Kehadiran buah hati di tengah keluarga kecil, pasti akan terasa istimewa dan memberikan dampak besar bagi kehidupan MomDad. Sebagai orang tua, MomDad tak mau melewatkan tumbuh kembang buah hati dan memberikan yang terbaik.&nbsp;Untuk memenuhi kebutuhan si Kecil, MomDad perlu memperhitungkan dengan matang agar pengeluaran tetap terkendali. No worries, berikut tips mengatur keuangan bagi MomDad yang baru memiliki newborn!Buat skala prioritasPengeluaran keuangan sebelum dan sesudah memiliki buah hati tentunya berbeda. Sangat penting bagi MomDad untuk membuat skala prioritas. Saat memiliki newborn, prioritaskan terlebih dahulu untuk kebutuhannya, seperti membeli popok, perlengkapan bayi, kebutuhan Mom sebagai ibu baru, pakaian si Kecil, dan lain sebagainya.&nbsp;Bila perlu, pisahkan pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari, kewajiban, dan keperluan si Kecil agar MomDad lebih mudah membaginya.Beli barang yang disa dipakai dalam jangka panjangSaat memiliki anak, mungkin MomDad ingin membelikannya barang-barang lucu untuk dipakai. Perlu diingat, beli lah barang yang sesuai dengan kebutuhannya, bukan keinginan MomDad. Alih-alih impulsif, MomDad dapat membeli sesuatu yang bisa digunakan dalam jangka waktu panjang, seperti stroller, gendongan bayi, tempat makan untuk MPASI, dan lainnya.Persiapkan tabungan masa depan si KecilHal yang tidak boleh dilupakan ketika memiliki buah hati adalah masa depannya. Mulai sekarang, MomDad perlu memikirkan biaya pendidikan anak. Pelan tapi pasti,&nbsp;MomDad bisa mulai menabung untuk biaya taman kanak-kanak (TK) atau sekolah dasar (SD).&nbsp; Sekian berjalannya waktu, siapkan juga tabungan pendidikan untuk sekolah menengah pertama, hingga ke jenjang yang lebih tinggi.Lunasi hutangBagi sebagian pasangan, memiliki hutang adalah hal yang lumrah. Namun, ketika memiliki anak, sebaiknya kurangi atau bahkan lunasi hutang MomDad, setidaknya hutang jangka pendek. Dengan melunasi hutang, kondisi keuangan MomDad akan membaik dan uang tersebut bisa dialokasikan untuk menabung. Tidak belanja berlebihanSebelum memiliki buah hati, mungkin MomDad memiliki dana sendiri untuk belanja atau pergi liburan. Kini, MomDad perlu lebih bijak dalam menggunakan rupiah, karena ada si Kecil yang mana kebutuhannya perlu MomDad tanggung. Sebelum memutuskan membeli sesuatu atau pergi liburan, coba pikirkan kembali, apakah hal tersebut merupakan prioritas atau hanya keinginan semata. Itulah beberapa tips mengatur keuangan setelah saat MomDad memiliki newborn. Dengan mengatur pengeluaran secara detail, MomDad bisa meminimalisir terjadinya krisis keuangan dalam rumah tangga.Jika ingin mendapatkan tips menarik lainnya, MomDad bisa&nbsp;follow&nbsp;Instagram <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a>&nbsp;dan pantau terus artikel terbaru kami melalui aplikasi PrimaKu atau webse<a class="e-rte-anchor" href="http://www.primaku.com/" title="http://www.primaku.com/" target="_blank"> primaku.com</a>.&nbsp;Suka dengan artikel ini, jangan lupa like dan simpan artikelnya ya, MomDad!Sumber foto: iStock

Ini Tips Mengatur Keuangan Saat Memiliki Newborn!

ini-tips-mengatur-keuangan-saat-memiliki-newborn-

Karena anak masih dalam masa pertumbuhan, terkadang permasalahan gigi pada anak jadi hal yang kerap diabaikan orang tua. Salah satunya kondisi gigi anak yang terlihat bolong, berlubang atau karies. Padahal jika anak mengalami hal ini, MomDad perlu menanganinya dengan membawa anak ke dokter ahli. Yuk, MomDad ketahui lebih dalam seputar gigi geripis hingga risiko yang bisa didapatkan anak jika kondisi ini dibiarkan tanpa penanganan!Mengenal gigi geripis&nbsp;Gigi geripis adalah adanya satu atau lebih gigi yang rusak, hilang, atau ompong kehitaman. Gigi geripis ini umumnya terjadi pada anak usia 5 tahun ke bawah. Kondisi anak yang sering mengonsumsi makanan ringan hingga faktor usia yang dianggap masih mengalami masa pertumbuhan pada gigi terkadang jadi hal yang membuat orang tua merasa lumrah jika kondisi gigi anak terlihat tidak rapi atau bolong.Risiko membiarkan gigi geripis pada anakKondisi gigi geripis juga menyimpan risiko jika tidak diatasi dengan benar. Gigi memiliki berbagai fungsi, mulai dari mengunyah hingga membantu bicara. Bila gigi sampai copot atau berlubang tentu akan berlanjut pada berbagai masalah.Gigi yang berlubang dapat menimbulkan infeksi dan nyeri. Selain itu lubang pada gigi dapat meluas hingga berisiko menyebabkan infeksi saraf gigi. Dalam kondisi ini gusi anak akan mengalami pembengkakan yang akan meluas ke pipi atau bibir hingga si Kecil mengalami demam.Bila gigi sampai harus dicabut padahal belum waktunya tanggal, gigi sebelahnya bisa bergeser dan menutup ruang untuk gigi tetapnya kelak. Pertumbuhan gigi dewasanya pun bisa tidak baik karena gigi permanen berisiko tumbuh miring atau bertumpuk.Kenali penyebab&nbsp; gigi geripis pada anakFaktor yang menyebabkan gigi geripis antara lain:<ul><li style="text-align: justify;">Sering makan dan minum produk yang mengandung gula tinggi</li><li style="text-align: justify;">Tidak rutin menyikat gigi atau menyikat gigi di waktu yang salah, di mana waktu yang direkomendasikan adalah pagi dan malam sebelum tidur</li><li style="text-align: justify;">Menyikat gigi dengan pasta yang tidak ber-fluoride</li><li style="text-align: justify;">Minum susu dengan botol di malam hari</li><li style="text-align: justify;">Mengemut makanan</li></ul>Perawatan pada gigi geripisJika anak sudah terlanjur mengalami hal ini MomDad tidak perlu khawatir karena kondisi gigi geripis dapat dirawat dan diperbaiki. MomDad dapat berkonsultasi pada dokter gigi anak. Ada berbagai tindakan yang dilakukan. Untuk gigi berlubang ringan tindakan medis yang dilakukan adalah dengan penambalan atau perawatan saraf. Sedangkan jika kondisi gigi sudah rusak parah dan harus dicabut perlu dipasangkan alat penahan ruang agar gigi sebelah tidak bergeser.&nbsp;Itu dia berbagai hal yang perlu diketahui MomDad seputar kondisi gigi geripis. Agar terhindar dari masalah ini sebaiknya rutin lakukan aktivitas sikat gigi pada pagi dan malam hari serta batasi makanan dengan kadar gula tinggi pada anak.&nbsp;Jika merasa artikel ini bermanfaat, jangan lupa like dan simpan artikelnya, ya. Pastikan juga MomDad mengikuti <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a> di Instagram agar tahu informasi lebih banyak mengenai tumbuh kembang si Kecil. Pantau terus artikel terbaru kami melalui aplikasi dan website <a class="e-rte-anchor" href="http://www.primaku.com/" title="http://www.primaku.com/" target="_blank">primaku.com</a>, ya!Sumber foto: iStockSumber: drg. Stella Lesmana, SpKGAArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D. <div style="text-align: justify;"> </div>

Kenali Tanda dan Risiko Gigi Geripis pada Anak

kenali-tanda-dan-risiko-gigi-geripis-pada-anak

Berbeda dengan muntah, gumoh adalah kondisi yang umum terjadi pada bayi karena kondisi kerongkongan yang belum berkembang serta ukuran lambung yang masih kecil. Selain berbagai pertanyaan mendasar tentang gumoh seperti pengertian hingga di fase usia berapa bayi akan berhenti mengalami gumoh, masih ada beberapa pertanyaan lain yang kerap ditanyakan orang tua baru. Yuk, simak berbagai pertanyaan di bawah ini untuk tahu hal apa yang bisa dilakukan MomDad saat si Kecil mengalami gumoh!Apa yang harus dilakukan MomDad saat anak gumoh?<ul><li style="text-align: justify;">Membuat bayi bersendawa secara berkala saat menyusui.</li><li style="text-align: justify;">Memposisikan bayi tegak sampai 30 menit setelah sesi menyusui (dengan supervisi orang tua atau pengasuh).</li><li style="text-align: justify;">Pada bayi yang minum susu formula, dapat dilakukan pengentalan susu untuk mengurangi GER (konsultasikan dengan dokter spesialis anak).</li><li style="text-align: justify;">Hindari overfeeding. Berikan susu dalam ukuran sedikit tapi sering pada bayi. Untuk memastikan berapa kadar susu yang perlu dikonsumsi bayi agar memenuhi kebutuhan nutrisi, MomDad disarankan melakukan konsultasi dengan dokter ahli.</li></ul>Kapan gumoh disebut tidak normal?Gumoh disebut tidak normal ketika menimbulkan komplikasi akibat refluks asam, disebut juga dengan penyakit refluks gastroesofagus atau gastroesophageal reflux disease (GERD). Gejala yang dapat timbul di antaranya:<ul><li style="text-align: justify;">Bayi menolak untuk menyusui</li></ul><img src="https://storage.primaku.com/editor/1654764254729-406b6cf1.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="gumoh.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> <ul><li style="text-align: justify;">Bayi menangis selama menyusu dan melengkungkan punggungnya (tampak kesakitan)</li><li style="text-align: justify;">Terdapat darah atau warna kehijauan saat gumoh</li><li style="text-align: justify;">Frekuensi dan intensitas gumoh meningkat (dapat disertai dorongan seperti muntah)</li><li style="text-align: justify;">Perut tampak cembung dan tegang</li><li style="text-align: justify;">Disertai gejala saluran napas seperti mengi (napas seperti bersiul) atau batuk</li><li style="text-align: justify;">Kenaikan berat badan tidak adekuat</li></ul>Jika MomDad melihat tanda-tanda di atas terjadi pada si kecil sebaiknya segera konsultasikan tentang gumoh anak pada dokter ahli, ya!&nbsp; <div style="text-align: justify;"><div>Semoga penjelasan di atas bermanfaat ya untuk MomDad. Jangan lupa like dan bookmark artikel ini, jika MomDad suka. Pastikan juga MomDad ikuti <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a> di Instagram agar enggak ketinggalan informasi menarik seputar tumbuh kembang anak lainnya.</div><div>Sumber foto: infantreflux.org dan quizlet.com</div><div>Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.</div><div> </div></div>

Apa yang Harus MomDad Lakukan Saat si Kecil Gumoh?

apa-yang-harus-momdad-lakukan-saat-si-kecil-gumoh-

Bagi MomDad yang baru memiliki buah hati biasanya akan menghadapi situasi ketika si Kecil mengeluarkan susu yang sudah ditelan atau dikenal dengan istilah gumoh. Namun tak perlu khawatir, MomDad bisa menemukan berbagai informasi dasar seputar gumoh pada bayi agar bisa menghadapi si Kecil dengan tindakan tepat saat ia mengalami gumoh. Apa saja pertanyaan seputar gumoh yang sering ditanyakan oleh para orang tua baru? Yuk, simak informasi lengkapnya di bawah ini!1. Apa itu gumoh?Gumoh adalah kembalinya isi lambung keluar sampai mulut atau hidung. Sebelum terjadi gumoh (keluarnya isi lambung lewat mulut), terjadilah yang disebut sebagai refluks gastroesofageal atau GER (kembalinya isi lambung ke kerongkongan).Hal ini normal terjadi pada semua bayi karena kerongkongan bayi belum berkembang dan ukuran lambung yang masih kecil. Jika dirumuskan secara sederhana, urutannya adalah: Lambung – kerongkongan – mulut atau hidung.&nbsp;2. Kapan gumoh mulai dialami?﻿﻿Biasanya gumoh mulai di usia 2-3 minggu dan memuncak pada usia 4-5 bulan.3. Kenapa bayi mengalami gumoh?Manusia mempunyai katup yang menghubungkan esofagus (kerongkongan) dan lambung (lower esophageal sphincter). Katup ini akan membuka saat makanan masuk dari kerongkongan ke dalam lambung, kemudian mengunci kembali agar makanan yang sudah berada di dalam lambung tidak kembali masuk ke esofagus. Pada bayi, katup ini mungkin belum berkembang sempurna sehingga membuka kembali pada saat yang “salah” dan mengakibatkan terjadinya gumoh.4. Kapan bayi berhenti mengalami gumoh?Gumoh akan berangsur menghilang pada usia 9-12 bulan.5. Bagaimana saya tahu gumoh yang dialami anak masih normal atau bermasalah?Bayi yang mengalami gumoh “normal” sering disebut sebagai “happy spitters”. Bayi tidak menunjukkan gejala tidak nyaman atau rewel, ataupun nyeri saat terjadinya gumoh. Gumoh akan berkurang seiring dengan perkembangan maturasi saluran cerna, pengenalan makanan padat (MPASI) pada bayi, perkembangan kemampuan perkembangan bayi, misalnya ketika bayi sudah bisa duduk tegak dan melakukan kontrol kepala dengan baik.Nah, itu dia berbagai pertanyaan yang kerap ditanyakan oleh MomDad seputar gumoh pada bayi. Semoga pertanyaan MomDad seputar gumoh terjawab, ya. Pastikan MomDad mengikuti berbagai informasi terpercaya seputar perkembangan anak di PrimaKu dengan follow <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a> di Instagram.Suka dengan artikel ini? Jangan lupa like dan bookmark artikelnya.&nbsp;Sumber foto: iStockArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Wajib Tahu! Ini Hal yang Paling sering Ditanyakan seputar Gumoh

wajib-tahu--ini-hal-yang-paling-sering-ditanyakan-seputar-gumoh

Mendidik anak memang tidak semudah yang dibayangkan. Ada kalanya MomDad tidak mampu menahan emosi pada saat mengajarinya. Anak yang tidak mau mendengarkan apa kata orang tua juga bisa jadi pemicu perilaku membentak pada orang tua.Meskipun dengan bentakan anak akan langsung nurut, tapi ternyata ada efek negatif yang bisa terjadi pada anak, lho! Lantas, apa efek membentak yang akan dirasakan anak nantinya? Yuk, bahas selengkapnya berikut ini!Apa yang terjadi saat membentak anak?<img src="https://storage.primaku.com/editor/1654614323275-2fdd56c1.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="pexels-rodnae-productions-8489355.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Ternyata membentak tidak dianjurkan untuk dilakukan karena banyak hal-hal buruk yang dapat terjadi akibat bentakan orang tua. Berikut diantaranya:<ul><li style="text-align: justify;">Anak jadi merasa bersalah dan selanjutnya akan cenderung menyalahkan diri sendiri.</li><li style="text-align: justify;">Anak menjadi merasa dirinya tidak berarti.</li><li style="text-align: justify;">Anak bisa mengalami marah yang berkelanjutan, stres, tidak dapat berkonsentrasi, sulit bersosialisasi dengan teman, menjadi pendiam dan penakut.</li><li style="text-align: justify;">Anak dapat mengalami gangguan tidur.</li></ul>Apa saja yang dapat dilakukan orang tua untuk menghindari membentak anak?Melihat dampak buruk yang bisa mempengaruhi tumbuh kembang anak, ada baiknya MomDad meminimalisir perilaku membentak saat memberi tahu dan mendidik anak. Beberapa hal ini bisa MomDad lakukan untuk menghindari membentak anak:Memberikan pemahaman kepada anak mengenai hal-hal yang benar dan hal-hal yang salah. Anak harus memahami mengapa sesuatu tindakan boleh atau tidak boleh dilakukan.<ul><li style="text-align: justify;">&nbsp;Membuat peraturan yang jelas yang mudah dipahami anak.</li><li style="text-align: justify;">Memberikan konsekuensi terhadap tindakan yang dilakukan anak.</li><li style="text-align: justify;">Dengarkan keluhan anak, mungkin anak mempunyai alasan mengapa dia melakukan sesuatu.</li><li style="text-align: justify;">Berikan mereka perhatian sehingga anak merasa disayang.</li><li style="text-align: justify;">Jangan lupa memberikan apresiasi bila anak melakukan perbuatan yang terpuji atau baik.</li><li style="text-align: justify;">Bila anak membuat kesalahan, tegurlah dengan sikap yang bersahabat.</li></ul>Lantas bagaimana anak mau belajar dari kesalahan kalau tidak dimarahi? Nah, alih-alih membentaknya dan langsung memarahi anak tanpa ampun, MomDad perlu juga memberikan hukuman yang intinya memberikan kesempatan kepada anak untuk memikirkan kesalahan yang dia lakukan (perenungan). Hukumannya bisa seperti tidak boleh keluar rumah untuk bermain selama jangka waktu tertentu.Bagaimana sikap kita sebagai orang tua apabila terlanjur membentak anak?Meskipun kedengarannya mudah untuk mengajari anak dengan lembut, tak bisa dipungkiri kalau beberapa kali orang tua sering kelepasan dan tidak bisa mengendalikan emosi. Alhasil anak pun dibentak. Kalau sudah terlanjur seperti ini, ada beberapa hal yang bisa MomDad lakukan agar anak tidak merasa disalahkan, seperti berikut ini:<ul><li style="text-align: justify;">Tenangkan diri MomDad ketika terlanjur membentak anak.</li><li style="text-align: justify;">Saat kelepasan membentak anak, jangan segan untuk meminta maaf.</li><li style="text-align: justify;">Berikan penjelasan pada anak dengan baik.</li></ul>Nah, itu dia beberapa hal yang mungkin terjadi kalau MomDad membentak anak. Tidak mau kan tumbuh kembang anak jadi terganggu karena bentakan yang keluar karena emosi sesaat MomDad? Untuk itu, yuk mulai sekarang lebih mengontrol emosi dan mendidik anak dengan penuh kesabaran dan kasih sayang.Suka dengan artikel ini? Yuk, like dan bookmark artikelnya! Pastikan juga MomDad follow <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a> di Instagram, karena ada banyak konten menarik seputar tumbuh kembang anak lainnya yang sayang jika dilewatkan!Sumber foto: iStockArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Haruskah Membentak si Kecil agar MomDad Terlihat Tegas?

haruskah-membentak-si-kecil-agar-momdad-terlihat-tegas-

MomDad, saat baru memiliki bayi pernahkah mengalami fase di mana si kecil terus ingin menyusui lebih dari biasanya? Jika iya, tak perlu khawatir atau bingung karena artinya bayi tengah mengalami fase cluster feeding. Yuk, kenali kondisi ini melalui ulasan di bawah!Kenali cluster feedingSeperti yang dijelaskan sebelumnya, cluster feeding adalah perilaku bayi yang ingin menyusu lebih sering daripada biasanya dan pada umumnya lebih sering terjadi pada sore menjelang malam hari. Cluster feeding terjadi pada 3-4 bulan pertama kehidupan dan merupakan suatu hal yang normal terjadi pada bayi. Perilaku ini disebut sebagai cluster karena ditandai oleh beberapa episode menyusu dalam waktu singkat dengan jarak yang berdekatan.Pengaruh cluster feeding pada tumbuh kembang bayiCluster feeding merupakan perilaku yang normal pada bayi. Namun, tetap perlu dipastikan saat menyusui posisi dan perlekatan bayi pada payudara ibu sudah benar sehingga bayi menyusu dengan efektif.Gejala dan cara mengatasi cluster feedingApabila bayi menyusui secara pendek-pendek dan lebih sering daripada biasanya, maka dapat diduga bayi sedang mengalami perilaku cluster-feed. Selain perilaku menyusu yang seperti ‘tidak ada habisnya’, bayi juga dapat menunjukkan beberapa gejala berikut:<ul><li style="text-align: justify;">Tidur hanya sebentar di antara waktu menyusu</li><li style="text-align: justify;">Menyusu hanya beberapa menit lalu melepas payudara</li><li style="text-align: justify;">Menangis dan rewel lebih sering</li></ul>Lalu apa yang harus dilakukan ibu saat menghadapi perilaku cluster feeding ini? Tak perlu khawatir, ada beberapa cara yang bisa dicoba seperti:<ul><li style="text-align: justify;">Buat tubuh Mom rileks dan ikuti keinginan bayi untuk menyusu</li><li style="text-align: justify;">Susui bayi semaunya</li><li style="text-align: justify;">Usahakan Mom beristirahat dengan cukup</li><li style="text-align: justify;">Penuhi kebutuhan cairan dan nutrisi Mom</li><li style="text-align: justify;">Libatkan pasangan atau anggota keluarga lain untuk membantu Mom menjalani fase ini</li></ul>Itu dia pengertian hingga cara mengatasi cluster feeding yang bisa diterapkan MomDad. Meski perilaku ini normal terjadi perlu diingat Mom juga harus tetap menjaga kondisi dan nutrisi tubuh agar bisa memberikan yang terbaik untuk bayi.Sumber foto: iStockSumber:1. 	Cluster feeding. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.pregnancybirthbaby.org.au/cluster-feeding" title="https://www.pregnancybirthbaby.org.au/cluster-feeding">https://www.pregnancybirthbaby.org.au/cluster-feeding </a>2. 	American Breastfeeding Medicine Clinical Protocol. Supplementary feedings in healthy term breastfed neonate.Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

MomDad, Kenali Gejala Cluster Feeding pada Bayi, yuk!

momdad--kenali-gejala-cluster-feeding-pada-bayi--yuk-

Pada dasarnya berbagi bukan merupakan sifat alamiah pada anak. Untuk itu, MomDad perlu mengajarkan bagaimana cara berbagi pada orang lain. Keterampilan berbagi ini bisa digunakan anak untuk dapat bersosialisasi dengan orang sekitar, baik di rumah, sekolah, atau lingkungan rumah.&nbsp;Mengajarkan berbagi sama halnya dengan mengajarkan memberi. Anak akan tahu ketika ia memberi pada orang lain, kebaikan ini akan dapat digantikan dengan kebaikan lain dengan cara tidak terduga. Belajar berbagi juga menumbuhkan rasa empati dan kecerdasan emosionalnya, lho.Lantas, bagaimana ya cara mengajarkan anak untuk berbagi dengan orang lain? Yuk, simak deretan tipsnya di bawah ini, MomDad!Jangan melabeli barang&nbsp;<img src="https://storage.primaku.com/editor/1654406875472-4a0c1942.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="pexels-arina-krasnikova-5103417.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Coba mulai menghindari melabeli barang seperti benda ini milik ibu atau benda ini milik kakak. Daripada mengatakan “Itu punya ibu, jangan dimainkan nanti rusak”, cobalah untuk mengatakan “Itu bukan mainan sayang, kamu boleh main benda yang lain,” dan berikan mainan penggantinya.Untuk barang tajam dan berbahaya, cobalah untuk menggantinya dengan berbagai mainan lain dan tetap berbagi dengannya. Misalnya, ganti dengan memperbolehkan si Kecil untuk mencoba sepatu MomDad atau minum dari gelas yang biasa MomDad gunakan.Berlakukan time sharing<img src="https://storage.primaku.com/editor/1654407013419-689fcd92.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="pexels-polesie-toys-4484887.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Jika MomDad punya anak lebih dari satu, coba ajarkan anak menggunakan barang secara bergilir. Saat anak main dengan kakak atau adiknya dan tidak mau berbagi, MomDad bisa mencoba time sharing.&nbsp;Metode ini mengajarkan anak bagaimana cara bermain secara bergilir. Misalnya, kakaknya main mainan tersebut duluan selama beberapa menit, lalu kemudian bergantian dengan si Kecil. Dengan begitu, anak jadi tahu bahwa ia bisa tetap memainkan mainannya, namun harus bergiliran atau berbagi dengan yang lain.&nbsp;Hindari menghukum anakSaat anak merengek karena tidak mau berbagi, sebaiknya jangan langsung mencubit atau memarahi anak ya, MomDad. Sebaliknya, MomDad bisa menjelaskan padanya tentang alasan kenapa ia harus berbagi.Kalau si Kecil langsung dihukum, ia akan semakin tidak mau berbagi. Berikan ia cukup waktu untuk belajar bahwa berbagi merupakan hal yang menyenangkan, daripada saat ia bermain sendiri.&nbsp;Selain itu, sebaiknya jangan memaksa anak untuk berbagi tanpa mendengarkan alasannya. Biasanya anak memiliki beberapa mainan favoritnya yang hanya untuk dirinya sendiri. Kalau sudah begitu, MomDad bisa meminta anak untuk menyimpannya di tempat yang aman.Setelah itu, arahkan anak untuk menggunakan mainan yang bisa dimainkan bersama, misalnya play dough, lego, slime, dan lainnya.&nbsp;Ajarkan konsep give and takeAnak-anak bisa belajar berbagi dari siapa saja, misalnya dengan MomDad di rumah. Waktu makan bersama anak, coba untuk tawarkan makanan MomDad dan menjelaskan kalau berbagi itu menyenangkan. Misalnya, tawarkan anak saus keju yang sedang MomDad makan. Setelah anak menuangkan saus ke makanannya, minta ia untuk menyerahkan kembali ke MomDad.Coba katakan “Tadi ibu sudah kasih sausnya ke kamu, sekarang kamu bisa berikan kembali ke ibu sausnya?.” Hal ini menunjukkan pada anak bahwa konsep give and take merupakan salah satu cara berbagi.Berikan pujianCara mengajarkan anak untuk berbagi perlu dibarengi dengan mengajarkan anak menghormati barang milik orang lain. Perlu sekali untuk mengajarkan anak meminta izin sebelum meminjam barang milik teman atau saudaranya. MomDad juga bisa mempraktikannya terlebih dahulu ketika meminjam benda atau mainan anak. Biarkan anak memutuskan sendiri jawabannya iya atau tidak.Ketika si&nbsp;Kecil memutuskan untuk berbagi, jangan lupa untuk memberikan apresiasi dengan pujian atau pelukan. Dengan pujian seperti ini lah yang bisa menciptakan kedekatan antara anak dan orang tua. Anak pun jadi lebih dihargai ketika barang miliknya dipinjamkan kepada orang lain.Nah, itu dia MomDad beberapa tips yang bisa diterapkan untuk mengajarkan cara berbagi pada anak. Tetap ingat, MomDad juga perlu menghargai keputusan anak, jika ia berpegang teguh tidak ingin meminjamkan mainannya. Sebaiknya tanyakan alasannya dan jangan langsung memarahi, ya.Untuk mengetahui lebih banyak konten informatif lainnya bisa dengan mengikuti instagram <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a> atau dengan membaca artikelnya di aplikasi PrimaKu.&nbsp;Suka dengan artikel ini? Yuk, like dan bookmark artikelnya!Sumber foto: iStock<div style="text-align: justify;"> </div>