Kejadian trauma kepala pada anak dan remaja merupakan hal yang sering dijumpai. Penyebab tersering terjadinya trauma kepala pada anak adalah jatuh, baik saat beraktivitas, olahraga, atau sekedar terantuk lemari atau meja. Sebagian besar kasus trauma kepala pada anak merupakan kejadian minor atau ringan yang tidak menyebabkan kerusakan otak. Namun, dapat terjadi trauma kepala yang berat pada kondisi-kondisi tertentu, seperti pada kecelakaan lalu lintas, kecelakaan sepeda, atau child abuse.&nbsp;Anak dengan cedera kepala dapat menunjukkan gejala luka atau lecet atau pembengkakan (benjol) di area benturan, nyeri kepala, muntah, sampai kehilangan kesadaran. Lalu, apa saja yang perlu orang tua lakukan jika anak mengalami trauma kepala?Penangangan cedera kepalaPenanganan cedera kepala anak disesuaikan dengan usianya. Biasanya dokter akan merekomendasikan untuk melakukan CT scan kepala untuk memastikan ada atau tidaknya hal yang berbahaya, seperti perdarahan dalam kepala. Melansir laman IDAI, tidak semua cedera kepala perlu CT scan karena dokter perlu mempertimbangkan besar kecilnya risiko yang ada.Cedera kepala ringan yang tanpa disertai gangguan kesadaran serta gejala lain seperti mual dan muntah, serta gangguan saraf, tidak perlu dirawat di rumah sakit. Berikut jenis&nbsp;cedera kepala yang dapat ditangani atau diobservasi di rumah:<ul><li style="text-align: justify;">Anak bersikap seperti biasa setelah kejadian.</li><li style="text-align: justify;">Anak mungkin menangis karena nyeri atau takut sesaat setelah kejadian, namun hanya berlangsung singkat.</li><li style="text-align: justify;">Tidak dijumpai tanda-tanda mual atau muntah berulang.</li><li style="text-align: justify;">Anak sadar penuh setelah trauma terjadi dan dapat berespon dengan baik ketika diajak berinteraksi. Jawaban anak sesuai dengan pertanyaan yang diajukan dan sesuai dengan kondisi saat tersebut. Misalnya, jika anak terjatuh di rumah, orangtua dapat menanyakan “kamu sedang ada di mana sekarang?” dan anak menjawab “di rumah”.</li><li style="text-align: justify;">Anak dalam kondisi sehat sebelum terjadinya trauma.</li><li style="text-align: justify;">Tidak disertai luka atau trauma di bagian tubuh lain.</li><li style="text-align: justify;">Tidak ada luka terbuka di wajah atau di kepala.</li><li style="text-align: justify;">Terjatuh dari ketinggian kurang dari 1 m pada anak lebih dari 12 bulan.</li></ul>Lalu, apa saja yang bisa dilakukan orang tua di rumah?<ul><li style="text-align: justify;">Setelah kejadian, pastikan ada orang dewasa yang dapat memantau setidaknya selama 24 jam pasca trauma.&nbsp;</li><li style="text-align: justify;">Anak juga harus dipantau berkala setiap 2-3 jam sekali selama setidaknya 72 jam setelah trauma terjadi karena kondisi yang lebih serius dapat menimbulkan gejala kemudian.&nbsp;</li><li style="text-align: justify;">Berikan kompres dingin selama 20 menit untuk mengurangi pembengkakan dan untuk mengurangi nyeri.</li><li style="text-align: justify;">Jika anak ingin tidur, orang tua dapat mengawasi dan mengecek kondisi anak setiap 2-3 jam untuk melihat apakah ia mudah dibangunkan, bergerak dengan normal, dapat mengenali orang tua, dan merespon orang tua.</li><li style="text-align: justify;">Anti inyeri seperti parasetamol dapat diberikan.</li></ul>Namun, orang tua perlu memeriksakan segera anak ke rumah sakit jika terjadi beberapa hal berikut:<ul><li style="text-align: justify;">Trauma terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan (sebaiknya dikonsultasikan ke dokter terlebih dahulu karena gejala yang ditimbulkan sering kali tidak jelas).</li><li style="text-align: justify;">Terdapat gejala pingsan, walaupun kurang dari 1 menit.</li><li style="text-align: justify;">Anak muntah lebih dari 1 kali setelah kejadian.</li><li style="text-align: justify;">Tidak dapat berhenti menangis.</li><li style="text-align: justify;">Nyeri kepala yang semakin memburuk.</li><li style="text-align: justify;">Tampak lemas atau sakit.</li><li style="text-align: justify;">Kesulitan bicara (bicara menjadi tidak jelas), kesulitan berjalan (sering terantuk, tidak seimbang), atau kesulitan melihat.</li><li style="text-align: justify;">Anak tidak mengenali orang tuanya.</li><li style="text-align: justify;">Tampak bingung dan tidak baik-baik saja.</li><li style="text-align: justify;">Anak tampak mengantuk terus menerus dan sulit dibangunkan.</li><li style="text-align: justify;">Keluarnya darah dari hidung dan telinga.</li><li style="text-align: justify;">Terdapat bunyi “nging” terus menerus di telinga (pada anak yang sudah bisa menjelaskan gejalanya).</li><li style="text-align: justify;">Timbul gerakan-gerakan abnormal atau kejang atau gerakan lain yang membuat orang tua khawatir.</li></ul>Jangan ragu untuk segera memeriksakan kondisi kesehatan anak ke dokter ya, MomDad!Semoga penjelasan di atas membantu MomDad dalam menghadapi anak yang cedera kepala, ya. Jika ingin tahu artikel parenting lainnya, MomDad bisa membacanya melalui aplikasi PrimaKu atau website primaku.com. Jangan lupa juga ikuti <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a> di Instagram, ya.Suka dengan artikel ini? Yuk, like, save, dan share artikelnya!Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Anak Mengalami Cedera Kepala, Apa yang Harus Orang Tua Lakukan?

anak-mengalami-cedera-kepala--apa-yang-harus-orang-tua-lakukan-

Setelah menjalani operasi caesar, ibu disarankan untuk beristirahat total dan tidak melakukan banyak gerakan agar proses penyembuhan pasca operasi berjalan lancar. Namun, tidak sedikit ibu yang kerap merasakan nyeri saat buang air kecil pasca operasi caesar. Lantas, apakah ini termasuk hal yang normal? Yuk, ketahui penjelasannya dari dr. Novi Lutfiyanti, SpOG berikut ini!Nyeri saat buang air kecil pasca operasi caesarNyeri saat buang air kecil setelah operasi caesar merupakan hal yang normal. Hal ini biasanya terjadi hingga berminggu-minggu, sekitar 4-6 minggu pasca operasi. Rasa nyeri yang dirasakan biasanya terjadi akibat pemasangan kateter yang dilakukan untuk memfasilitasi tindakan operasi.Setelah kateter dilepas, terdapat sedikit rasa tidak nyaman saat berkemih. Namun, nyeri berkemih bisa juga disebabkan oleh infeksi saluran kemih, terutama bila nyerinya menetap dan disertai demam.Apabila nyeri disebabkan karena pemasangan kateter, maka dapat hilang sendiri setelah beberapa hari. Namun, bila terdapat tanda infeksi maka Mom akan disarankan untuk memeriksakan urin dan mungkin akan diberi antibiotik.Berikut ini perawatan mandiri di rumah yang bisa Mom lakukan pasca operasi caesar, yaitu:1. Minum banyak air putihAgar bakteri tidak sempat berkembang biak di saluran kemih, perbanyak konsumsi air putih sebanyak 2-3 liter.2. Konsumsi vitamin CAntioksidan yang terkandung di dalam vitamin C dapat meningkatkan fungsi sistem kekebalan tubuh. Melalui penelitian dalam jurnal European Urology yang diterbitkan pada 2016 lalu, vitamin C bereaksi dengan nitrat dalam urine untuk membentuk nitrogen oksida yang dapat membunuh bakteri. Hal ini dapat menurunkan pH urine sehingga kemungkinan bakteri bertahan hidup lebih kecil.3. Konsumsi probiotikMakanan yang mengandung probiotik seperti Lactobacillus dapat menjaga saluran kemih tetap sehat dan bebas bakteri berbahaya.4. Jaga kebersihan area kewanitaanSetelah buang air kecil, bersihkan dengan gerakan dari depan ke belakang untuk mencegah bakteri bersentuhan dengan organ intim. Bakteri yang bersarang di area anus dapat menyebabkan infeksi saat bersentuhan dengan organ intim.5. Segera buang air kecilJika selama ini Mom sering menahan buang air kecil, sebaiknya kebiasaan buruk ini segera ditinggalkan. Terlalu sering menahan buang air kecil bisa memicu infeksi saluran kemih. Apalagi jika Mom melakukan operasi caesar, sebaiknya langsung buang air kecil jika sudah terasa.Semoga penjelasan di atas bermanfaat, ya untuk MomDad. Jika ingin membaca artikel lainnya seputar tumbuh kembang anak, pantau terus artikel terbaru kami melalui aplikasi PrimaKu dan jangan lupa follow Instagram <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku.</a>Suka dengan artikel ini? Yuk, like, save, dan share artikelnya!Sumber foto: PexelsArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Nyeri Saat Buang Air Kecil Pasca Operasi Caesar, Normalkah?

nyeri-saat-buang-air-kecil-pasca-operasi-caesar--normalkah-

MomDad pasti ngeh deh kalau Flu Singapura belakangan lagi marak. Penyakit yang disebabkan infeksi ini ternyata mudah sekali menular, lho!Dilansir dari situs resmi IDAI, bahkan belum ada vaksin yang bisa mencegah atau bahkan meminimalisir terjadinya Flu Singapura. Meski demikian, MomDad gak perlu khawatir.Yuk, ketahui lebih lanjut terkait gejala, pencegahan, hingga cara penanganan Flu Singapura langsung dari narasumber Dr. dr. Anggraini Alam, Sp.A (K) dan dr. Andina Nirmala Pahalawati, Sp.A sebagai moderator dengan menyaksikan video Youtube Live di atas!

Flu Singapura Mengintai Saat Covid Belum Usai, Cegah dan Tangani dengan Cara yang Tepat!

flu-singapura-mengintai-saat-covid-belum-usai--cegah-dan-tangani-dengan-cara-yang-tepat-

Dalam perjalanan perkembangan kemampuan bicara dan bahasa, terkadang anak mengalami kesulitan dalam pengucapan kata-kata. Kesulitan tersebut bisa saja membuat MomDad khawatir terhadap kemungkinan anak mengalami masalah gagap atau stuttering.&nbsp;Di usianya yang semakin bertambah, anak akan belajar membuat kalimat yang lebih kompleks seiring dengan pertambahan kosa katanya. Awalnya, mereka hanya mampu membuat kalimat sederhana seperti “Mama, minum” lalu berkembang hingga mereka dapat membuat kalimat yang lebih panjang seperti “Mama, aku mau minum jus mangga di gelas biru”.&nbsp;Selama proses perkembangan tersebut, wajar bila terjadi pengulangan kata-kata maupun frasa. Lantas, apakah pengulangan kata nantinya akan berkembang menjadi gagap atau hanya sesaat? Yuk, simak ulasannya berikut ini!Mengenal disfluensiDisfluensi adalah pengulangan kata atau frase yang umum terjadi pada anak yang sedang dalam proses perkembangan bicara dan bahasa. Sekitar 5% anak usia 2,5 hingga 5 tahun mengalami disfluensi pada salah satu tahap perkembangannya.&nbsp;Disfluensi ini dapat terjadi tanpa alasan yang jelas, namun lebih sering terjadi ketika anak lelah, sangat bersemangat, atau terburu-buru ketika bicara. Umumnya disfluensi akan menghilang sendiri setelah beberapa waktu namun tidak menutup kemungkinan bahwa disfluensi dapat berkembang menjadi suatu kegagapan.&nbsp;Perbedaan disfluensi berisiko dan tidak berisiko<img src="https://storage.primaku.com/editor/1656574306249-f8bcea7e.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-810773850-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Berikut adalah beberapa perbedaan antara disfluensi tipikal dengan disfluensi yang berisiko berkembang menjadi kegagapan.<table class="e-rte-table" style="width: 100%; min-width: 0px;"><tbody><tr><td style="width: 50%;" class="">Disfluensi tipikal yang tidak terlalu berisiko untuk berkembang menjadi gagap </td><td style="width: 50%;" class="">Disfluensi yang berisiko berkembang menjadi gagap </td></tr><tr><td style="width: 50%;" class="">Anak mengulang frasa atau satu kata. Contoh: "Tapi ... tapi aku tidak ingin pergi" atau "dia mengambil ... dia mengambil mainanku." </td><td style="width: 50%;" class="">Anak mengulang bunyi atau penggalan kata. Contoh: "Lihat b-b-b-ayi itu.." </td></tr><tr><td style="width: 50%;" class="">Anak menggunakan kata-kata seperti “mmm, eeee, hummm.” </td><td style="width: 50%;" class="">Terdapat pemanjangan bunyi. Contoh: "Ssssssssssuara apa itu?" </td></tr><tr><td style="width: 50%;" class="">Anak tidak tampak kesulitan saat bicara. </td><td style="width: 50%;" class="">Anak tampak kesulitan saat bicara atau sulit mengungkapkan kata-kata. </td></tr><tr><td style="width: 50%;" class="">Tidak tampak perilaku lain saat bicara </td><td style="width: 50%;" class="">Tampak perilaku yang muncul saat bicara, seperti mengedip-ngedipkan mata, mengetuk-ngetukkan jari, membuang muka. </td></tr><tr><td style="width: 50%;" class="">Anak tidak tampak kesal atau bersikap negatif ketika berbicara. </td><td style="width: 50%;" class="">Anak tampak merasa bahwa bicara adalah sesuatu yang menakutkan atau membuat stres. </td></tr><tr><td style="width: 50%;" class="">Tidak ada riwayat keluarga dengan kegagapan. </td><td style="width: 50%;" class="">Ada riwayat keluarga dengan kegagapan. </td></tr><tr><td style="width: 50%;" class="">Berlangsung kurang dari 6 bulan. </td><td style="width: 50%;" class="">Berlangsung lebih dari 6 bulan.</td></tr></tbody></table>Tanda-tanda awal gagap bisa terlihat saat anak berusia 18-24 bulan. Pada umumnya, anak-anak akan memiliki kosakata baru dan bisa menyusunnya menjadi kalimat. Namun, beberapa anak mungkin akan terdengar mengulang kata di fase ini dan merupakan hal yang wajar.Lepas usia 2 tahun, anak yang memiliki ciri-ciri berbicara dengan pemanjangan bunyi atau bahkan memburuk dengan gerakan tubuh dan wajah yang tidak biasa memungkinkan anak mengalami disfluensi yang berisiko menjadi gagap.Faktor risiko yang memungkinkan gagap pada anak<img src="https://storage.primaku.com/editor/1656574346884-f525f75f.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="pexels-tuấn-kiệt-jr-1765412.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Kemungkinan ada beberapa masalah yang bisa berkontribusi terhadap gangguan gagap pada anak, misalnya saja:Riwayat keluarga yang gagapGagap pada anak bisa bersifat genetik atau diturunkan dari orang tua. Ada pula yang menganggap jika ada orang terdekat yang gagap atau pernah gagap saat kecil kemungkinan anak akan mengikutinya.Jenis kelamin laki-lakiKasus gagap lebih banyak ditemui pada laki-laki dibandingkan perempuan. Untuk itu, jenis kelamin diduga jadi salah satu faktor risiko anak alami gagap.Usia timbulnya disfluensi pada usia di atas 4 tahunTanda anak gagap bisa dilihat sejak dini saat anak mulai menyusun kosakata. Disfluensi bisa saja makin memburuk dan berujung pada gagap. Biasanya disfluensi yang tidak berisiko hanya berlangsung kurang dari 6 bulan, sementara jika lewat 6 bulan bisa saja berkembang menjadi gagap.Ada masalah bicara atau bahasa yang lainTumbuh kembang yang terhambat bisa menjadi salah satu faktor risiko gagap. Anak-anak yang pertumbuhannya bermasalah atau memiliki gangguan bicara memiliki risiko lebih besar mengidap gagap.Gagap bisa diatasi dengan terapi. Terapi gagap nantinya akan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pasien. Terapi memiliki efektivitas lebih tinggi pengidap anak-anak dibandingkan orang dewasa. Untuk itu, jika anak memiliki ciri-ciri atau risiko gagap, MomDad bisa konsultasikan segera dengan dokter anak agar dapat dilakukan evaluasi terhadap perkembangan bicara dan bahasa anak.&nbsp;Nah, itu dia beberapa hal yang perlu MomDad ketahui mengenai gejala gagap pada anak. Untuk mengetahui lebih banyak konten informatif lainnya bisa dengan mengikuti Instagram <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a> atau dengan membaca artikelnya di aplikasi PrimaKu.&nbsp;Suka dengan artikel ini? Yuk, like, save, dan share artikelnya!&nbsp;Sumber foto: iStockArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.<div style="text-align: justify;"> </div>

Ketahui Sejak Dini Mengenai Anak Gagap dan Gejalanya di Sini!

ketahui-sejak-dini-mengenai-anak-gagap-dan-gejalanya-di-sini-

Belakangan, flu singapura sedang marak terjadi pada anak. Flu singapura atau yang sering dikenal sebagai hand, foot, dan mouth disease (HFMD) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus, terutama oleh virus coxsackie. Dilansir dari situs resmi IDAI, belum ada vaksin yang bisa mencegah atau bahkan meminimalisir terjadinya flu singapura. Untuk mengurangi rasa penasaran dan khawatir MomDad, yuk kita bahas seputar flu singapura.Gejala flu singapuraGejala flu singapura meliputi:<ul><li style="text-align: justify;">Demam</li><li style="text-align: justify;">Nyeri menelan</li><li style="text-align: justify;">Seriawan di dalam mulut dan sekitarnya, seperti pada lidah, langit-langit, dan selaput lendir pipi bagian dalam</li><li style="text-align: justify;">Ruam pada telapak tangan dan kaki yang dapat berubah menjadi lenting atau bisul, serta di area bokong</li><li style="text-align: justify;">Anak yang mengalami flu singapura ini terkadang juga rewel, hilang nafsu makan karena nyeri di area mulut, dan dapat tampak lemas karena kurang minum.</li></ul><div style="text-align: justify;"><img src="https://storage.primaku.com/editor/1656496439693-174a3e7b.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1332473025-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> </div>Tidak semua gejala flu singapura dapat dijumpai pada anak. Terkadang, hanya beberapa gejala saja yang timbul. Gejala seriawan biasanya baru muncul setelah 1-2 hari setelah demam. Seriawan pada bayi atau anak tidak selalu terlihat jelas, seringkali hanya ditunjukkan dengan gejala tidak mau makan, mengeluarkan liur lebih banyak dari biasa, atau hanya mau minum atau mengonsumsi makanan dingin.Cara penanganan flu singapura<img src="https://storage.primaku.com/editor/1656496452622-f0d15f4b.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Picture1.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Pengobatan flu singapura umumnya bersifat suportif. MomDad dapat memberikan parasetamol apabila anak demam, atau membantu menurunkan demam dengan kompres hangat di area lipatan leher, ketiak, dan selangkangan. Pastikan anak mengkonsumsi cukup cairan karena nyeri akibat sariawan dapat membuat bayi atau anak tidak mau minum sehingga asupan cairan anak berkurang. Hal ini berisiko mengakibatkan dehidrasi.Memberikan makanan pada suhu dingin dengan tekstur lunak untuk mengurangi nyeri juga dapat menjadi alternatif yang dapat MomDad lakukan di rumah.Cara penyebaran flu singapuraPenularan terjadi apabila menghirup atau kontak langsung dengan virus yang berada di dalam cairan yang dikeluarkan dari saluran napas saat bersin, batuk, atau berbicara. Penyakit ini bersifat menular sekitar 10 hari, dimulai dari 5 hari sebelum munculnya ruam.Jika MomDad ingin tahu lebih banyak informasi seputar flu singapura, jangan lupa nanti malam (Rabu, 29 Juni 2022) nonton Youtube Live bersama Dr. dr. Anggraini Alam, Sp.A (K) dan dr. Andina Nirmala Pahalawati, Sp.A sebagai moderator di akun <a class="e-rte-anchor" href="https://www.youtube.com/watch?v=tm5Rnu6kIlA" title="https://www.youtube.com/watch?v=tm5Rnu6kIlA" target="_blank">YouTube PrimaKu</a> jam 19:00 WIB.Suka dengan artikel ini? Yuk like, save, dan share artikelnya!Referensi:<ul><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.cdc.gov/hand-foot-mouth/index.html" title="https://www.cdc.gov/hand-foot-mouth/index.html">https://www.cdc.gov/hand-foot-mouth/index.html </a></li><li style="text-align: justify;">Putri ND. Buku ilustrasi demam dan ruam. Badan Penerbit IDAI</li><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hand-foot-and-mouth-disease/symptoms-causes/syc-20353035" title="https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hand-foot-and-mouth-disease/symptoms-causes/syc-20353035">https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hand-foot-and-mouth-disease/symptoms-causes/syc-20353035 </a></li></ul>Sumber foto: iStockArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Hati-Hati, Kenali Gejala Flu Singapura pada Anak!

hati-hati--kenali-gejala-flu-singapura-pada-anak-

Seriawan adalah penyakit mulut yang tidak diinginkan oleh hampir semua orang, karena membuat kita merasa tidak nyaman saat berbicara maupun makan. Tidak hanya dapat terjadi pada orang dewasa, ternyata bayi juga bisa seriawan, lho. Jika si Kecil sudah terlanjur seriawan, apa yang sebaiknya orang tua lakukan untuk mengobatinya?Penyebab sariawan pada bayiBayi dapat mengalami seriawan meskipun sangat jarang terjadi.&nbsp; Penyebab seriawan pada bayi, biasanya dipicu oleh beberapa hal, antara lain:<ul><li style="text-align: justify;">Mulut kering</li><li style="text-align: justify;">&nbsp;Infeksi virus, seperti infeksi virus herpes simpleks tipe 1, infeksi bakteri atau jamur</li><li style="text-align: justify;">Luka pada daerah mulut akibat tergigit</li><li style="text-align: justify;">&nbsp;Kekurangan vitamin atau mineral tertentu, seperti asam folat</li><li style="text-align: justify;">Alergi makanan atau bahan lain yang masuk ke dalam mulut, seperti pasta gigi</li></ul>Cara mengobati seriawan pada bayiPengobatan seriawan pada bayi bergantung kepada penyebabnya. Apabila disebabkan oleh infeksi jamur, dapat diberikan obat anti jamur yang dapat bekerja di area mulut. Beberapa hal yang dapat diberikan untuk mengurangi gejala antara lain adalah obat anti nyeri yang diminum, obat anti peradangan topical (obat luar), obat semprot yang bersifat pereda nyeri (dalam bentuk spray atau mouthwash).&nbsp;Semoga penjelasan di atas bermanfaat ya untuk MomDad dan seriawan si Kecil dapat terobati selama perlahan.Jika ingin tahu lebih banyak informasi seputar tumbuh kembang anak, pantau terus artikel terbaru kami melalui aplikasi PrimaKu atau website <a class="e-rte-anchor" href="http://www.primaku.com/" title="http://www.primaku.com/" target="_blank">primaku.com</a>. Jangan lupa juga follow Instagram <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a> ya!Suka dengan artikel ini? Yuk, like, save, dan share artikelnya!Sumber foto: FreepikSumber: Legeret C, Furlano R. Oral ulcers in children – a clinical narrative overview. Italian J Pediatr. 2021.Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.<div style="text-align: justify;"> </div>

Bayi Mengalami Seriawan, Normal Enggak ya?

bayi-mengalami-seriawan--normal-enggak-ya-

Liburan tentu jadi momen yang menyenangkan dan yang paling ditunggu-tunggu oleh keluarga. Saking semangatnya, terkadang MomDad lupa nih mengenai kesehatan diri. Apalagi, setelah keluarga baru saja kembali dari liburan,Bukan keceriaan yang didapat, sepulang ke rumah biasanya anak mulai rewel dan sakit. Kenapa ya? Untuk cari tahu jawabannya, yuk simak artikel ini sampai bawah!Penyebab si Kecil kerap sakit seusai liburanAda beberapa kemungkinan yang menyebabkan si Kecil sakit setelah liburan, antara lain:<ul><li style="text-align: justify;">Saat liburan, si Kecil dapat terpapar berbagai kuman yang tidak ditemuinya di rumah. Hal ini sebenarnya penting untuk melatih sistem kekebalannya. Namun, tentu saja, dia akan menjadi “sakit” apabila sistem kekebalannya 'gagal' mengusir kuman sebelum kuman tersebut menimbulkan gejala sakit.</li><li style="text-align: justify;">Hal lain yang mungkin menyebabkan si Kecil sakit adalah jadwal makan dan tidur yang tidak teratur. Pada saat liburan biasanya terdapat perubahan jadwal tidur dan makan anak. Mungkin pada saat seharusnya anak istirahat, MomDad sedang berada dalam perjalanan dan tidak mungkin menghentikan perjalanan. Belum lagi, jika suasana lingkungan yang bising dapat mengganggu tidur anak. Kondisi kurang tidur dapat melemahkan sistem imun dan membuat seorang anak lebih rentan sakit. Bila memungkinkan, atur jadwal perjalanan sesuai dengan jam istirahat anak. Jadwalkan istirahat setiap 2-4 jam apabila melakukan perjalanan darat agar stamina MomDad juga terjaga.</li><li style="text-align: justify;">Pada dasarnya, tubuh memerlukan nutrisi seimbang agar fungsi kekebalan dapat berfungsi dengan baik. Kesulitan menerapkan hal ini saat liburan dapat menjadi faktor yang membuat anak lebih rentan sakit saat liburan. Tak hanya itu, MomDad juga perlu menjaga asupan cairan agar tidak terjadi dehidrasi.</li><li style="text-align: justify;">Kebersihan lingkungan dan makanan juga dapat menjadi faktor penyebab anak mudah sakit saat liburan. MomDad perlu berupaya memilih mengunjungi tempat-tempat yang&nbsp; lingkungannya relatif bersih dan tempat makan yang kebersihannya terjamin.</li></ul>Apa yang harus dilakukan agar kondisi si Kecil kembali fit?Setelah momen liburan yang menyenangkan, tentu MomDad tak ingin melihat anak sakit, dong. Untuk itu, ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar kondisi si Kecil kembali fit seusai liburan, seperti berikut ini:<ul><li style="text-align: justify;">Makan bergizi dan teratur. Jika jadwal makan berubah saat anak berlibur, kini saatnya mengembalikan jadwalnya menjadi teratur kembali. Jangan lupa juga untuk senantiasa memberikan nutrisi seimbang yang mengandung karbohidrat, protein, lemak, serta serat dan cairan yang cukup agar tubuh anak memperoleh asupan yang diperlukan untuk pemulihan serta menjaga sistem kekebalannya.</li><li style="text-align: justify;">Jaga pola tidur agar tetap teratur. Atau, jika pola tidur berubah saat liburan, segera kembalikan lagi sesuai jadwal tidur yang rutin sehingga dapat memenuhi kebutuhan jam tidur anak sesuai usia.</li></ul>Nah, itu dia beberapa hal yang perlu MomDad ketahui mengenai penyakit anak setelah liburan. Untuk mendapatkan lebih banyak konten informatif lainnya, MomDad bisa mengikuti akun Instagram <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a> dan jangan lupa baca artikel lainnya di aplikasi PrimaKu, ya!Sumber foto: iStockArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Si Kecil Kerap Sakit Usai Liburan? Bisa Jadi Hal-Hal Ini Penyebabnya

si-kecil-kerap-sakit-usai-liburan--bisa-jadi-hal-hal-ini-penyebabnya

Seperti yang MomDad tahu, bayi belum memiliki kemampuan mengunyah yang sempurna dan saluran pernapasan yang masih kecil, oleh karena itu mereka sering tersedak. Sebagai orang tua, apakah MomDad sudah tahu harus bagaimana jika si Kecil tersedak? Pasalnya, jika tidak ditangani dengan cara yang tepat, tersedak bisa menimbulkan masalah yang serius, lho! <span style="background-color: unset; text-align: inherit; color: rgb(38, 38, 38); font-family: -apple-system, &quot;system-ui&quot;, &quot;Segoe UI&quot;, Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;">Agar lebih paham penanganannya, yuk, saksikan tayangan ulang Instagram Live bersama dr. Kurniawan T Kadafi, M.Biomed, SpA(K)&nbsp;<span style="background-color: unset; text-align: inherit; color: rgb(38, 38, 38); font-family: -apple-system, &quot;system-ui&quot;, &quot;Segoe UI&quot;, Roboto, Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 14px;">dan&nbsp; dr. Tiara Nien Paramita, Sp.A dengan tema “Jangan Panik, Kuasai Cara dan Pertolongan Pertama Anak Tersedak bareng Ahlinya!".