Free-range parenting adalah suatu gaya pengasuhan yang memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada anak untuk mengalami konsekuensi alami dari perilaku mereka, dalam batas aman. Free-range parenting bukanlah gaya parenting permisif, tetapi tujuannya agar anak memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi pribadi dewasa yang bertanggung jawab [1]. Ada beberapa karakteristik dari free-range parenting yang bisa diketahui, di antaranya[1]:<ul><li>Orang tua memberikan banyak kesempatan aktivitas tak terjadwal. Anak tidak disituasikan pada jadwal padat dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya, tetapi diberikan kesempatan bermain bebas, misalnya dibandingkan memasukkan anak ke kursus basket, ia diberikan kesempatan untuk bermain di taman sekitar bersama anak-anak lain.</li><li>Bermain di alam sangat penting. Free-Range parenting mendorong anak untuk bermain di luar, alih-alih bermain dengan benda elektronik.</li><li>Anak menjadi mandiri dan mereka diberi kebebasan serta tanggung jawab secara bertahap. Tujuannya adalah agar anak belajar bahwa mereka mampu mencoba hal baru dan mencapai hal yang tampaknya sulit dengan kemampuan sendiri.</li><li>Mendidik bukan berdasarkan rasa takut. Free range parenting&nbsp;tetap mengedepankan keamanan, misalnya menggunakan helm ketika mengendarai sepeda, tetapi anak diberikan kebebasan bereksplorasi misalnya ketika bermain panjat-panjatan di taman bermain, meskipun selalu ada risiko mereka terluka sesekali.</li></ul>Tips Menerapkan Free-Range Parenting<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/69630c50f879d610fea05a60797c36e6b_1701433182194.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="free-range parenting (1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Apabila MomDad ingin menerapkan metode free-range parenting, berikut hal-hal yang perlu diperhatikan:<ul><li>Sesuaikan dengan usia anak serta tingkat kematangan anak</li><li>Perlengkapi anak dengan peralatan yang dibutuhkan untuk membantu mereka bereksplorasi dengan aman</li><li>Tetapkan batasan sesuai dengan tingkat kedewasaan anak</li></ul>Setiap metode parenting, pasti ada tantangannya. Begitu pun dengan free-range parenting. Ketika menerapkan metode ini pada anak, MomDad mungkin menemukan tantangan berupa [2]:<ul><li>Anak dapat menghadapi risiko tanpa supervisi terus menerus</li><li>Dituduh mengabaikan anak</li><li>Tekanan sosial apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada anak</li></ul>Meski begitu, free range parenting memiliki manfaat jangka panjang yang baik untuk tumbuh kembangnya, antara lain:<ul><li>Meningkatkan rasa percaya diri anak</li><li>Mendukung anak bermain aktif dan mengurangi risiko anak mengalami obesitas</li><li>Meningkatkan kemampuan sosial anak dan kemampuan problem solving anak</li></ul>Itu dia penjelasan mengenai Free-Range parenting. Semoga informasi di atas bisa membantu MomDad untuk menentukan metode parenting pada si Kecil!Referensi:<ul><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.verywellfamily.com/what-is-free-range-parenting-1095057" title="https://www.verywellfamily.com/what-is-free-range-parenting-1095057" target="_blank">The Free-Range Style of Parenting&nbsp;</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.healthline.com/health/parenting/free-range-parenting#pros" title="https://www.healthline.com/health/parenting/free-range-parenting#pros" target="_blank">Free-Range Parenting: 6 Pros and Cons</a></li></ul>

Memberikan Banyak Kesempatan pada Anak, Kenalan dengan Free-Range Parenting!

memberikan-banyak-kesempatan-pada-anak--kenalan-dengan-free-range-parenting--1701433446220

Time out sejatinya adalah waktu yang diberikan kepada anak dimana seorang anak akan dipindahkan sementara dari situasi atau lingkungan yang memberikan stimulasi berlebih, yang mengakibatkan timbulnya perilaku menantang, seperti agresi. Konsep ini awalnya berkembang pada tahun 1960 sebagai alternatif spanking (memukul) dan beberapa bentuk hukuman fisik dalam hal mendisiplinkan anak [1].Waktu Penerapan Time Out<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/4f45d04cdeb08712baba2103ef2b13a29_1701432665654.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="time out parenting (1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Ketika anak menunjukkan perilaku menantang seperti sengaja membangkang, agresi (memukul), atau merusak benda-benda, maka MomDad dapat memberikan waktu dan ruang yang diperlukan untuk menenangkan otak anak yang sedang dalam kondisi “overstimulasi” oleh emosinya, sehingga ia (saat itu) tidak dapat membuat pilihan positif atas perilakunya. Jeda sejenak (time out) ini memberikan kesempatan anak untuk menenangkan diri, sehingga mereka dapat masuk kembali ke situasi dan atau interaksi “menantang” dengan lebih baik. Hal ini juga merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki ketika ia dewasa [1]. MomDad juga perlu mempertimbangkan apakah dengan tidak memberikan time out, orang tua akan lebih tidak terprediksi, misalnya tetap tenang dan mengoreksi anak beberapa saat, namun meledak dan berteriak kepada anak ketika kesabaran sudah habis [1]. Riset menunjukkan secara konsisten bahwa metode disiplin keras berkaitan dengan timbulnya masalah kesehatan mental pada anak-anak [5].Manfaat Time Out<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/10d7ba98ab102267586b6b7514103c10e5b8_1701432724338.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="time out parenting (2).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Metode time out memberikan banyak manfaat untuk tumbuh kembang anak lho, di antaranya:1. Memberikan ruang dan waktu untuk ia dapat menenangkan diri dan emosinya Penting diingat bahwa time out yang diteliti dan disarankan adalah time out yang bersifat singkat, jarang, memberikan jeda dari interaksi tertentu, dan diikuti oleh umpan balik positif dan koneksi dengan MomDad. Hal ini dapat berupa memberikan time out agar MomDad dan anak dapat mengatur napas dan emosi sejenak agar terhindar dari perilaku agresif seperti melempar barang, memukul, berteriak, dan lain sebagainya sehingga bisa berinteraksi dalam kondisi lebih tenang, dan bukannya menghukum anak dengan mengurung anak di kamar lalu meninggalkannya sendirian.2. Memperbaiki perilaku anak, terutama yang berusia 3-7 tahunBerbagai riset menunjukkan time out menurunkan intensitas sibling fighting, mengurangi perilaku membangkang, dan mengurangi frekuensi agresi dan perilaku merusak properti[2,3].3. Anak tidak rentan merasa cemas dan depresiRiset tahun 2020 juga menunjukkan bahwa time out tidak menyebabkan anak lebih rentan mengalami ansietas (perasaan cemas), depresi, perilaku membangkan, atau kesulitan mengendalikan diri serta tidak menghambat kreativitas anak[4].Durasi Time OutKetika ingin menggunakan time out, MomDad dapat memberitahu anak terlebih dahulu, tetap tenang, dan menggunakan time out secara konsisten dan prediktabel, serta menindaklanjuti dengan positive reunion (dengan empati, koneksi dan validasi emosi) setelahnya. Durasi akan sangat bergantung pada situasi dan tingkat emosi anak saat time out dilakukan[1].Nah, itu dia penjelasan dari metode time out. Semoga informasi di atas bisa membantu MomDad dalam mendidik si Kecil ya!Referensi:<ol><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://parentingtranslator.substack.com/p/the-time-out-controversy" title="https://parentingtranslator.substack.com/p/the-time-out-controversy">https://parentingtranslator.substack.com/p/the-time-out-controversy </a></li><li>Everett, G. E., Joe Olmi, D., Edwards, R. P., Tingstrom, D. H., Sterling-Turner, H. E., &amp; Christ, T. J. (2007). An Empirical Investigation of Time-Out With and Without Escape Extinction to Treat Escape-Maintained Noncompliance. Behavior Modification, 31(4), 412-434. <a classname="e-rte-anchor" href="https://doi.org/10.1177/0145445506297725" title="https://doi.org/10.1177/0145445506297725">https://doi.org/10.1177/0145445506297725 </a></li><li>Robert E. Larzelere, Marjorie Lindner Gunnoe, Mark W. Roberts &amp; Christopher J. Ferguson (2017) Children and Parents Deserve Better Parental Discipline Research: Critiquing the Evidence for Exclusively “Positive” Parenting, Marriage &amp; Family Review, 53:1, 24-35, DOI: 10.1080/01494929.2016.1145613</li><li>Knight, Rachel M. PhD*; Albright, Jeremy PhD†; Deling, Lindsay PhD‡; Dore-Stites, Dawn PhD*; Drayton, Amy K. PhD*. Longitudinal Relationship Between Time-Out and Child Emotional and Behavioral Functioning. Journal of Developmental &amp; Behavioral Pediatrics 41(1):p 31-37, January 2020. | DOI: 10.1097/DBP.0000000000000725</li><li>Bayer JK, Ukoumunne OC, Lucas N, Wake M, Scalzo K, Nicholson JM. Risk factors for childhood mental health symptoms: national longitudinal study of Australian children. Pediatrics. 2011 Oct;128(4):e865-79. doi: 10.1542/peds.2011-0491. Epub 2011 Sep 2. PMID: 21890824.</li></ol>

Metode Time Out pada Parenting, Apakah Sepenuhnya Buruk? 

metode-time-out-pada-parenting--apakah-sepenuhnya-buruk---1701432938825

Kupas Tuntas seputar MPASI sesuai Standar WHO 2023

kupas-tuntas-seputar-mpasi-sesuai-standar-who-2023-1701432951390

Menangis merupakan salah satu bahasa bayi yang perlu MomDad ketahui artinya. Bayi akan terus menangis apabila MomDad tidak segera menenangkannya. Membiarkan bayi menangis terlalu lama ternyata memiliki dampak, lho terhadap tumbuh kembangnya. Apa saja sih dampaknya jika kita membiarkan bayi menangis terlalu lama? Dampak Membiarkan Bayi Menangis<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/5e103ac5debbe6bea6a2ca493df1f6121_1701419338876.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="bayi menangis (1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Penelitian di Harvard tahun 1998 menunjukkan bahwa bayi yang menangis terlalu lama dapat menjadi orang dewasa yang penuh stress dan sensitif terhadap suatu trauma. Stres kronik selama masa bayi dapat menyebabkan system adrenalin yang terlalu aktif, menyebabkan perilaku agresif dan antisosial di kemudian hari. Sebuah studi oleh sekelompok ahli jiwa yang dipublikasi di tahun 2017 menunjukkan bahwa, bayi yang menangis terlalu lama meningkatkan risiko masalah mood, perilaku, dan adanya hiperaktivitas di usia 5-6 tahun. Bayi, terutama bayi muda, perlu segera direspons ketika menangis. Bayi perlu membangun rasa percaya kepada ibu bahwa ibu akan segera memenuhi kebutuhannya ketika ia meminta.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/a106f54e10530f6c44b63ba5243827ba79_1701419385280.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="bayi menangis (2).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Untuk mengatasi bayi menangis ketika ingin tidur, MomDad dapat menerapkan metode Ferber. Metode Ferber sebenarnya adalah sebuah metode sleep training yang bertujuan untuk membantu bayi dan anak belajar tidur dengan sendirinya. Hal yang dilatih oleh metode ini adalah self-soothe atau melatih bayi menenangkan dirinya sendiri. Metode Ferber sedikit berbeda dengan metode cry it out, karena pada metode Ferber, Latihan tidur menggunakan prinsip perlahan atau gradual extinction. Sementara metode cry it out merupakan metode membiarkan bayi di boks atau kamar tidurnya hingga pagi walaupun ia menangis maupun protes.&nbsp;Jadi, jika si Kecil menangis secara general, MomDad harus segera merespon kebutuhannya (baik karena lapar, popok basah, dan lain-lain). Namun, jika si Kecil menangis karena berhubungan dengan sleep training, metode Ferber dapat diterapkan.&nbsp;Referensi:&nbsp;<ul><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.laleche.org.uk/letting-babies-cry-facts-behind-studies/" title="https://www.laleche.org.uk/letting-babies-cry-facts-behind-studies/" target="_blank">Letting Babies Cry</a> – The Facts Behind the Studies - La Leche League GB</li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.sleepfoundation.org/baby-sleep/ferber-method#:~:text=The%20Ferber%20Method%20is%20a,addressing%20sleep%20problems%20in%20children" title="https://www.sleepfoundation.org/baby-sleep/ferber-method#:~:text=The%20Ferber%20Method%20is%20a,addressing%20sleep%20problems%20in%20children" target="_blank">The Ferber Method for Sleep Training</a></li><li>Responding To Your Baby's Cries - <a class="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/crying-colic/Pages/Responding-to-Your-Babys-Cries.aspx#:~:text=The%20best%20way%20to%20handle,she'll%20cry%20less%20overall" title="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/crying-colic/Pages/Responding-to-Your-Babys-Cries.aspx#:~:text=The%20best%20way%20to%20handle,she'll%20cry%20less%20overall" target="_blank">HealthyChildren.org</a></li><li>Smarius LCJA.<a class="e-rte-anchor" href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5323467/" title="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5323467/" target="_blank"> Eur Child Adolesc Psychiatry.</a> 2017; 26(3): 293–302</li></ul>

Ini Dampaknya jika Bayi Dibiarkan Menangis Terlalu Lama

ini-dampaknya-jika-bayi-dibiarkan-menangis-terlalu-lama-1701419524746

Ketika tidak bisa mendapatkan keinginannya, anak bisa saja menjadi tantrum. Tantrum bisa terjadi kapan dan di mana saja, sehingga tak jarang membuat orang tua kesulitan menghadapinya. Anak yang tantrum, biasanya menunjukan sikap agresif, seperti menangis, menjerit, bahkan memukul, sehingga perlu diatasi dengan cara yang tepat. Oleh karena itu, anak perlu tahu bagaimana ia dapat mengelola emosinya. Penyebab dan Cara Menghadapi Anak Tantrum<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/7b867bf7f2106f5e2104543bd310f108fbc2_1701410339669.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="anak tantrum (1).jpeg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;"> Umumnya, tantrum terjadi pada anak usia 1-3 tahun yang pemicunya dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti:<ul><li style="font-size: 12pt;">Temperamen, yaitu bagaimana anak merespon suatu kejadian. Anak yang lebih sensitif mungkin lebih mudah tantrum.</li><li style="font-size: 12pt;">Stress, lelah, mengantuk, lapar, dan overstimulasi</li><li style="font-size: 12pt;">Emosi yang sangat kuat, seperti ketakutan, khawatir, malu, dan marah</li><li style="font-size: 12pt;">Situasi yang tidak dapat diatasi anak, misal ada anak lebih besar yang merebut mainannya</li><li>&nbsp;</li></ul>Ketika anak mengalami tantrum, Momdad perlu melakukan pendekatan yang tepat agar anak terhindar dari eskalasi atau peningkatan emosi yang lebih. Berikut tips mendekati anak selama tantrum:&nbsp;<ul><li style="font-size: 12pt;">Pastikan MomDad sedang dalam kondisi emosi yang sedang stabil.</li><li style="font-size: 12pt;">Jangan terpancing dengan tantrumnya si Kecil, bila MomDad sudah merasa kewalahan, minta pelaku rawat lain untuk menemani anak yang sedang tantrum.</li><li style="font-size: 12pt;">Biarkan anak menyelesaikan marahnya, bila anak sudah lebih besar ajarkan ia untuk meluapkan emosi dengan cara menyobek kertas, memeluk orang tua, maupun membuat pojok tenang di rumah.</li><li style="font-size: 12pt;">Labeli emosi yang anak rasakan dan validasi perasaan yang sedang ia rasakan.</li></ul>&nbsp;Tips Mendidik Anak Mengungkapkan Emosinya secara Sehat<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/3668704a85c9a6688d108eabf01b595ad_1701410391791.jpg" class="e-rte-image e-imginline e-img-focus" alt="anak tantrum.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;"> Sama seperti orang dewasa, anak-anak perlu mengembangkan strategi untuk mengelola emosi mereka, sehingga mereka dapat membangun keterampilan sosial-emosional. Ketika anak-anak lebih sadar dan terampil secara sosial dan emosional, mereka dapat lebih efektif menjalani hubungan, menenangkan diri, dan memecahkan masalah ketika menghadapi tantangan. Nah, MomDad dapat mendidik anak tentang cara mengenali dan mengungkapkan emosinya secara sehat dengan cara:<ul><li style="font-size: 12pt;">Ajarkan melalui ekspresi wajah dan minta anak menebak apa ekspresi yang dimaksud</li><li style="font-size: 12pt;">Biasakan anak melabel emosinya dalam situasi sehari-hari</li><li style="font-size: 12pt;">Tanyakan anak emosi yang dialami oleh tokoh dalam suatu cerita</li><li style="font-size: 12pt;">Menggunakan boneka sebagai media mengajarkan tentang emosi</li></ul> Nah, begitulah tips menghadapi anak tantrum, serta mengelola emosi anak secara sehat.Yuk, terapkan mulai dari sekarang agar ia dapat mengungkapkan emosinya dengan tepat.&nbsp; Referensi:<ul><li><a class="e-rte-anchor" href="https://raisingchildren.net.au/toddlers/behaviour/crying-tantrums/tantrums" title="https://raisingchildren.net.au/toddlers/behaviour/crying-tantrums/tantrums" target="_blank">Tantrums: why they happen &amp; how to respond | Raising Children Network</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.ecmhc.org/ideas/emotions.html" title="https://www.ecmhc.org/ideas/emotions.html" target="_blank">CECMHC | Ideas for Teaching Children about Emotions</a></li></ul>

Tips Mengelola Emosi Anak Tantrum & Cara Menghadapinya

tips-mengelola-emosi-anak-tantrum---cara-menghadapinya-1701410637310

Pemberian ASI menjadi sarana menjalin hubungan kasih sayang ibu dan bayinya. Jika diperhatikan, bayi memiliki kebiasaan unik saat menyusu, salah satunya yaitu menggerakkan tangan atau seperti memukul. Bayi yang masih sangat muda, penglihatannya belum berkembang, sehingga ia mengandalkan sentuhan tangan untuk mendapatkan makanannya, yaitu menyusu pada ibu. Gerakan normal pada bayi saat menyusu antara lain: <ul><li>Seperti mencari payudara.</li><li>Gerakan seperti memijat payudara (hal ini membantu bayi melekat lebih baik).</li><li>Gerakan memegang puting untuk membantu bayi melekat pada payudara.</li></ul>Pada saat tertentu, bayi akan membuka genggaman tangan yang menandakan kalau dia sudah kenyang. Meskipun hal ini termasuk wajar, MomDad tetap perlu waspada terhadap gerakan bayi saat menyusu. Jika bayi tampak keplek, tidak bergerak atau malas bergerak, atau bahkan malas menyusu, konsultasikan segera ke dokter.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/5bbad9bd31963184c31c3584273b41064_1701323561315.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="gerakan tangan bayi saat menyusu (1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Melihat kebiasaan unik dan menggemaskan si Kecil saat menyusu, tentu membuat hati setiap ibu bahagia. Meskipun begitu, MomDad sebaiknya tidak melupakan posisi menyusui yang tepat. Seorang ibu harus memperhatikan perilakunya dalam menyusui bayi. Sebab, ketika perilaku ibu dalam menyusui sesuai dengan langkah-langkah yang dianjurkan oleh para tenaga kesehatan, maka tentu saja ASI yang diberikan ke si Kecil menjadi sangat maksimal, sehingga ia bisa mendapatkan manfaat yang optimal dari ASI yang diterima, seperti mendapatkan zat imunologik dalam ASI, sehingga menambah daya tahan tubuhnya dan terhindar dari bakteri, virus atau penyebab penyakit lainnya.Referensi:<ul><li>Newborn Baby Hands | <a class="e-rte-anchor" href="https://www.lllc.ca/newborn-baby-hands#:~:text=The%20massage%2Dlike%20hand%20movements,shape%20your%20nipple%20before%20latching" title="https://www.lllc.ca/newborn-baby-hands#:~:text=The%20massage%2Dlike%20hand%20movements,shape%20your%20nipple%20before%20latching" target="_blank">La Leche League Canada</a> - Breastfeeding Support and Information.</li><li>Gibney, M.J.,dkk. (2008). Gizi Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC</li></ul>

Kenali Gerakan Tangan Bayi yang Normal saat Menyusu

kenali-gerakan-tangan-bayi-yang-normal-saat-menyusu-1701323625870

WHO merilis panduan terbaru tentang pemberian makanan pendamping air susu ibu (MPASI) bagi bayi berusia 6-23 bulan. Pedoman yang dirilis pada 16 Oktober ini memiliki beberapa poin, salah satunya poin nomor 5 yang menganjurkan bahwa bayi sebaiknya menghindari konsumsi makanan &amp; minuman yang tidak sehat, misalnya makanan atau minuman dengan perisa tambahan, serta tinggi gula, garam, dan lemak trans. Namun, bagaimana dengan MPASI fortifikasi? Apakah jenis makanan ini termasuk yang perlu dihindari?Yuk, temukan jawabannya lewat penjelasan dr. Cut Nurul Hafifah, SpA (K) pada video ini, ya. Jangan lupa like konten ini &amp; tonton hingga akhir supaya bisa menjawab Kuis Parenthood Institute dengan benar!<div style="text-align: left;"> </div>