Bagi orang tua, mungkin terlihat sederhana saat anak belajar memakai baju sendiri. Namun, di balik kegiatan ini, ada banyak manfaat yang mendukung tumbuh kembang si Kecil. Memakai baju sendiri bukan hanya soal kerapian, tetapi juga menjadi bagian penting dari kemandirian, rasa percaya diri, dan kesempatan bagi anak untuk mengekspresikan diri. Selain itu, kemampuan ini melatih keterampilan motorik, konsentrasi, serta pemahaman anak tentang lingkungan. Mengapa Anak Perlu Belajar Memakai Baju Sendiri?﻿﻿Kemampuan berpakaian memberi anak rasa percaya diri, melatih kemandirian, sekaligus memudahkan orang tua. Selain itu, aktivitas ini mendukung perkembangan:<ul><li>Motorik halus – misalnya saat mengancingkan baju atau menarik resleting.</li><li>Motorik kasar – seperti berdiri dengan satu kaki ketika mengenakan celana.</li><li>Kognitif – mengingat urutan pakaian dan fokus menyelesaikan tugas.</li><li>Bahasa – menyebut nama pakaian, warna, dan ukuran.</li><li>Kesadaran waktu &amp; situasi – memilih pakaian sesuai cuaca atau acara.</li></ul>Memulai Belajar Memakai BajuSejak bayi, anak biasanya sudah mengenali pakaian dengan melepas kaus kaki, sepatu, atau topi. Seiring bertambah usia, mereka bisa diajak memilih pakaian sederhana atau menamai pakaian yang dikenakan. Pakaian dengan karet pinggang longgar, resleting atau velcro, serta kaus bergambar bisa jadi pilihan awal yang memudahkan anak.Membagi Proses Memakai Baju Menjadi Langkah-LangkahMemakai baju punya banyak tahapan, sehingga lebih mudah jika dipecah. Misalnya, urutannya: pakaian dalam, kaus, celana, kaus kaki, lalu sepatu.Setiap tahap juga bisa dipecah lagi sesuai usia dan kemampuan anak. Mengajarkan sambil memberi instruksi sederhana (“masukkan tangan”, “tarik ke atas”) akan membantu anak memahami langkah demi langkah.Mengajarkan dengan Metode Belajar TerbalikMetode ini dimulai dari langkah terakhir. Misalnya, saat mengenakan celana, MomDad membantu si Kecil hingga kakinya masuk, lalu biarkan ia menarik celana ke pinggang sendiri. Setelah bisa, ajarkan langkah sebelumnya hingga ia menguasai semua tahapan. Cara ini efektif karena anak lebih cepat merasakan “kepuasan” saat berhasil menyelesaikan tugas.Tips Membantu Anak Belajar Memakai BajuProses belajar berpakaian memang butuh waktu dan kesabaran, tapi ada banyak cara sederhana yang bisa mempermudah si Kecil, antara lain:<ul><li>Sediakan waktu: jangan terburu-buru, pilih waktu santai untuk latihan.</li><li>Pilih pakaian praktis: gunakan pakaian dengan kancing besar, resleting, atau velcro.</li><li>Latihan melepas pakaian dulu: lebih mudah daripada memakainya.</li><li>Libatkan anak memilih baju: beri 2–3 opsi sederhana agar mereka belajar menentukan pilihan.</li><li>Gunakan panduan visual: misalnya gambar urutan berpakaian ditempel di kamar anak.</li></ul>Perkembangan Keterampilan berdasarkan UsiaSetiap anak berkembang dengan ritmenya sendiri, tapi ada gambaran umum kapan mereka mulai bisa melakukan keterampilan berpakaian tertentu. Panduan ini bisa membantu MomDad memahami tahapan kemampuan anak sesuai usianya:<ul><li>1 tahun: bisa mengulurkan tangan untuk lengan baju, mengangkat kaki untuk sepatu, melepas kaus kaki atau sepatu.</li><li>2 tahun: bisa melepas jaket, sepatu tanpa tali, membantu menurunkan celana, menemukan lubang lengan baju.</li><li>2,5 tahun: mulai bisa menurunkan celana karet, mencoba memakai kaus kaki, mengenakan baju berkancing depan tanpa mengancing, membuka kancing besar.</li><li>3 tahun: mengenakan kaus dengan sedikit bantuan, memakai sepatu (meski sering salah kaki), menarik celana sendiri, membuka resleting, mulai bisa mengancing.</li><li>4 tahun: bisa melepas kaus sendiri, memakai kaus kaki dengan benar, memakai sepatu dengan sedikit bantuan, mengenali depan-belakang pakaian.</li><li>4,5 tahun: bisa memakai celana panjang sendiri, memasukkan ikat pinggang ke gesper.</li><li>5 tahun: sudah mampu berpakaian mandiri dengan benar tanpa bantuan orang tua.</li></ul>Belajar memakai baju sendiri adalah tonggak penting dalam tumbuh kembang anak. Proses ini memang membutuhkan waktu, kesabaran, dan dukungan positif dari MomDad. Jangan khawatir bila si Kecil belum lancar di usia tertentu, karena setiap anak berkembang dengan ritmenya sendiri. Yang terpenting, biarkan ia mencoba, berikan pujian untuk setiap usahanya, dan jadikan momen ini bagian menyenangkan dari perjalanan menuju kemandirian. Dengan begitu, si Kecil akan tumbuh percaya diri, mandiri, dan siap menghadapi tantangan kecil berikutnya dalam hidupnya. Referensi: <a class="e-rte-anchor" href="https://raisingchildren.net.au/toddlers/health-daily-care/dressing/how-to-get-dressed#development-of-skills-for-getting-dressed-nav-title" title="https://raisingchildren.net.au/toddlers/health-daily-care/dressing/how-to-get-dressed#development-of-skills-for-getting-dressed-nav-title" target="_blank">Getting dressed: helping children learn&nbsp;</a><div> </div>

5+ Alasan Kenapa Anak Harus Belajar Pakai Baju Sendiri sejak Dini

5--alasan-kenapa-anak-harus-belajar-pakai-baju-sendiri-sejak-dini-1759086233692

Menjadi orang tua adalah perjalanan panjang yang penuh pembelajaran. Setiap keputusan, baik besar maupun kecil, dapat berdampak pada tumbuh kembang anak. Namun, di tengah niat baik untuk memberikan yang terbaik, orang tua kerap terjebak pada kesalahan yang sebenarnya bisa dihindari. Beberapa kesalahan umum ini bukan hanya memengaruhi perkembangan anak, tetapi juga suasana emosional di dalam keluarga. Dengan memahami dan menghindarinya, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat, suportif, dan membahagiakan bagi anak. 1. Membandingkan Anak dengan Orang LainSalah satu kesalahan paling sering dilakukan adalah membandingkan anak dengan orang lain, baik dengan saudara, teman sebaya, maupun anak yang dilihat di media sosial. Padahal, setiap anak memiliki keunikan, ritme perkembangan, serta kekuatan dan kelemahan masing-masing.Perbandingan hanya akan menciptakan tekanan, ekspektasi tidak realistis, serta perasaan tidak cukup baik pada diri anak. Hal ini bisa menghambat perkembangan alami mereka. Sebaliknya, orang tua perlu merayakan setiap pencapaian individu anak sesuai kapasitasnya.Cara menghindari:<ul><li>Tekankan usaha dan progres pribadi, bukan perbandingan dengan orang lain.</li><li>Rayakan pencapaian sekecil apa pun.</li><li>Dorong anak untuk menetapkan target pribadi dan berusaha mencapainya.</li><li>Hargai keunikan serta kekuatan yang dimiliki anak.</li></ul>2. Terlalu Fokus pada Prestasi AkademikNilai tinggi dan prestasi akademik sering dianggap sebagai ukuran utama kesuksesan anak. Namun, perkembangan anak tidak hanya bergantung pada kecerdasan intelektual. Keterampilan sosial, kecerdasan emosional, kreativitas, serta kesehatan fisik sama pentingnya untuk masa depan.Seorang anak yang pintar secara akademis tetapi kesulitan berinteraksi atau mengelola emosi bisa menghadapi tantangan besar di kemudian hari. Orang tua perlu membantu anak berkembang secara seimbang di berbagai aspek kehidupan.Cara menghindari:<ul><li>Dorong anak mengikuti aktivitas yang menumbuhkan kreativitas dan mindfulness.</li><li>Bantu mereka bersosialisasi melalui permainan kelompok atau playdate.</li><li>Ajarkan kecerdasan emosional dengan membantu anak mengenali dan mengelola emosinya.</li><li>Hargai pencapaian di semua aspek, bukan hanya akademik.</li></ul>3. Terlalu Padat Jadwal, Kurang Waktu SantaiBanyak orang tua merasa perlu mengisi waktu anak dengan berbagai aktivitas seperti kursus, olahraga, atau les musik. Meskipun bermanfaat, jadwal yang terlalu padat dapat menyebabkan stres, kelelahan, bahkan menghilangkan kesempatan anak untuk sekadar bermain bebas.Padahal, bermain spontan penting untuk mengasah kreativitas, kemampuan memecahkan masalah, dan ketahanan emosional. Anak yang tidak memiliki waktu untuk beristirahat akan kehilangan momen berharga untuk bereksplorasi.Cara menghindari:<ul><li>Sertakan waktu bermain bebas dalam rutinitas harian anak.</li><li>Perhatikan tanda-tanda stres anak dan sesuaikan jadwal bila perlu.</li><li>Pilih aktivitas yang benar-benar disukai anak.</li><li>Ingat bahwa kebosanan juga bisa memicu kreativitas.</li><li>Utamakan kualitas daripada kuantitas aktivitas.</li></ul>4. Salah Menafsirkan Sinyal Perilaku AnakAnak sering mengekspresikan kebutuhan dan emosinya melalui perilaku. Sayangnya, orang tua kerap menganggap perilaku tersebut sebagai masalah, bukan sebagai sinyal. Misalnya, anak yang rewel bisa jadi sedang mencari perhatian, merasa kewalahan, atau kesulitan mengungkapkan perasaan.Dengan memahami penyebab di balik perilaku anak, orang tua dapat merespons dengan lebih bijak. Fokuslah mencari akar masalah, bukan sekadar menghentikan perilakunya.Cara menghindari:<ul><li>Amati pola perilaku untuk mengenali pemicu.</li><li>Ajak anak berkomunikasi terbuka tentang perasaan mereka.</li><li>Dengarkan dengan penuh perhatian dan validasi emosi mereka.</li><li>Gunakan disiplin positif yang menekankan pengajaran, bukan hukuman.</li></ul>5. Meremehkan Pentingnya Self-Care bagi Orang TuaTantangan dalam mengasuh sering membuat MomDad lupa pada diri sendiri. Padahal, kesejahteraan orang tua berperan besar pada kualitas hubungan dengan anak. Orang tua yang stres, lelah, atau emosional cenderung kesulitan memberikan dukungan optimal.Merawat diri bukanlah sikap egois, melainkan syarat agar MomDad dapat hadir secara penuh bagi anak-anak mereka.Cara menghindari:<ul><li>Luangkan waktu untuk aktivitas yang menyegarkan tubuh dan pikiran.</li><li>Cari dukungan dari keluarga, teman, atau komunitas parenting.</li><li>Tetapkan batasan agar ada ruang pribadi.</li><li>Kelola stres dengan teknik mindfulness, olahraga, atau hobi yang menyenangkan.</li></ul>Parenting adalah perjalanan penuh tantangan sekaligus kesempatan untuk bertumbuh bersama anak. Dengan menyadari kesalahan-kesalahan umum di atas, MomDad dapat memperbaiki pola asuh menjadi lebih sehat dan suportif.&nbsp; Referensi: Common Parenting Mistakes And How To Avoid Them&nbsp;<div> </div>

5 Kesalahan Umum Parenting yang Tanpa Sadar Dilakukan Orang Tua

5-kesalahan-umum-parenting-yang-tanpa-sadar-dilakukan-orang-tua-1758630379953

Menyusui bukan hanya soal produksi ASI di payudara, tetapi juga erat kaitannya dengan kerja otak ibu. Ada dua hormon utama yang diproduksi otak dan sangat berpengaruh dalam proses menyusui, yaitu hormon prolaktin dan hormon oksitosin. Kedua hormon ini bekerja saling melengkapi: prolaktin memastikan produksi ASI tetap berjalan, sementara oksitosin membantu pengaliran ASI serta memperkuat ikatan emosional ibu dan bayi.Hormon Oksitosin: Hormon Cinta dan Aliran ASIOksitosin adalah hormon yang berfungsi mengalirkan ASI. Cara kerjanya adalah dengan membuat sel-sel otot di sekitar kantung ASI berkontraksi sehingga ASI terdorong keluar melalui saluran dan bermuara ke puting. Mekanisme ini dikenal dengan letdown reflex atau milk ejection reflex, di mana ASI akan mengalir deras dan memudahkan bayi untuk menyusu.Refleks oksitosin dipicu saat ibu merasa bahagia, nyaman, atau ketika menyentuh dan mencium bayinya. Sebaliknya, jika ibu merasa sakit, sedih, marah, atau cemas, refleks ini bisa terhambat sehingga aliran ASI menjadi tidak lancar. Dukungan suami dan keluarga berperan penting dalam membantu ibu merasa tenang, sehingga oksitosin dapat bekerja optimal.Selain itu, pada hari-hari awal setelah melahirkan, oksitosin juga berperan dalam mengontraksikan rahim sehingga mengurangi perdarahan. Tidak jarang ibu merasakan nyeri perut saat menyusui pada periode ini, hal yang wajar dan normal terjadi.Oksitosin sering disebut sebagai “hormon cinta”, karena produksinya meningkat melalui kontak kulit dengan bayi serta interaksi penuh kasih. Hormon ini membantu ibu merasa lebih tenang, mengurangi stres, meningkatkan rasa cinta pada bayi, sekaligus memperkuat ikatan batin ibu-anak.Hormon Prolaktin: Pengatur Produksi ASIBerbeda dengan oksitosin yang berfokus pada pengaliran, prolaktin berperan penting dalam produksi ASI itu sendiri. Selama kehamilan, kadar prolaktin meningkat untuk merangsang pertumbuhan jaringan payudara. Namun, produksi ASI belum berlangsung karena masih ditekan oleh hormon progesteron dan estrogen. Setelah persalinan, kedua hormon kehamilan tersebut menurun drastis, sehingga prolaktin bisa bekerja penuh untuk menghasilkan ASI.Setiap kali bayi mengisap payudara, kadar prolaktin dalam darah akan meningkat dan merangsang produksi ASI untuk sesi menyusui berikutnya. Semakin sering bayi menyusu, semakin banyak prolaktin yang dilepaskan, dan semakin lancar pula produksi ASI.Uniknya, prolaktin lebih banyak diproduksi pada malam hari. Karena itu, menyusui di malam hari sangat dianjurkan untuk membantu mempertahankan produksi ASI. Selain itu, prolaktin juga membuat ibu merasa lebih rileks dan mengantuk, sehingga ibu bisa tetap beristirahat meski harus menyusui.Prolaktin dan oksitosin adalah “tim” yang bekerja sama demi kelancaran proses menyusui. Prolaktin memastikan produksi ASI tetap terjaga, sementara oksitosin memastikan ASI mengalir dengan lancar sekaligus memperkuat ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi.Dukungan emosional dari lingkungan sekitar sangat menentukan kelancaran kerja kedua hormon ini. Oleh karena itu, bukan hanya ibu yang berperan, tetapi juga keluarga dan pasangan dalam menciptakan suasana yang penuh kenyamanan dan kasih sayang agar proses menyusui menjadi lebih mudah, lancar, dan membahagiakan. Referensi: Buku Anti Stres Menyusui oleh dr. Asti Praborini Sp.A., IBCLC., dr. Ratih Ayu Wulandari, IBCLC.

Tak Hanya Payudara yang Bekerja, Ini Peran Otak Ibu dalam Proses Menyusui

tak-hanya-payudara-yang-bekerja--ini-peran-otak-ibu-dalam-proses-menyusui-1758630126105

Toilet training merupakan salah satu tonggak penting dalam perkembangan anak. Meski begitu, banyak orang tua merasa frustrasi karena proses ini seringkali tidak berjalan sesuai harapan. Hal ini biasanya disebabkan oleh ekspektasi yang tidak realistis, kurang konsistensi, serta kurangnya pemahaman terhadap kesiapan individu anak. Tekanan untuk segera berhasil justru dapat menimbulkan stres, penolakan, bahkan perilaku bermasalah. Berikut beberapa kendala umum yang dapat menyebabkan toilet training gagal.1. Anak Menahan KencingBeberapa anak menahan kencing dalam waktu lama untuk menghindari toilet, atau hanya mau buang air kecil saat dipakaikan popok kembali. Hal ini dapat membatasi kesempatan berlatih dan membuat orang tua frustrasi.Solusi yang dapat dicoba:<ul><li>Tetap tenang ketika anak berhasil buang air kecil, jangan berlebihan memberi reaksi sampai selesai.</li><li>Buat tantangan kecil yang mengarah pada keberhasilan buang air di toilet, lalu rayakan setiap pencapaian.</li><li>Akhiri latihan toilet untuk hari itu setelah ada keberhasilan.</li><li>Tingkatkan asupan cairan sepanjang hari.</li><li>Latih toilet training pada saat anak paling mungkin buang air kecil.</li></ul>2. Perilaku BermasalahBeberapa hambatan yang sering dilaporkan orang tua saat memulai atau melanjutkan toilet training adalah perilaku agresif, menyakiti diri, merusak lingkungan, menyiram air berlebihan, bermain dengan air, buang air sembarangan, hingga perilaku seksual.Solusi yang dapat dicoba:<ul><li>Hentikan penggunaan hukuman saat anak mengalami “kecelakaan”.</li><li>Kurangi waktu duduk di toilet agar anak tidak merasa tertekan.</li><li>Beri akses pada benda-benda kesukaannya di luar rutinitas toilet.</li></ul>3. Anak Belum Sadar Rasa Ingin Buang Air KecilBeberapa anak sudah bisa mengenali dorongan buang air besar, tetapi belum sepenuhnya paham sinyal tubuh saat ingin buang air kecil. Akibatnya, mereka bisa mengalami kebocoran (urine leakage) atau hanya sedikit yang masuk ke toilet.Solusi yang dapat dicoba:<ul><li>Ajarkan anak untuk mengenali tanda fisik sederhana, misalnya perasaan “penuh” di perut atau sensasi ingin segera ke kamar mandi.</li><li>Gunakan pengingat visual atau audio seperti jam alarm yang berbunyi setiap 1–2 jam.</li><li>Konsisten mengajak anak ke toilet secara terjadwal, bukan hanya menunggu saat mereka bilang ingin pipis.</li><li>Berikan pujian atau reward sederhana ketika anak berhasil buang air kecil di toilet untuk memperkuat kebiasaan positif.</li></ul>4. Anak Belum Bisa Mengatur Kebiasaan ke Toilet SendiriSebagian anak belum menyadari sinyal kandung kemih penuh sebagai tanda untuk ke toilet, atau justru terlalu sering meminta ke toilet.Solusi yang dapat dicoba:<ul><li>Ajarkan anak merespons tanda lain, misalnya alarm jam tangan.</li><li>Kurangi instruksi langsung, berikan kesempatan anak pergi sendiri.</li><li>Sederhanakan program toilet training, misalnya kurangi reward atau waktu duduk di toilet.</li></ul>5. Anak Sering Mengalami “Kecelakaan”Yang dimaksud dengan “kecelakaan” di sini adalah saat anak tidak berhasil menggunakan toilet tepat waktu, misalnya buang air kecil di celana, buang air besar di tempat lain selain toilet, atau baru sadar ingin ke toilet setelah sudah keluar sebagian. Hal ini umum terjadi di awal proses toilet training.Solusi yang dapat dicoba:<ul><li>Tetap tenang dan jangan memarahi anak, karena kecelakaan adalah bagian dari proses belajar.</li><li>Sediakan beberapa celana dalam dan pakaian ganti agar anak lebih nyaman ketika berlatih.</li><li>Ajak anak ke toilet lebih sering, misalnya setiap 1–2 jam, terutama di waktu-waktu yang biasanya rawan terjadi kecelakaan.</li><li>Gunakan celana dalam berbahan katun, bukan popok sekali pakai, agar anak lebih mudah merasakan sensasi basah saat terjadi kecelakaan.</li><li>Berikan pujian ketika anak berhasil menggunakan toilet dengan benar agar mereka lebih termotivasi.﻿﻿</li></ul>Toilet training adalah perjalanan yang penuh tantangan, berbeda pada setiap anak, dan membutuhkan kesabaran ekstra. Kegagalan kecil bukanlah tanda anak tidak bisa, melainkan bagian alami dari proses belajar. Dengan memahami berbagai hambatan yang mungkin terjadi serta solusi yang bisa diterapkan, MomDad dapat membantu si Kecil melewati tahap ini dengan lebih tenang. Ingatlah, kesiapan emosional dan fisik anak jauh lebih penting daripada sekadar mengejar kecepatan. Dengan dukungan yang konsisten, anak akan mampu mencapai kemandirian toilet sesuai ritmenya sendiri.Referensi:<ul><li><a class="e-rte-anchor" href="https://superkidsconsulting.com.au/toilet-training-programs-fail/" title="https://superkidsconsulting.com.au/toilet-training-programs-fail/" target="_blank">4 Most Common Reasons Toilet Training Programs Fail</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.nhs.uk/baby/babys-development/potty-training-and-bedwetting/potty-training-problems/" title="https://www.nhs.uk/baby/babys-development/potty-training-and-bedwetting/potty-training-problems/" target="_blank">Potty training problems - NHS</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.parents.com/toddlers-preschoolers/potty-training/problems/12-common-potty-training-problems/" title="https://www.parents.com/toddlers-preschoolers/potty-training/problems/12-common-potty-training-problems/" target="_blank">10 Common Reasons Why Potty Training Is Not Working&nbsp;&nbsp;</a>﻿﻿</li></ul>

5 Penyebab Toilet Training Sering Gagal

5-penyebab-toilet-training-sering-gagal-1758192325236

ASI adalah sumber nutrisi terbaik untuk bayi, terutama di enam bulan pertama kehidupannya. Namun, tidak semua ibu bisa selalu menyusui langsung. Oleh karena itu, menyimpan ASI perah (ASIP) dengan cara yang benar menjadi sangat penting agar kualitas dan kandungan gizinya tetap terjaga. Artikel ini akan membahas panduan lengkap tentang cara menyimpan, membekukan, mencairkan, hingga menyiapkan ASIP untuk si Kecil.Cara Menyimpan ASIPPenyimpanan ASI harus dilakukan dengan wadah yang tepat agar terhindar dari kontaminasi dan tetap aman dikonsumsi. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih wadah dan cara menyimpannya:<ul><li>Gunakan kantong penyimpanan ASI khusus atau wadah bersih berbahan kaca atau plastik food grade dengan tutup rapat.</li><li>Hindari menyimpan ASI dalam plastik sekali pakai atau liner botol yang tidak dirancang untuk penyimpanan ASI.</li></ul>Lama Penyimpanan ASI SegarSetiap metode penyimpanan memiliki batas waktu tertentu yang aman untuk menjaga kualitas ASI. Berikut panduannya:<ul><li>Suhu ruang (hingga 25°C / 77°F): maksimal 4 jam.</li><li>Kulkas (4°C / 39°F): maksimal 4 hari.</li><li>Freezer (−18°C / 0°F): ideal hingga 3- 6 bulan, dapat bertahan hingga 12 bulan jika menggunakan kulkas khusus ASI dan jarang dibuka/tutup.</li></ul>Labeli setiap wadah dengan tanggal pemerahan (dan nama anak jika diberikan ke penitipan anak). Simpan ASI di bagian belakang kulkas atau freezer, bukan di pintu, agar lebih stabil dari perubahan suhu. Jika tidak akan digunakan dalam 4 hari, segera bekukan untuk menjaga kualitas ASI.Tips Membekukan ASIProses pembekuan juga memiliki aturan penting yang perlu diperhatikan agar ASI tidak terbuang dan tetap layak dikonsumsi. Beberapa tips yang bisa dilakukan antara lain:<ul><li>Simpan dalam porsi kecil (60–120 ml atau sesuai kebutuhan sekali minum bayi).</li><li>Sisakan ruang sekitar 2,5 cm di bagian atas wadah karena ASI akan mengembang saat beku.</li><li>Saat bepergian, ASI dapat bertahan hingga 24 jam dalam cooler box berisi es beku.</li></ul>Mencairkan dan Menghangatkan ASIASI beku tidak bisa langsung diberikan pada bayi. Proses pencairan dan penghangatan harus dilakukan dengan cara yang benar agar nutrisi tetap terjaga.Cara mencairkan ASI beku:<ul><li>Taruh di kulkas semalaman.</li><li>Rendam wadah dalam air hangat.</li><li>Letakkan di bawah air mengalir hangat.</li></ul>⚠️ Jangan pernah mencairkan atau memanaskan ASI dengan microwave karena dapat merusak nutrisi dan membuat titik panas yang berbahaya bagi bayi.Setelah dicairkan di kulkas, ASI harus digunakan dalam 24 jam sejak benar-benar mencair.&nbsp;ASI yang sudah dipanaskan atau dibiarkan pada suhu ruang harus digunakan dalam 2 jam, dan tidak boleh dibekukan ulang.Persiapan sebelum Memerah dan Menyimpan ASIKebersihan menjadi kunci utama dalam menjaga kualitas ASI perah. Persiapan yang baik akan membantu ASI lebih tahan lama dan aman untuk bayi, seperti:<ul><li>Cuci tangan dan pastikan wadah penyimpanan bersih.</li><li>Simpan ASI segera setelah diperah.</li><li>Gunakan aturan praktis “4–4”: 4 jam di suhu ruang dan 4 hari di kulkas.</li><li>ASI yang sudah diminum sebagian oleh bayi harus dihabiskan dalam 2 jam atau bisa disimpan di kulkas untuk digunakan pada jadwal menyusui berikutnya.</li></ul>Menyimpan ASI perah dengan benar adalah langkah penting untuk memastikan bayi tetap mendapatkan nutrisi terbaik meski ibu tidak selalu dapat menyusui secara langsung. Dengan memahami cara penyimpanan, pembekuan, pencairan, dan penyajiannya, kualitas ASI tetap terjaga sehingga manfaatnya optimal bagi tumbuh kembang si kecil. Ingatlah selalu aturan sederhana: 4 jam di suhu ruang, 4 hari di kulkas, dan hingga 6 bulan di freezer.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/1399c72fa9524f77faf5c47664072d4d_1758188755579.png" class="e-rte-image e-imginline" alt="Laktasi.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Ingin tahu lebih banyak seputar menyusui? Yuk, join Parenthood Institute SuperClass; <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/kelaslaktasi" title="https://primaku.page.link/kelaslaktasi" target="_blank">Laktasi </a>bersama dr. Ria Yoanita, Sp.A! Di kelas ini, Mom akan dibimbing untuk memahami seluk-beluk menyusui, termasuk mengatasi masalah produksi ASI yang kurang lancar dan pelekatan yang benar. Selain itu, Mom juga akan belajar cara-cara meningkatkan produksi ASI dan mengatasi tantangan menyusui dengan solusi praktis, langsung dari ahlinya.Referensi:<ul><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.cdc.gov/breastfeeding/breast-milk-preparation-and-storage/handling-breastmilk.html#:~:text=Storing%20breast%20milk%20after%20expressing,to%20follow%20for%20best%20quality" title="https://www.cdc.gov/breastfeeding/breast-milk-preparation-and-storage/handling-breastmilk.html#:~:text=Storing%20breast%20milk%20after%20expressing,to%20follow%20for%20best%20quality" target="_blank">Breast Milk Storage and Preparation | Breastfeeding | CDC.&nbsp;</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/breastfeeding/Pages/Storing-and-Preparing-Expressed-Breast-Milk.aspx" title="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/breastfeeding/Pages/Storing-and-Preparing-Expressed-Breast-Milk.aspx" target="_blank">Tips for Freezing &amp; Refrigerating Breast Milk - HealthyChildren.org&nbsp;</a></li></ul>

Begini Cara Menyimpan ASIP yang Tepat agar Nggak Gampang Basi

begini-cara-menyimpan-asip-yang-tepat-agar-nggak-gampang-basi-1758188868008

Webinar PrimaKu x Pigeon kali ini membahas topik “Nyaman Menyusui Tanpa Nyeri &amp; Drama ASI Rembes” bersama dr. Ria Yoanita, Sp.A, CIMI, CBS, AIFO-K dan dipandu oleh Astry Ovie. Di sini MomDad akan mendapat penjelasan seputar cara mengatasi nyeri saat menyusui, solusi menghadapi ASI rembes, serta tips menjaga kenyamanan ibu dalam perjalanan mengASIhi. Saksikan rekamannya sampai selesai dan temukan insight yang bisa bantu perjalanan menyusui jadi lebih tenang dan percaya diri.

Nyaman Menyusui Tanpa Nyeri & Drama ASI Rembes | Webinar PrimaKu

nyaman-menyusui-tanpa-nyeri---drama-asi-rembes---webinar-primaku-1758192339877

Bayi baru lahir membutuhkan perlindungan kesehatan sejak hari pertama kehidupannya. Mulai dari pemeriksaan rutin, imunisasi dasar, hingga perawatan medis bila ada kondisi khusus, semua bisa ditanggung melalui BPJS Kesehatan. Oleh karena itu, MomDad perlu segera mendaftarkan si Kecil agar kepesertaan langsung aktif dan layanan kesehatan bisa diakses tanpa hambatan biaya.Syarat &amp; Dokumen PendaftaranUntuk mendaftarkan si Kecil sebagai peserta BPJS Kesehatan, MomDad perlu menyiapkan dokumen berikut:<ul><li>Kartu Keluarga (KK) terbaru. Jika nama bayi belum tercantum, bisa menggunakan surat keterangan lahir.</li><li>Kartu BPJS Kesehatan orang tua (peserta mandiri, PPU/pekerja penerima upah, atau PBI/penerima bantuan iuran).</li><li>Surat Keterangan Lahir dari bidan, rumah sakit, atau fasilitas kesehatan.</li><li>NIK bayi (jika sudah tersedia). Bila belum, sementara dapat menggunakan surat keterangan lahir.</li><li>KTP orang tua.</li><li>Buku KIA (Kesehatan Ibu dan Anak).</li><li>Bukti pembayaran iuran BPJS (untuk peserta mandiri).</li><li>Buku rekening dan formulir autodebet bermaterai Rp6.000 (khusus peserta mandiri yang belum autodebet).</li></ul>Cara Mendaftar BPJS Kesehatan Bayi Baru LahirAda beberapa metode yang bisa dipilih sesuai kebutuhan:1. Kantor BPJS Kesehatan<ul><li>Kunjungi kantor cabang atau kabupaten/kota terdekat.</li><li>Ambil nomor antrean, isi formulir pendaftaran, dan serahkan dokumen.</li><li>Untuk peserta mandiri, lakukan pembayaran iuran pertama agar kepesertaan langsung aktif.</li></ul>2. Aplikasi Mobile JKN<ul><li>Unduh aplikasi Mobile JKN di Google Play Store atau App Store.</li><li>Login dengan akun BPJS orang tua.</li><li>Pilih menu Pendaftaran Peserta Baru dan isi data bayi sesuai dokumen.</li><li>Unggah dokumen yang diminta.</li><li>Bayar iuran melalui bank/e-wallet (bagi peserta mandiri).</li><li>Nomor kepesertaan bayi akan dikirim melalui aplikasi.</li></ul>3. Mobile Customer Service (MCS)<ul><li>Cari jadwal MCS terdekat melalui aplikasi Mobile JKN atau kanal resmi BPJS.</li><li>Datangi lokasi sesuai jadwal, isi formulir, dan serahkan dokumen.</li><li>Petugas akan memproses pendaftaran di tempat.</li></ul>4. Mall Pelayanan Publik (MPP)<ul><li>Datangi MPP terdekat dengan membawa dokumen.</li><li>Isi formulir dan serahkan dokumen ke petugas BPJS.</li><li>Tunggu proses verifikasi selesai.</li></ul>5. HRD Perusahaan (untuk peserta PPU)<ul><li>Orang tua yang menjadi peserta BPJS melalui perusahaan dapat mendaftarkan bayi lewat HRD.</li><li>HRD akan meneruskan proses ke BPJS Kesehatan, dan bayi tercatat sebagai tanggungan.</li></ul>Waktu Aktivasi KepesertaanNah, agar tidak keliru, MomDad perlu memahami perbedaan waktu aktivasi kepesertaan bayi sesuai jenis kepesertaan BPJS yang dimiliki:<ul><li>Peserta Mandiri: aktif setelah iuran pertama dibayarkan.</li><li>Peserta PPU (Pekerja Penerima Upah): aktif sejak lahir, jika didaftarkan dalam 28 hari.</li><li>Peserta PBI (Penerima Bantuan Iuran): otomatis aktif sejak lahir.</li></ul>Manfaat BPJS Kesehatan untuk BayiDengan kepesertaan aktif, bayi bisa langsung menikmati manfaat BPJS Kesehatan, antara lain:<ul><li>Pemeriksaan kesehatan rutin untuk memantau tumbuh kembang.</li><li>Imunisasi dasar yang ditanggung BPJS (hepatitis B, polio, BCG, dan DPT).</li><li>Perawatan medis bila sakit (infeksi, demam, atau ISPA).</li><li>Penanganan lanjutan di rumah sakit bila bayi lahir prematur atau mengalami gangguan kesehatan serius.</li></ul>Mendaftarkan bayi baru lahir ke BPJS Kesehatan adalah langkah penting untuk memastikan ia mendapat perlindungan kesehatan sejak awal kehidupan. Dengan dokumen yang lengkap dan pendaftaran tepat waktu, MomDad tidak hanya mengamankan akses layanan medis, tetapi juga memberikan jaminan tumbuh kembang optimal bagi si Kecil tanpa terbebani biaya yang mengejutkan.Referensi:<ul><li><a class="e-rte-anchor" href="https://money.kompas.com/read/2025/01/17/221218426/syarat-dan-cara-mengurus-bpjs-kesehatan-untuk-bayi-baru-lahir#:~:text=Syarat%20Pendaftaran%20BPJS%20Kesehatan%20untuk,mandiri%20yang%20belum%20mengaktifkan%20autodebit." title="https://money.kompas.com/read/2025/01/17/221218426/syarat-dan-cara-mengurus-bpjs-kesehatan-untuk-bayi-baru-lahir#:~:text=Syarat%20Pendaftaran%20BPJS%20Kesehatan%20untuk,mandiri%20yang%20belum%20mengaktifkan%20autodebit." target="_blank">Syarat dan Cara Mengurus BPJS Kesehatan untuk Bayi Baru Lahir&nbsp;</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://fahum.umsu.ac.id/info/cara-daftar-bpjs-kesehatan-bayi-baru-lahir-agar-langsung-aktif/" title="https://fahum.umsu.ac.id/info/cara-daftar-bpjs-kesehatan-bayi-baru-lahir-agar-langsung-aktif/" target="_blank">Cara Daftar BPJS Kesehatan Bayi Baru Lahir Agar Langsung Aktif</a></li></ul>

Panduan Membuat BPJS Kesehatan Bayi Newborn, Begini Langkahnya!

panduan-membuat-bpjs-kesehatan-bayi-newborn--begini-langkahnya--1757940622010

Mommy wrist adalah keluhan nyeri pada pergelangan tangan atau ibu jari yang kerap dialami ibu baru, terutama saat menggendong atau menyusui bayi. Kondisi ini cukup umum terjadi, namun sering terabaikan karena dianggap wajar setelah melahirkan. Padahal, memahami penyebab dan cara menanganinya sangat penting agar fase awal menjadi ibu tetap terasa nyaman dan aman.Apa Itu Mommy Wrist?Mommy wrist secara medis disebut de Quervain’s tenosynovitis, yaitu peradangan pada tendon di sisi ibu jari yang sering terjadi akibat penggunaan berulang (repetitive strain) saat mengangkat atau memegang bayi. Selain itu, hormon kehamilan dan retensi cairan juga ikut meningkatkan risikoSebuah studi kualitatif menyebutkan bahwa mommy wrist mengganggu aktivitas sehari‑hari ibu, seperti memandikan bayi, mengganti popok, atau memberi makan. Banyak ibu merasa tidak siap dan kurang informasi mengenai kondisi ini selama masa kehamilan atau setelah persalinan.Gejala Mommy Wrist﻿﻿Sebelum berkembang menjadi keluhan yang mengganggu aktivitas sehari-hari, mommy wrist biasanya menunjukkan tanda-tanda awal yang khas. Mengenali gejalanya sejak dini dapat membantu ibu mencari penanganan yang tepat lebih cepat dan mencegah nyeri semakin parah, seperti:<ul><li>Nyeri di area pergelangan tangan sisi ibu jari, terutama saat menggenggam, mengangkat, atau memutar pergelangan tangan.</li><li>Pembengkakan atau bengkak di pangkal ibu jari.</li><li>Sensasi ‘kaku’, seperti terjepit saat menggerakkan ibu jari.</li></ul>Penanganan dan PencegahanMeskipun mommy wrist bisa terasa mengganggu, ada berbagai langkah sederhana yang dapat dilakukan untuk meredakan nyeri sekaligus mencegah kondisi ini semakin parah, antara lain:<ul><li>Modifikasi gerakan: Gunakan teknik mengangkat yang lebih ergonomis, seperti “scooping” di bawah punggung dan pantat bayi, menjaga pergelangan tetap lurus.</li><li>Istirahat dan penyangga: Gunakan brace untuk pergelangan tangan dan ibu jari, terutama saat tidur.</li><li>Obat antiinflamasi: Konsultasikan dengan dokter apakah ibuprofen aman dikonsumsi saat menyusui.</li><li>Terapi fisik atau okupasi: Latihan, pijatan, ultra­sound, atau teknik lainnya bisa membantu mengurangi nyeri dan mempercepat pemulihan.</li><li>Pilihan medis lanjutan: Bila gejala tidak membaik dalam 4–6 minggu, dokter mungkin merekomendasikan injeksi kortikosteroid atau intervensi bedah sebagai langkah terakhir.</li></ul>Mommy wrist atau de Quervain’s tenosynovitis adalah kondisi umum namun dapat ditangani dengan cara yang efektif jika dikenali dan ditangani sejak dini. Dengan gerakan yang lebih ergonomis, penggunaan brace, terapi fisik, dan perhatian medis ketika diperlukan, ibu baru bisa kembali menikmati peran sebagai pengasuh tanpa rasa sakit. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter atau terapis tangan jika keluhan masih berlanjut, supaya kualitas hidup pasca persalinan tetap optimal.Referensi:<ul><li>What is ‘mommy wrist’ and how to ease this parental pain by SSM Health</li><li>Mommy Wrist: Postpartum Wrist Pain &amp; How To Fix It&nbsp;</li><li>Ahmadreza Afshar, Ali Tabrizi. Pregnancy-related Hand and Wrist Problems. Arch Bone Jt Surg. 2021 May;9(3):345–349.</li><li>Efrat Daglan, Samuel Morgan, Matan Yechezkel, Tal Frenkel Rutenberg, Shai Shemesh, Sorin D Iordache, Assaf Kadar. Risk Factors Associated With de Quervain Tenosynovitis in Postpartum Women. Hand (N Y). 2023 Jan 24;19(4):643–647.</li><li>Caroline Khama, Marina Ciccarelli, Julie Brayshaw, Megan Hatfield, Thuy Tran. ‘I couldn't change his nappy’: New mothers' experiences of De Quervain's tendinosis and its impact on occupational performance. Aust Occup Ther J. 2025 Apr 2;72(2):10.1111/1440-1630.70014.</li><li>Ellen Ferraro, Joseph Ferraro , Sonja Pavlesen, Charles Carlson, Tova Ablove, Robert Ablove. De Quervain's Tenosynovitis in Primary Caregivers. WMJ. 2023 May;122(2):110-113.</li></ul>

5+ Alasan Kenapa Anak Harus Belajar Pakai Baju Sendiri sejak Dini

5+ Alasan Kenapa Anak Harus Belajar Pakai Baju Sendiri sejak Dini

5 Kesalahan Umum Parenting yang Tanpa Sadar Dilakukan Orang Tua

5 Kesalahan Umum Parenting yang Tanpa Sadar Dilakukan Orang Tua

Tak Hanya Payudara yang Bekerja, Ini Peran Otak Ibu dalam Proses Menyusui

Tak Hanya Payudara yang Bekerja, Ini Peran Otak Ibu dalam Proses Menyusui

5 Penyebab Toilet Training Sering Gagal

5 Penyebab Toilet Training Sering Gagal

Begini Cara Menyimpan ASIP yang Tepat agar Nggak Gampang Basi

Begini Cara Menyimpan ASIP yang Tepat agar Nggak Gampang Basi

Nyaman Menyusui Tanpa Nyeri & Drama ASI Rembes | Webinar PrimaKu

Nyaman Menyusui Tanpa Nyeri & Drama ASI Rembes | Webinar PrimaKu

Panduan Membuat BPJS Kesehatan Bayi Newborn, Begini Langkahnya!

Panduan Membuat BPJS Kesehatan Bayi Newborn, Begini Langkahnya!

Antisipasi Mommy Wrist, Nyeri Pergelangan Tangan pada Ibu Baru Melahirkan

Antisipasi Mommy Wrist, Nyeri Pergelangan Tangan pada Ibu Baru Melahirkan