Salah satu tahap tumbuh kembang penting anak menuju kemandirian adalah kemampuannya untuk buang air sendiri di toilet. Peran orang tua pun amat dibutuhkan agar proses melatih anak terbiasa buang air di toilet (toilet training) berjalan dengan baik. Namun, pada prosesnya, terkadang orang tua menemukan berbagai tantangan. Sebenarnya, kapan sih waktu yang tepat untuk melakukan toilet training pada anak? Tahap pelaksanaan toilet training<img src="https://storage.primaku.com/editor/1669261581378-82aab29f.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="toilet training_1.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Sebelum melakukan toilet training, orang tua perlu sepakat dengan pihak yang terlibat dalam pengasuhan anak, seperti anggota keluarga, pengasuh, atau petugas tempat penitipan anak (day care). MomDad juga bisa menemui dokter anak lebih dulu untuk menentukan kesiapan anak serta rencana pendekatan yang akan dilakukan.MomDad juga perlu memberikan dorongan kepada anak untuk percaya diri melakukannya sendiri dan beri pujian setiap ia berhasil. Jangan sampai memaksakan jika anak belum siap, karena jika ia merasa tertekan atau tidak nyaman, ia mungkin akan menahan buang airnya.Anak mungkin masih akan buang air di celana karena masih belum terbiasa. Hal ini tentunya wajar dan sebaiknya MomDad tetap memberikan dukungan. Jangan sampai emosi atau bahkan membentak anak karena tekanan yang ia alami bisa menjadi kemunduran. Tetap beri pengertian agar ia mau belajar dan terbiasa.Waktu yang tepat untuk toilet training<img src="https://storage.primaku.com/editor/1669261588943-cc6d3e78.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="toilet training_2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Jika membahas berapa usia yang tepat, sebenarnya tidak ada usia yang pasti. Kesiapan anak bisa dilihat dari kematangan fisik dan psikologis yang umumnya muncul mulai usia 18 bulan hingga 2,5 tahun. Karena itu, MomDad bisa melihat tanda-tanda kesiapan anak, antara lain:<ul><li style="text-align: justify;">Mampu menirukan orang tua dan menunjukkan ketertarikan untuk belajar</li><li style="text-align: justify;">Mampu mengembalikan benda-benda ke tempat semula, baik diminta atau tidak</li><li style="text-align: justify;">Mampu menunjukkan tanda kemandirian dengan berkata tidak</li><li style="text-align: justify;">Mampu berjalan dan duduk dengan baik</li><li style="text-align: justify;">Mampu menyampaikan keinginan buang air</li><li style="text-align: justify;">Mampu melepas dan memakai pakaiannya</li></ul>Setelah membaca penjelasan di atas, apakah si Kecil sudah diap untuk diajarkan toilet training, MomDad?​Pastikan MomDad membaca dan memahami penjelasan di atas ya, agar bisa menjawab Kuis dengan benar. Good luck, MomDad! Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Kapan Anak Siap Diajarkan Toilet Training?

kapan-anak-siap-diajarkan-toilet-training-

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), angka stunting di Indonesia tahun 2021 mencapai 24,4% dan masih tergolong tinggi karena prevalensi angka stunting seharusnya kurang dari 20% mengacu pada data World Health Organization (WHO). Gejala stunting kerap dikaitkan dengan tinggi badan anak yang kurang optimal atau pendek. Namun, apakah anak pendek sudah pasti stunting?Pendek tidak selalu stunting<img src="https://storage.primaku.com/editor/1668999234242-fd031bec.jpg" class="e-rte-image e-imginline e-resize e-img-focus" alt="stunting_2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Perawakan pendek dapat disebabkan oleh variasi normal atau kondisi patologis, seperti stunting, atau kelainan endokrin. Stunting sendiri menjadi merupakan masalah kesehatan yang masih menjadi beban di negara kita. Stunting adalah perawakan pendek yang disebabkan oleh malnutrisi dan atau penyakit kronik. Perlu diingat, stunting merupakan salah satu penyebab perawakan pendek, tetapi tidak semua perawakan pendek adalah stunting.Perawakan pendek bisa dikatakan normal, terutama bila orang tua juga memiliki postur tubuh yang tidak terlalu tinggi. Bagaimana pun, anak akan mewarisi genetik kedua orang tuanya secara alami. Hal ini disebut familial short stature.Mengukur tinggi badan anak<img src="https://storage.primaku.com/editor/1668999240875-c7a2f9e8.jpg" class="e-rte-image e-imginline e-resize e-img-focus" alt="stunting_3.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px; outline: rgb(74, 144, 226) solid 2px;"> Untuk menentukan apakah perawakan pendek anak dianggap familial short stature atau tidak, bisa kita ukur dengan Tinggi Potensi Genetik (TPG). TPG adalah perkiraan tinggi akhir (tinggi dewasa) anak yang dihitung berdasarkan tinggi badan orang tua. MomDad bisa melakukan pengukuran dengan melihat rumus di bawah ini:<ul><li style="text-align: justify;">TPG anak laki-laki = ((TB ibu (cm) + 12 cm) + TB ayah (cm))/2 ± 8,5 cm</li><li style="text-align: justify;">TPG anak perempuan = ((TB ayah (cm) - 12 cm) + TB ibu (cm))/2 ± 8,5 cm</li></ul>Angka 12 cm adalah rata-rata selisih tinggi badan laki-laki dan perempuan dewasa di suatu populasi. Angkanya dapat berbeda di berbagai negara. Di Indonesia, selisihnya 12 cm. Angka 8,5 cm adalah rentang ketidakpastian estimasi TPG ke atas dan ke bawah.&nbsp;Setelah mendapatkan nilainya, skor-z tinggi badan anak dibandingkan dengan skor-z dari rentang estimasi TPG. Bila nilai skor-z tinggi badan anak berada di dalam rentang skor-z TPG, maka tinggi anak masih dapat disebut sebagai variasi normal untuk potensi genetiknya.&nbsp;Hal lain yang sangat penting diperhatikan dalam menilai tinggi badan anak adalah laju pertumbuhannya. Anak harus diukur pertumbuhannya secara berkala, sehingga setiap masalah yang mungkin terjadi dapat dideteksi lebih dini.Jadi, sebelum menentukan apakah anak berperawakan pendek mengalami stunting atau faktor lainnya, MomDad perlu melakukan pengukuran lebih dulu, ya! Jangan ragu untuk menemui dokter jika masih ada yang perlu ditanyakan.Sumber foto: iStockArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Anak Pendek, Apakah Sudah Tentu Stunting?

anak-pendek--apakah-sudah-tentu-stunting-

Mom, jangan kaget ya kalau beberapa hari setelah persalinan, berat badan bayi berkurang dari berat lahir. Kondisi ini normal terjadi, kok. Namun, Mom pasti bertanya-tanya, apakah hal ini disebabkan oleh ASI yang tidak cukup, atau masalah kesehatan lainnya?Nah, untuk mengetahui penyebab berat badan bayi yang menyusut setelah lahir, yuk simak artikel ini sampai bawah!Penyebab BB bayi menyusut setelah lahir<img src="https://storage.primaku.com/editor/1668744884792-d3b7aba7.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-698107918-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Penurunan berat badan saat lahir merupakan fenomena fisiologis yang terjadi akibat bayi kehilangan cairan berlebih yang dibawanya saat lahir dalam 3-4 hari pertama. Penurunan berat badan ini juga terjadi akibat penggunaan cadangan lemak sebagai sumber energi saat bayi baru lahir sembari menunggu produksi ASI ibu bertambah.&nbsp;Penurunan yang terjadi biasanya berkisar antara 7-10% berat badan lahir dan akan kembali ke berat lahir pada usia 1-2 minggu kehidupan. Lantas, kapan umumnya berat badan bayi kembali? Untuk mendapatkan kembali berat badan semula, Mom perlu membantu bayi dengan tetap menyusuinya. Namun, bila berat badan tidak naik juga hingga usia 2 bulan, segera konsultasikan ke dokter ya.Tips khusus menyusui agar BB bayi kembali naik<img src="https://storage.primaku.com/editor/1668744893012-05ded582.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1219122075-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Pada bayi yang diberikan ASI eksklusif, payudara ibu harus mendapatkan stimulasi sesering mungkin terutama dalam 72 jam pertama kelahiran agar produksi ASI mengalami peningkatan bermakna. Kuncinya adalah menyusui sesering mungkin dan sesuai permintaan bayi.&nbsp;Pada bayi yang mendapatkan susu formula, pemberian susu sekitar 30 ml (1 sendok takar) setiap 2-3 jam diperlukan agar dapat mencukupi kebutuhan bayi, dan membantu catch up kenaikan berat badan pada hari ketiga-keempat pasca kelahiran.Kapan orang tua perlu khawatir?<img src="https://storage.primaku.com/editor/1668744992354-3d9385d7.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="adult-taking-care-baby-weight_23-2149607781.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Walaupun penurunan berat badan bayi dianggap normal, sebagai orang tua sebaiknya jangan lengah dan tetap pastikan berat badan naik berangsur-angsur. MomDad perlu berkonsultasi dengan dokter apabila dijumpai penurunan BB &gt; 10% berat lahir dalam seminggu pertama kelahiran, bayi tampak kuning, lemas, tidak mau menyusu, BAK pekat dan berwarna jingga, atau jika terdapat kejang pada bayi. Penurunan berat badan yang terlalu banyak menunjukkan bayi terlalu banyak kehilangan cairan atau kehilangan cadangan lemak.&nbsp;Nah, itu dia beberapa hal yang perlu MomDad ketahui mengenai berat badan bayi. Pastikan untuk memantau berat badan bayi setiap minggu pada 4-12 minggu pertama kehidupan, dilanjutkan dengan setiap bulan pada bulan-bulan selanjutnya. Jangan lupa untuk mengukur panjang badan dan lingkar kepala juga ya, MomDad.MomDad mau&nbsp;share&nbsp;informasi atau pertanyaan seputar tumbuh kembang bersama orang tua lainnya? Yuk, ceritakan pengalaman MomDad di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/tumbuh-kembang" title="https://primaku.page.link/tumbuh-kembang" target="_blank" style="text-decoration-line: underline; background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Forum Tumbuh Kembang</a>! Selain itu, MomDad juga bisa bertanya seputar kesehatan si Kecil dan akan dijawab langsung oleh ahli, lho. Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Berat Badan Bayi Menyusut setelah Lahir, Apa Penyebabnya?

berat-badan-bayi-menyusut-setelah-lahir--apa-penyebabnya-

Berada di rumah terkadang membuat anak bosan dan akhirnya menggunakan banyak waktunya untuk menonton TV. Beragam dampak bisa terjadi saat anak terlalu banyak di depan layar, salah satunya gangguan kesehatan mata.&nbsp;Dampak dari masalah tersebut dapat membuat anak sulit untuk membaca, berkonsentrasi, hingga terlambat dalam belajar. Enggak mau kan anak mengalami hal tersebut? Untuk itu, yuk simak tips menjaga kesehatan mata anak di rumah!Makan dalam jumlah yang cukup dan bergizi<img src="https://storage.primaku.com/editor/1668590377250-fa8720bc.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1333733932-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Upayakan makan buah dan sayur dalam porsi yang cukup sebab buah dan sayur mengandung vitamin dan mineral yang berguna bagi kesehatan mata. Beberapa nutrisi diketahui penting dan bermanfaat untuk kesehatan mata anak antara lain, vitamin E, vitamin C, zinc, asam lemak omega-3, dan lutein.&nbsp;MomDad bisa memberikan anak berbagai macam sayuran dan buah-buahan misalnya saja wortel, tomat, stroberi, dan makanan laut seperti ikan salmon atau udang yang kaya mengandung berbagai vitamin dan mineral di atas.&nbsp;Batasi screen time<img src="https://storage.primaku.com/editor/1668590387761-6211b9a2.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1171532724-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Peningkatan durasi screen time dapat menyebabkan masalah mata. Istirahatkan mata anak dari aneka jenis gawai untuk memelihara kesehatan matanya. MomDad juga bisa membuat jadwal screen time anak, misalnya hanya bermain gawai pada hari Sabtu atau Minggu dengan durasi 2-3 jam saja. Di luar hari tersebut anak tidak boleh menggunakan gawai atau gadget.&nbsp;Tidur cukup<img src="https://storage.primaku.com/editor/1668590485028-8adeac24.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Tanpa judul(18).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Tidur merupakan proses restorasi atau pengistirahatan semua organ tubuh, termasuk mata. Kurang tidur dapat berpengaruh terhadap seberapa baik mata anak pulih dari berbagai paparan iritan, alergen, dan polutan.Main di luar rumah<img src="https://storage.primaku.com/editor/1668590553221-ab70d660.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1322337505-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Pada umumnya anak menghabiskan hari dengan aktivitas yang melibatkan penglihatan jarak dekat. Seperti halnya otot lain, otot mata juga memerlukan istirahat. Main di luar rumah memberi kesempatan mata untuk melihat jarak jauh, untuk mengistirahatkan otot-otot matanya. Selain itu, dengan bermain di luar rumah anak akan mendapat vitamin D dari sinar matahari, meningkatkan kemampuan sosial anak, dan memenuhi kebutuhan gerak anak.Periksa mata secara berkala<img src="https://storage.primaku.com/editor/1668590496392-11c1c1f2.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1328788580-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Agar bila ada ada kelainan pada mata, dokter dapat segera mengatasinya. MomDad bisa membawa anak ke dokter mata setidaknya 2 tahun sekali untuk memeriksakan kondisi matanya. Pemeriksaan ini tentu penting untuk mendeteksi lebih dini penyakit mata sehingga dokter bisa melakukan pengobatan yang optimal.&nbsp;Nah, itulah beberapa tips yang bisa MomDad lakukan di rumah. Jika MomDad curiga si Kecil mengalami gangguan penglihatan seperti tidak bisa membaca tulisan dari jarak tertentu atau kerap merasa pusing saat menatap layar, segera konsultasikan ke dokter mata, ya.&nbsp;MomDad mau&nbsp;share&nbsp;informasi atau pertanyaan seputar tumbuh kembang bersama orang tua lainnya? Yuk, ceritakan pengalaman MomDad di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/tumbuh-kembang" title="https://primaku.page.link/tumbuh-kembang" target="_blank" style="text-decoration-line: underline; background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Forum Tumbuh Kembang</a>! Selain itu, MomDad juga bisa bertanya seputar kesehatan si Kecil dan akan dijawab langsung oleh ahli, lho. Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Jaga Kesehatan Mata si Kecil di Rumah dengan Cara Ini!

jaga-kesehatan-mata-si-kecil-di-rumah-dengan-cara-ini-

Kecepatan seorang anak dalam belajar bicara berbeda satu sama lain. Pada usia dua tahun, anak diharapkan telah mampu mengucapkan kalimat yang terdiri atas dua kata. Namun, terdapat tanda – tanda perkembangan pada usia tertentu yang perlu dicapai sebelum ia mampu berbicara lancar. Ketika hal ini tidak terjadi, misalnya apabila pada ulang tahun pertama masih belum mengoceh babbling, sebaiknya berkonsultasi ke dokter anak agar dapat dilakukan penilaian.Penyebab anak terlambat bicara<img src="https://storage.primaku.com/editor/1668075303921-894137c4.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1305351081-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="max-width: 1062px; min-width: 0px; min-height: 0px;">Ada berbagai kemungkinan penyebab terlambat bicara pada anak, seperti kelainan bentuk organ penghasil suara, gangguan pendengaran, gangguan perilaku, gangguan perkembangan umum,&nbsp;specific language impairment, disabilitas intelektual, kurang stimulasi, masalah psikososial, maupun penyebab lainnya. Beberapa gangguan dapat terjadi bersamaan, misalnya anak dengan gangguan pendengaran juga memiliki gangguan perilaku.Diagnosis penyebab terlambat bicara berbeda pada tiap anak, derajat bobotnya juga berbeda, sehingga jenis penanganan dan lama terapi disesuaikan dengan masing – masing anak. Nah, karena perbedaan ini, maka hasilnya pun berbeda.Sebagai contoh, penanganan anak yang terlambat bicara karena gangguan pendengaran disarankan agar anak memakai alat bantu dengar sejak dini, di samping terapi wicara dan terapi lain apabila dibutuhkan. Semakin dini dilakukan penanganan, diharapkan hasil yang dicapai akan maksimal.Pencegahan anak terlambat bicara<img src="https://storage.primaku.com/editor/1668075311719-d4ccf470.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Tanpa judul(11).jpg" width="auto" height="auto" style="max-width: 1062px; min-width: 0px; min-height: 0px;">Dalam banyak kasus, kuncinya ada pada stimulasi perkembangan yang baik dan ketepatan waktu dalam menemukan tanda awal penyimpangan perkembangan anak. Sayangnya, beberapa keadaan yang menyebabkan terlambat bicara terjadi sejak lahir bahkan sejak di dalam kandungan, sehingga membutuhkan penanganan sedini mungkin. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan:<ul><li style="text-align: justify;">Stimulasi perkembangan bicara dan bahasa dapat dilakukan sejak dini. Contoh kegiatannya adalah membaca dengan suara jelas, mengajak bayi dan anak bercakap – cakap, memberi respon terhadap ocehan bayi dengan kata – kata sederhana, menjawab pertanyaan, atau bernyanyi. Gawai dan televisi bukan metode stimulasi yang baik.</li><li style="text-align: justify;">Pahami tahap perkembangan normal pada anak. Salah satu sumber acuan adalah buku kesehatan anak yang memuat data kelahiran , berat badan, dan rekam imunisasi yang diberikan segera setelah anak lahir. Rata – rata buku itu memuat panduan perkembangan normal dan stimulasi pada anak.</li><li style="text-align: justify;">Lakukan pemeriksaan deteksi dini gangguan perkembangan secara berkala di fasilitas kesehatan. Deteksi ini dapat dilakukan pada hari ketiga setelah bayi lahir.</li></ul>Tanda bahaya<img src="https://storage.primaku.com/editor/1668075484507-2279fcff.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="cheerful-mom-holding-sweet-baby-daughter-arms-cute-little-girl-copy-space-parenthood-childhood-concept_74855-12731.jpg" width="auto" height="auto" style="max-width: 1062px; min-width: 0px; min-height: 0px;">Kenali tanda bahaya gangguan perkembangan bicara dan bahasa pada anak, seperti:<ul><li style="text-align: justify;">Anak tidak bersuara sama sekali sampai usia 6 bulan</li><li style="text-align: justify;">Anak tidak mengoceh babbling sampai usia 12 bulan</li><li style="text-align: justify;">Tidak ada satu kata yang bukan mengoceh atau meniru ucapan orang lain pada usia 16 bulan</li><li style="text-align: justify;">Tidak mampu menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan terhadap benda pada usia 20 bulan</li><li style="text-align: justify;">Kurang mampu berbagi perhatian atau ketertarikan dengan orang lain pada usia 20 bulan</li><li style="text-align: justify;">Tidak mampu membuat frasa yang bermakna setelah usia 24 bulan</li><li style="text-align: justify;">Orang tua masih tidak mengerti perkataan anak pada usia 30 bulan</li><li style="text-align: justify;">Sering mengulang ucapan orang pada usia 30 bulan</li><li style="text-align: justify;">Respon yang tidak konsisten terhadap suara atau bunyi</li><li style="text-align: justify;">Hilangnya kemampuan bicara yang sebelumnya telah tercapai</li></ul>Semoga penjelasan di atas dapat membantu MomDad dalam mengenali tanda bahaya gangguan perkembangan bahasa pada si Kecil, ya. MomDad punya pertanyaan seputar kondisi si Kecil? Yuk, tanyakan pada ahli di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" title="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" target="_blank">Forum Tanya Dokter</a>!&nbsp;Pertanyaan MomDad akan dijawab langsung oleh dokter spesialis anak, lho. Sumber foto: FreepikPenulis&nbsp;: Dr. Catharine M Sambo, Sp.AArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Kenali Tanda Bahaya Gangguan Perkembangan Bicara pada Anak

kenali-tanda-bahaya-gangguan-perkembangan-bicara-pada-anak

Ada banyak faktor yang membuat si Kecil jadi rewel, salah satunya kurang istirahat atau tidur. Anak yang kurang tidur cenderung bisa mengalami tantrum hingga gangguan kesehatan mental di masa depan. Oleh karena itu, MomDad perlu menjaga dan mengawasi apakah kebutuhan tidur si Kecil sudah terpenuhi atau belum.&nbsp;Ketahui jumlah kebutuhan tidur anak<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667101250123-71108282.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-898852218-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Menurut <a class="e-rte-anchor" href="https://jcsm.aasm.org/doi/10.5664/jcsm.5866" title="https://jcsm.aasm.org/doi/10.5664/jcsm.5866" target="_blank">American Academy of Sleep Medicine</a>, setiap fase usia anak membutuhkan jam tidur tertentu untuk memaksimalkan kesehatan serta fase pertumbuhan. Di antaranya:&nbsp;<ul><li style="text-align: justify;">Anak usia 4-12 bulan harus mendapat tidur 12-16 jam sehari (termasuk tidur siang)</li><li style="text-align: justify;">Anak usia 1-2 tahun harus mendapat jam tidur selama 11-14 jam sehari (termasuk tidur siang)</li><li style="text-align: justify;">Anak usia 3-5 tahun harus mendapat jam tidur selama 10-13 jam sehari (termasuk tidur siang)</li><li style="text-align: justify;">Anak usia 6-12 tahun harus mendapat jam tidur selama 9-12 jam sehari (termasuk tidur siang)</li></ul>Tidak mengganggu fase deep sleepMenurut DR. dr. Fitri Hartanto, SpA (K) pola tidur dapat disesuaikan dengan kebutuhan tidur anak selama tidak kurang dari jumlah jam tidur yang dianjurkan untuk anak seusianya, serta tidak mengganggu “fase tidur dalam” anak di antara pukul 22.00 - 02.00 karena pada jam itulah hormon pertumbuhan akan keluar secara maksimal.Jadikan sebagai rutinitasJika jam tidur anak sudah terpenuhi sebaiknya MomDad menjadikan waktu tersebut sebagai rutinitas sekaligus membangun ritme sirkadian anak, sehingga jam tidur tidak berantakan dan ia mendapat tidur yang berkualitas.&nbsp;Hal yang terjadi jika anak kurang tidur<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667101333696-cf0c0123.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1015438082-612x612 (1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pola tidur yang terganggu karena kurangnya kualitas dan kuantitas akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Kuantitas tidur yang kurang menyebabkan anak sering rewel, kurang berkonsentrasi, dan menurunkan daya tahan tubuh. Sedangkan tidur yang kurang berkualitas dapat mengganggu kerja hormon pertumbuhan dan daya tahan tubuh anak.Nah, itu dia beberapa penjelasan seputar pola tidur anak. Jika MomDad menemui kendala dalam menghadapi jam tidur anak jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter, ya.Jika MomDad punya tips seputar menidurkan si Kecil, yuk share&nbsp;bersama MomDad lainnya&nbsp;di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/parenting" title="https://primaku.page.link/parenting" target="_blank" style="text-decoration-line: underline; background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Forum Parenting</a>!&nbsp;Selain itu, MomDad juga bisa bertanya seputar kesehatan si Kecil dan akan dijawab langsung oleh ahli, lho. Sumber foto:&nbsp;iStockArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Biar Enggak Gampang Rewel, Ini Tips Mengatur Pola Tidur Anak!

biar-enggak-gampang-rewel--ini-tips-mengatur-pola-tidur-anak-

MomDad yang memiliki anak balita, mungkin setuju bahwa usia di bawah lima tahun merupakan dimulainya fase anak menjadi sangat lincah dan tidak mau diam. Si Kecil pun membutuhkan aktivitas fisik untuk menyalurkan seluruh energinya yang terkesan tidak ada habisnya.&nbsp;American Heart Association merekomendasikan aktivitas fisik intensitas sedang selama minimum 60 menit per hari untuk anak-anak berusia dua tahun atau lebih. Aktivitas ini harus menyenangkan dan bervariasi sesuai dengan perkembangan usia anak. Selain untuk menyalurkan energi, aktivitas fisik ternyata sangat penting bagi pertumbuhan anak. Aktivitas fisik yang dimulai sejak dini merupakan salah satu fondasi hidup sehat yang akan terus dibawa anak sampai hari tuanya. Aktivitas fisik berguna untuk melatih tubuh dan pikiran atau jiwa. Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat (mensana in corpore sano). Karena itu, sejak kecil, anak harus sudah dibiasakan aktif secara fisik.&nbsp;Manfaat aktivitas fisikAktivitas fisik mempunyai banyak manfaat untuk anak. Di samping bermanfaat untuk mengurangi risiko obesitas, penyakit pembuluh darah dan keganasan di kemudian hari, aktivitas fisik juga sangat penting untuk optimalisasi pertumbuhan tulang dan otot. Keterampilan gerak, interaksi sosial, dan perkembangan otak juga akan terasah saat anak bermain. Anak yang aktif akan belajar dengan lebih efektif, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Anak akan merasa gembira dan percaya diri, serta memiliki pola tidur yang baik. Aktivitas fisik yang dilakukan sejak dini akan membentuk anak menjadi seorang dewasa yang bergaya hidup aktif.Berikut ini adalah beberapa tips aktivitas fisik anak sesuai kelompok usia:Usia bayi 0 - 1 Tahun<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667009487031-e1fa9753.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-865900660-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Pada bulan-bulan awal, selalu perhatikan dan topang kepala dan leher ketika diperlukan. Permainan dapat dilakukan sambil merangsang gerak berguling, duduk, merangkak, meraih dan menggenggam benda. Pastikan lingkungan tempat bermain dan sekitarnya aman. Saat bayi sedang terbangun, ajaklah ia untuk tengkurap. Rangsang bayi untuk berusaha menjangkau mainan menarik yang diletakkan di depannya.Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan setidaknya 30 menit floor-based play atau tummy time untuk bayi per harinya. Supaya bayi tidak terlalu lelah, 30 menit tersebut dapat terbagi dalam beberapa kali kegiatan dalam pengawasan ketat dari MomDad. Selain dirangsang untuk beraktivitas fisik, bayi juga tidak boleh terlalu sering digendong atau diletakkan di kursi atau stroller karena hal itu akan membatasi ruang geraknya. Screen time tidak direkomendasikan untuk bayi. Gunakan waktu "diam" atau sedentary untuk aktivitas yang interaktif, seperti membaca bersama orang tua.Usia 1 - 2 tahun<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667009630130-b3b5801f.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-865900660-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Ketika anak sudah mampu berjalan, pada usia sekitar satu hingga dua tahun, bentuk aktivitasnya dapat menjadi lebih bervariasi. Sesekali selipkan aktivitas yang memerlukan banyak tenaga dalam waktu singkat, seperti melompat-lompat, memanjat, berlari dan permainan outdoor lainnya. Mainkan musik dan ajak anak bergerak sesuai irama. Belajarlah bermain bola dengan cara lempar tangkap dan menendang. Permainan yang didorong dan ditarik seperti kereta-keretaan meningkatkan pemahaman anak tentang kesadaran ruang.Usia 3 - 5 tahun<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667009729924-634cdf1a.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-865900660-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Anak usia prasekolah pada usia sekitar 3-4 tahun memiliki banyak sekali pilihan permainan yang dapat dijadikan aktivitas fisik, seperti contoh pada tabel di atas. Pada rentang usia ini, selipkan latihan yang membuat anak bernafas lebih cepat dan dalam. Misalnya, ajak anak berlomba jarak pendek saat bersepeda, berjalan cepat (brisk walking), menari atau bermain lempar-tangkap. Untuk aktivitas fisik yang bersifat menguatkan tulang, anak dapat melakukan kegiatan seperti melompat, skipping, atau memanjat.Nah, itu dia aktivitas fisik yang tepat sesuai dengan usia si Kecil. Yuk, coba terapkan di rumah, MomDad!MomDad mau&nbsp;share&nbsp;informasi atau pertanyaan seputar tumbuh kembang bersama orang tua lainnya? Yuk, ceritakan pengalaman MomDad di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/tumbuh-kembang" title="https://primaku.page.link/tumbuh-kembang" target="_blank" style="text-decoration-line: underline; background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Forum Tumbuh Kembang</a>! Selain itu, MomDad juga bisa bertanya seputar kesehatan si Kecil dan akan dijawab langsung oleh ahli, lho. Sumber foto:&nbsp;World Health OrganizationArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.