, dan contoh yang positif, seorang ayah dapat membantu anak tumbuh menjadi individu yang percaya diri, tangguh, dan berdaya. Referensi:﻿﻿Cassano, M. C., Perry, J. C., LoBello, S. G., &amp; Webb, L. K. (2014). Fathers’ influence on children’s cognitive and emotional development: From toddlers to pre-k. Journal of Family Studies, 20(1), 16-26. doi: 10.5172/jfs.2014.20.1.16

Peran Penting Ayah dalam Membangun Rasa Percaya Diri Anak

peran-penting-ayah-dalam-membangun-rasa-percaya-diri-anak-1714730595571

Ketika anak jatuh atau terbentur sesuatu, MomDad mungkin pernah refleks menyalahkan bendanya sebagai respons refleks terhadap kejadian yang tidak diharapkan, tanpa memikirkan dampaknya. Menyalahkan benda mati bisa menjadi cara bagi orang tua untuk mengurangi rasa bersalah mereka atas kejadian yang tidak diinginkan. Ini bisa menjadi bentuk perlindungan diri atau cara untuk meredakan ketidaknyamanan emosional yang muncul akibat kejadian tersebut.Namun, jika kebiasaan ini terus berlanjut, maka bisa berdampak negatif pada tumbuh kembang anak, lho. Dampak Menyalahkan Benda Mati<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/e1088e986ddc7bd8d13a747198ab8210c4_1714129370168.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="menyalahkan_benda_mati_(1).jpeg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;">Menyalahkan benda setiap kali anak cedera sama saja dengan melimpahkan kesalahan pada hal atau orang lain. Anak tidak belajar untuk lebih berhati-hati di kesempatan berikutnya, tidak belajar introspeksi mengenai apa yang ia lakukan dengan tidak benar. Bila anak terus diperlakukan seperti itu, anak akan merasa bahwa semua hal buruk yang terjadi disebabkan kesalahan situasi, tempat, ataupun orang lain dan bukan akibat dari perbuatannya sendiri.&nbsp;Anak perlu diberi pemahaman bahwa benda mati tidak dapat bertanggung jawab dan tidak akan menyelesaikan masalah bila anak menyalahkan benda mati. Anak perlu diajarkan konsekuensi atas perbuatannya dan diberi solusi bagaimana agar situasi tersebut tidak berulang kembali. Sebaiknya, hindari kebiasaan menyalahkan benda sejak anak masih bayi. Sebab, saat bayi pun ia sudah dapat diajak berkomunikasi dan mengerti apa yang dimaksud orang tuanya.&nbsp;Jadi, alih-alih menyalahkan benda mati saat anak terjatuh atau celaka, sebaiknya fokus pada kondisi si Kecil dan pembelajaran dari kejadian tersebut. Penting untuk MomDad menyadari dampak dari cara mereka berbicara dan bertindak di hadapan anak-anak mereka. Mengambil tanggung jawab atas kesalahan dan masalah, serta mengajarkan anak-anak untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah dan kontrol diri yang sehat, merupakan langkah-langkah penting dalam membantu mereka tumbuh dan berkembang secara positif.

Separation Anxiety, Tips Atasi ‘Drama’ saat Berpisah dengan Anak

Separation Anxiety, Tips Atasi ‘Drama’ saat Berpisah dengan Anak

Bahasa Isyarat untuk Berkomunikasi dengan Bayi, Terapkan yuk!

Bahasa Isyarat untuk Berkomunikasi dengan Bayi, Terapkan yuk!

Tips Terapkan Pola Dasar Tidur Sehat untuk Anak, Ikuti Prinsipnya!

Tips Terapkan Pola Dasar Tidur Sehat untuk Anak, Ikuti Prinsipnya!

Suka Diamkan Anak saat Berbuat Salah? Ini Dampak Silent Treatment!

Suka Diamkan Anak saat Berbuat Salah? Ini Dampak Silent Treatment!

Segudang Manfaat Memberikan Buku Bergambar pada Anak

Segudang Manfaat Memberikan Buku Bergambar pada Anak

Kapan Anak Bisa Punya Ponsel Sendiri? Ini Anjurannya!

Kapan Anak Bisa Punya Ponsel Sendiri? Ini Anjurannya!

Peran Penting Ayah dalam Membangun Rasa Percaya Diri Anak

Peran Penting Ayah dalam Membangun Rasa Percaya Diri Anak

Jangan Salahkan Benda Mati saat Anak Jatuh, Ini Dampaknya!

Jangan Salahkan Benda Mati saat Anak Jatuh, Ini Dampaknya!