Buat MomDad penggemar durian pasti punya pertanyaan kapan si Kecil boleh mengonsumsi buah kecintaan MomDad ini. Walaupun semua buah punya kandungan vitamin dan serta yang baik bagi tubuh, nyatanya tidak semua buah boleh dikonsumsi oleh si Kecil, lho! Terutama yang masih berusia bayi. Nah, untuk mengetahui kapan si Kecil bisa memakan durian, yuk simak artikel di bawah ini! Kapan anak boleh makan durian?<img src="https://storage.primaku.com/editor/1664779344027-5bad7ac1.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-827825074-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="max-width: 1062px; min-width: 0px; min-height: 0px;">Durian dapat diperkenalkan segera setelah bayi mulai makanan padat, tentu dengan tekstur yang disesuaikan. Durian tidak dianjurkan dikonsumsi rutin untuk anak di bawah usia satu tahun karena memiliki kandungan gula tinggi yang tidak baik untuk anak.&nbsp;Namun, MomDad juga perlu melihat reaksi anak terhadap durian. Coba berikan sedikit dulu untuk anak mengenal rasanya. Apabila tidak menyebabkan kembung, MomDad bisa secara perlahan menambah porsinya sedikit demi sedikit.&nbsp;Apa akibatnya jika anak yang belum cukup usia diberikan durian?<img src="https://storage.primaku.com/editor/1664779400588-49f11363.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1325439866-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="max-width: 1062px; min-width: 0px; min-height: 0px;">Durian mengandung serat yang cukup untuk menjaga kesehatan saluran cerna, juga mengandung karbohidrat, protein, lemak, asam folat, vitamin C, kalium, karotenoid, dan berbagai mikronutrien lain yang bermanfaat bagi kesehatan.&nbsp;Bayi di bawah 4 bulan belum dapat diberikan makanan padat apa pun karena mereka belum siap baik secara kematangan fisik maupun sistem saluran cerna. Beberapa risiko jika bayi di bawah 4 bulan diberikan makan padat adalah tersedak dan risiko usus masuk ke dalam usus.Selain itu, kandungan gas dalam durian juga dapat menyebabkan anak kembung..&nbsp;Hal yang sebaiknya diperhatikan sebelum dan sesudah makan durian<img src="https://storage.primaku.com/editor/1664779409016-43ad006f.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1338285645-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="max-width: 1062px; min-width: 0px; min-height: 0px;">Durian sering diproses menjadi makanan manis seperti pancake durian, es krim durian, dan kue-kue. Bayi dan anak berusia 1 tahun disarankan menghindari makanan berpemanis. Anak di atas usia 2 tahun juga disarankan membatasi jumlah asupan gula harian. Selain kandungan gula, durian tetap memiliki potensi menjadi&nbsp;choking hazard&nbsp;sehingga MomDad tetap harus berhati-hati dalam memberikan durian pada si Kecil.&nbsp;Nah, itu dia beberapa hal mengenai konsumsi durian pada anak. Kalau anak menunjukkan reaksi yang negatif setelah mengonsumsi durian seperti kembung, MomDad bisa menghentikan pemberian durian pada anak, ya.&nbsp;Ingin tahu tips dan informasi lainnya seputar&nbsp;kesehatan si Kecil? Ayo, baca artikel di aplikasi PrimaKu atau kunjungi&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/" title="https://primaku.com/" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">primaku.com</a>. Selain itu, MomDad bisa juga menonton seluruh tayangan ulang webinar di aplikasi, lho. Tak ketinggalan,&nbsp;follow&nbsp;juga akun&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Instagram</a>&nbsp;dan&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.tiktok.com/@officialprimaku" title="https://www.tiktok.com/@officialprimaku" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">TikTok</a>&nbsp;PrimaKu supaya enggak ketinggalan update informasi seputar kesehatan anak dan&nbsp;parenting lifestyle! Sumber foto: FreepikArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Di Usia Berapa Anak Boleh Makan Durian?

di-usia-berapa-anak-boleh-makan-durian-

Bermain menjadi kegiatan yang paling disukai anak-anak sehingga seolah mereka tidak pernah merasa lelah walaupun sudah bermain seharian. Anak yang suka bermain dan aktif bisa menunjukkan bahwa mereka dalam kondisi fisik yang sehat.Namun, jika anak menunjukkan sikap yang sangat aktif dan cenderung tidak bisa diam, terutama saat sedang belajar di dalam kelas, orang tua bisa mulai hati-hati karena bisa jadi anak termasuk dalam kategori hiperaktif. Lalu, bagaimana cara mengatasinya? Simak penjelasannya, yuk!&nbsp;Penyebab anak terlalu aktif<img src="https://storage.primaku.com/editor/1664449105651-f287db45.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="full-shot-happy-kid-sitting-container_23-2149311328.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Secara alamiah, anak memiliki energi yang sangat banyak sehingga mereka terlihat aktif atau bahkan sangat aktif. Misalnya pada anak usia pra-sekolah, biasanya mereka memiliki tingkat keaktifan yang sangat tinggi disertai rasa ingin tahu yang sangat besar. Anak yang lebih tua dan remaja juga masih dapat terlihat enerjik, namun tidak seaktif anak-anak usia balita.Salah satu penyebab mengapa anak terlalu aktif sehingga membutuhkan penilaian dan terapi lebih lanjut yaitu ADHD (attention deficit and hyperactivity disorder). Kata ‘disorder’ berarti sudah muncul gangguan dalam berbagai aktivitas anak yang disebabkan oleh gangguan perhatian dan hiperaktivitasnya, seperti dalam kehidupan sosial dan bersekolah. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa gangguan ADHD cenderung diturunkan dari keluarga (genetik).Namun, beberapa dugaan lain, seperti terlalu banyak makan gula, tidak terbukti secara ilmiah dapat menyebabkan anak terlalu aktif. Penelitian membuktikan bahwa perbandingan yang dilakukan pada anak yang mengonsumsi banyak gula dan pengganti gula tidak ada bedanya. Bukan berarti MomDad bisa memperbolehkan anak mengonsumsi banyak gula, dan tidak memberikan gula sama sekali juga bukan solusinya.Menghadapi balita yang terlalu aktif<img src="https://storage.primaku.com/editor/1664449114783-d7203986.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="father-son-playing-park-sunset-time-people-having-fun-field-concept-friendly-family-summer-vacation-father-son-legs-walk-across-lawn-park_1150-45801.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Lalu, bagaimana caranya agar para orang tua bisa menghadapi anak-anak yang terlalu aktif, ya? Berikut jawabannya:<ul><li style="text-align: justify;">Hindari suasana atau situasi yang terlalu bising di rumah sehingga anak lebih mudah untuk beristirahat.</li><li style="text-align: justify;">Sediakan waktu berkualitas antara MomDad dengan anak untuk melakukan aktivitas yang lebih ‘kalem’, seperti membaca buku bersama.</li><li style="text-align: justify;">Berikan kesempatan kepada anak untuk menyalurkan energinya melalui aktivitas fisik yang lebih terarah, seperti berenang, bersepeda, main bola, dan lain-lain.</li><li style="text-align: justify;">Apabila terjadi konflik dalam rumah tangga antara MomDad, usahakan untuk tidak melakukan atau menunjukkan di depan anak karena dapat memicu rasa tidak aman yang akan ditunjukkan melalui perilaku terlalu aktif.</li></ul>Itu dia penjelasan mengenai penyebab dan cara mengatasi anak yang terlalu aktif. Apabila si Kecil termasuk salah satunya, jangan ragu untuk konsultasikan ke ahli ya, MomDad.Ingin tahu tips dan informasi lainnya seputar perkembangan si Kecil? Ayo, baca artikel di aplikasi PrimaKu atau kunjungi&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/" title="https://primaku.com/" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">primaku.com</a>. Selain itu, MomDad bisa juga menonton seluruh tayangan ulang webinar di aplikasi, lho. Tak ketinggalan,&nbsp;follow&nbsp;juga akun&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Instagram</a>&nbsp;dan&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.tiktok.com/@officialprimaku" title="https://www.tiktok.com/@officialprimaku" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">TikTok</a>&nbsp;PrimaKu supaya enggak ketinggalan update informasi seputar kesehatan anak dan&nbsp;parenting lifestyle! Sumber foto:&nbsp;​FreepikArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Gimana sih Cara Hadapi Balita yang Terlalu Aktif? Ini Kata Ahli!

gimana-sih-cara-hadapi-balita-yang-terlalu-aktif--ini-kata-ahli-

Seiring perkembangan zaman tak sedikit orang tua yang mulai memperkenalkan bahasa kedua pada buah hatinya di luar bahasa ibu. Jika dulu hal ini umum dialami dalam pernikahan antar negara, dewasa ini para orang tua sudah memperkenalkan bahasa kedua pada anak. Alasannya pun beragam selain untuk menyesuaikan dengan lingkungan mereka ada juga yang sudah memperkenalkan bahasa kedua demi memudahkan sang anak berinteraksi di sekolah nantinya. Nah, bagi MomDad yang masih ragu untuk mengajarkan bahasa kedua pada anak sejak dini, sebaiknya ketahui berbagai mitos dan fakta di balik kondisi anak dengan lingkungan bilingualisme.1. Anak di lingkungan bilingual akan telat bicara (Mitos)<img src="https://storage.primaku.com/editor/1663834322300-a2ffbc91.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="playing-together_1098-19758.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Faktanya anak dari keluarga yang bilingual memiliki perkembangan bahasa yang setara dengan anak dari keluarga non-bilingual.Pada anak, kata spesifik pertama akan dijumpai sekitar usia 1 tahun (misal: mama, papa secara spesifik). Menjelang usia 2 tahun seorang anak akan mampu mengatakan frasa dua kata seperti: “mau minum”, “mau makan”, “mau bobo”, dan sebagainya. Dalam kondisi anak dari keluarga bilingual mungkin akan mencampur dua bahasa dalam 1 kalimat, dan hal ini adalah wajar yang kemudian akan semakin membaik seiring anak bertambah dewasa.&nbsp;Jumlah total kata (dari kedua bahasa) yang dapat diucapkan anak bilingual akan sama dengan total kata yang dapat diucapkan oleh anak non-bilingual. Contoh: seorang anak bilingual mungkin dapat mengucapkan 5 kata bahasa Indonesia dan 5 kata bahasa Inggris di usia yang sama dengan anak non-bilingual dapat mengucapkan 10 kata bahasa Indonesia.&nbsp;2. Berbicara dua bahasa kepada anak dapat mengakibatkan gangguan bicara (Mitos)Faktanya seorang anak yang mengalami gangguan bicara atau bahasa akan menunjukkan gejala di kedua bahasa yang diucapkan, tapi hal ini tidak disebabkan oleh bilingualisme.&nbsp;3. Belajar dua bahasa akan membuat anak bingung (Mitos)Faktanya anak bilingual sering didapati mencampur dua bahasa sekaligus dalam satu kalimat. Kondisi ini bukanlah sebuah bentuk kebingungan tapi hal yang normal. Pada usia sekitar 4 tahun anak akan dapat membedakan kedua bahasa tersebut, tetapi percampuran bahasa masih dapat terjadi sesekali. Seiring berjalannya waktu, anak akan belajar menggunakan kedua bahasa tersebut secara terpisah.Nah, itu dia berbagai mitos dan juga fakta seputar bilingualisme pada anak. Jadi tak perlu khawatir bagi MomDad yang berada di lingkungan dua bahasa dan ingin mengajarkannya pada si kecil.&nbsp;Ingin tahu tips dan informasi lainnya seputar&nbsp;ASI? Ayo, baca artikel di aplikasi PrimaKu atau kunjungi&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/" title="https://primaku.com/" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">primaku.com</a>. Selain itu, MomDad bisa juga menonton seluruh tayangan ulang webinar di aplikasi, lho. Tak ketinggalan,&nbsp;follow&nbsp;juga akun&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Instagram</a>&nbsp;dan&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.tiktok.com/@officialprimaku" title="https://www.tiktok.com/@officialprimaku" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">TikTok</a>&nbsp;PrimaKu supaya enggak ketinggalan update informasi seputar kesehatan anak dan&nbsp;parenting lifestyle!Sumber foto:&nbsp;​PexelsArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Jangan Keliru! Ini Deretan Mitos dan Fakta tentang Bilingualisme

jangan-keliru--ini-deretan-mitos-dan-fakta-tentang-bilingualisme

Sebagai orang tua, MomDad tentu saja ingin memberikan yang terbaik bagi si Kecil Tidak hanya menyediakan fasilitas yang nyaman bagi anak, tapi juga dalam hal nutrisi. Tak jarang, orang tua ikut meminta vitamin pada dokter saat kunjungan rutin atau saat si Kecil sakit.Namun, apakah benar bahwa semakin banyak berarti semakin baik? Yuk, kita simak infonya!Kebutuhan nutrisi pada anakKebutuhan nutrisi anak secara umum terbagi menjadi makronutrien dan mikronutrien. Makronutrien dibutuhkan tubuh dalam jumlah besar, seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Mikronutrien adalah zat-zat yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil, seperti vitamin dan mineral.Meskipun hanya diperlukan dalam jumlah yang kecil, kita perlu memastikan bahwa tubuh kita mempunyai cukup vitamin dan mineral untuk memastikan berfungsinya seluruh mekanisme metabolisme dalam tubuh.&nbsp; Anak-anak dan remaja juga memerlukan vitamin dan mineral untuk pertumbuhan dan perkembangan.Sumber vitamin terbaik<img src="https://storage.primaku.com/editor/1663743083327-7b099c06.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-184624619-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="max-width: 1062px; min-width: 0px; min-height: 0px;">Sumber terbaik vitamin dan mineral ini adalah konsumsi variasi makanan yang berasal dari berbagai kelompok bahan makanan, yaitu makanan sumber protein hewani (daging sapi, ayam, ikan, telur dan produk olahan susu), biji-bijian atau&nbsp;grain&nbsp;(sereal, gandum, roti, nasi) serta umbi-umbian (ketela, ubi jalar, kentang), sayur-sayuran, dan buah-buahan. Khusus untuk vitamin D, yang tidak terdapat terlalu banyak pada bahan makanan, diperlukan paparan sinar matahari yang cukup.Pada dasarnya, pemberian vitamin dan mineral dalam bentuk suplementasi artifisial hanya diperlukan apabila kebutuhan mikronutrien anak tidak terpenuhi dari makanan sehari-hari, atau, khusus untuk vitamin D, dari paparan sinar matahari. Sayangnya, defisiensi atau kekurangan mikronutrien baru menimbulkan gejala bila defisiensinya sudah berat. Untuk mendeteksi dini defisiensi mikronutrien diperlukan pemeriksaan marker biokimia yang tidak murah dan bersifat invasif (pengambilan darah).Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan pedoman suplementasi vitamin dan mineral yang harus disesuaikan dengan kondisi di negara masing-masing. Beberapa diantaranya akan dibahas berikut ini:<ul><li style="text-align: justify;">Besi</li></ul>Suplementasi besi direkomendasikan untuk negara yang memiliki prevalensi anemia &gt; 40%. Penyebab tersering anemia adalah defisiensi besi, suatu mikronutrien yang penting untuk perkembangan sistem saraf dan imunitas, serta regulasi metabolisme energi dan aktivitas fisik. Defisiensi besi dapat terjadi karena kurangnya asupan, meningkatnya kebutuhan saat masa pertumbuhan, atau kehilangan darah akibat infeksi cacing kronik.Secara alamiah besi banyak terdapat pada makanan sumber protein hewani (daging sapi, ayam, ikan, telur dan produk olahan susu). Besi anorganik juga banyak terdapat pada sayuran hijau, namun sayangnya, besi anorganik ini lebih sulit diserap sehingga saat ini, sumber zat besi yang dianjurkan adalah dari makanan sumber protein hewani.&nbsp;&nbsp;<img src="https://storage.primaku.com/editor/1663742435767-79086fb6.png" class="e-rte-image e-imginline e-resize" alt="suplemen.png" width="auto" height="auto" style="max-width: 1062px; min-width: 0px; min-height: 0px;">Tabel di atas menunjukkan rekomendasi WHO untuk komunitas, namun keputusan pemberian suplementasi besi untuk masing-masing anak harus dikonsultasikan dahulu dengan dokter atau dokter spesialis anak ya, MomDad!<ul><li style="text-align: justify;">Zinc</li></ul><img src="https://storage.primaku.com/editor/1663743148160-16edf4d9.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1134390409-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="max-width: 1062px; min-width: 0px; min-height: 0px;">Seng merupakan mikronutrien yang penting untuk pertumbuhan, perkembangan dan metabolisme sel. Defisiensi seng sering dijumpai pada negara atau masyarakat berpenghasilan rendah-menengah. Hal ini mungkin karena secara alamiah seng juga banyak terdapat pada makanan sumber protein hewani (daging sapi, ayam, ikan, telur dan produk olahan susu). Masyarakat berpenghasilan rendah-menengah mungkin tidak cukup mampu untuk membeli cukup makanan sumber protein hewani.Defisiensi seng dapat mengakibatkan hambatan pertumbuhan linier dan kerentanan terhadap infeksi. Suplementasi seng terbukti dapat menurunkan insidens diare dan pneumonia, mendukung pertumbuhan linear pada anak &lt; 5 tahun dan memiliki efek positif dalam menurunkan angka kematian terkait penyakit infeksi.Suplementasi seng hanya dapat diberikan sesuai keperluan karena suplementasi seng terbukti menghambat penyerapan besi. Sehingga, ketika mempertimbangkan memberikan suplementasi seng dalam jangka panjang, kita harus mempertimbangkan risiko terjadinya defisiensi besi.<ul><li style="text-align: justify;">Yodium</li></ul>Yodium adalah mikronutrien yang sangat penting untuk perkembangan otak dan metabolisme tubuh. Ibu hamil, bayi dan balita yang mengalami kekurangan iodium akan memiliki&nbsp;intelligent quotient&nbsp;(IQ) yang lebih rendah 13,5 poin dibandingkan balita yang cukup iodium. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa defisiensi yodium yang ringan pada ibu hamil akan mengakibatkan keterlambatan belajar pada anaknya.&nbsp;Yodium banyak didapatkan pada makanan produk laut, seperti ikan, udang, rumput laut, dan lain-lain. Untuk memastikan kecukupan mineral yang sangat penting ini, WHO merekomendasikan fortifikasi yodium pada garam dapur sebagai strategi untuk menjamin kecukupan konsumsi yodium di masyarakat. Sebagai catatan, karena yodium sangat mudah menguap bila dipanaskan, garam yodium sebaiknya digunakan sebagai garam meja.Vitamin APada bayi dan anak, vitamin A merupakan mikronutrien penting untuk pertumbuhan sel dan membantu mengatasi infeksi. Kekurangan vitamin A dapat menimbulkan gangguan penglihatan dan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit infeksi seperti campak dan diare. Saat ini, suplementasi vitamin A telah menjadi program rutin pemerintah. Suplementasi dosis tinggi vitamin A diberikan dua kali setahun, pada bulan Februari dan Agustus. Pada usia 6-11 bulan diberikan dosis 100.000 unit, untuk usia 12-59 bulan diberikan dosis 200.000 unit.<ul><li style="text-align: justify;">Vitamin D</li></ul><img src="https://storage.primaku.com/editor/1663742986388-013e44e1.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="sun-parents_578045-3876.jpg" width="auto" height="auto" style="max-width: 1062px; min-width: 0px; min-height: 0px;">Vitamin D merupakan mikronutrien penting untuk pertumbuhan tulang dan regulasi sistem imun. Vitamin D dapat diproduksi tubuh melalui pajanan terhadap sinar matahari. Dalam jumlah yang sangat sedikit vitamin D juga terdapat secara alamiah pada ikan laut, telur, dan beberapa jenis jamur. Di negara-negara 4 musim yang mengalami paparan sinar matahari yang sangat terbatas pada musim dingin, dilakukan fortifikasi vitamin D terutama ke dalam produk susu.Bayi dilahirkan dengan cadangan vitamin D yang sangat tergantung kepada status vitamin D ibu saat hamil. Bila ibu mengalami defisiensi vitamin D maka bayi akan sangat bergantung pada suplementasi dan pajanan sinar matahari untuk memenuhi kebutuhan vitamin D harian. Bila ibu mempunyai status vitamin D yang baik, ibu juga dapat memberikan vitamin D kepada bayi melalui ASI.Ikatan Dokter Anak Indonesia merekomendasikan pemberian vitamin D sebanyak 400 IU/hari untuk bayi (0-1 tahun) berisiko dan 600 IU/hari untuk anak &gt; 1 tahun. Pemberian suplementasi ini bertujuan untuk mencegah defisiensi. Bila anak sudah mengalami defisiensi vitamin D, diperlukan dosis yang berbeda, sesuai petunjuk dokter.Seperti uraian di atas, vitamin dan mineral memang dibutuhkan agar anak memiliki tumbuh kembang yang optimal, namun pemberiannya tidak dapat digeneralisasi dan harus disesuaikan dengan kondisi anak. Pastikan untuk berkonsultasi dengan dokter agar suplementasi yang diberikan memang benar aman dan dibutuhkan.Ingin tahu tips dan informasi lainnya seputar&nbsp;kesehatan si Kecil? Ayo, baca artikel di aplikasi PrimaKu atau kunjungi&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/" title="https://primaku.com/" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">primaku.com</a>. Selain itu, MomDad bisa juga menonton seluruh tayangan ulang webinar di aplikasi, lho. Tak ketinggalan,&nbsp;follow&nbsp;juga akun&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Instagram</a>&nbsp;dan&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.tiktok.com/@officialprimaku" title="https://www.tiktok.com/@officialprimaku" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">TikTok</a>&nbsp;PrimaKu supaya enggak ketinggalan update informasi seputar kesehatan anak dan&nbsp;parenting lifestyle! Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Peran Penting Vitamin dan Mineral bagi Tumbuh Kembang Anak

peran-penting-vitamin-dan-mineral-bagi-tumbuh-kembang-anak

Ternyata, banyak banget mitos yang beredar di masyarakat mengenai tinggi badan anak, untung aja udah nonton PrimaKu Serba Tau “Mitos Fakta Tinggi Badan Anak” bersama Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A (K), MPH.,PhD. &amp; dr. Agatha Febrina, Sp.A.

Mitos Fakta Tinggi Badan Anak 

mitos-fakta-tinggi-badan-anak-

Perkembangan anak merupakan hal yang paling ditunggu-tunggu oleh semua orang tua. Tak terkecuali ketika anak mulai mengucapkan kata pertamanya. Namun, ada kalanya sejumlah anak terlambat bicara atau speech delay.Umumnya, balita mulai cerewet saat memasuki usia 2 tahun. Di usia ini anak mulai mengucapkan beberapa kata seperti ‘Mama, Papa’ dan struktur kata yang semakin halus serta jelas. Namun, bagaimana kalau si Kecil telah berumur lebih dari 2 tahun namun jarang bicara? Apa dampak jangka panjangnya?Gangguan bicara pada anakKeterlambatan atau gangguan bicara dan bahasa kini semakin banyak dijumpai. Angka resmi untuk gangguan ini belum ada, namun di Jakarta diperkirakan 21%. Karenanya, orang tua harus waspada akan perkembangan bicara anaknya. Mengingat bila keterlambatan ini tidak ditangani secara dini, akan berakibat terjadi gangguan pembentukan struktur otak untuk kemampuan kognitif dan perilaku, dan dampak jangka panjangnya mengakibatkan gangguan kecerdasan dan perilaku.Gangguan bahasa bisa mempengaruhi akademik anak<img src="https://storage.primaku.com/editor/1663231041537-5f6d9543.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="woman-doing-speech-therapy-with-little-blonde-boy_23-2149110228.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Gangguan bahasa nyatanya bisa berpengaruh pada akademik dan pekerjaan anak nantinya. Berikut beberapa hal yang bisa diwaspadai:<ul><li style="text-align: justify;">Kesulitan belajar</li><li style="text-align: justify;">Kesulitan pemahaman, mengakibatkan anak sangat rentan dalam kaitannya dengan pendidikan (Hooper dkk.,2003)</li><li style="text-align: justify;">Gangguan bahasa (dibandingkan gangguan bicara) sejak dini (batita) jelas berhubungan dengan kesulitan melanjutkan sekolah sampai dewasa (Young dkk.,2002)</li><li style="text-align: justify;">Anak dengan gangguan bahasa berisiko untuk mempunyai masalah membaca dan perilaku, apalagi gangguan perilaku ini berhubungan dengan ketidakmampuan anak untuk membaca (Tomblin dkk.,2000)</li><li style="text-align: justify;">Penurunan berbahasa yang bermakna secara klinis terdapat pada 50% remaja dengan perilaku menantang dan ada hubungan antara kemampuan berbahasa lisan pada awal kehidupan dengan risiko terjadinya perilaku menantang pada remaja (Snow and Powell, 2011)</li></ul>Gangguan bahasa juga berhubungan dengan peningkatan risiko anti sosial pada anak. Diketahui bahwa remaja dengan gangguan perkembangan bahasa mempunyai kadar kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan rekannya yang normal (Wadman dkk., 2011)Selain itu, anak dengan gangguan perkembangan bahasa mempunyai peluang lebih besar untuk mengalami ketakutan berlebihan saat sosialisasi di usia 19 tahun dan gejala kecemasan akibat kegiatan bersosialisasi di usia 31 tahun (Brownlie dkk., 2016).Gangguan bahasa berdampak pada partisipasi sosial<img src="https://storage.primaku.com/editor/1663231202932-6bd301b6.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-486024756-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Anak yang terlambat bicara umumnya mengucapkan jumlah kata yang minim dibandingkan anak seusianya. Gangguan bahasa ini juga bisa berdampak pada kemampuannya untuk bersosialisasi, di antaranya<ul><li style="text-align: justify;">Anak dengan gangguan bahasa mempunyai kualitas persahabatan&nbsp; dan partisipasi aktivitas sosial yang lebih rendah dibandingkan anak dengan perkembangan normal (Durkin dan Conti-Ramsden, 2007)</li><li style="text-align: justify;">Masalah dengan teman sebaya diteliti selama lebih dari 9 tahun pada 171 anak berusia 7-16 tahun dengan riwayat gangguan bahasa, anak dengan gangguan bahasa lebih berisiko menunjukkan&nbsp; kesulitan hubungan dengan teman sebaya ( Mok dkk., 2014)</li></ul>Gangguan bahasa tidak menghilang ketika anak disekolahkan:<ul><li style="text-align: justify;">Gangguan bicara dan bahasa yang diidentifiasi saat usia 5 tahun, 72% tetap mengalami gangguan di usia 12 tahun.</li><li style="text-align: justify;">Penelitian pada remaja yang diidentifikasi mempunyai gangguan bahasa yang disebut specific language impairment saat usia 5 tahun dan dipantau saat usia 12 dan 19 tahun, ditemukan masih terdapat kesulitan komunikasi yang&nbsp; tinggi pada anak dengan riwayat gangguan bahasa tersebut (Johnson dkk.,1999)</li></ul>Untuk menghindari hal ini, MomDad dapat memberikan <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/KujE" title="https://primaku.page.link/KujE" target="_blank">stimulasi bahasa pada si Kecil sejak newborn</a>, lho! Well, mengingat terlambat bicara bisa berdampak jangka panjang untuk anak, ada baiknya untuk terus konsultasikan masalah ini dengan dokter anak, ya.&nbsp;&nbsp;Ingin tips dan informasi lainnya seputar&nbsp;kesehatan anak? Ayo, baca artikel di aplikasi PrimaKu atau kunjungi&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/" title="https://primaku.com/" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">primaku.com</a>. Selain itu, MomDad bisa juga menonton seluruh tayangan ulang webinar di aplikasi, lho. Tak ketinggalan,&nbsp;follow&nbsp;juga akun&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Instagram</a>&nbsp;dan&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.tiktok.com/@officialprimaku" title="https://www.tiktok.com/@officialprimaku" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">TikTok</a>&nbsp;PrimaKu supaya enggak ketinggalan update informasi seputar kesehatan anak dan&nbsp;parenting lifestyle!Sumber foto: FreepikArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Ini Dampak Jangka Panjang Jika Anak Terlambat Bicara

ini-dampak-jangka-panjang-jika-anak-terlambat-bicara

MomDad, suka was-was ngga sih kalau anak telat berbicara tau gagap? Sebagai orang tua, tentunya kita tidak menginginkan hal ini terjadi, bener nggak?Tapi sebelumnya, MomDad tahu nggak gejala dari speech delay? Nah untuk mengetahui lebih lanjut tentang gejala, pencegahan serta penanganannya, yuk saksikan Instagram Live “Speech Delay: Kenali Pencegahan, Gejala, dan Penanganannya“ bersama dr. Angga Wirahmadi, Sp.A sebagai narasumber dan dr. Rizqi Agung Wicaksana, Sp.A sebagai moderator.

Speech Delay Kenali Pencegahan, Gejala, dan Penanganannya

speech-delay-kenali-pencegahan--gejala--dan-penanganannya

Rambut merupakan salah satu organ tubuh yang banyak menarik perhatian, sejak bayi hingga dewasa sampai tua. Meski begitu, tidak semua bayi memiliki rambut yang lebat sejak bayi. Hal ini juga yang membuat kekhawatiran MomDad kalau saja rambut bayi tipis bahkan hingga usianya di atas 1 tahun.Nah, untuk mengetahui mengenai pertumbuhan rambut normal pada bayi, berikut beberapa hal yang perlu MomDad ketahui. Yuk, simak selengkapnya!Mulainya pertumbuhan rambut bayi<img src="https://storage.primaku.com/editor/1662623844863-a80308c9.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="pexels-lisa-fotios-2773854.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Rambut merupakan organ yang unik, karena sebenarnya bagian yang hidup hanya di sekitar pangkal rambut yaitu di folikel yang menjadi bagian kulit. Ketika batang rambut tumbuh, ia berisi sebagian besar keratin dan sudah bukan merupakan bagian hidup. Kecepatan pertumbuhan rambut berbeda-beda berdasarkan umur dan jenis kelamin serta dipengaruhi oleh hormon, kecukupan nutrisi, dan faktor genetik.Dalam kandungan, pertumbuhan rambut pada janin dimulai sekitar usia 8-12 minggu kehamilan. Rambut tumbuh di semua bagian tubuh kecuali di bibir, telapak tangan dan telapak kaki, dengan panjang dan ketebalan yang berbeda-beda.&nbsp;Tiga fase pertumbuhan rambut<img src="https://storage.primaku.com/editor/1662623864736-488a8b12.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="pexels-ksenia-chernaya-6671026.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Ada tiga fase pertumbuhan rambut. Anagen adalah fase ketika rambut bertumbuh. Katagen adalah suatu fase peralihan sebelum masuk ke fase istirahat yaitu telogen. Rambut kemudian gugur di akhir fase telogen sebagai rambut mati. Dalam kandungan siklus ini telah berlangsung dan bayi lahir umumnya dengan rambut di kepala yang banyak dan tebal.&nbsp;Rambut yang terbentuk dalam kandungan ini umumnya akan gugur dalam enam bulan pertama. Setelah rambut yang terbentuk dalam kandungan gugur, akan tumbuh rambut baru yang sifatnya permanen dan mengikuti siklus pertumbuhan rambut secara alamiah. Pada awalnya rambut terlihat tipis setelah gugur, karena beberapa bayi tidak langsung memasuki fase anagen yang baru. Umumnya pada usia 1.5 sampai 2 tahun telah tumbuh rambut baru permanen.Kerontokan rambut pada bayi<img src="https://storage.primaku.com/editor/1662623857482-69d11ae4.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="pexels-karolina-grabowska-6255549.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Kadang kala rambut yang gugur pada bayi membentuk pola tertentu atau hanya di bagian tertentu saja, misalnya di belakang kepala. Hal ini masih dapat dianggap normal pada bayi berusia kurang dari 6 bulan. Apabila bayi anda mengalami hal ini, perhatikan pada sisi mana ia lebih banyak tidur atau apakah ada kebiasaan tertentu seperti menarik rambut atau membenturkan kepala. Hal ini dapat mempercepat gugurnya rambut. Anda dapat mengurangi kecepatan gugurnya rambut dengan merubah posisi tidurnya bayi. Namun demikian, tidak ada obat khusus yang akan mempercepat tumbuhnya rambut baru.Beberapa kerontokan rambut pada bayi, walaupun jarang, dapat disebabkan oleh penyakit tertentu, misalnya infeksi kulit akibat jamur atau gangguan hormon. Konsultasikan kepada dokter apabila bayi mengalami kerontokan rambut hebat setelah usia lebih dari enam bulan.Beberapa bayi sejak lahir memiliki rambut yang sangat halus, sehingga terlihat seperti gundul. Hal ini pun masih dapat normal, namun apabila ada keraguan berkonsultasilah dengan dokter. Pada bayi yang memiliki rambut sangat tipis, umumnya pertumbuhan rambut yang agak tebal baru akan tampak setelah usia satu tahun.Nah, pertumbuhan rambut si Kecil termasuk yang tebal atau tipis nih, MomDad?&nbsp;Ingin tahu tips dan informasi lainnya seputar si Kecil? Ayo, baca artikel di aplikasi PrimaKu atau kunjungi&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/" title="https://primaku.com/" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">primaku.com</a>. Selain itu, MomDad bisa juga menonton seluruh tayangan ulang webinar di aplikasi, lho. Tak ketinggalan,&nbsp;follow&nbsp;juga akun&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Instagram</a>&nbsp;dan&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.tiktok.com/@officialprimaku" title="https://www.tiktok.com/@officialprimaku" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">TikTok</a>&nbsp;PrimaKu supaya enggak ketinggalan update informasi seputar kesehatan anak dan&nbsp;parenting lifestyle!Sumber foto: FreepikArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Di Usia Berapa Anak Boleh Makan Durian?

Di Usia Berapa Anak Boleh Makan Durian?

Gimana sih Cara Hadapi Balita yang Terlalu Aktif? Ini Kata Ahli!

Gimana sih Cara Hadapi Balita yang Terlalu Aktif? Ini Kata Ahli!

Jangan Keliru! Ini Deretan Mitos dan Fakta tentang Bilingualisme

Jangan Keliru! Ini Deretan Mitos dan Fakta tentang Bilingualisme

Peran Penting Vitamin dan Mineral bagi Tumbuh Kembang Anak

Peran Penting Vitamin dan Mineral bagi Tumbuh Kembang Anak

Mitos Fakta Tinggi Badan Anak

Mitos Fakta Tinggi Badan Anak

Ini Dampak Jangka Panjang Jika Anak Terlambat Bicara

Ini Dampak Jangka Panjang Jika Anak Terlambat Bicara

Speech Delay Kenali Pencegahan, Gejala, dan Penanganannya

Speech Delay Kenali Pencegahan, Gejala, dan Penanganannya

Gimana sih Pertumbuhan Rambut yang Normal pada Bayi?

Gimana sih Pertumbuhan Rambut yang Normal pada Bayi?