Menciptakan suasana makan yang nyaman untuk si Kecil sangatlah penting. Menekan atau memberikan pressure pada anak untuk makan dapat menimbulkan masalah makan. Oleh karena itu, sebaiknya hindari ucapkan kata-kata ini kepada si Kecil saat ia sedang makan ya, MomDad!Memaksa<img src="https://storage.primaku.com/editor/1661596128299-d2548cd7.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="1661148318745-1e30767d.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Anak mungkin cenderung tidak suka makanan tertentu, misalnya seperti sayur. Hindari mengucapkan kata,“kamu harus habis nasinya,” atau “ayo dimakan sayurnya, semua!”Ucapan tersebut dapat membuat si Kecil tidak nyaman dan menimbulkan trauma.MenghukumMengucapkan “kalau makannya enggak habis, mama jewer kamu, lho” atau “kalau enggak mau makan, nanti kamu engga mama bolehin makan es krim lagi,” akan membuat si Kecil jadi tertekan karena ia tidak bisa belajar untuk mengatur emosinya. Si Kecil pun juga menyerap energi negatif dari orang tua karena ia terpaksa menghabiskan makanannya agar tidak dihukum.Melakukan permainan makanSeperti membawa sesendok penuh makanan mendekati mulut si Kecil dan berkata,“ini dia pesawat terbang mau masuk bandara” atau “eh, ini kereta apinya mau datang. Pintu stasiunnya dibuka dulu, yuk”.Sebisa mungkin, hindari mengajak si Kecil makan sambil bermain, agar ia bisa fokus terhadap makanannya.&nbsp;Merayu atau membujuk“Makan satu sendok lagi yu, Nak, supaya mama senang,” atau “makan satu sendok lagi deh, setelah itu selesai.”Membujuk anak untuk makan satu atau dua suap lagi dapat membuat ia bingung mengenal konsep lapar dan kenyang di dalam tubuhnya.&nbsp;Menyogok dan memberikan reward“Kalau makan segigit lagi, kamu boleh beli mainan besok.”Hindari kebiasaan memberikan reward pada anak dalam segala hal, termasuk urusan makan. Hal ini dapat menciptakan kebiasaan buruk, di mana anak dapat berpikir akan selalu mendapatkan hal yang diinginkan jika menuruti perkataan orang tuanya.Yuk, ciptakan suasana yang nyaman saat si Kecil makan agar ia bisa menikmati makanannya dan makan dengan tenang.Ingin tahu tips dan informasi lainnya seputar parenting? Ayo, baca artikel di aplikasi PrimaKu atau kunjungi&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/" title="https://primaku.com/" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">primaku.com</a>. Selain itu, MomDad bisa juga menonton seluruh tayangan ulang webinar di aplikasi, lho. Tak ketinggalan,&nbsp;follow&nbsp;juga akun&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Instagram</a>&nbsp;dan&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.tiktok.com/@officialprimaku" title="https://www.tiktok.com/@officialprimaku" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">TikTok</a>&nbsp;PrimaKu supaya enggak ketinggalan update informasi seputar kesehatan anak dan&nbsp;parenting lifestyle! Reference:&nbsp;Mommyclopedia Panduan Lengkap Merawat Batita oleh dr Meta Hanindita, Sp.A - Gramedia 2020

MomDad, Hindari Ucapkan Kata Ini Saat si Kecil Makan!

momdad--hindari-ucapkan-kata-ini-saat-si-kecil-makan-

Setiap ibu pasti ingin memberikan yang terbaik untuk buah hatinya. Mulai dari masa kehamilan, menyusui, hingga anak dewasa nantinya. Namun, di tengah perjuangan Mom, pasti ada saja komentar buruk mengenai hal tersebut.Misalnya saja saat masa menyusui. Kalau payudara lembek yang katanya tidak ada ASI. Mom mungkin mulai berpikir apakah bayi cukup ASI atau cara ASI booster? Nah, untuk menjawab pertanyaan ini, yuk simak penjelasan mengenai payudara lembek saat menyusui berikut ini!Penyebab payudara lembek saat menyusui<img src="https://storage.primaku.com/editor/1661505751728-04d89783.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="pexels-mart-production-7491259 (2).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Payudara akan terasa lebih lembek saat “isi” payudara berkurang. Arti hal ini bagi seorang ibu menyusui adalah ketika menyusui berjalan lancar dan bayi dapat mengosongkan payudara dengan efektif maka payudara akan terasa lebih lembek setelah sesi menyusui selesai.Pada minggu-minggu pertama proses menyusui, payudara akan sering terasa lebih kencang, penuh dan bahkan pada beberapa ibu dapat “meluap” dan membasahi pakaian ibu ketika tidak disusukan ke bayi. Hal ini merupakan hal yang normal karena pada minggu-minggu awal menyusui, tubuh ibu sedang menjajaki berapa volume ASI yang harus dihasilkan untuk mencukupi kebutuhan bayi.&nbsp;Namun, setelah 6-12 minggu proses menyusui, ibu mungkin mulai merasakan bahwa payudara tidak sekencang sebelumnya. Hal ini tidak berarti bahwa ASI ibu berkurang, melainkan karena tubuh ibu sudah dapat menyesuaikan antara “supply” atau pasokan ASI dengan “demand” atau kebutuhan bayi.Artinya, ASI Mom sudah bisa memenuhi kebutuhan ASI bayi dan merupakan pertanda baik bagi seorang ibu menyusui. Selain itu, bayi juga jadi tidak mudah tersedak saat menyusui karena supply and demand-nya sudah seimbang.Hal-hal yang membuat produksi ASI tidak keluar<img src="https://storage.primaku.com/editor/1661505586516-c09e777d.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="close-up-intimate-moment-mother-lactating-her-newborn-son-scene-innocence-protection-family-motherhood-lifestyle-concept_176420-12220.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Produksi ASI menganut prinsip supply and demand, yang artinya, ASI akan diproduksi seiring kebutuhan bayi. Semakin sering Mom mengosongkan payudara, baik dengan menyusui bayi maupun dengan memompa, maka produksi ASI akan semakin terangsang. Namun, meskipun memompa ASI juga dapat merangsang produksi ASI, stimulasinya tidak sekuat menyusu langsungASI sejatinya tidak pernah benar-benar “kosong”, karena ASI selalu diproduksi di dalam payudara ibu. Namun, payudara yang “kosong” akan memberi sinyal agar produksi ASI lebih cepat, sedangkan payudara yang “penuh” akan memberi sinyal agar produksi ASI diperlambat. Sehingga, jika pengosongan payudara tidak adekuat, maka ASI yang dihasilkan semakin lama akan semakin sedikit.Cara agar produksi ASI tetap lancar<img src="https://storage.primaku.com/editor/1661505620538-3ed37590.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1178789300-170667a(8).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Karena kunci produksi ASI adalah prinsip supply and demand, maka semakin sering ibu mengosongkan payudara, ASI pun akan semakin sering diproduksi. Hal yang dapat dilakukan untuk memastikan pengosongan payudara adekuat diantaranya:<ul><li style="text-align: justify;">Memastikan bayi menyusu dengan efektif</li><li style="text-align: justify;">Gunakan bantuan pijatan payudara untuk mengosongkan payudara secara sempurna</li><li style="text-align: justify;">Tawarkan bayi untuk menyusu pada kedua payudara, biarkan bayi menyelesaikan menyusu pada satu payudara terlebih dahulu sampai benar benar 'kosong', sebelum menawarkan payudara sebelahnya</li><li style="text-align: justify;">Apabila bayi tidak dapat mengosongkan payudara secara sempurna maka ibu dapat memompa payudara hingga benar-benar 'kosong'.</li></ul>Nah, sekarang Mom enggak perlu khawatir lagi mengenai payudara yang lembek, ya.&nbsp; Yang terpenting adalah Mom bisa menyusui si Kecil hingga genap 2 tahun dan memberikan nutrisi yang lengkap buat si Kecil.&nbsp;Ingin tahu tips dan informasi lainnya seputar ASI? Ayo, baca artikel di aplikasi PrimaKu atau kunjungi&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/" title="https://primaku.com/" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">primaku.com</a>. Selain itu, MomDad bisa juga menonton seluruh tayangan ulang webinar di aplikasi, lho. Tak ketinggalan,&nbsp;follow&nbsp;juga akun&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Instagram</a>&nbsp;dan&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.tiktok.com/@officialprimaku" title="https://www.tiktok.com/@officialprimaku" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">TikTok</a>&nbsp;PrimaKu supaya enggak ketinggalan update informasi seputar kesehatan anak dan&nbsp;parenting lifestyle!Sumber foto: FreepikArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Payudara Lembek Saat Menyusui, Apakah Tanda Tidak Ada ASI?

payudara-lembek-saat-menyusui--apakah-tanda-tidak-ada-asi-

Setiap orang tua pasti mengalami pengalaman pertama dalam merawat newborn. Wajar rasanya jika MomDad merasa was-was saat merawat si Kecil. "Apakah yang dilakukan selama ini sudah benar?" Nah, mungkin tanpa sadar, MomDad pernah melakukan kesalahan dalam merawat newborn. Berikut kesalahan umum merawat newborn yang wajib MomDad tahu, agar tidak mengulanginya kembali.&nbsp;Menyusui kaku mengikuti jadwal<img src="https://storage.primaku.com/editor/1661408931006-6515947e.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1178789300-170667a(11).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Menyusui seharusnya mengikuti permintaan si Kecil (on demand), sehingga Mom perlu belajar bagaimana mengenali tanda-tanda lapar yang ditunjukkan si Kecil, sebelum akhirnya menangis.Bayi yang menangis karena lapar sebenarnya sudah di tahap akhir fase laparnya. Jadi, apabila si Kecil sudah menunjukkan tanda lapar seperti memasukkan tangan ke dalam mulut, kepala menengok ke kanan kiri mencari puting, terbangun, menjadi lebih aktif, mengecap-ngecap dan membuka mulut, maka Mom tidak perlu menunggu 3 jam berlalu untuk menyusuinya.Menempelkan koin di tali pusat yang sudah puput supaya tidak ‘bodong’<img src="https://storage.primaku.com/editor/1661409017147-ed363494.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="bolognese.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Menempelkan koin di area tali pusat dapat berisiko menimbulkan iritasi akibat penggunaan plester yang digunakan atau infeksi karena kotoran yang menempel pada koin.&nbsp;Tindakan ini juga sebenarnya tidak berfungsi menutup lubang yang masih terbuka di pusar saat si Kecil baru lahir. Pasalnya, lubang ini akan menutup apabila ada aktivitas otot dinding perut dan biasanya menutup sempurna pada usia 4-5 tahun.Justru, menempelkan koin di tali pusat akan membuat ukuran ‘lubang’ menjadi besar (&gt; 1,5 cm). Hal ini akan menurunkan risiko tertutupnya lubang dengan sempurna.Bercanda secara berlebihan<img src="https://storage.primaku.com/editor/1661409093452-6f6c83ce.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="bolognese.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Melihat si Kecil tertawa tentu adalah momen yang bisa membuat hati orang tua luluh. Untuk membuatnya tertawa, bercanda adalah kegiatan yang dilakukan banyak orang tua. Bercanda memang boleh saja, namun MomDad perlu tahu <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/dDU1" title="https://primaku.page.link/dDU1" target="_blank">kebiasaan bercanda buruk yang justru membahayakan si Kecil</a>. Misalnya seperti menggelitik, mengguncang, hingga mengagetkan bayi.&nbsp;Itulah beberapa kesalahan yang kerap kali dilakukan saat merawat newborn. Semoga penjelasan di atas bermanfaat ya untuk MomDad.Ingin tahu tips dan informasi lainnya seputar kesehatan si Kecil? Ayo, baca artikel di aplikasi PrimaKu atau kunjungi&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/" title="https://primaku.com/" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">primaku.com</a>. Selain itu, MomDad bisa juga menonton seluruh tayangan ulang webinar di aplikasi, lho. Tak ketinggalan,&nbsp;follow&nbsp;juga akun&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Instagram</a>&nbsp;dan&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.tiktok.com/@officialprimaku" title="https://www.tiktok.com/@officialprimaku" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">TikTok</a>&nbsp;PrimaKu supaya enggak ketinggalan update informasi seputar kesehatan anak dan&nbsp;parenting lifestyle! Sumber foto: FreepikArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Hindari Lakukan Hal Ini pada Newborn, MomDad!

hindari-lakukan-hal-ini-pada-newborn--momdad-

Jatuh dari tempat tidur, saat bermain, atau aktivitas lain kerap terjadi pada anak-anak. Tak jarang, kejadian tersebut mencederai kepalanya yang menyebabkan trauma. Sebagian besar kasus trauma kepala pada anak merupakan kejadian minor atau ringan yang tidak menyebabkan kerusakan otak. Namun, dapat terjadi trauma kepala yang berat pada kondisi-kondisi tertentu, seperti pada kecelakaan lalu-lintas, kecelakaan sepeda, atau child abuse. Lalu, apa pertolongan pertama yang harus dilakukan saat anak terjatuh dan mengalami trauma kepala?Bisa ditangani di rumah<img src="https://storage.primaku.com/editor/1661248136049-ac9981d5.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="i-dont-want-sleep-now-shot-mother-trying-put-her-baby-sleep_590464-41877.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Jika anak terjatuh di rumah, khususnya dari tempat tidur, MomDad tidak perlu langsung panik untuk membawanya ke rumah sakit dan bisa diatasi sendiri. Ada beberapa kriteria yang memperbolehkan anak dengan trauma kepala boleh dirawat sendiri di rumah, antara lain:<ul><li style="text-align: justify;">Anak bersikap seperti biasa setelah kejadian.</li><li style="text-align: justify;">Anak mungkin menangis karena nyeri atau takut sesaat setelah kejadian, namun hanya berlangsung singkat.</li><li style="text-align: justify;">Tidak dijumpai tanda-tanda mual atau muntah berulang</li><li style="text-align: justify;">Anak sadar penuh setelah trauma terjadi dan dapat merespon dengan baik ketika diajak berinteraksi. Jawaban anak sesuai dengan pertanyaan yang diajukan dan sesuai dengan kondisi saat tersebut. Misalnya, jika anak terjatuh di rumah, orang tua dapat menanyakan: “Kamu sedang ada di mana sekarang?” dan anak menjawab, “Di rumah”</li><li style="text-align: justify;">Anak dalam kondisi sehat sebelum terjadinya trauma.</li><li style="text-align: justify;">Tidak disertai luka atau trauma di bagian tubuh lain.</li><li style="text-align: justify;">Tidak ada luka terbuka di wajah atau di kepala.</li><li style="text-align: justify;">Terjatuh dari ketinggian kurang dari 1 meter pada anak lebih dari 12 bulan.</li><li style="text-align: justify;">Pertolongan pertama trauma kepala</li></ul>Berikut ini beberapa hal yang bisa MomDad lakukan di rumah saat anak mengalami trauma kepala:<ul><li style="text-align: justify;">Setelah kejadian, pastikan ada orang dewasa yang dapat memantau setidaknya selama 24 jam pasca trauma.</li><li style="text-align: justify;">Anak juga harus dipantau berkala setiap 2-3 jam sekali selama setidaknya 72 jam setelah trauma terjadi karena kondisi yang lebih serius dapat menimbulkan gejala kemudian.</li><li style="text-align: justify;">Berikan kompres dingin selama 20 menit untuk mengurangi pembengkakan dan untuk mengurangi nyeri.</li><li style="text-align: justify;">Jika anak ingin tidur, orang tua dapat mengawasi dan mengecek kondisi anak setiap 2-3 jam untuk melihat apakah ia mudah dibangunkan, bergerak dengan normal, dapat mengenali orang tua, dan merespon.</li><li style="text-align: justify;">Antinyeri seperti parasetamol dapat diberikan.</li></ul>Namun, jika beberapa cara di atas dirasa tak membuat kondisi si Kecil membaik, MomDad perlu segera membawanya ke rumah sakit, terutama jika terjadi beberapa hal berikut:<ul><li style="text-align: justify;">Trauma terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan (sebaiknya dikonsultasikan ke dokter terlebih dahulu karena gejala yang ditimbulkan sering kali tidak jelas)</li><li style="text-align: justify;">Anak pingsan walaupun kurang dari 1 menit</li><li style="text-align: justify;">Anak muntah lebih dari 1 kali setelah kejadian</li><li style="text-align: justify;">Anak tidak dapat berhenti menangis</li><li style="text-align: justify;">Anak mengalami nyeri kepala yang semakin memburuk</li><li style="text-align: justify;">Tampak lemas atau sakit</li><li style="text-align: justify;">Kesulitan bicara (bicara menjadi tidak jelas), kesulitan berjalan (sering terantuk, tidak seimbang), atau kesulitan melihat</li><li style="text-align: justify;">Anak tidak mengenali orang tuanya</li><li style="text-align: justify;">Tampak bingung dan terlihat tidak baik-baik saja</li><li style="text-align: justify;">Anak tampak mengantuk terus menerus dan sulit dibangunkan</li><li style="text-align: justify;">Keluarnya darah dari hidung dan telinga</li><li style="text-align: justify;">Terdapat bunyi “nging” terus menerus di telinga (pada anak yang sudah bisa menjelaskan gejalanya)</li><li style="text-align: justify;">Timbul gerakan-gerakan abnormal atau kejang atau gerakan lain yang membuat orangtua khawatir</li></ul>Itu dia bagaimana cara menangani si Kecil yang jatuh saat berada di rumah. Semoga saja si Kecil tetap terjaga dan tidak mengalaminya ya, MomDad.Ingin tahu tips dan informasi lainnya seputar&nbsp;kesehatan si Kecil? Ayo, baca artikel di aplikasi PrimaKu atau kunjungi&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/" title="https://primaku.com/" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">primaku.com</a>. Selain itu, MomDad bisa juga menonton seluruh tayangan ulang webinar di aplikasi, lho. Tak ketinggalan,&nbsp;follow&nbsp;juga akun&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Instagram</a>&nbsp;dan&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.tiktok.com/@officialprimaku" title="https://www.tiktok.com/@officialprimaku" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">TikTok</a>&nbsp;PrimaKu supaya enggak ketinggalan update informasi seputar kesehatan anak dan&nbsp;parenting lifestyle! Referensi:<ul><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/health-issues/injuries-emergencies/Pages/Head-Injury.aspx" title="https://www.healthychildren.org/English/health-issues/injuries-emergencies/Pages/Head-Injury.aspx">https://www.healthychildren.org/English/health-issues/injuries-emergencies/Pages/Head-Injury.aspx</a></li><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://kidshealth.org/en/parents/head-injury.html?WT.ac=p-ra" title="https://kidshealth.org/en/parents/head-injury.html?WT.ac=p-ra">https://kidshealth.org/en/parents/head-injury.html?WT.ac=p-ra</a></li><li style="text-align: justify;">Mangunatmadja I, Handryastuti S, Dewi MR. Rekomendasi penatalaksanaan trauma kepala. UKK Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2016</li></ul>Sumber foto: FreepikArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Pertolongan Pertama pada Anak yang Jatuh dari Tempat Tidur

pertolongan-pertama-pada-anak-yang-jatuh-dari-tempat-tidur

Sama seperti puting, setiap perempuan pasti memiliki ukuran payudara yang berbeda. Nah, biasanya ukuran payudara yang kecil menjadi kekhawatiran bagi para Mom karena kerap dikaitkan dengan produksi ASI yang sedikit. Namun, apakah pernyataan ini benar? Yuk, simak penjelasannya di bawah!Mitos vs fakta ukuran payudara pengaruhi produksi ASI<img src="https://storage.primaku.com/editor/1661233455042-9bec9b49.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="bantal 2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Mom tak perlu khawatir, karena ukuran payudara sama sekali tidak memengaruhi jumlah ASI yang diproduksi. Mungkin Mom bertanya, kenapa ukuran payudara bisa berbeda? Jawabannya adalah karena ukuran payudara hanya mengukur storage capacity atau kapasitas penyimpanan ASI, bukannya volume produksi ASI. Payudara yang kecil mungkin memiliki kapasitas penyimpanan ASI yang lebih kecil dibandingkan ibu dengan ukuran payudara besar.Namun, ibu dengan payudara kecil tetap dapat memproduksi ASI dalam jumlah yang sama. Hal ini dapat diibaratkan jika kita ingin mengisi ember 5L, maka kita tetap dapat menggunakan gayung kecil maupun gayung besar, perbedaannya hanyalah frekuensi menciduk air dengan gayung kecil harus lebih sering dibandingkan gayung besar untuk dapat memenuhi volume yang sama.&nbsp;Selain itu, Mom juga pasti menyadari bahwa ukuran payudara akan membesar ketika akan memulai masa menyusui. Hal ini juga sangat normal. Pasalnya, pertumbuhan jaringan payudara akibat perubahan hormonal. Mengacu penjelasan di atas, ukuran payudara tidak seharusnya menjadi kekhawatiran, karena setiap ukuran payudara dapat memproduksi volume ASI yang sama.Nah, sekarang pertanyaannya adalah bagaimana Mom dapat menjaga produksi ASI sesuai volume yang dibutuhkan si Kecil? Seperti yang dijelaskan di atas, Mom harus lebih meningkatkan frekuensi pengosongan payudara. Hal ini sejalan dengan prinsip supply dan demand, bahwa semakin sering dikosongkan atau dihabiskan maka produksi juga semakin banyak.&nbsp;Apakah bentuk payudara pengaruhi produksi ASI?&nbsp;<img src="https://storage.primaku.com/editor/1661243047271-72889aa9.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="hands-mother-put-baby-s-diaper-hygiene-newborn-child_74906-3235.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Bentuk payudara tidak memengaruhi produksi ASI. Namun, beberapa Mom memang mengalami yang disebut Insufficient Glandular Tissue (IGT), kondisi yang diakibatkan oleh tidak cukupnya kelenjar yang memproduksi ASI di payudara, sehingga ibu dengan kondisi ini akan memiliki produksi ASI yang rendah. Tanda-tanda dari IGT adalah payudara yang tidak membesar selama kehamilan, produksi ASI sedikit, bentuk payudara seperti segitiga (conal) dan jarak antar puting yang lebar.Nah itu dia penjelasan mengenai mitos bahwa ukuran dan bentuk payudara yang mempengaruhi produksi ASI. Semoga membantu menjawab rasa penasaran MomDad, ya.Ingin tahu tips dan informasi lainnya seputar&nbsp;ASI? Ayo, baca artikel di aplikasi PrimaKu atau kunjungi&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/" title="https://primaku.com/" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">primaku.com</a>. Selain itu, MomDad bisa juga menonton seluruh tayangan ulang webinar di aplikasi, lho. Tak ketinggalan,&nbsp;follow&nbsp;juga akun&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Instagram</a>&nbsp;dan&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.tiktok.com/@officialprimaku" title="https://www.tiktok.com/@officialprimaku" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">TikTok</a>&nbsp;PrimaKu supaya enggak ketinggalan update informasi seputar kesehatan anak dan&nbsp;parenting lifestyle! Sumber foto: FreepikArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Mitos vs Fakta, Ukuran Payudara Memengaruhi Produksi ASI?

mitos-vs-fakta--ukuran-payudara-memengaruhi-produksi-asi-

Refleks adalah reaksi otomatis otot terhadap adanya stimulasi. Sensasi atau stimulasi tertentu akan menghasilkan respon otot yang spesifik. Refleks yang ditemukan pada bayi saat lahir adalah refleks yang dibawa sejak dari dalam kandungan. Refleks ini sangat penting untuk pertahanan hidup bayi. Refleks bawaan sejak bayi dalam kandungan normal terjadi sampai usia tertentu dan akan hilang di usia tertentu.Ada juga refleks yang normal baru muncul pada usia tertentu. MomDad perlu mengenali refleks-refleks normal untuk usia tertentu, tetapi mungkin menjadi tidak normal bila masih muncul pada usia selanjutnya. Bila refleks tidak normal ini muncul, bayi dapat segera dibawa ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut.Refleks normal pada bayiBerikut ini jenis refleks normal pada bayi yang perlu MomDad kenali:<img src="https://storage.primaku.com/editor/1661162631002-df8fd856.png" class="e-rte-image e-imginline e-resize" alt="nn.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> <img src="https://storage.primaku.com/editor/1661163067647-d2d7b0fb.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="father-smiling-playing-with-baby_23-2148354768.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> <img src="https://storage.primaku.com/editor/1661163120615-71cab11a.png" class="e-rte-image e-imginline" alt="ppp.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> <img src="https://storage.primaku.com/editor/1661162998774-5a2a2e9a.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="portrait-excite-optimistic-young-adult-father-with-his-toddler-baby-girl-playing-together-home-pretending-kid-flying-like-plane-male-hands-expressing-happiness_176532-16407.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Refleks tidak normal pada bayiTimbulnya refleks pada kisaran usia yang sesuai menandakan fungsi sistem saraf yang baik. Bila bayi berkembang normal, refleks awal kehidupan ini akan menghilang sesuai usia, dan akan digantikan oleh refleks postural yang akan menunjang gerak dan koordinasi saat dewasa.Ditemukannya refleks tertentu pada usia di mana seharusnya refleks itu sudah menghilang menandakan adanya gangguan saraf yang harus dievaluasi penyebabnya. Selain itu, respon refleks yang tidak sesuai seharusnya, misalnya respon refleks moro yang asimetris (hanya bergerak di salah satu sisi saja), juga merupakan hal yang perlu dievaluasi lebih lanjut.Ingin tahu tips dan informasi lainnya seputar newborn? Ayo, baca artikel di aplikasi PrimaKu atau kunjungi&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/" title="https://primaku.com/" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">primaku.com</a>. Selain itu, MomDad bisa juga menonton seluruh tayangan ulang webinar di aplikasi, lho. Tak ketinggalan,&nbsp;follow&nbsp;juga akun&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Instagram</a>&nbsp;dan&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.tiktok.com/@officialprimaku" title="https://www.tiktok.com/@officialprimaku" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">TikTok</a>&nbsp;PrimaKu supaya enggak ketinggalan update informasi seputar kesehatan anak dan&nbsp;parenting lifestyle! Referensi:<ul><li style="text-align: justify;">Beltre G, Mendez MD. Child development. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK564386" title="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK564386">https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK564386 </a></li><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="http://www.healthofchildren.com/N-O/Neonatal-Reflexes.html#ixzz7aOQSw73R" title="http://www.healthofchildren.com/N-O/Neonatal-Reflexes.html#ixzz7aOQSw73R">http://www.healthofchildren.com/N-O/Neonatal-Reflexes.html#ixzz7aOQSw73R </a></li><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=newborn-reflexes-90-P02630" title="https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=newborn-reflexes-90-P02630">https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=newborn-reflexes-90-P02630 </a></li><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.mountsinai.org/health-library/symptoms/infant-reflexes" title="" target="_blank">https://www.mountsinai.org/health-library/symptoms/infant-reflexes</a> </li><li style="text-align: justify;">Table after Child Development, 6th ed. Wm. C. Brown Communications, Inc., 1994.</li></ul>Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Mengetahui Refleks Normal dan Tidak Normal pada Bayi

mengetahui-refleks-normal-dan-tidak-normal-pada-bayi

Melihat bayi tertawa menjadi kesenangan tersendiri bagi para orang tua. Tak jarang MomDad memiliki keinginan untuk bercanda untuk membuatnya tertawa bahagia. Namun, tahukah MomDad kalau bercanda berlebihan juga bisa berdampak buruk untuk si Kecil?Yap, bercanda dengan bayi terutama yang masih di bawah usia satu tahun, dengan cara mengguncang tubuhnya bisa berbahaya, lho. Untuk mengetahui kebiasaan apa saja yang bisa membahayakan bayi, yuk simak berikut ini!Menggelitik bayi<img src="https://storage.primaku.com/editor/1661148589229-f0dbbf44.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="father-smiling-playing-with-baby_23-2148354768.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Ketika seseorang digelitik, hal itu akan memicu respon otomatis di otak yaitu tertawa. Hal ini tidak berarti bahwa seorang bayi/anak senang karena digelitik. Menggelitik secara berlebihan dapat menimbulkan nyeri dada ataupun nyeri perut pada bayi, serta berisiko menimbulkan bahaya tersedak karena bayi yang tertawa saat digelitik akan berusaha menarik napas dengan cepat, dan dapat menghirup air liurnya sendiri.&nbsp;Selain itu menggelitik yang berlebihan juga dapat memicu cegukan. Nah, karena bayi juga belum bisa berbicara, perhatikan tanda-tanda bayi yang merasa tidak nyaman dan lebih baik tidak melakukannya lagi, ya.&nbsp;Mengguncang bayi<img src="https://storage.primaku.com/editor/1661148643200-cb3089ae.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="woman-with-long-hair-tickles-throws-up-laughing-baby-light-colored-home-sweater_197531-17240.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Bayi yang berusia di bawah satu tahun belum siap dengan gerakan yang kencang terutama guncangan. Guncangan yang terlalu keras dapat mengakibatkan shaken baby syndrome yang merupakan cedera otak yang serius. Gejalanya dapat berupa: pingsan, sulit dibangunkan, kejang, kesulitan bernapas, muntah menyemprot, sianosis atau kebiruan, kelumpuhan bahkan sampai koma dan kematian.&nbsp;Melempar bayi ke udara<img src="https://storage.primaku.com/editor/1661148318745-1e30767d.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="father-throws-up-spins-daughter-nature-summer-day-vacation-dad-girl-playing-park-sunlight-girl-flying-concept-happy-family-closeup_180731-4190.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Bayi belum memiliki kontrol leher serta batang tubuh yang baik. Jika bayi diajak bercanda dengan melempar-tangkapnya ke udara, maka otak yang berada dalam tengkorak bayi dapat terguncang dan mengakibatkan memar, pembengkakan bahkan perdarahan otak, yang dapat disebut juga sebagai shaken baby syndrome.&nbsp;Gejalanya hampir sama dengan mengguncang bayi. Komplikasi apabila bayi “selamat” dari kondisi ini juga berat, diantaranya kebutaan, palsi serebral, gangguan perkembangan, disabilitas intelektual, dan&nbsp;Mengagetkan<img src="https://storage.primaku.com/editor/1661148388177-be70a7df.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="0b7c930e-72c3-484a-bfc1-17df7b812cae.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Bermain hingga membuat bayi tertawa memang menyenangkan ya, MomDad. Tapi, kalau dengan cara mengagetkan berlebihan, bayi bisa saja menangis dan berpotensi membuatnya trauma, lho. Saat kaget seseorang akan masuk ke mode fight or flight yang membuat kondisi tubuh “alert” atau siaga terhadap ancaman berbahaya.&nbsp;Otak dan sistem saraf otonom akan memerintahkan organ-organ tubuh untuk mengeluarkan hormone dan senyawa kimia yang mempersiapkan seseorang menghadapi kondisi tersebut. Efek yang terjadi adalah peningkatan detak jantung, aliran darah ke otot, perlambatan gerak saluran cerna, dan pelebaran pupil mata.Mengayun dengan kencang&nbsp;<img src="https://storage.primaku.com/editor/1661148515669-ec978e99.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="portrait-excite-optimistic-young-adult-father-with-his-toddler-baby-girl-playing-together-home-pretending-kid-flying-like-plane-male-hands-expressing-happiness_176532-16407.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Sama halnya dengan mengguncang dan melempar bayi ke udara, mengayun tubuh bayi dengan kencang seperti sedang naik pesawat juga bisa berbahaya, lho. Selain mengalami shaken baby syndrome, bayi juga berisiko terlepas dari genggaman orang tua dan terjatuh. Pada kondisi yang serius, bercanda model ini juga bisa membuat si Kecil mengalami pendarahan otak, patah tulang hingga penurunan kesadaran.Nah, itu dia beberapa candaan orang dewasa yang ternyata bisa berdampak buruk bagi bayi. Meskipun terlihat sepele dan hanya candaan yang sudah kebiasaan, penjelasan di atas semoga bisa jadi bahan pertimbangan bagi orang tua saat bermain dengan bayi, ya. Jangan sampai candaan yang kita maksud untuk sebuah kesenangan justru dapat mengancam keselamatan si Kecil.&nbsp;Ingin tahu tips dan informasi lainnya seputar kesehatan si Kecil? Ayo, baca artikel di aplikasi PrimaKu atau kunjungi&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/" title="https://primaku.com/" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">primaku.com</a>. Selain itu, MomDad bisa juga menonton seluruh tayangan ulang webinar di aplikasi, lho. Tak ketinggalan,&nbsp;follow&nbsp;juga akun&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Instagram</a>&nbsp;dan&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.tiktok.com/@officialprimaku" title="https://www.tiktok.com/@officialprimaku" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">TikTok</a>&nbsp;PrimaKu supaya enggak ketinggalan update informasi seputar kesehatan anak dan&nbsp;parenting lifestyle! Sumber foto: FreepikArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.