Saat anak menolak makan, wajar kalau MomDad langsung cemas. Takut berat badannya turun, gizinya kurang, atau tumbuh kembangnya terganggu. Akhirnya, banyak orang tua memilih memberikan susu sebagai pengganti makanan utama. Tapi, apakah cara ini efektif dan aman?Sebelum menjadikan susu sebagai solusi utama, penting untuk memahami efeknya terhadap pola makan dan kesehatan anak. Dampak Pemberian Susu Berlebihan pada Anak yang Menolak Makan<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/39b3a7d7f879bbfcef2a1db8245ad1da_1741069323763.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="1 (1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px;"> <div> <ol><li>Mengurangi Nafsu Makan Susu mengandung kalori yang cukup tinggi, terutama susu formula dan susu sapi, sehingga bisa memberikan efek kenyang yang lama¹. Akibatnya, anak bisa kehilangan kesempatan mengenal berbagai rasa dan tekstur makanan, yang penting untuk perkembangan keterampilan makan².</li><li>Risiko Kekurangan Gizi Meski susu mengandung protein, lemak, dan kalsium, kandungan zat besi dalam susu sangat rendah³. Anak yang terlalu banyak minum susu berisiko mengalami defisiensi zat besi, yang dapat menyebabkan anemia⁴. Sebuah studi menunjukkan bahwa konsumsi susu lebih dari 500 ml per hari berkorelasi dengan rendahnya kadar feritin serum pada anak⁵.</li><li>Gangguan Pencernaan Konsumsi susu berlebihan, terutama pada anak yang sensitif terhadap laktosa, bisa menyebabkan gangguan pencernaan seperti kembung, diare, atau konstipasi⁶.</li><li>Pola Makan yang Tidak Seimbang Jika anak terbiasa "mengandalkan" susu saat menolak makan, ia bisa mengalami kebiasaan makan yang tidak seimbang dalam jangka panjang. Hal ini dapat berdampak pada tumbuh kembangnya, terutama dalam memenuhi kebutuhan serat, vitamin, dan mineral yang hanya bisa didapat dari makanan padat⁷.</li></ol> Bagaimana Solusi yang Tepat?<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/7f10593ffdcea2c3edca24f17bb1c5483_1741069386057.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="2 (1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px;"> Daripada langsung mengganti makanan dengan susu, coba lakukan beberapa strategi ini:✅ Tawarkan makanan secara berkala: Jika anak menolak makan, tunggu sekitar 10-15 menit dan coba tawarkan kembali. Jangan buru-buru memberikan susu sebagai pengganti.✅ Batasi pemberian susu: Untuk anak di atas 1 tahun, konsumsi susu sebaiknya tidak lebih dari 500 ml per hari agar tidak mengganggu nafsu makan⁸.✅ Ciptakan suasana makan yang menyenangkan: Hindari distraksi seperti gadget dan buat pengalaman makan menjadi aktivitas yang positif.✅ Konsisten dengan jadwal makan: Ajarkan anak bahwa makanan utama adalah makanan padat, sementara susu hanya sebagai pelengkap.Jadi, bolehkah menggantikan makanan dengan susu saat anak menolak makan? Jawabannya: tidak dianjurkan. Sebaiknya, susu tetap diberikan dalam porsi yang wajar sebagai pelengkap nutrisi, bukan sebagai solusi utama ketika anak menolak makan. Kalau anak terus-menerus sulit makan dan berat badannya tidak bertambah, jangan ragu konsultasi ke dokter anak untuk mendapatkan solusi yang tepat!<a href="https://primaku.page.link/tantanganmpasi" target="_blank"><img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/9d27718a99cece35b7e9743a2326a67c_1741069430862.png" class="e-rte-image e-imginline e-resize" alt="Tantangan-MPASI (2).png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px; max-height: 677px;"></a> Nah, buat MomDad yang masih struggling dengan tantangan MPASI, yuk belajar langsung dari ahlinya di <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/tantanganmpasi" title="https://primaku.page.link/tantanganmpasi" target="_blank">Kelas Tantangan MPASI bersama dr. Citra Amelinda, Sp.A, MKes, IBCLC. </a>Di kelas ini, MomDad bisa memahami lebih dalam penyebab anak GTM (gerakan tutup mulut) dan cara mengatasinya dengan pendekatan yang terbukti efektif. Daftar sekarang dan jangan lewatkan kesempatan untuk mendapatkan panduan terbaik dalam perjalanan MPASI si Kecil! 💙 Temukan kelas serupa lainnya yang berkaitan dengan MPASI dan nutrisi di SuperClass:<ul><li><a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/mpasi101" title="https://primaku.page.link/mpasi101" target="_blank">⁠Kelas MPASI 101 bersama dr. Nunki Andria, Sp.A &amp; Chef Nadya Puteri</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/bundlingmpasi" title="https://primaku.page.link/bundlingmpasi" target="_blank">Kelas MPASI 101 Combo – Bonus Kuota 3GB (7 hari)</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/bundletantanganmpasi" title="https://primaku.page.link/bundletantanganmpasi" target="_blank">Kelas Tantangan MPASI – Bonus Kuota 3GB (7 hari)</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/mpasimasterclass" title="https://primaku.page.link/mpasimasterclass" target="_blank">MPASI Masterclass (Bundling 2 Kelas: MPASI 1O1 &amp; Tantangan MPASI)</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/LactationNkit" title="https://primaku.page.link/LactationNkit" target="_blank">Lactation &amp; Nutrition Kit (Bundling 3 Kelas: Laktasi, MPASI 1O1, Tantangan MPASI)</a></li></ul>atau <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/parenthood-institute" title="https://primaku.com/parenthood-institute" target="_blank">klik di sini untuk mengakses situs resmi Parenthood Institute.</a> Referensi:<ul><li>Weaver CM, et al. "Milk and Dairy Products as Part of the Diet." Advances in Nutrition. 2019.</li><li>Birch LL, et al. "Development of Eating Behaviors Among Children and Adolescents." Pediatrics. 2008.</li><li>Domellöf M, et al. "Iron Requirements of Infants and Toddlers." Journal of Pediatric Gastroenterology and Nutrition. 2014.</li><li>Lozoff B, et al. "Long-Lasting Neural and Behavioral Effects of Iron Deficiency in Infancy." Nutritional Neuroscience. 2011.</li><li>Ziegler EE, et al. "Consumption of Cow’s Milk as a Cause of Iron Deficiency in Infants and Toddlers." The Journal of Pediatrics. 1991.</li><li>Heyman MB. "Lactose Intolerance in Infants, Children, and Adolescents." Pediatrics. 2006.</li></ul></div>

Anak Menolak Makan, Bolehkah Disiasati dengan Pemberian Susu?

anak-menolak-makan--bolehkah-disiasati-dengan-pemberian-susu--1741069643874

Bahan:<ul><li>45 gr (3 sdm) beras</li><li>50 gr ikan tuna, iris tipis</li><li>½ sdt air jeruk nipis</li><li>1 helai daun jeruk</li><li>75 ml (5 sdm) santan</li><li>150 ml air</li><li>7,5 ml (1½ sdt) minyak kanola</li><li>Garam &amp; merica secukupnya (opsional)</li></ul> Bumbu Halus:<ul><li>1 siung bawang putih</li><li>1 buah bawang merah</li><li>½ butir kemiri</li><li>¼ cm kunyit</li></ul> Cara Membuat:<ol><li>Lumuri ikan dengan air jeruk nipis, diamkan 15 menit.</li><li>Tumis bumbu halus, masukkan daun jeruk, tumis hingga harum.</li><li>Tambahkan santan, masak hingga mendidih.</li><li>Masukkan beras &amp; air, tutup, masak hingga setengah matang.</li><li>Tambahkan ikan, garam, &amp; merica, aduk rata, lanjutkan memasak hingga matang.</li><li>Buang daun jeruk sebelum disajikan.</li></ol><div> </div><div><div>Butuh ide MPASI yang gampang dibuat, bergizi, dan cocok untuk eksplorasi makan si kecil? Nasi Tim Tuna bisa jadi pilihan! Teksturnya lembut, tinggi protein, dan kaya nutrisi penting untuk tumbuh kembang optimal.</div><div> </div><div> </div><div>Mau makin paham cara menyusun MPASI yang tepat? Yuk, ikuti <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/mpasi101" title="https://primaku.page.link/mpasi101" target="_blank">Kelas MPASI 1O1</a> bareng dr. Nunki Andria, Sp.A &amp; Chef Nadya Puteri (Runner Up Masterchef Indonesia S8)! MomDad akan belajar dasar-dasar MPASI, mulai dari memilih bahan yang bernutrisi, menyusun menu seimbang, sampai teknik memasak yang tepat untuk si kecil. Kesempatan belajar langsung dari ahlinya ditambah ada <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/bundlingmpasi" title="https://primaku.page.link/bundlingmpasi" target="_blank">bonus kuota internet</a> yang bikin belajar makin hemat!<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/bundlingmpasi" title="https://primaku.page.link/bundlingmpasi" target="_blank"> Klik di sini</a> untuk akses kelasnya selama 1 tahun. 🍽✨</div><div><img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/48ea5f461f66fcc695ecd5cea5acc5b0_1740931948112.png" class="e-rte-image e-imginline e-resize" alt="MPASI-101 (3).png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px;"> </div><div> </div><div>MomDad juga bisa pilih kelas bundling yang sesuai dengan kebutuhan MomDad:</div><div>🍽 <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/mpasimasterclass" title="https://primaku.page.link/mpasimasterclass" target="_blank">MPASI Masterclass </a>– Panduan lengkap dari dasar hingga tantangan MPASI (Rp 215.000)</div><div>🥛 <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/LactationNkit" title="https://primaku.page.link/LactationNkit" target="_blank">Lactation &amp; Nutrition Kit </a>– Paket lengkap MPASI &amp; laktasi untuk tumbuh kembang optimal (Rp 315.000)</div><div>🍲<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/bundletantanganmpasi" title="https://primaku.page.link/bundletantanganmpasi" target="_blank"> Kelas Tantangan MPASI </a>– Solusi menghadapi GTM &amp; picky eater (Rp 115.000)</div><div> </div><div>MomDad juga bisa mengunjungi <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/parenthood-institute" title="https://primaku.com/parenthood-institute" target="_blank">situs Parenthood Institute</a> untuk mengakses kelasnya secara lebih leluasa! </div></div>

Resep MPASI: Nasi Tim Ikan Tuna

resep-mpasi--nasi-tim-ikan-tuna-1740932399866

Di era digital ini, penggunaan gadget sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, termasuk bagi anak-anak. Namun, tahukah MomDad bahwa screen time berlebih berdampak pada perkembangan bahasa anak? Sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2020 menemukan bahwa 70,5% anak yang memakai gadget lebih dari 2 hari per minggu akan mengalami keterlambatan bahasa jika durasinya lebih dari 2 jam per hari.[1] Dampak Screen Time Berlebih pada Anak<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/56e3594bb82de2301fa7df9a73f436a8_1740808088426.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Penelitian_ Efek Main Gadget Lebih dari 2 Hari dalam Seminggu Berisiko Speech Delay - 1.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;"> Paparan screen time yang berlebihan dapat memberikan berbagai dampak negatif pada perkembangan anak, di antaranya:<ul><li>Speech Delay: Anak yang terlalu sering terpapar layar cenderung memiliki lebih sedikit interaksi verbal dengan orang tua dan lingkungan sekitar, yang dapat memperlambat perkembangan bahasa mereka.[2]</li><li>Gangguan Tidur: Cahaya biru dari layar dapat mengganggu produksi melatonin, hormon yang mengatur siklus tidur, sehingga anak lebih sulit tidur nyenyak.[3]</li><li>Masalah Perilaku: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa screen time berlebih dapat meningkatkan risiko hiperaktivitas, kurangnya perhatian, serta kesulitan dalam mengelola emosi.[4]</li></ul> Berapa Lama Screen Time yang Aman untuk Anak?Berdasarkan rekomendasi dari American Academy of Pediatrics (AAP), durasi screen time yang disarankan untuk anak adalah sebagai berikut:[5]<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/03123e1411099526886b22eecaa035191_1740808189895.png" class="e-rte-image e-imginline" alt="Screenshot 2025-03-01 at 12.49.43.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px;"> Screen time yang berlebihan dapat mengurangi interaksi langsung dengan orang tua dan lingkungan sekitar, yang sangat penting untuk perkembangan bahasa dan sosial anak. MomDad Kesulitan Mengatur Screen Time Anak? Yuk, Konsultasi Gratis dengan Ahlinya!Untuk membantu orang tua mengelola screen time anak secara lebih baik, PrimaKu bekerja sama dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menghadirkan Program Konsul Screen Time. Program ini berlangsung dari 17 Februari hingga 17 Maret 2025 dan memberikan konsultasi gratis mengenai manajemen screen time pada anak. Cara Mengikuti Program:<ol><li>Unduh Aplikasi PrimaKu: Tersedia di Google Play Store dan Apple App Store.</li><li>Akses Fitur Chat Dokter: Di dalam aplikasi, pilih fitur "Chat Dokter" untuk memulai konsultasi.</li><li>Gunakan Voucher "TANYAIDAI": Pada halaman pembayaran, masukkan kode voucher "TANYAIDAI" untuk mendapatkan diskon 100%.</li></ol>Ketentuan Program:<ul><li>Dokter Pilihan: Voucher hanya berlaku untuk konsultasi dengan dokter anak yang terdaftar dalam program ini.</li><li>Satu Voucher per Akun: Setiap akun orang tua hanya dapat menggunakan voucher satu kali.</li><li>Durasi Konsultasi: Setiap sesi konsultasi memiliki durasi maksimal 20 menit.</li><li>Topik Konsultasi: Fokus pada manajemen screen time anak. Dokter berhak menghentikan sesi jika topik yang dibahas tidak sesuai.</li><li>Kuota Terbatas: Jumlah konsultasi harian terbatas. Prioritas diberikan kepada pengguna yang lebih dahulu mengajukan permintaan sesuai jadwal.</li></ul>Untuk informasi lebih lanjut dan jadwal konsultasi dokter harian, MomDad bisa mengakses link berikut ini <a class="e-rte-anchor" href="https://s.id/tanya-screentime" title="https://s.id/tanya-screentime" target="_blank">s.id/tanya-screentime.</a> Referensi:<ul><li>Chonchaiya, W., et al. (2020). "Association between screen time exposure and language delay in children: A systematic review and meta-analysis." Journal of Pediatrics, 221, 130-137.</li><li>Madigan, S., et al. (2019). "Association Between Screen Time and Children’s Performance on a Developmental Screening Test." JAMA Pediatrics, 173(3), 244-250.</li><li>Hale, L., &amp; Guan, S. (2015). "Screen time and sleep among school-aged children and adolescents: A systematic literature review." Sleep Health, 1(1), 50-58.</li><li>Radesky, J. S., et al. (2016). "Mobile and interactive media use by young children: The good, the bad, and the unknown." Pediatrics, 135(1), 1-3.</li><li>American Academy of Pediatrics. (2016). "Media and Young Minds." Pediatrics, 138(5), e20162591.</li></ul>

Main Gadget Lebih dari 2 Hari dalam Seminggu Berisiko Speech Delay?

penelitian--efek-main-gadget-lebih-dari-2-hari-dalam-seminggu-berisiko-speech-delay-1740808406543

Puasa merupakan salah satu ibadah penting dalam Islam yang memiliki banyak manfaat bagi kesehatan fisik dan mental. Bagi anak-anak, belajar berpuasa tidak hanya melatih kedisiplinan dan pola makan sehat, tetapi juga mempersiapkan mereka menjalankan kewajiban agama di masa depan. Lalu, pada usia berapa sebaiknya anak belajar puasa? Usia Ideal Anak Mulai Belajar Puasa<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/8ab10a123fab5ced7e32a52e8831090240_1740626007117.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="shutterstock_1892397463-compressed.jpeg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;"> Dalam ajaran Islam, kewajiban berpuasa dimulai ketika seseorang telah mencapai akil baligh atau pubertas. Mengutip dari video edukasi yang dibagikan oleh Prof. Dr. dr. Aman Bhakti Pulungan, Sp.A(K), FAAP FRCPI (Hon.) <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/p/DGhM5hASMvg/" title="https://www.instagram.com/p/DGhM5hASMvg/" target="_blank">di akun Instagramnya,</a> secara medis, pubertas biasanya terjadi pada rentang usia berikut:<ul><li>Perempuan: 8-13 tahun</li><li>Laki-laki: 9-14 tahun</li></ul>Meskipun demikian, anak-anak dapat mulai belajar berpuasa sebelum mencapai usia pubertas. Hal ini bertujuan untuk membiasakan mereka dengan ibadah puasa secara bertahap. Rekomendasi usia untuk mulai belajar berpuasa adalah:<ul><li>Perempuan: mulai usia 7 tahun</li><li>Laki-laki: mulai usia 8 tahun</li></ul>Pada usia ini, anak-anak umumnya sudah mampu memahami konsep puasa dan dapat diajak berlatih menahan lapar serta haus dalam durasi yang disesuaikan dengan kemampuan mereka. Manfaat Puasa bagi Kesehatan TubuhSelain sebagai bentuk ketaatan beragama, puasa juga memiliki berbagai manfaat kesehatan yang telah dibuktikan melalui penelitian ilmiah. Berikut beberapa di antaranya:<ol><li>Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh: Puasa dapat merangsang regenerasi sel-sel imun, sehingga meningkatkan kemampuan tubuh dalam melawan infeksi. Proses ini melibatkan pengurangan produksi sel-sel lama dan mendorong pembentukan sel-sel imun baru yang lebih efisien.[1]</li><li>Menurunkan Tekanan Darah dan Kadar Lemak Tubuh: Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of American Heart Association menemukan bahwa puasa selama Ramadan dapat menurunkan tekanan darah, berat badan, dan kadar lemak tubuh. Hal ini disebabkan oleh perubahan metabolisme tubuh yang mengandalkan lemak sebagai sumber energi selama puasa.[2]</li><li>Meningkatkan Fungsi Organ dan Kesehatan Mental: Puasa membantu memperbaiki fungsi organ seperti hati dan ginjal, serta meningkatkan kesehatan mental dengan mengurangi stres dan meningkatkan ketenangan pikiran. Proses detoksifikasi selama puasa berkontribusi pada peningkatan fungsi organ-organ vital tersebut.[3]</li></ol>Dengan demikian, mengajarkan anak berpuasa sejak dini tidak hanya mempersiapkan mereka untuk memenuhi kewajiban agama, tetapi juga memberikan manfaat kesehatan yang signifikan. Penting bagi orang tua untuk mendampingi dan memastikan anak menjalani puasa dengan cara yang sehat dan sesuai dengan kemampuan mereka. Selamat memasuki bulan Ramadan, MomDad! Semoga puasanya lancar dan mendapat keberkahan. Referensi:<ul><li>Universitas Negeri Surabaya. (2023). Dekan FK beberkan manfaat puasa bagi kesehatan hingga kadar makanan dan cairan yang disarankan. Diakses pada 26 Februari 2025, dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.unesa.ac.id/dekan-fk-beberkan-manfaat-puasa-bagi-kesehatan-hingga-kadar-makanan-dan-cairan-yang-disarankan" title="https://www.unesa.ac.id/dekan-fk-beberkan-manfaat-puasa-bagi-kesehatan-hingga-kadar-makanan-dan-cairan-yang-disarankan">https://www.unesa.ac.id/dekan-fk-beberkan-manfaat-puasa-bagi-kesehatan-hingga-kadar-makanan-dan-cairan-yang-disarankan </a></li><li>Universitas Gadjah Mada. (tahun). Manfaat berpuasa bagi kesehatan tubuh. Diakses pada 26 Februari 2025, dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://fkkmk.ugm.ac.id/manfaat-berpuasa-bagi-kesehatan-tubuh" title="https://fkkmk.ugm.ac.id/manfaat-berpuasa-bagi-kesehatan-tubuh">https://fkkmk.ugm.ac.id/manfaat-berpuasa-bagi-kesehatan-tubuh </a></li><li>Kementerian Agama Republik Indonesia. (2020). Puasa dan kesehatan. Diakses pada 26 Februari 2025, dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://kemenag.go.id/nasional/puasa-dan-kesehatan-7s0yd9" title="https://kemenag.go.id/nasional/puasa-dan-kesehatan-7s0yd9">https://kemenag.go.id/nasional/puasa-dan-kesehatan-7s0yd9 </a></li></ul>

Menurut Medis, Ini Usia Ideal untuk Anak Belajar Puasa

menurut-medis--ini-usia-ideal-untuk-anak-belajar-puasa-1740626371777

Menyusui saat berpuasa tentu punya tantangan tersendiri, terutama soal menjaga produksi ASI tetap lancar. Selain asupan nutrisi dan hidrasi yang cukup, tidur yang berkualitas juga berperan besar dalam memastikan ASI tetap melimpah. Kenapa sih tidur itu penting buat ibu menyusui? Yuk, simak penjelasannya! Penjelasan Bagaimana Kurang Tidur Bisa Menurunkan Produksi ASI[1]<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/a08e1cb2e3c81a5b3c4d76a8feaa9279_1740453980126.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Tips Menyusui saat berpuasa_ Jangan Sampai Kurang Tidur, Ini Alasannya - 1.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;"> Tidur yang cukup berperan dalam menjaga keseimbangan hormon yang mengatur produksi ASI, seperti prolaktin dan oksitosin. Nah, kalau Mom kurang tidur, hormon-hormon ini bisa terganggu, yang akhirnya berpengaruh pada jumlah ASI yang dihasilkan.<ul><li>Prolaktin adalah hormon utama dalam produksi ASI. Kadar prolaktin meningkat saat tidur, terutama di malam hari. Kalau Mom sering begadang atau tidurnya terganggu, kadar prolaktin bisa menurun, yang berarti produksi ASI juga bisa berkurang.</li><li>Oksitosin adalah hormon yang membantu ASI mengalir keluar saat bayi menyusu. Oksitosin dipengaruhi oleh kondisi emosional ibu. Kalau Mom stres atau kelelahan akibat kurang tidur, pelepasan ASI bisa terhambat, sehingga bayi kesulitan mendapatkan ASI yang cukup.</li></ul> Kurang Tidur Akan Meningkatkan Stres dan KelelahanSelain memengaruhi hormon, kurang tidur juga bisa bikin Mom lebih cepat lelah, mudah stres, dan emosional. Hal ini bisa memperburuk kondisi menyusui karena:<ul><li>Stres berlebihan bisa menghambat refleks let-down ASI, sehingga aliran ASI lebih lambat.[2]</li><li>Kelelahan membuat tubuh kesulitan memproduksi ASI secara optimal, karena energi yang seharusnya digunakan untuk produksi ASI malah terkuras untuk mengatasi kelelahan.[3]</li><li>Daya tahan tubuh menurun, sehingga Mom lebih rentan sakit. Kalau kondisi fisik terganggu, produksi ASI juga bisa ikut menurun.</li></ul> Bagaimana Ibu Menyusui Bisa Mendapatkan Tidur yang Cukup?<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/cd9c3937dd13fd81038cadc1ae78b1c4f_1740454000039.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Tips Menyusui saat berpuasa_ Jangan Sampai Kurang Tidur, Ini Alasannya - 2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;"> Agar produksi ASI tetap optimal selama puasa, berikut beberapa tips yang bisa Mom coba:<ul><li>Tidur Saat Bayi Tidur: Pola tidur bayi sering kali masih belum teratur. Jadi, manfaatkan waktu ketika si Kecil tidur untuk ikut beristirahat, terutama di siang hari.</li><li>Prioritaskan Kualitas Tidur: Pastikan lingkungan tidur nyaman, kurangi paparan cahaya biru dari gadget sebelum tidur, dan ciptakan suasana yang tenang agar tidur lebih berkualitas.</li><li>Minta Bantuan Pasangan atau Keluarga: Jangan ragu untuk meminta bantuan pasangan atau keluarga agar Mom bisa mendapatkan waktu istirahat yang lebih baik, terutama saat malam hari.</li><li>Jangan Lewatkan Sahur dan Berbuka dengan Nutrisi Seimbang: Nutrisi yang baik membantu tubuh lebih bertenaga dan mengurangi efek negatif dari kurang tidur. Pastikan Mom mengonsumsi makanan kaya protein, serat, dan cairan yang cukup.</li></ul>Jika saat puasa Mom merasa sangat lelah, pusing, atau produksi ASI berkurang drastis, jangan ragu untuk mempertimbangkan kembali puasa dan berkonsultasi dengan dokter. Ingat, kesehatan Mom dan si Kecil adalah yang utama. Dengan menerapkan tips di atas, semoga perjalanan menyusui saat berpuasa Mom jadi lebih lancar.<a href="https://primaku.page.link/kelaslaktasi" target="_blank"><img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/41d9ddbffc091c6730910550b62f79a61_1740454362816.png" class="e-rte-image e-imginline e-resize" alt="Laktasi (1).png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px; max-height: 821px;"></a> Mau tahu lebih banyak tentang cara menyusui yang nyaman dan efektif? Yuk, ikuti <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/kelaslaktasi" title="https://primaku.page.link/kelaslaktasi" target="_blank">Kelas Laktasi bersama dr. Ria Yoanita, Sp.A di SuperClass!</a> Dapatkan panduan lengkap tentang mengatasi berbagai macam permasalahan menyusui, manajemen pumping, pijat laktasi, dan berbagai hal penting lainnya untuk menunjang kelancaran proses menyusui Mom. Referensi:<ul><li>Kempler, L., Sharpe, L., Miller, C. B., &amp; Bartlett, D. J. (2022). The role of prolactin and oxytocin in sleep: A review. Nature and Science of Sleep, 14, 1579–1592. <a classname="e-rte-anchor" href="https://doi.org/10.2147/NSS.S361017" title="https://doi.org/10.2147/NSS.S361017">https://doi.org/10.2147/NSS.S361017 </a></li><li>World Health Organization. (2009). Infant and young child feeding: Model chapter for textbooks for medical students and allied health professionals. World Health Organization. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK148970/" title="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK148970/">https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK148970/ </a></li><li>Çaka, S. Y., &amp; Gözen, D. (2019). The effect of maternal fatigue on breastfeeding. Nigerian Journal of Clinical Practice, 22(12), 1662–1668. <a classname="e-rte-anchor" href="https://doi.org/10.4103/njcp.njcp_593_18" title="https://doi.org/10.4103/njcp.njcp_593_18">https://doi.org/10.4103/njcp.njcp_593_18</a></li></ul>

Tips Menyusui saat berpuasa: Jangan Sampai Kurang Tidur, Ini Alasannya!

tips-menyusui-saat-berpuasa--jangan-sampai-kurang-tidur--ini-alasannya--1740454599783

Tahukah MomDad bahwa kemampuan berbicara anak mulai berkembang sejak dini, bahkan sebelum mereka bisa mengucapkan kata-kata pertama? Di usia 6-12 bulan, bayi mulai mengenali suara, memahami intonasi, dan merespons komunikasi dari orang-orang di sekitarnya. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memberikan stimulasi yang tepat untuk cegah speech delay dan mendukung perkembangan bicara si Kecil secara optimal. Berikut cara-caranya: Kenalkan Kata-Kata Sederhana dalam Kehidupan Sehari-hari<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/ffdace31104e7e28313894d1989d1b4e1_1740403599314.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="1 (1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;"> Salah satu cara terbaik untuk menstimulasi bahasa bayi adalah dengan mengenalkan kata-kata sederhana dalam kehidupan sehari-hari. Ketika melihat objek atau hewan, tunjuk dan sebutkan namanya dengan jelas. Misalnya, saat melihat kucing, katakan, "Ade, itu ada kucing," sambil menunjuk langsung ke arah hewan tersebut. Hal ini membantu bayi menghubungkan kata dengan objek nyata, memperkuat pemahaman mereka terhadap bahasa, serta meningkatkan kemampuan kognitif. Membacakan Buku Bergambar untuk Menambah Kosakata<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/a151c5e578f9b916a7387da9dd8e9621_1740403612012.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="2 (1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;"> Selain itu, membaca buku bergambar dengan cerita sederhana juga merupakan stimulasi yang sangat baik. Buku-buku dengan warna cerah dan ilustrasi menarik dapat membantu bayi tetap fokus dan tertarik. MomDad bisa menggunakan suara yang ekspresif dan menunjukkan gambar yang relevan agar bayi lebih mudah memahami cerita. Aktivitas ini tidak hanya memperkaya kosakata bayi tetapi juga melatih kemampuan si Kecil dalam memahami konteks dan alur cerita. Permainan Interaktif untuk Melatih Respons Bayi<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/fd34d5169a65c797e5101289175796c5b_1740403660772.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="3.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;"> Interaksi dua arah sangat penting dalam perkembangan bahasa anak. Salah satu permainan yang efektif adalah "ciluk baa." Permainan ini membantu bayi memahami konsep komunikasi dan memberikan kesempatan bagi mereka untuk merespons secara aktif. Menariknya, respons bayi terhadap permainan ini juga bisa menjadi indikator awal perkembangan sosial mereka. Bayi yang menunjukkan respons baik terhadap "ciluk baa" biasanya memiliki kemampuan interaksi yang baik, yang dapat menyingkirkan kemungkinan gangguan komunikasi seperti autisme di kemudian hari. Kurangi Boneka, Perbanyak Interaksi Nyata<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/7e4fcac9ebf94fa875c677e8aa71bfaa_1740403647214.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="5.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;"> Meskipun bermain dengan boneka bisa menjadi hiburan, terlalu banyak menggunakan boneka (termasuk talking doll) tanpa interaksi nyata sebaiknya dihindari. Sebagai gantinya, lebih fokuslah pada stimulasi verbal dan komunikasi langsung. Misalnya, ajak bayi berbicara tentang aktivitas yang sedang dilakukan, tanyakan pertanyaan sederhana meskipun mereka belum bisa menjawab, dan berikan waktu bagi mereka untuk merespons dengan suara atau ekspresi wajah. Dukung Perkembangan Bahasa dengan Pendampingan AhliDengan memberikan stimulasi bahasa yang tepat, MomDad dapat membantu anak mengembangkan kemampuan berbicara yang optimal sesuai dengan tahapan perkembangannya. Namun, jika dalam perjalanan perkembangan bahasa bayi ditemukan keterlambatan atau tanda-tanda gangguan bicara, penting untuk segera mencari bantuan dari ahli.<a href="https://primaku.page.link/speechdelay" target="_blank"><img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/141dba4ac65e61f10bc6d5418deeeff1f_1740403690260.png" class="e-rte-image e-imginline e-resize" alt="Speech-delay (1).png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px; max-height: 821px;"></a> Untuk pemahaman yang lebih mendalam tentang cara cegah speech delay dan menanganinya, MomDad bisa mengikuti <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/speechdelay" title="https://primaku.page.link/speechdelay" target="_blank">kelas SuperClass Speech Delay bersama dr. Herbowo Agung, Sp.A(K). </a>Di kelas ini, MomDad akan mendapatkan panduan lengkap mengenai deteksi dini, penyebab, serta strategi intervensi yang tepat untuk mendukung perkembangan bahasa anak. Jangan lewatkan kesempatan untuk mendapatkan wawasan langsung dari ahli di bidang ini. <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/speechdelay" title="https://primaku.page.link/speechdelay" target="_blank">Klik di sini untuk mengakses Kelas Speech Delay sepuasnya selama 1 tahun.</a> Referensi:<ul><li>National Health Service (NHS). (n.d.). Help your baby learn to talk. Retrieved from <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.nhs.uk/conditions/baby/babys-development/play-and-learning/help-your-baby-learn-to-talk/" title="https://www.nhs.uk/conditions/baby/babys-development/play-and-learning/help-your-baby-learn-to-talk/">https://www.nhs.uk/conditions/baby/babys-development/play-and-learning/help-your-baby-learn-to-talk/ </a></li><li>Telegrafi. (2025). Do talking dolls really help in developing children's speech skills? Retrieved February 23, 2025, from <a classname="e-rte-anchor" href="https://telegrafi.com/en/a-ndihmojne-vertet-kukullat-qe-flasin-ne-zhvillimin-e-aftesise-se-te-folurit-te-femijet/." title="https://telegrafi.com/en/a-ndihmojne-vertet-kukullat-qe-flasin-ne-zhvillimin-e-aftesise-se-te-folurit-te-femijet/.">https://telegrafi.com/en/a-ndihmojne-vertet-kukullat-qe-flasin-ne-zhvillimin-e-aftesise-se-te-folurit-te-femijet/.</a></li></ul>

Stimulasi Perkembangan Bahasa Bayi 6-12 Bulan untuk Cegah Speech Delay

stimulasi-perkembangan-bahasa-bayi-6-12-bulan-untuk-cegah-speech-delay-1740403847207

MomDad, pernah kepikiran nggak, kenapa ada anak yang tumbuh aktif dan ceria, sementara yang lain gampang rewel dan susah fokus? Ternyata, salah satu kuncinya ada di durasi dan kualitas tidurnya, lho! Saat bayi tidur, hormon pertumbuhan bekerja tiga kali lebih aktif dibanding saat terjaga. Oleh karena itu, kalau si Kecil tidurnya kurang atau tidak berkualitas, bisa berdampak ke tumbuh kembangnya, mulai dari gangguan emosi sampai risiko kesehatan jangka panjang. Bicara soal tidur, sebenarnya berapa lama sih durasi tidur yang dibutuhkan anak setiap hari supaya tumbuh optimal? Yuk, cari tahu bareng! Berapa Lama Durasi Tidur yang Dibutuhkan Anak Setiap Hari?<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/75f323da7b271100810fb9836299b67bb1_1740216777214.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="1.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;"> Setiap anak memiliki kebutuhan tidur yang berbeda-beda, tergantung usianya. Berikut adalah rekomendasi dari American Academy of Sleep Medicine (AASM):[1]<ul><li>Bayi 4-12 bulan: 12 - 16 jam per hari (termasuk tidur siang)</li><li>Anak 1-2 tahun: 11 - 14 jam per hari (termasuk tidur siang)</li><li>Anak 3-5 tahun: 10 - 13 jam per hari (termasuk tidur siang)</li><li>Anak 6-12 tahun: 9 - 12 jam per hari</li><li>Remaja 13-18 tahun: 8 - 10 jam per hari</li></ul>Untuk bayi baru lahir di bawah 4 bulan, belum ada patokan pasti karena pola tidurnya masih berubah-ubah. Biasanya, mereka tidur sekitar 16-18 jam sehari, dengan siklus tidur yang lebih pendek. Apa yang Terjadi jika Anak Kurang Tidur?[2,3]Saat anak tidak mendapatkan tidur yang cukup, dampaknya bisa cukup serius, lho. Beberapa efek yang bisa terjadi antara lain:<ul><li>Pertumbuhan terhambat: Hormon pertumbuhan diproduksi lebih banyak saat tidur. Jika kurang tidur, proses ini bisa terganggu.</li><li>Sulit berkonsentrasi dan belajar: Anak yang kurang tidur cenderung sulit fokus, mudah lupa, dan prestasinya bisa menurun.</li><li>Mudah sakit: Kurang tidur bisa menurunkan sistem imun anak, membuatnya lebih rentan terkena infeksi.</li><li>Perubahan emosi: Anak yang kurang tidur lebih mudah marah, rewel, dan sulit mengendalikan emosinya.</li><li>Risiko kesehatan jangka panjang: Kurang tidur yang berkepanjangan bisa meningkatkan risiko obesitas, diabetes tipe 2, serta masalah kesehatan mental.</li></ul> Bagaimana jika Anak Tidur Terlalu Lama?[4]<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/6bcbf5463d5a7610b9572fe4814bc3948_1740216882438.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;"> Tidur yang cukup memang penting, tapi kalau anak tidur berlebihan juga bisa menjadi tanda adanya masalah. Beberapa alasan anak tidur lebih lama dari biasanya antara lain:<ul><li>Fase pertumbuhan: Bayi dan balita sering tidur lebih lama saat mengalami lonjakan pertumbuhan.</li><li>Kurang tidur sebelumnya: Jika anak mengalami "utang tidur", tubuhnya akan mencoba menggantinya dengan tidur lebih lama.</li><li>Kondisi medis: Anemia, gangguan tiroid, atau gangguan tidur seperti narkolepsi bisa membuat anak tidur lebih lama dari biasanya.</li><li>Lingkungan tidur yang kurang ideal: Suhu kamar yang nyaman dan suasana yang tenang bisa membuat anak tidur lebih nyenyak dan lama.</li></ul>Jika anak tidur berlebihan dan tetap tampak lelah saat bangun, ada baiknya MomDad segera berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan bahwa ia tidak mengalami kondisi medis tertentu. Ingat, MomDad, setiap anak punya kebutuhan tidur yang berbeda. Namun, rekomendasi di atas bisa jadi panduan bagi MomDad. Jika pola tidur si Kecil berubah drastis, anak mengalami tanda-tanda kurang tidur, atau tidurnya berlebihan sehingga sangat mengkhawatirkan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter. Dengan tidur yang cukup dan berkualitas, tumbuh kembang si Kecil pun bisa lebih optimal!<a href="https://primaku.page.link/sleeptraining" target="_blank"><img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/6e1873510607e5b4f393c720f311199bf_1740216954479.png" class="e-rte-image e-imginline e-resize" alt="Sleep-training (1).png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px; max-height: 821px;"></a> Nah, kalau MomDad masih bingung bagaimana cara membentuk kebiasaan tidur yang baik untuk si Kecil, yuk, ikuti<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/sleeptraining" title="https://primaku.page.link/sleeptraining" target="_blank"> Kelas Sleep Training bersama dr. Frecillia Regina, Sp.A, IBCLC</a> di Parenthood Institute! Di kelas ini, MomDad bisa belajar teknik sleep training yang sesuai usia anak, sehingga si Kecil bisa tidur lebih nyenyak dan berkualitas. <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/sleeptraining" title="https://primaku.page.link/sleeptraining" target="_blank">Klik di sini </a>untuk beli kelasnya dengan akses sepuasnya selama 1 tahun atau temukan kelas parenting lainnya <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/PI2024" title="https://primaku.page.link/PI2024" target="_blank">di sini.</a> Referensi:<ul><li>Paruthi, S., Brooks, L. J., D’Ambrosio, C., Hall, W. A., Kotagal, S., Lloyd, R. M., Malow, B. A., Maski, K., Nichols, C., Quan, S. F., Rosen, C. L., Troester, M. M., &amp; Wise, M. S. (2016). Consensus statement of the American Academy of Sleep Medicine on the recommended amount of sleep for healthy children: Methodology and discussion. Journal of Clinical Sleep Medicine, 12(11), 1549–1561.</li><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27707447/" title="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27707447/">https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27707447/ </a></li><li>Centers for Disease Control and Prevention. (2021). Racial and Ethnic Disparities in the Prevalence of Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder and Learning Disabilities Among U.S. Children Aged 3–17 Years — National Health Interview Survey, 2019. MMWR. Morbidity and Mortality Weekly Report, 70(38), 1387–1391. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.cdc.gov/mmwr/volumes/70/wr/mm7038a1.htm" title="https://www.cdc.gov/mmwr/volumes/70/wr/mm7038a1.htm">https://www.cdc.gov/mmwr/volumes/70/wr/mm7038a1.htm </a></li><li>Children’s Hospital Colorado. (n.d.). Sleep deprivation in kids. Retrieved February 19, 2025, from <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.childrenscolorado.org/conditions-and-advice/conditions-and-symptoms/conditions/sleep-deprivation/" title="https://www.childrenscolorado.org/conditions-and-advice/conditions-and-symptoms/conditions/sleep-deprivation/">https://www.childrenscolorado.org/conditions-and-advice/conditions-and-symptoms/conditions/sleep-deprivation/ </a></li><li>Children's National Hospital. (n.d.). How oversleeping and lack of sleep affect your child's mood. Retrieved February 19, 2025, from <a classname="e-rte-anchor" href="https://riseandshine.childrensnational.org/how-oversleeping-and-lack-of-sleep-affect-your-childs-mood/" title="https://riseandshine.childrensnational.org/how-oversleeping-and-lack-of-sleep-affect-your-childs-mood/">https://riseandshine.childrensnational.org/how-oversleeping-and-lack-of-sleep-affect-your-childs-mood/ </a></li></ul>

Berapa Lama Durasi Tidur yang Dibutuhkan Anak Setiap Hari?

berapa-lama-durasi-tidur-yang-dibutuhkan-anak-setiap-hari--1740217147274

Berjalan merupakan salah satu tahapan perkembangan anak yang paling ditunggu-tunggu para orang tua. Sayangnya, tanpa disadari, ada beberapa kesalahan yang justru bisa menghambat proses ini. Supaya optimal, coba hindari 5 hal berikut ini saat melatih si Kecil belajar berjalan, yuk, MomDad!1. Terlalu Dini Memberi SepatuSaat bayi mulai belajar berjalan, biarkan ia bertelanjang kaki di dalam rumah. Ini membantu si Kecil merasakan lantai dengan lebih baik dan melatih keseimbangan secara alami. Sepatu baru diperlukan ketika bayi mulai berjalan di luar rumah agar melindungi kakinya dari benda tajam atau permukaan kasar.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/af1a8c1b78d74ff09108e3fa66daa491b_1740131324445.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;"> Faktanya, anak-anak yang terbiasa berjalan tanpa alas kaki cenderung memiliki perkembangan lengkung kaki yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak yang sering memakai sepatu.[1,2] Selain itu, penggunaan sepatu sejak dini juga diduga dapat meningkatkan risiko kaki datar (flat feet), lho.[3,4]2. Menggunakan Sepatu dengan Sol Tebal dan KakuSepatu yang terlalu tebal atau kaku bisa menghambat gerakan alami kaki bayi. Sol yang fleksibel dan ringan lebih direkomendasikan agar si Kecil tetap bisa menyesuaikan langkahnya dengan baik. Jika terlalu tebal, bayi bisa kesulitan menapak dengan benar dan akhirnya ia kurang percaya diri saat belajar berjalan.[5]3. Terlalu Sering Memegang Tangan BayiWajar jika MomDad ingin membantu si Kecil agar tidak jatuh. Namun, jika terlalu sering menggandeng atau menarik tangannya saat berjalan, bayi bisa menjadi terlalu bergantung dan sulit mengembangkan keseimbangan sendiri. Biarkan ia mencoba berjalan sendiri dengan pengawasan agar koordinasi tubuhnya berkembang dengan baik.4. Menggunakan Baby Walker<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/b4f78c5e2ad536da816f93be95e740e8_1740131350201.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;"> Banyak orang tua mengira baby walker bisa membantu bayi belajar berjalan lebih cepat, padahal penggunaannya justru membuat bayi kurang terlatih untuk menyeimbangkan tubuhnya sendiri. Selain itu, baby walker juga meningkatkan risiko cedera karena bayi bisa bergerak terlalu cepat tanpa kendali.Pada dasarnya, belajar berjalan bukanlah hanya sekadar menggerakkan kedua kaki saja. Untuk dapat berjalan bayi perlu belajar berdiri dengan seimbang, menegakkan tubuhnya, serta melangkah tanpa berpegangan sembari menyeimbangkan tubuhnya. Bayi yang bergerak menggunakan baby walker tidak dapat belajar hal-hal yang telah disebutkan di atas.[6] Alih-alih menggunakan baby walker, lebih baik berikan ruang aman bagi bayi untuk berlatih berdiri dan berjalan sendiri atau MomDad bisa menggunakan push walker.5. Memaksa Bayi Berjalan Sebelum SiapSetiap anak berkembang dengan ritme yang berbeda. Ada yang mulai berjalan di usia 9 bulan, ada juga yang baru siap di usia 15 bulan. Hindari memaksanya berjalan sebelum tubuhnya siap, karena ini bisa membuat bayi stres dan kurang percaya diri.Belajar berjalan merupakan bagian dari milestone perkembangan anak yang perlu dipantau dengan baik. Jika si Kecil tidak menunjukkan tanda-tanda ingin berjalan setelah usia 18 bulan atau mengalami kesulitan dalam menopang tubuhnya, ini bisa menjadi tanda red flag yang perlu dikonsultasikan ke dokter.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/b6108558725c2a2024164873242224ae0_1740131381149.png" class="e-rte-image e-imginline" alt="Milestone-&amp;-redflag-.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;"> Untuk memahami lebih dalam tentang tahapan perkembangan anak dan tanda-tanda red flag lainnya, MomDad bisa mengikuti <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/milestoneredflag" title="https://primaku.page.link/milestoneredflag" target="_blank">SuperClass Kelas Milestone &amp; Red Flag bersama dr. Yoga Yandika, Sp.A. Di kelas ini, dr. Yoga, Sp.A </a>akan membahas perkembangan motorik anak secara detail, termasuk tips untuk mendukung si Kecil agar bisa berjalan dengan optimal. <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/milestoneredflag" title="https://primaku.page.link/milestoneredflag" target="_blank">Klik di sini</a> untuk mengakses kelasnya sekarang. Referensi:<ul><li>Echarri JJ, Forriol F. The development in footprint morphology in 1851 Congolese children from urban and rural areas, and the relationship between this and wearing shoes. J Pediatr Orthop B. 2003, 12: 141–146. doi: 10.1097/01.bpb.0000049569.52224.57</li><li>Rao UB, Joseph B. The Influence of Footwear on the Prevalence of Flat Foot. A Survey of 2300 Children. The Journal of Bone and Joint Surgery. British Volume. 1992;74: 525–527. doi: 10.1302/0301-620X.74B4.1624509</li><li>Didia BC, Omu ET, Obuoforibo AA. The use of footprint contact index II for classification of flat feet in a Nigerian population. Foot Ankle. 1987;7: 285–289. doi: 10.1177/10711007870070050</li><li>Sachithanandam V, Joseph B. The influence of footwear on the prevalence of flat foot. A survey of 1846 skeletally mature persons The Journal of Bone and Joint Surgery. British Volume. 1995;77B: 254–257.</li><li>Nemours KidsHealth. (n.d.). Baby shoes: Tips for the right fit. Retrieved from <a classname="e-rte-anchor" href="https://kidshealth.org/en/parents/baby-shoes" title="https://kidshealth.org/en/parents/baby-shoes">https://kidshealth.org/en/parents/baby-shoes </a></li><li>American Academy of Pediatrics. (n.d.). Baby walkers: Important safety information. Retrieved from <a classname="e-rte-anchor" href="https://publications.aap.org/patiented/article-abstract/doi/10.1542/peo_document011/80018/Baby-Walkers-Important-Safety-Information" title="https://publications.aap.org/patiented/article-abstract/doi/10.1542/peo_document011/80018/Baby-Walkers-Important-Safety-Information">https://publications.aap.org/patiented/article-abstract/doi/10.1542/peo_document011/80018/Baby-Walkers-Important-Safety-Information</a></li></ul>

Anak Menolak Makan, Bolehkah Disiasati dengan Pemberian Susu?

Anak Menolak Makan, Bolehkah Disiasati dengan Pemberian Susu?

Resep MPASI: Nasi Tim Ikan Tuna

Resep MPASI: Nasi Tim Ikan Tuna

Main Gadget Lebih dari 2 Hari dalam Seminggu Berisiko Speech Delay?

Main Gadget Lebih dari 2 Hari dalam Seminggu Berisiko Speech Delay?

Menurut Medis, Ini Usia Ideal untuk Anak Belajar Puasa

Menurut Medis, Ini Usia Ideal untuk Anak Belajar Puasa

Tips Menyusui saat berpuasa: Jangan Sampai Kurang Tidur, Ini Alasannya!

Tips Menyusui saat berpuasa: Jangan Sampai Kurang Tidur, Ini Alasannya!

Stimulasi Perkembangan Bahasa Bayi 6-12 Bulan untuk Cegah Speech Delay

Stimulasi Perkembangan Bahasa Bayi 6-12 Bulan untuk Cegah Speech Delay

Berapa Lama Durasi Tidur yang Dibutuhkan Anak Setiap Hari?

Berapa Lama Durasi Tidur yang Dibutuhkan Anak Setiap Hari?

5 Hal yang Perlu Dihindari saat Melatih si Kecil Belajar Jalan

5 Hal yang Perlu Dihindari saat Melatih si Kecil Belajar Jalan