Positional plagiocephaly/brachycephaly (PPB) adalah kondisi ketidaksimetrisan bentuk kepala yang umum dijumpai pada bayi sampai usia beberapa bulan. Kondisi ini lebih dikenal di masyarakat sebagai &ldquo;kepala peyang&rdquo;. Ketidaksimetrisan ini dapat dijumpai di belakang kepala (tampak datar) dengan penonjolan dahi (brachycephaly), atau kepala tampak miring ke salah satu sisi dengan ketidaksime trisan letak telinga (plagiocephaly).
&nbsp;
<h2>Apa penyebab kepala peyang?</h2>
<h3>1. Faktor di dalam kandungan atau saat dilahirkan</h3>
Kepala bayi mengalami penekanan saat melewati jalan lahir, sehingga pada saat lahir bentuk kepala bayi dapat tampak agak lonjong. Beberapa prosedur yang dilakukan seperti forsep atau vakum saat proses kelahiran juga dapat mempengaruhi bentuk kepala bayi saat lahir. Kadang-kadang, posisi di dalam kandungan juga dapat berpengaruh.
&nbsp;
<h3>2. Bayi prematur</h3>
Bayi prematur rentan mengalami masalah bentuk kepala karena biasanya bayi masih terlalu lemah untuk menggerakkan kepalanya, serta tengkoraknya yang masih lunak saat lahir.
&nbsp;
<h3>3. Posisi</h3>
Berada dalam satu posisi yang sama terus menerus akan mengakibatkan penekanan kepala bayi di satu titik dan menyebabkan bentuk yang tidak simetris. Kondisi inilah yang disebut sebagai positional plagiocephaly. Derajatnya bisa ringan, sedang, hingga berat.
&nbsp;
<h3>4. Tortikolis</h3>
Tortikolis adalah kekakuan otot leher yang mengakibatkan seorang bayi kesulitan memiringkan kepalanya ke satu sisi. Hal ini berakibat posisi tidur bayi hanya menitikberatkan ke salah satu sisi dan dapat mengakibatkan positional plagiocephaly.
&nbsp;
<h3>5. Kraniosinostosis</h3>
Pada kondisi ini, kepala peyang terjadi akibat penyatuan dan penutupan ubun-ubun yang terlalu awal. Untuk memperbaikinya diperlukan intervensi pembedahan.
&nbsp;
<h2>Apakah kepala peyang dapat hilang seiring waktu?</h2>
Ya, kepala peyang yang disebabkan posisi akan berkurang seiring dengan perkembangan kepala dan kemampuan motor bayi. Mendekati usia 3 bulan bayi mulai memiliki kontrol kepala yang lebih baik sehingga sudah dapat mulai miring atau tengkurap. Hal ini akan mengurangi waktu bayi berada dalam posisi terlentang.
&nbsp;
<h2>Apa yang bisa saya lakukan untuk mencegah atau mengurangi risiko terjadinya kepala peyang ?</h2>
<ul>
<li>Sering mengganti posisi kepala bayi saat tidur (miring kanan/ miring kiri)</li>
<li>Pada saat tidur atau mengganti popok, letakkan kepala bayi pada posisi yang berbeda-beda. Misalnya, sekali-sekali di sebelah utara, lain kali di sebelah selatan. Atau, bergantian antara barat dan timur, tergantung posisi tempat tidur bayi. Bayi akan cenderung menoleh ke arah cahaya atau ke arah suara.</li>
<li>Gunakan lengan bergantian saat menggendong bayi, kadang-kadang di lengan kanan, kadang-kadang di lengan kiri , termasuk saat menyusui bayi</li>
<li>Gendong bayi dengan cara yang berbeda-beda, misalnya menggunakan baby carrier atau baby sling</li>
<li>Stimulasi bayi menggunakan mainan agar ia tertarik memiringkan kepalanya ke dua sisi secara bergantian</li>
<li>Tummy time! Tummy time hanya boleh dilakukan saat bayi bangun dan harus dengan pengawasan ya mom ...</li>
<li>HINDARI POSISI TENGKURAP UNTUK TIDUR KARENA DAPAT MENYEBABKAN KEMATIAN MENDADAK! (sudden infant death syndrome/ SIDS)</li>
</ul>
&nbsp;
<h2>Kapan saya harus mengkonsultasikan kondisi peyang ke dokter?</h2>
<ul>
<li>Bayi tampak memiliki preferensi untuk memiringkan kepala hanya ke salah satu sisi</li>
<li>Orangtua khawatir dengan bentuk kepala bayi</li>
<li>Ubun-ubun bayi tampak mengeras dan menutup lebih awal</li>
<li>Bayi memiliki bentuk kepala yang tidak lazim, atau ada bagian datar yang belum menunjukkan perubahan ke arah normal sekitar usia 2 bulan (saat bayi mulai memiliki kontrol kepala yang lebih baik)</li>
<li>pertumbuhan ukuran lingkar kepala tidak sesuai kurva pertumbuhan lingkar kepala</li>
</ul>
&nbsp;
<h2>Apakah kepala peyang akan mempengaruhi perkembangan anak saya?</h2>
Kondisi kepala peyang yang ringan tidak mempengaruhi perkembangan, namun jika derajatnya sedang hingga berat mungkin merupakan tanda adanya kondisi lain yang harus dievaluasi.
&nbsp;
Penulis: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A
Editor: Prof. Dr. Madarina Julia, Sp.A (K), MPH., Ph.D
&nbsp;

Kepala peyang, apakah berbahaya?

kepala-peyang--apakah-berbahaya-

&nbsp;
Pertumbuhan janin terhambat (PJT) merupakan kondisi yang menunjukkan bahwa laju pertumbuhan janin di dalam rahim tidak sesuai dengan usia kehamilan ibu. Pertumbuhan janin terhambat dapat disebabkan oleh faktor ibu, faktor plasenta, faktor janin atau genetik, atau kombinasi dari hal-hal tersebut. Beberapa faktor ibu antara lain adalah usia yang terlalu muda atau terlalu tua (di bawah 16 tahun atau di atas 35 tahun), jarak antar kehamilan yang terlalu dekat (kurang dari 6 bulan), adanya penyakit ibu, ibu merokok, dan infeksi TORCH (toxoplasma, rubella, cytomegalovirus, herpes). Penyebab yang berasal dari plasenta yang paling sering adalah preeklamsia, yaitu aliran darah dari plasenta ke bayi yang terganggu. Faktor yang berasal dari janin umumnya adalah masalah kelainan kromosom atau kelainan bawaan lainnya.
&nbsp;
Pemeriksaan kehamilan berkala dapat membantu untuk mendeteksi PJT lebih awal. Dengan terdeteksi lebih awal, dapat diusahakan perencanaan tata laksana yang lebih optimal untuk mencapai kondisi bayi yang lebih baik. Pada saat ibu memeriksakan kehamilannya, dokter kebidanan dapat melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk mengukur lingkar kepala, lingkar perut, dan panjang paha janin untuk memperkirakan berat badan janin. Taksiran berat badan tersebut kemudian dibandingkan dengan rentang berat janin normal untuk usia kehamilan pada saat pemeriksaan. Pemeriksaan USG juga dapat digunakan untuk mendeteksi masalah lain seperti masalah plasenta atau jumlah air ketuban yang berkurang.
&nbsp;
Tata laksana janin dengan PJT bergantung pada usia kehamilan ibu dan kondisi janin. Kelahiran akan diupayakan sedekat mungkin dengan usia kehamilan yang cukup. Pilihan tata laksana tentu akan didiskusikan oleh dokter kebidanan yang menangani.
&nbsp;
Kondisi PJT dapat diusahakan untuk dicegah melalui beberapa hal. Kecukupan nutrisi ibu hamil atau remaja wanita merupakan salah satu langkah awal yang penting. Kenaikan berat badan ibu selama kehamilan dapat mencerminkan nutrisi yang didapat oleh janin. Apabila ibu memiliki penyakit tertentu, pengobatan yang teratur akan sangat membantu. Suplementasi vitamin dan mineral, pencegahan infeksi, dan pengaturan jarak antar kehamilan termasuk upaya untuk mencegah PJT. Ibu dengan riwayat preeklamsia dapat diberikan obat-obatan tertentu untuk mencegah berulangnya preeklamsia. Rokok, alkohol, dan konsumsi obat-obatan narkotika harus dihindari.
&nbsp;
Pertumbuhan janin terhambat dapat menyebabkan berbagai komplikasi saat bayi baru lahir maupun di usia yang lebih besar. Beberapa masalah yang dapat timbul antara lain adalah kesulitan bernapas saat lahir, gangguan metabolisme gula darah, gangguan pengaturan suhu tubuh, hingga gangguan tumbuh kembang di kemudian hari. Pencegahan dan deteksi awal PJT dapat memberikan luaran bayi yang lebih baik dan tentunya mendukung optimalisasi 1000 hari pertama kehidupannya.
&nbsp;
<h3>Referensi:</h3>
<ol>
<li>Sharma D, Shastri S, Sharma P. Intrauterine growth restriction: antenatal and postnatal aspects. Clin Med Insights Pediatr. 2016;10:67-83.</li>
</ol>

Berkenalan dengan kondisi pertumbuhan janin terhambat

berkenalan-dengan-kondisi-pertumbuhan-janin-terhambat

Tali pusat bayi baru lahir akan lepas dengan sendirinya dalam beberapa hari-minggu pasca kelahiran. Orangtua perlu menjaga tali pusat tetap bersih dan kering sampai terlepas sendiri. Beberapa praktik yang umum dikerjakan namun tidak diperlukan, seperti mengoleskan alkohol, salep atau cairan antiseptik di sekitar tali pusat berisiko menyebabkan iritasi kulit serta membunuh bakteri yang dapat membantu pelepasan tali pusat.
&nbsp;
Saat memandikan bayi dengan tali pusat yang belum puput (lepas), baik hanya dengan membasahi tubuh bayi dengan kain basah atau dengan memandikan bayi di bak mandi bayi, tali pusat harus dikeringkan setelahnya dengan kain/ handuk halus yang bersih. Jaga tali pusat tetap kering dan bersih.
&nbsp;
Jika bayi menggunakan popok atau popok sekali pakai, lipatlah bagian atasnya hingga terletak di bawah tali pusat agar tali pusat tidak terkena urin/ berada dalam kondisi lembab karena tertutup popok. Hindari mengaplikasikan apapun di tali pusat, seperti abu atau produk herbal yang biasanya berkaitan dengan kepercayaan atau budaya setempat, karena berisiko menyebabkan kontaminasi bakteri patogen (bakteri yang dapat mengakibatkan infeksi pada tali pusat).
&nbsp;
Pada saat tali pusat lepas, orangtua mungkin menemukan sedikit bercak darah di baju atau popok yang menempel dengan lokasi tali pusat saat terlepas. Hal ini normal. Namun, apabila perdarahan itu tidak mau berhenti, segera konsultasikan dengan dokter. Jika tali pusat menunjukkan warna kemerahan, berbau menyengat, dan mengeluarkan nanah, suatu tanda telah terjadi infeksi pada tali pusat, segeralah membawa anak ke dokter. Infeksi pada tali pusat dapat mengakibatkan sakit yang serius. &nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;
&nbsp;
Beberapa kondisi/ kelainan yang dapat dijumpai pada tali pusat, diantaranya:
<ul>
<li>Hernia umbilikalis: kondisi yang ditandai dengan adanya tonjolan di area tali pusat yang makin membesar atau makin tampak jelas saat bayi menangis. Hal ini dapat disebabkan oleh kelemahan otot dinding perut atau oleh &ldquo;lubang&rdquo; di dinding perut yang tampak seperti tonjolan saat tekanan di perut meninggi, misalnya karena bayi menangis, mengejan atau batuk. Segeralah pergi ke dokter karena kelainan ini mungkin merupakan tanda dari suatu kelainan yang berbahaya, seperti hipotiroid kongenital.</li>
<li>Granuloma umbilikalis: terkadang dijumpai jaringan berwarna merah muda/merah setelah tali pusat puput. Jaringan ini mungkin mengeluarkan cairan jernih kekuningan yang biasanya akan menghilang dalam waktu sekitar 1 minggu. Namun, jika granuloma ini mengeluarkan bau busuk atau tidak sedap serta menetap, segeralah pergi ke dokter. Bentuk kelainan tali pusat dengan gejala yang mirip dengan granuloma, yaitu tampak jaringan berwarna merah di bekas puputnya tali pusat yang dapat mengeluarkan cairan, namun mengandung jaringan usus di dalamnya, disebut sebagai polip umbilikalis. Pada bentuk ini penanganan utamanya adalah pembedahan.&nbsp;</li>
<li>Omfalitis atau infeksi tali pusat dan/atau jaringan sekitar: infeksi tali pusat dapat bermanifestasi lokal sampai sistemik/seluruh tubuh. Gejalanya lokal berupa keluarnya nanah dari tali pusat dengan tali pusat yang berbau, kemerahan di sekitar tali pusat, hingga bayi nampak lemas, demam/hipotermia, bayi sulit dibangunkan, iritabilitas yang menunjukkan adanya infeksi yang menyebar ke seluruh tubuh. Kondisi ini harus ditangani segera dan bayi memerlukan pemberian obat-obatan intravena. Faktor risiko omfalitis dapat berupa ketuban pecah dini, riwayat infeksi maternal, proses kelahiran yang tidak steril, serta pengaplikasian bahan/produk (abu, bedak, minyak goreng, dll) yang berkaitan dengan kepercayaan/budaya setempat.</li>
</ul>
&nbsp;
Penulis: dr. Lucyana, SpA
Editor: Prof. Dr. dr. Madarina Julia, SpA (K), MPH, PhD
&nbsp;
<h3>Daftar bacaan:&nbsp;</h3>
<ol>
<li>Stewart DL, Benitz WE. Umbilical cord care in newborn infant. https://pediatrics.aappublications.org/content/138/3/e20162149</li>
<li>Umbilical cord care. <a href="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/bathing-skin-care/Pages/Umbilical-Cord-Care.aspx">https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/bathing-skin-care/Pages/Umbilical-Cord-Care.aspx</a>.</li>
<li><a href="https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/in-depth/umbilical-cord/art-20048250">https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/in-depth/umbilical-cord/art-20048250</a></li>
</ol>
&nbsp;

Perawatan tali pusat bayi baru lahir

perawatan-tali-pusat-bayi-baru-lahir

Tidur memegang peranan penting dalam proses tumbuh kembang anak. Ketika terjaga, anak berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya dan mengalami kejadian positif maupun negatif. Tidur berperan mengendapkan berbagai pengalaman tersebut dan membuang pengalaman yang tidak diinginkan. Dalam tidur terjadi banyak aktivasi sel otak yang berperan besar dalam perkembangan kematangan otak pada tahun-tahun pertama kehidupan. Tidur juga memiliki sifat restoratif yang terkait dengan pemeliharaan daya tahan tubuh dan pertumbuhan fisik, menghilangkan kelelahan, serta memperbaiki fokus dan konsentrasi.
Tidur yang cukup tidak secara kaku diukur berdasarkan jumlah jam tidur dalam sehari. Beberapa tanda anak cukup tidur adalah jika anak dapat tertidur dengan mudah di malam hari, dapat terbangun dengan mudah pada waktu bangun pagi yang normal, dan tidak memerlukan tidur siang yang melebihi kebutuhan sesuai perkembangannya. Anak mendapatkan istirahat yang dibutuhkan apabila keempat hal berikut ini dipenuhi secara seimbang, yaitu jadwal tidur dalam sehari yang teratur, total waktu tidur, tidur siang, dan konsolidasi tidur yang baik.
Dalam tiga tahun pertama kehidupan, keempat hal tsb. berubah seiring dengan perkembangan kematangan otak. Konsolidasi dan regulasi adalah dua proses biopsikososial yang saling berinteraksi dalam pembentukan pola tidur anak. Konsolidasi tampak dalam perubahan pola tidur seiring dengan pertambahan usia. Bayi baru lahir akan lebih sering tidur singkat kemudian terbangun serta memerlukan banyak tidur siang. Anak yang lebih besar akan tidur malam yang lebih panjang, lebih sedikit terbangun di malam hari, disertai dengan tidur siang yang makin berkurang. Regulasi ini juga disertai dengan proses peningkatan kemampuan tidur sendiri tanpa bantuan dan kembali tidur saat terbangun tengah malam tanpa banyak rewel.
Pada bayi baru lahir, irama siklus waktu siang-malam atau sering disebut sebagai siklus diurnal belum terbentuk sempurna, sehingga bayi dapat dengan mudah tidur sepanjang siang dan malam hari. Pola tidur-bangun belum teratur dan lebih dipengaruhi oleh waktu makan atau perasaan lapar. Ketika lapar bayi akan terbangun menangis, kemudian setelah kenyang tidur kembali.
Pada usia satu bulan hingga satu tahun, irama tidur mulai berkembang menjadi pola yang lebih teratur. Pengaturan pola tidur berkembang selama tahun pertama kehidupan. Saat bayi bertambah usia, konsolidasi jadwal dan lama tidur mulai tampak pada malam hari. Bayi mulai terjaga lebih lama di siang hari dan tidur lebih panjang di malam hari. Seiring dengan terkonsolidasinya tidur pada malam hari, tidur di siang hari terbentuk menjadi tidur siang singkat (naps). Umumnya, tidur malam terdiri dari dua periode tidur panjang yang diselingi satu kali terbangun karena lapar. Pada akhir tahun pertama, seorang anak tidur sekitar 14-15 jam per hari, dengan proporsi terbanyak pada malam hari dan sisanya berupa satu atau dua kali tidur siang.
Setelah berusia satu tahun, perubahan pola tidur pada anak melambat dibandingkan dengan pada masa bayi. Siklus tidur-bangun dan jumlah tidur yang diperlukan seorang anak ditentukan secara fisiologis oleh usia dan tingkat perkembangan serta dipengaruhi oleh jadwal sehari-hari dalam keluarga. Saat anak makin besar, kebutuhan tidur perlahan-lahan berkurang. Total waktu tidur dalam sehari berkurang menjadi sekitar 13 jam per hari pada usia 2 tahun, 12 jam pada usia 3-4 tahun, dan 11 jam pada usia 5 tahun. Tentu saja terdapat sedikit rentang variasi individual yang dapat diterima. Bagian terbesar waktu tidur berlangsung di malam hari dengan rata-rata periode waktu tidur antara 10-12 jam. Tabel 1 menunjukkan perkembangan normal tidur pada tiga tahun pertama kehidupan.
&nbsp;
<img src="https://drive.google.com/uc?id=1iEr2-SxN1SdOyUG6kh1tMbh-GLtJFH4x" alt="" width="616" height="280" />
(Dimodifikasi dari: Mindell JA, Owens JA. A clinical guide to pediatric sleep: diagnosis and management of sleep problems. Philadelphia: Lippincott William &amp; Wilkins; 2003. h. 11-156)
&nbsp;
Mengingat pentingnya tidur yang cukup pada bayi dan anak, terdapat beberapa hal yang dapat dibiasakan sejak dini untuk membentuk pola tidur yang baik:
<ul>
<li>Anda dapat membantu bayi baru lahir mengenali isyarat terang-gelap untuk melatih irama tubuhnya sekitar usia dua bulan. Perbanyak interaksi saat bayi terbangun pada pagi hingga sore hari dengan berbicara, bermain, maupun bernyanyi. Pada malam hari, kurangi stimulus dengan mengurangi cahaya lampu dan suara, serta berinteraksi sesuai kebutuhan bayi saja.</li>
<li>Kenali tanda-tanda bayi mulai mengantuk dan berikan respons sewajarnya agar bayi dapat belajar tidur sendiri. Bila menunggu terlalu lama, bayi akan menjadi terlalu lelah dan sulit untuk tidur. Waktu terbaik untuk meletakkan bayi di tempat tidurnya adalah saat ia dalam keadaan mengantuk namun masih terjaga.</li>
<li>Pilih satu atau dua kegiatan yang rutin dilakukan sebagai pengantar tidur. Kegiatan ini dapat berupa aktivitas yang menenangkan, seperti memandikan, memijat, mengayun, berdoa, dan membacakan cerita sebelum tidur. Sebaiknya rutinitas ini tidak terlalu panjang atau terlalu merepotkan, karena jika telah terbiasa, anak akan selalu memerlukan kebiasaan ini sebagai pengantar tidur, bahkan jika ia terbangun tengah malam.</li>
<li>Waktu tidur optimal bagi anak adalah sebelum jam 9 malam, walaupun hal ini bukan merupakan aturan yang bersifat mengikat. Penerapan waktu tidur perlu dilaksanakan secara konsisten. Keluarga sebaiknya tegas menerapkan waktu tidur yang telah ditetapkan, baik siang maupun malam hari, karena perubahan sedikit saja dapat membuat anak terus menunda-nunda dan membuat tuntutan yang makin tidak masuk akal.</li>
<li>Apabila anak mengalami mimpi buruk atau teror tidur, tenangkan kemudian bantu anak untuk tidur kembali. Penting untuk memindahkan benda-benda yang berbahaya dan menyediakan lingkungan yang aman. Mimpi buruk atau teror tidur jarang mencerminkan suatu penyakit organik dan biasanya menghilang seiring dengan bertambahnya usia.</li>
</ul>
&nbsp;
Penulis : Catharine M. Sambo&nbsp;(Ikatan Dokter Anak Indonesia)
Keterangan: Artikel pernah dimuat di website IDAI pada link berikut: <a href="https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/perkembangan-tidur-normal-pada-batita">https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/perkembangan-tidur-normal-pada-batita</a>&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;

Perkembangan tidur normal pada balita

perkembangan-tidur-normal-pada-balita

Hai Sahabat PrimaKu, tahukah Anda bahwa bulan Februari dan Agustus ditetapkan pemerintah menjadi bulan vitamin A? Penasaran mengapa vitamin A begitu penting sehingga pemerintah mencanangkan bulan vitamin A? Yuk simak!
&nbsp;
<h1>Apa kegunaan vitamin A?</h1>
Vitamin A adalah mikronutrien esensial, atau mikronutrien yang tidak dapat diproduksi sendiri oleh tubuh, sehingga vitamin A harus diperoleh dari luar tubuh. Vitamin A diperlukan untuk menjaga kesehatan mata, kesehatan selaput lendir/ mukosa, kesehatan kulit (permukaan kulit luar maupun pemukaan kulit di dalam tubuh kita), kesehatan rambut, dan sistem reproduksi. Vitamin A juga sangat penting untuk menjaga fungsi imunitas atau kekebalan serta pertumbuhan kita, disamping juga mempunyai manfaat sebagai antioksidan. Kekurangan vitamin A dapat menimbulkan gangguan penglihatan dan meningkatkan kerentanan terhadap berbagai penyakit infeksi seperti campak dan diare, suatu hal yang masih banyak terjadi di negara-negara miskin atau negara-negara yang sedang berkembang.
&nbsp;
Vitamin A dalam makanan sehari-hari terbagi menjadi 2 bentuk, yaitu bentuk aktif dan bentuk belum aktif atau provitamin A. Bentuk aktif vitamin A yang juga disebut sebagai retinol banyak terdapat di dalam sumber makanan hewani seperti produk susu, hati, ikan, dan daging. Sedangkan bentuk belum aktifnya, yang juga disebut&nbsp; beta karoten, banyak terdapat di dalam sayuran dan buah-buahan yang berwarna kuning-jingga, atau berwarna hijau gelap.
<img src="https://drive.google.com/uc?id=1hEmi7DYjTZAWPaq-3t-F9D6X4QE_0iOv" alt="" width="661" height="238" />
<a href="https://kesmas.kemkes.go.id/assets/uploads/contents/others/POSTER_VITAMIN_A_3-converted.pdf">(sumber gambar)</a>
&nbsp;
Lantas, mungkin Sahabat PrimaKu berpikir &ldquo;kalau begitu cukup dong anak kita diberikan sayur atau buah yang berwarna jingga atau &ldquo;oren-oren&rdquo;?&rdquo; Eits tunggu dulu. Untuk bisa bekerja, provitamin A atau beta karoten harus diubah ke bentuk aktif oleh tubuh. Nah sayangnya, diperlukan 6 kali lipat beta karoten untuk mendapatkan sejumlah vitamin A yang diperlukan tubuh.
&nbsp;
Pada Tabel 1 kita dapat melihat kebutuhan vitamin A pada berbagai kelompok usia, sedangkan pada Tabel 2 dan 3 kita dapat melihat kandungan vitamin A (retinol) atau beta caroten (pro-vitamin A) pada berbagai sumber bahan makanan.
<img src="https://drive.google.com/uc?id=1hFqLG-qYznPom3VAxkrm-aDXhcHxzeYQ" alt="" /><img src="https://drive.google.com/uc?id=1hFqLG-qYznPom3VAxkrm-aDXhcHxzeYQ" alt="" width="638" height="387" />
Nah kira-kira apalagi pilihannya?
<img src="https://drive.google.com/uc?id=1hVwOlw4ZRhWcg0MxfzOxejYRixU65q19" alt="" width="653" height="708" />
<a href="https://ods.od.nih.gov/factsheets/VitaminA-HealthProfessional/">(sumber tabel)</a>
&nbsp;
&nbsp;
Nah tapi jangan buru-buru pusing dan ngeluarin kalkulator ya Sahabat PrimaKu! Untungnya pemerintah sudah menyediakan suplementasi vitamin A rutin 2 kali setahun yaitu di bulan Februari dan Agustus. <a href="https://kesmas.kemkes.go.id/assets/uploads/contents/others/POSTER_VITAMIN_A_3-converted.pdf" target="_blank" rel="noopener">Cek posternya di link ini!</a>
&nbsp;
<h3>Referensi</h3>
<ol>
<li>Vitamin A Fact sheet for health professionals. https://ods.od.nih.gov/factsheets/VitaminA-HealthProfessional/</li>
<li>Vitamin A supplementation in infants and children 6&ndash;59 months of age. https://www.who.int/elena/titles/vitamina_children/en/</li>
<li>Codgia G. Food sources of vitamin A and provitamin A specific to Africa: An FAO perspective. Food and Nutrition Bulletin 22: 2001. https://journals.sagepub.com/doi/pdf/10.1177/156482650102200403</li>
<li>https://kesmas.kemkes.go.id/assets/uploads/contents/others/POSTER_VITAMIN_A_3-converted.pdf</li>
</ol>

Seberapa pentingkah vitamin A untuk anak?

seberapa-pentingkah-vitamin-a-untuk-anak-

Vitamin menjadi salah satu suplementasi yang diberikan pada kasus covid-19 bergejala ringan atau tanpa gejala, di antaranya adalah vitamin C, vitamin D, dan Zinc. Pada kondisi ini, rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memberikan batasan dosis maksimal untuk vitamin C, dosis harian untuk vitamin D, dan Zinc. Hal ini tentunya membuat para orangtua penasaran apakah pemberian vitamin tersebut dapat dibenarkan untuk &ldquo;mencegah&rdquo; COVID-19? Dan apakah dosis yang diberikan juga sama dengan apabila anak terkonfirmasi covid-19? Yuk, simak penjelasannya disini!
Supaya mudah kali ini Primaku akan membagi beberapa vitamin dan mineral yang bermanfaat untuk perkembangan sistem imun dalam tabel di bawah ini:
<img src="https://drive.google.com/uc?id=1FQlpf7s82cN3av337SnNNEI9QXXYXwhI" alt="vitamin dan mineral kebutuhan sehari-hari" width="768" height="1023" />
Nah apakah lantas jika kita mengetahui berbagai vitamin dan mineral tersebut, kita mengonsumsinya banyak-banyak dalam rangka pencegahan covid? Tentu saja tidak karena tidak semua yang lebih artinya lebih baik. Pemenuhan kebutuhan vitamin dan mineral untuk imunitas mengacu pada <a href="http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__28_Th_2019_ttg_Angka_Kecukupan_Gizi_Yang_Dianjurkan_Untuk_Masyarakat_Indonesia.pdf">angka kecukupan gizi berdasarkan Permenkes 2019</a> yang dapat dilihat di <a href="http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__28_Th_2019_ttg_Angka_Kecukupan_Gizi_Yang_Dianjurkan_Untuk_Masyarakat_Indonesia.pdf" target="_blank" rel="noopener">link ini</a>.&nbsp;
Pada akhirnya, konsumsi makanan yang bervariasi dari lima kelompok makanan yaitu makanan sumber protein (daging sapi, ayam, ikan, telur), biji-bijian/ grain (sereal, gandum, roti, nasi), produk olahan susu (dairy), sayur-sayuran, dan buah-buahan, merupakan cara utama kita mendapatkan berbagai mikronutrien yang penting untuk menunjang sistem imunitas tubuh. Jadi, jika kecukupan kebutuhan vitamin sudah terpenuhi dari makanan sehat sehari-hari, tidak usah panik memborong semua multi-vitamin ya&hellip;.
&nbsp;
--
Penulis:
Lucyana Santoso (PrimaKu), Madarina Julia (PrimaKu, ed)
&nbsp;
Referensi:
<ol>
<li>Hathaway D, Pandav K, Patel M, Riva-Moscoso A, Singh BM, Patel A, et al. Omega 3 Fatty Acids and COVID-19: A Comprehensive Review. Infect Chemother.&nbsp;2020 Dec; 52(4): 478&ndash;495.</li>
<li>Gombart AF, Pierre A, Maggini S. A Review of Micronutrients and the Immune System&ndash;Working in Harmony to Reduce the Risk of Infection. Nutrients.&nbsp;2020 Jan; 12(1): 236.</li>
<li>Kumar P, Kumar M, Bedi O, Gupta M, Kumar S, Jaiswal G. Role of vitamins and minerals as immunity boosters in COVID‐19. Inflammopharmacology.&nbsp;2021 Jun 10;1-16</li>
<li>Calder&nbsp;PC. Nutrition, immunity and COVID-19. BMJ Nutrition, Prevention &amp; Health&nbsp;2020;3:doi:10.1136/bmjnph-2020-000085</li>
</ol>

Menjaga imunitas anak selama pandemi: perlukah suplementasi vitamin?

menjaga-imunitas-anak-selama-pandemi--perlukah-suplementasi-vitamin-

<img src="https://primaku.com/app/images/mengurangiresikoobesitasanak.jpg" alt="Infografis PrimaKu - H4H 4" width="400" height="1527" />
&nbsp;
------&nbsp;
Infografis ini diproduksi sebagai bentuk kerjasama PrimaKu bersama Hydration for Health.
Untuk mengunduh gambar infografis, silahkan klik <a href="http://bit.ly/2NHi2JT" target="_blank" rel="noopener">di sini</a>.
Untuk informasi lebih lanjut mengenai pengaruh air di kesehatan, kunjungi halaman <a href="http://www.hydrationforhealth.com" target="_blank" rel="noopener">www.hydrationforhealth.com</a>.

[INFOGRAFIS] Hidrasi Sehat Mengurangi Risiko Obesitas Pada Anak

-infografis--hidrasi-sehat-mengurangi-risiko-obesitas-pada-anak

Narasumber: dr. Titis Prawitasari, Sp.A(K)
&nbsp;
Hidrasi sehat adalah jumlah atau volume air yang cukup sesuai kebutuhan untuk hidup sehat. Terjadinya dehidrasi dapat mengakibatkan berbagai masalah bagi tubuh dan berpengaruh terhadap kesehatan anak misalnya menganggu metabolisme tubuh sehingga meningkatkan risiko terjadinya obesitas pada anak.
Obesitas anak merupakan epidemi global. Berdasarkan data UNICEF, WHO dan World Bank pada laporannya di tahun 2018, prevalensi overweight atau kelebihan berat badan pada anak usia di bawah 5 tahun (balita) di seluruh dunia diperkirakan mencapai 38 juta anak atau sekitar 5,6% dari jumlah total populasi. Sekitar 17 juta di antaranya dialami oleh anak-anak yang berada di wilayah Asia.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar selama 10 tahun terakhir, terdapat sedikit penurunan prevalensi overweight dan obesitas pada balita, yaitu dari 11,9% pada tahun 2013 menjadi 8,0% pada 2018. Sedangkan obesitas pada anak di atas 15 tahun justru meningkat hampir dua kali lipat dalam kurun waktu 2007-2018. Walaupun hasil ini harus diartikan dengan hati-hati, mengingat data yang ada merupakan gabungan antara data anak dan dewasa.
&nbsp;
<h2>Pengaruh Obesitas pada Anak</h2>
Pertambahan berat badan yang berlebihan pada masa kanak-kanak merupakan masalah bagi kesehatan karena dapat menetap hingga dewasa kelak. Disisi lain perilaku dan gaya hidup sehat dengan membiasakan pemberian makanan yang sehat serta konsumsi air minum yang cukup merupakan salah satu tindakan kunci untuk pencegahan obesitas.
Muckelbauer, dkk menunjukkan bahwa program hidrasi sehat di sekolah dasar, dengan meningkatkan penyediaan failitas akses air minum di sekolah dan juga pemberian edukasi tentang hidrasi sehat merupakan strategi yang efisien untuk menurunkan risiko kelebihan berat badan sebesar 31% di kelompok yang diteliti.
Dampak jangka panjang obesitas sering dikaitkan dengan terjadinya penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, diabetes, tekanan darah tinggi serta penyakit metabolik lainnya
&nbsp;
<h2>Konsumsi Air Penting untuk Mencegah Obesitas Anak</h2>
Salah satu faktor penyebab obesitas pada anak adalah pola makan atau minum yang tidak sehat seperti makanan atau minuman dengan kalori yang berlebihan, tinggi kandungan lemak jenuh dan minuman tinggi gula yang apabila dikonsumsi terlalu sering akan menyebabkan obesitas pada anak.
Beberapa studi membuktikan bahwa konsumsi minuman non-kalori yaitu air putih memberikan beberapa manfaat seperti:
<ol>
<li>Mengurangi penambahan berat badan.</li>
<li>Meningkatkan oksidasi lemak dan memberi rasa kenyang.</li>
<li>Mencegah anak memilih minuman lain yang tinggi kalori.</li>
</ol>
&nbsp;
<h2>Berapa Jumlah Air Minum yang Dibutuhkan Anak Setiap Harinya?</h2>
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2019 adalah sebagai berikut :
<ul>
<li>Usia 1-3 tahun: 920 ml atau sekitar 4-5 gelas per hari</li>
<li>Usia 4-6 tahun: 1160 atau sekitar 6 gelas per hari</li>
<li>Usia 7-12 tahun: 1320 ml atau sekitar 7 gelas per hari</li>
</ul>
Kebutuhan di atas adalah kebutuhan cairan minimal dari minuman, dan bisa lebih tergantung dari aktivitas, iklim, kondisi tubuh, dll.
&nbsp;
<h2>Menentukan Air Minum yang Berkualitas</h2>
Selain memperhatikan jumlah air yang dikonsumsi, pemilihan sumber air minum yang berkualitas untuk mendukung hidrasi sehat pada anak juga sangat penting.
Berdasarkan syarat yang ditetapkan dalam Permenkes no. 492 tahun 2010, ciri air minum yang baik adalah: tidak berbau, tidak berwarna (jernih), tidak berasa, dan tidak mengandung zat berbahaya bagi tubuh.
Orangtua sangat besar peranannya untuk menjamin sumber air minum untuk anak sudah sesuai dengan persyaratan di atas serta berkualitas
&nbsp;
<h2>Tips Hidrasi Sehat untuk Mengurangi Risiko Obesitas</h2>
<h3>a. Pola makan seimbang:</h3>
<ol>
<li>Menu makanan sesuai anjuran usia.</li>
<li>Hindari makanan/minuman yang mengandung kadar gula yang tinggi.&nbsp;</li>
</ol>
<h3>b. Cukupi hidrasi sehat dengan mengonsumsi air minum secara rutin:</h3>
<ul>
<li>1-3 tahun: 5 gelas</li>
<li>4-6 tahun: 6 gelas</li>
<li>7-12 tahun: 7 gelas</li>
</ul>
Untuk mendukung anak supaya minum dapat diberikan botol minuman berkarakter yang menarik dan lucu, sehingga membuat anak lebih tertarik.
<h3>c. Mendorong anak untuk selalu beraktivitas dan bergerak sesuai usianya:</h3>
<ol>
<li>Berolahraga</li>
<li>Bermain</li>
<li>Membantu kegiatan Ibu</li>
</ol>
Batasi dan ingatkan jika anak duduk dan bermain gadget terlalu lama serta pastikan anak memiliki waktu tidur yang cukup.
&nbsp;
Referensi:
<ol>
<li>Pardede, S., Hardinsyah, Santoso, B., &amp; Siregar, P. (2019). Hidrasi Sehat. Centra Communications.</li>
<li>Rosinger AY, Bethancourt H, Francis LA. Association of Caloric Intake From Sugar-Sweetened Beverages With Water Intake Among US Children and Young Adults in the 2011-2016 National Health and Nutrition Examination Survey. JAMA Pediatr. 2019; 173(6):602-604.</li>
<li>Benton, et al. The Effect of the Consumption of Water on the Memory and Attention of Children. 2009.</li>
<li>Edmonds, et al. Should Children Drink More Water? The Effects of Drinking Water on Cognition on Children. 2009.</li>
<li>Khan, et al. A 4-d Water Intake Intervention Increases Hydration and Cognitive Flexibility among Preadolescent Children. 2019</li>
<li>US Department of Health and Human Services, US Department of Agriculture. 2015-2020 Dietary Guidelines for Americans. 8th ed. http://health.gov/dietaryguidelines/2015/guidelines/. Published December 2015. Accessed September 15, 2018.</li>
<li>Malik VS, Popkin BM, Bray GA, Despr&eacute;s J-P, Hu FB. Sugar-sweetened beverages, obesity, type 2 diabetes mellitus, and cardiovascular disease risk. Circulation. 2010;121(11):1356-1364. doi:10.1161/CIRCULATIONAHA.109.876185</li>
<li>Wang YC, Ludwig DS, Sonneville K, Gortmaker SL. Impact of change in sweetened caloric beverage consumption on energy intake among children and adolescents. Arch Pediatr Adolesc Med. 2009;163(4):336-343. doi:10.1001/archpediatrics.2009.23</li>
<li>Schwartz AE, Leardo M, Aneja S, Elbel B. Effect of a school-based water intervention on child body mass index and obesity. JAMA Pediatr. 2016;170(3):220-226. doi:10.1001/jamapediatrics.2015.3778</li>
<li>National Center for Health Statistics. National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES): MEC In-Person Dietary Interviewers Procedures Manual. https://wwwn.cdc.gov/nchs/data/nhanes/2015-2016/manuals/2016_MEC_In-Person_Dietary_Interviewers_Procedu res_Manual.pdf. Published January 2016. Accessed September 1, 2018.</li>
<li>Gibson RS. Principles of Nutritional Assessment. New York, NY: Oxford University Press; 2005.</li>
<li>Rosinger A, Herrick K, Gahche J, Park S. Sugar-sweetened beverage consumption among US youth, 2011-2014. National Center for Health Statistics Data Brief 271. https://www.cdc.gov/nchs/data/databriefs/db271.pdf. Published January 2017. Accessed September 15, 2018.</li>
<li>Idai.co.id.&rsquo;Kebutuhan air pada anak&rsquo;. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kebutuhan-air-pada-anak. 26 oktober 2016.25 Sept 2020.</li>
<li>Permenkes Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010</li>
<li>Permenkes Nomor 28 Tahun 2019 Tentang Angka yang Dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia.</li>
<li>de Onis M, Blossner M, Borghi E. Global prevalence and trends of overweight and obesity among preschool children. Am J Clin Nutr. 2010;92(5):1257-1264.</li>
<li>Muckelbauer R, Barbosa CL, Mittag T, Burkhardt K, Mikelaishvili N, Muller-Nordhorn J. Association between water consumption and body weight outcomes in children and adolescents: A systematic review. Obesity. 2014;22(12):2462-2475</li>
<li>Malik VS, Hu FB. Sugar-Sweetened Beverages and Cardiometabolic Health: An Update of the Evidence. Nutrients. 2019;11(8),1840.</li>
<li>Liang Y, Hou D, Zhao X, Wang L, Hu Y, Liu J, Cheng H, et al. Childhood obesity affects adult metabolic syndrome and diabetes. Endocrine. 2015;50(1):87-92</li>
<li>Leung CW, DiMatteo SG, Gosliner WA, Ritchie LD. Sugar-Sweetened Beverage and Water Intake in Relation to Diet Quality in U.S. Children. Am J Prev Med. 2018;54(3):394-402.</li>
</ol>
&nbsp;
------&nbsp;
Artikel ini diproduksi sebagai bentuk kerjasama PrimaKu bersama Hydration for Health. Untuk informasi lebih lanjut mengenai pengaruh air di kesehatan, kunjungi halaman <a href="http://www.hydrationforhealth.com" target="_blank" rel="noopener">www.hydrationforhealth.com</a>.