5 Ide Camilan yang Dukung si Kecil "Berisi" & Sehat

5-ide-camilan-yang-dukung-si-kecil--berisi----sehat-1704976628177

Kenapa ya si Kecil kalo batuk kok gak udah-udah? Sembuh dikit, eh gak lama batuk lagi. Duh, bahaya gak sih ini? MomDad, yuk, waspada! Batuk terus-menerus bisa jadi tanda pneumonia, lho. Meski tidak semua batuk adalah tanda pneumonia, tapi kita perlu mengenali gejala lain pneumonia berikut cara penanganan dan pencegahannya langsung dari ahlinya pada tayangan ulang webinar berikut!

Kenapa Harus Waspada Kalau anak Batuk Terus-menerus, Apakah Berbahaya?

kenapa-harus-waspada-kalau-anak-batuk-terus-menerus--apakah-berbahaya--1704943487872

”Anaknya aktif ya, Mom. Pinter banget..” MomDad pernah mendengar pernyataan seperti itu dari orang tua lainnya? Aktivitas fisik dan kecerdasan akademis adalah dua aspek yang berbeda dan dapat berkembang secara independen satu sama lain. Beberapa anak mungkin aktif secara fisik dan memiliki kemampuan akademis yang tinggi, sementara yang lain mungkin memiliki preferensi atau kecenderungan yang berbeda. Lantas, apakah anak yang aktif secara fisik, apakah sudah pasti pintar secara akademis? Anak Aktif Tandanya Pintar, Mitos vs Fakta Apakah benar?<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/2cbacb32d4a2a47f06c37aee77a01b33_1704884036250.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="aktif_pintar_(1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1457px; min-height: 0px;">Anak yang aktif bereksplorasi menunjukkan perkembangan kognitif yang baik, karena ia menunjukkan ketertarikan terhadap dunia di sekelilingnya dan ingin mengetahui “how things work”. Namun demikian kriteria untuk memastikan bahwa perkembangan anak baik tidak hanya dari segi “aktif” saja, tetapi juga dari perkembangan sosioemosional sesuai usia, apakah permainan yang dimainkan juga sesuai, apakah ada gangguan perilaku atau perilaku unik yang membuatnya “berbeda” dari anak lain seusianya.Untuk melatih agar anak menjadi aktif, MomDad dapat memberikan kesempatan bermain bebas tetapi terbatas bagi anak sesuai usianya. Misalnya untuk anak di bawah usia 1 tahun, berikanlah anak banyak “floor time” dengan menyediakan tempat yang aman untuk anak bereksplorasi dan mengenal berbagai benda, orang, kegiatan yang akan bermanfaat untuk kesehariannya. Sedangkan untuk anak batita, MomDad dapat mengajak anak bermain di luar ruangan dengan permainan yang sesuai dengan kemampuan motor kasar yang telah dikuasainya dan ikut serta dalam permainan tersebut. Setiap anak adalah individu unik dengan kekuatan, minat, dan gaya belajar yang berbeda. Aktivitas fisik dapat mendukung perkembangan kesehatan dan kesejahteraan anak, tetapi kecerdasan akademis juga dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan, dan pendidikan. Referensi: <ul><li>Nichols J, Duryea TK, Torchia MM. Normal growth patterns in infants and prepubertal children. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.uptodate.com/contents/normal-growth-patterns-in-infants-and-prepubertal-children#H30" title="https://www.uptodate.com/contents/normal-growth-patterns-in-infants-and-prepubertal-children#H30">https://www.uptodate.com/contents/normal-growth-patterns-in-infants-and-prepubertal-children#H30 </a></li><li>Homan GJ. Failure to Thrive: A Practical Guide. Am Fam Physician. 2016 Aug 15;94(4):295-9.</li><li>Altmann T, Hill DL, Shelov SP, Hannemann RE. Caring for Your Baby and Young Child: Birth to Age 5. 7th ed. 2019. New York: Bantam Books</li></ul>

Anak Aktif Tanda Pintar, Mitos vs Fakta?

anak-aktif-tanda-pintar--mitos-vs-fakta--1704884237478

Anak yang aktif dan sehat adalah impian bagi semua orang tua. Anak aktif sehat merujuk pada seorang anak yang tidak hanya memiliki tingkat aktivitas fisik yang memadai, tetapi juga menunjukkan kesehatan dan kebugaran secara menyeluruh. Sebab, dengan memiliki tubuh yang sehat, anak bisa menjadi aktif dan melakukan banyak aktivitas sehari-hari tanpa adanya hambatan. Nah, namun, apakah anak aktif sudah pasti sehat? Untuk mengetahui jawabannya, pastikan anak yang aktif memiliki ciri seperti di bawah, ya! Kenaikan BB sesuai Kurva Pertumbuhan<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/76fb6105d4310910d522a251f41baeeb293_1704883738130.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="aktif_sehat.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1457px; min-height: 0px;"> Berat badan merupakan parameter paling sensitif untuk menentukan kondisi nutrisi saat ini. Berat badan merupakan parameter pertumbuhan yang paling cepat mengalami perubahan apabila seorang anak mengalami malnutrisi akut. Umumnya yang dilihat pada kondisi seperti ini adalah kurva berat badan menurut usia. Misalnya, pada anak yang sebelumnya pertumbuhannya baik, apabila ia sedang sakit atau diare, berat badan dapat mengalami penurunan sesuai kondisi sakit saat ini, tetapi apabila ia sudah sembuh maka berat badan juga seharusnya kembali ke normal seiring dengan peningkatan nafsu makan anak. Kenaikan berat badan anak memiliki rentang usia misalnya untuk 0-3 bulan kenaikannya adalah 750-1000 gram per bulan, 4-6 bulan 600 gram per bulan, 6-9 bulan 450 gram per bulan, dan 9-12 bulan 225 gram per bulan. Anak di atas usia setahun memiliki kenaikan rata-rata 200 gram per bulannya, namun demikian angka-angka tersebut adalah kenaikan pada umumnya. Kenaikan berat badan anak harus selalu disesuaikan dengan kurva (jalur) pertumbuhan masing-masing, sehingga tidak selalu dapat dipukul rata untuk setiap anak. Kurva berat badan menurut Panjang badan juga harus diplot untuk menentukan status gizi seorang anak. Lain daripada itu, pengukuran parameter pertumbuhan harus dilakukan minimal pada 3 kurva yaitu BB/U, BB/TB, dan PB/U. Kenaikan TB atau PB sesuai Kurva PertumbuhanKenaikan panjang badan merupakan parameter untuk menentukan apakah status nutrisi jangka panjang anak masih baik. Kenaikan panjang badan baru akan terpengaruh setelah anak mengalami malnutrisi dalam waktu lama. Dalam kondisi stunting, parameter yang terpengaruh lebih dahulu adalah berat badan. Misalnya, anak yang mengalami weight faltering dalam waktu lama, lambat laun kenaikan panjang badannya juga akan terpengaruh dan ia menjadi pendek. Kurva panjang badan ini tidak menggambarkan kondisi akut, misalnya anak yang sebelumnya baik-baik saja, dan saat ini mengalami diare atau bapil, meskipun kurva berat badan menurut usia mungkin mengalami penurunan. Apabila kondisi ini berlangsung lama, maka akan terjadi perlambatan pertumbuhan tinggi anak. Pada anak yang telah mengalami malnutrisi kronik sampai stunting, hasil plot dapat menunjukkan gizi baik pada kurva BB/TB. Namun sebenarnya, pertumbuhan anak tersebut tidak baik-baik saja, sehingga pengukuran minimal 3 parameter menjadi krusial. Kenaikan Lingkar Kepala sesuai Kurva PertumbuhanParameter yang sering dilupakan adalah kenaikan lingkar kepala menurut usia. Pada tahun pertama kehidupan, pengukuran lingkar kepala harus dilakukan sebulan sekali, dan hasilnya di plot di kurva lingkar kepala menurut usia. Adanya penyimpangan hasil pengukuran, misalnya kepala terlalu kecil (mikrosefali) atau terlalu besar (makrosefali) harus selalu dievaluasi dan dikonsultasikan ke tenaga kesehatan. Perkembangan sesuai Usia<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/641ec2faae2bead4c411ee93f26216ed_1704883783590.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="aktif_sehat_(2).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1457px; min-height: 0px;"> Ciri berikutnya seorang anak yang sehat adalah perkembangan sesuai usia. MomDad perlu memperhatikan apakah perkembangan anak sesuai tonggak perkembangan pada usianya. Perkembangan seorang anak memang tidak dapat disamakan dengan anak lain, tetapi MomDad tetap harus memperhatikan red flags perkembangan, apabila seorang anak tidak mencapai kemampuan perkembangan sesuai usianya. Jarang SakitAnak yang sehat juga berarti memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik. Infeksi saluran napas akut adalah infeksi yang paling sering dijumpai pada anak usia prasekolah. Anak balita mengalami sekitar 6-8 kali infeksi saluran napas akut per tahunnya, yang umumnya menyembuh dalam 2 minggu. Gejala umumnya ringan mulai dari hidung mampet, pilek, batuk, dan kadang dijumpai demam. Seiring pertambahan usia anak, umumnya gejala akan semakin ringan, dan bersifat self limiting disease karena penyebabnya mayoritas adalah virus. Apabila anak tampak sering sakit yang membutuhkan perawatan di rumah sakit, bahkan membutuhkan antibiotik intravena, atau mengalami sakit yang tak kunjung sembuh, maka MomDad sebaiknya mengkonsultasikan ke dokter. Keseluruhan, anak aktif sehat adalah anak yang menggabungkan aktivitas fisik dengan nutrisi yang baik, tidur yang cukup, dan perhatian terhadap aspek kesehatan mental dan emosional. Memperhatikan semua dimensi kesehatan ini membantu menciptakan gaya hidup sehat yang dapat membawa manfaat jangka panjang bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Referensi:<ul><li>Batubara JRL, Tjahjono HA, Aditiawati. Panduan Praktik Klinis Ikatan Dokter Anak Indonesia Perawakan pendek pada anak dan remaja di Indonesia. UKK Endokrinologi IDAI. 2017</li><li>Nichols J, Duryea TK, Torchia MM. Normal growth patterns in infants and prepubertal children. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.uptodate.com/contents/normal-growth-patterns-in-infants-and-prepubertal-children#H30" title="https://www.uptodate.com/contents/normal-growth-patterns-in-infants-and-prepubertal-children#H30">https://www.uptodate.com/contents/normal-growth-patterns-in-infants-and-prepubertal-children#H30 </a></li><li>Homan GJ. Failure to Thrive: A Practical Guide. Am Fam Physician. 2016 Aug 15;94(4):295-9.</li><li>Altmann T, Hill DL, Shelov SP, Hannemann RE. Caring for Your Baby and Young Child: Birth to Age 5. 7th ed. 2019. New York: Bantam Books</li></ul>

Apakah Anak Aktif Sudah Pasti Sehat?

apakah-anak-aktif-sudah-pasti-sehat--1704883966623

Anak pendek sering dikaitkan dengan stunting. Padahal, tidak semua anak pendek dikatakan stunting. Faktanya, ada juga lho anak pendek normal yang secara menyeluruh tumbuh kembangnya optimal. Lantas, gimana sih cara membedakan anak pendek normal dan stunting? Yuk, simak penjelasannya di bawah! Ciri Anak Pendek Normal<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/bbf6513397a9a4fa786a4ad81be64536_1704801980200.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="pendek_normal_(1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1457px; min-height: 0px;"> Tinggi badan merupakan salah satu indikator pertumbuhan anak. Kenaikan tinggi badan sesuai kurva pertumbuhan populasi rujukan merupakan hal yang penting untuk dipantau berkala sejak awal kehidupan. Mengetahui pola pertumbuhan normal akan memungkinkan kita untuk mendeteksi dini masalah pola pertumbuhan. Fase pertumbuhan anak dibagi menjadi fase intrauterin (dalam kandungan), fase infantil (bayi), childhood (anak) dan fase pubertas (remaja). Pada fase infantil yang berlangsung pada usia 0-2 tahun, anak akan mencapai 15% tinggi badan akhir saat dewasa. Fase ini sangat dipengaruhi faktor nutrisi dan hormonal. Sedangkan faktor genetik akan mulai mengambil alih sebagai faktor penentu tinggi badan anak sejak masa childhood sampai anak memasuki masa pubertas (sekitar usia 2-9 tahun). Kecepatan pertumbuhan tinggi badan normal pada keempat fase tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Meskipun demikian, perlu diingat bahwa angka-angka tersebut hanyalah estimasi, nilai sesungguhnya dipengaruhi oleh banyak hal, termasuk ras atau etnisitas.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/3f79881fc87ebab22af431c5468fd3f0_1704802016954.png" class="e-rte-image e-imginline" alt="pendek_normal_(3).png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1457px; min-height: 0px;"> Cara Membedakan Anak Pendek Normal dan Stunting<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/d63ecefc3b9ba4d1454d810e276162dfa_1704802030656.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="pendek_normal_(2).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1457px; min-height: 0px;"> Untuk membedakan anak pendek normal dan stunting, anak dengan perawakan pendek harus dievaluasi penyebabnya terlebih dahulu sebelum menyatakan bahwa kondisi tersebut “normal”. Dokter akan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisis dan penunjang terkait nutrisi, kemungkinan penyebab genetik atau masalah metabolik, hormonal dan sindrom tertentu yang mungkin menyebabkan perawakan pendek. Apabila pada saat pemantauan berkala didapatkan:<ul><li>Anak pendek (tinggi badan anak berada di bawah - 2 SD (standar deviasi) kurva tinggi badan menurut usia)</li><li>Perlambatan kecepatan pertumbuhan yang ditandai dengan:</li></ul><ol><li>Kenaikan tinggi badan pada anak di atas 2 tahun yang menyimpang memotong 2 persentil (garis pertumbuhan) di kurva pertumbuhan</li><li>Kecepatan tumbuh usia 2-4 tahun kurang dari 5,5 cm/tahun</li><li>Kecepatan tumbuh usia 4-6 tahun kurang dari 5 cm/tahun</li><li>Kecepatan tumbuh usia 6 tahun sampai menjelang pubertas (sekitar 9-10 tahun) kurang dari 4 cm/tahun</li></ol> Maka MomDad perlu berkonsultasi dengan dokter untuk mengevaluasi penyebabnya. Pemantauan pertumbuhan anak secara berkala melalui pemeriksaan kesehatan rutin dengan dokter anak adalah cara terbaik untuk memastikan pertumbuhan yang normal. Referensi:<ol><li>Batubara JRL, Tjahjono HA, Aditiawati. Panduan Praktik Klinis Ikatan Dokter Anak Indonesia Perawakan pendek pada anak dan remaja di Indonesia. UKK Endokrinologi IDAI. 2017</li><li>Nichols J, Duryea TK, Torchia MM. Normal growth patterns in infants and prepubertal children. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.uptodate.com/contents/normal-growth-patterns-in-infants-and-prepubertal-children#H30" title="https://www.uptodate.com/contents/normal-growth-patterns-in-infants-and-prepubertal-children#H30">https://www.uptodate.com/contents/normal-growth-patterns-in-infants-and-prepubertal-children#H30 </a></li><li> </li></ol>

Anak Pendek Normal, Gimana Cirinya?

anak-pendek-normal--gimana-cirinya--1704802116322

Anemia defisiensi besi pada anak merupakan kondisi kurangnya zat besi dalam tubuh anak, sehingga mengakibatkan penurunan produksi sel darah merah yang sehat. Zat besi sangat penting dalam pembentukan hemoglobin, protein yang membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Pada anak yang mengalami anemia defisiensi besi, dibutuhkan asupan zat besi tambahan salah satunya dengan terapi zat besi. Nah, sampai kapan anak perlu melakukan terapi vitamin zat besi?Terapi Zat BesiSaat dinyatakan mengalami ADB, anak perlu mendapatkan terapi besi. Nah, sampai kapan sih terapi zat besi perlu dikonsumsi? Terapi zat besi perlu dikonsumsi selama 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin menjadi normal untuk mengisi cadangan besi tubuh [1]. Umumnya, perlu dilakukan pemeriksaan profil besi untuk menentukan kadar besi dan cadangan besi di dalam tubuh. Untuk mengetahui apakah&nbsp; tingkat zat besi anak sudah mencukupi dan vitamin zat besi tidak lagi diperlukan, idealnya dilakukan pemeriksaan darah berupa profil besi untuk mengetahui kadar besi dan cadangan besi di dalam tubuh. Hemoglobin umumnya sudah Kembali normal, dan gejala pucat, lemas, lesu, lunglai serta gangguan belajar juga sudah tidak lagi dijumpai pada anak.Faktor yang Menyebabkan ADB<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/ad7b5622df1b7171e39b141dc73c10ae4_1704798450318.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="terapi zat besi (2).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Ada faktor-faktor tertentu yang memengaruhi lama pengobatan dan kebutuhan terapi pada setiap anak yang didiagnosis ADB. Durasi dan kebutuhan zat besi akan berbeda pada anak bergantung pada penyebab anemia defisiensi besi dan penyakit yang mendasari. Berikut ini adalah beberapa penyebab berdasarkan usia:Bayi kurang dari 1 tahun:<ul><li style="font-size: 12pt;">Cadangan besi kurang, karena bayi berat lahir rendah, prematuritas, lahir kembar, ASI eksklusif tanpa suplementasi besi, susu formula rendah besi, pertumbuhan cepat dan anemia selama kehamilan.</li><li style="font-size: 12pt;">Alergi protein susu sapi</li></ul>Anak umur 1-2 tahun:<ul><li style="font-size: 12pt;">Asupan besi kurang akibat tidak mendapat makanan tambahan atau minum susu murni berlebih.</li><li style="font-size: 12pt;">Obesitas</li><li style="font-size: 12pt;">Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang / kronis.</li><li style="font-size: 12pt;">Malabsorbsi</li></ul>Anak umur 2-5 tahun:<ul><li style="font-size: 12pt;">Asupan besi kurang karena jenis makanan kurang mengandung Fe jenis heme atau minum susu berlebihan</li><li style="font-size: 12pt;">Obesitas</li><li style="font-size: 12pt;">Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang / kronis baik bakteri, virus ataupun parasit)</li><li style="font-size: 12pt;">Kehilangan berlebihan akibat perdarahan (divertikulum Meckel / poliposis dan sebagainya)</li></ul>Anak umur 5 tahun-remaja:<ul><li style="font-size: 12pt;">Kehilangan berlebihan akibat perdarahan (misal infestasi cacing tambang)</li><li style="font-size: 12pt;">Menstruasi berlebihan pada remaja putri</li></ul>Cara Memantau Kesehatan Anak setelah Penghentian Terapi Zat Besi&nbsp;<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/73a941a104a71dffc0f1147d2fbd1877c_1704798622426.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="terapi zat besi.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Orang tua dan anak perlu diedukasi untuk meningkatkan pengetahuan tentang kandungan besi dari berbagai makanan dan jenis makanan yang memiliki penyerapan zat besi yang lebih baik. Sumber makanan hewani memiliki kandungan vitamin dan mineral yang lebih lengkap dibandingkan sumber nabati. Besi banyak terkandung dalam bentuk heme pada sumber hewani, misalnya pada daging, hati, seafood, unggas dan telur. Pemberian makanan yang mengandung vitamin C juga akan meningkatkan penyerapan zat besi dari makanan. [2]Penyerapan akan berkurang akibat zat tannin (teh), susu, telur, fitat dan fosfat yang terdapat dalam tepung gandum. Setelah kadar besi normal di dalam tubuh, penting untuk ibu ibu untuk mencegah agar tidak sampai jatuh dalam keadaan anemia lagi.Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari minum susu segar sapi yang berlebihan, memberikan makanan yang mudah absorbsi besinya (daging, ikan, ayam, hati dan asam askorbat). Sedangkan untuk bayi baru lahir, Mom perlu menggalakkan ASI sampai 4-6 bulan untuk bayi aterm, tetapi untuk bayi prematur mulai diberikan preparat besi saat usia 2 bulan atau makanan tambahan yang mengandung suplemen besi saat usia 4-6 bulan. [1]Pada anak yang belum diketahui mengalami anemia atau tidak, pemeriksaan penapisan dapat dikerjakan untuk mendeteksi dini defisiensi zat besi pada usia 1 tahun untuk bayi aterm, usia 6-9 bulan untuk bayi preterm, usia anak 2-3 tahun, 5 tahun dan saat dewasa muda.Referensi:<ol><li><a class="e-rte-anchor" href="http://Anemia defisiensi besi pada anak merupakan kondisi kurangnya zat besi dalam tubuh anak, sehingga mengakibatkan penurunan produksi sel darah merah yang sehat. Zat besi sangat penting dalam pembentukan hemoglobin, protein yang membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Pada anak yang mengalami anemia defisiensi besi, dibutuhkan asupan zat besi tambahan salah satunya dengan terapi zat besi. Nah, sampai kapan anak perlu melakukan terapi vitamin zat besi? Terapi Zat Besi Saat dinyatakan mengalami ADB, anak perlu mendapatkan terapi besi. Nah, sampai kapan sih terapi zat besi perlu dikonsumsi? Terapi zat besi perlu dikonsumsi selama 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin menjadi normal untuk mengisi cadangan besi tubuh [1]. Umumnya, perlu dilakukan pemeriksaan profil besi untuk menentukan kadar besi dan cadangan besi di dalam tubuh. Untuk mengetahui apakah tingkat zat besi anak sudah mencukupi dan vitamin zat besi tidak lagi diperlukan, idealnya dilakukan pemeriksaan darah berupa profil besi untuk mengetahui kadar besi dan cadangan besi di dalam tubuh. Hemoglobin umumnya sudah Kembali normal, dan gejala pucat, lemas, lesu, lunglai serta gangguan belajar juga sudah tidak lagi dijumpai pada anak. Faktor yang Menyebabkan ADB Ada faktor-faktor tertentu yang memengaruhi lama pengobatan dan kebutuhan terapi pada setiap anak yang didiagnosis ADB. Durasi dan kebutuhan zat besi akan berbeda pada anak bergantung pada penyebab anemia defisiensi besi dan penyakit yang mendasari. Berikut ini adalah beberapa penyebab berdasarkan usia: Bayi kurang dari 1 tahun: Cadangan besi kurang, karena bayi berat lahir rendah, prematuritas, lahir kembar, ASI eksklusif tanpa suplementasi besi, susu formula rendah besi, pertumbuhan cepat dan anemia selama kehamilan. Alergi protein susu sapi Anak umur 1-2 tahun: Asupan besi kurang akibat tidak mendapat makanan tambahan atau minum susu murni berlebih. Obesitas Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang / kronis. Malabsorbsi. Anak umur 2-5 tahun: Asupan besi kurang karena jenis makanan kurang mengandung Fe jenis heme atau minum susu berlebihan. Obesitas Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang / kronis baik bakteri, virus ataupun parasit). Kehilangan berlebihan akibat perdarahan (divertikulum Meckel / poliposis dan sebagainya). Anak umur 5 tahun-remaja: Kehilangan berlebihan akibat perdarahan (misal infestasi cacing tambang) dan Menstruasi berlebihan pada remaja puteri Cara Memantau Kesehatan Anak setelah Penghentian Terapi Zat Besi Orang tua dan anak perlu diedukasi untuk meningkatkan pengetahuan tentang kandungan besi dari berbagai makanan dan jenis makanan yang memiliki penyerapan zat besi yang lebih baik. Sumber makanan hewani memiliki kandungan vitamin dan mineral yang lebih lengkap dibandingkan sumber nabati. Besi banyak terkandung dalam bentuk heme pada sumber hewani, misalnya pada daging, hati, seafood, unggas dan telur. Pemberian makanan yang mengandung vitamin C juga akan meningkatkan penyerapan zat besi dari makanan. [2] Penyerapan akan berkurang akibat zat tannin (teh), susu, telur, fitat dan fosfat yang terdapat dalam tepung gandum. Setelah kadar besi normal di dalam tubuh, penting untuk ibu ibu untuk mencegah agar tidak sampai jatuh dalam keadaan anemia lagi. Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari minum susu segar sapi yang berlebihan, memberikan makanan yang mudah absorbsi besinya (daging, ikan, ayam, hati dan asam askorbat). Sedangkan untuk bayi baru lahir, Mom perlu menggalakkan ASI sampai 4-6 bulan untuk bayi aterm, tetapi untuk bayi prematur mulai diberikan preparat besi saat usia 2 bulan atau makanan tambahan yang mengandung suplemen besi saat usia 4-6 bulan. [1] Pada anak yang belum diketahui mengalami anemia atau tidak, pemeriksaan penapisan dapat dikerjakan untuk mendeteksi dini defisiensi zat besi pada usia 1 tahun untuk bayi aterm, usia 6-9 bulan untuk bayi preterm, usia anak 2-3 tahun, 5 tahun dan saat dewasa muda. Referensi: IDAI | ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA BAYI DAN ANAK Iron | Nutrition | CDC" title="http://Anemia defisiensi besi pada anak merupakan kondisi kurangnya zat besi dalam tubuh anak, sehingga mengakibatkan penurunan produksi sel darah merah yang sehat. Zat besi sangat penting dalam pembentukan hemoglobin, protein yang membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh. Pada anak yang mengalami anemia defisiensi besi, dibutuhkan asupan zat besi tambahan salah satunya dengan terapi zat besi. Nah, sampai kapan anak perlu melakukan terapi vitamin zat besi? Terapi Zat Besi Saat dinyatakan mengalami ADB, anak perlu mendapatkan terapi besi. Nah, sampai kapan sih terapi zat besi perlu dikonsumsi? Terapi zat besi perlu dikonsumsi selama 2-3 bulan setelah kadar hemoglobin menjadi normal untuk mengisi cadangan besi tubuh [1]. Umumnya, perlu dilakukan pemeriksaan profil besi untuk menentukan kadar besi dan cadangan besi di dalam tubuh. Untuk mengetahui apakah tingkat zat besi anak sudah mencukupi dan vitamin zat besi tidak lagi diperlukan, idealnya dilakukan pemeriksaan darah berupa profil besi untuk mengetahui kadar besi dan cadangan besi di dalam tubuh. Hemoglobin umumnya sudah Kembali normal, dan gejala pucat, lemas, lesu, lunglai serta gangguan belajar juga sudah tidak lagi dijumpai pada anak. Faktor yang Menyebabkan ADB Ada faktor-faktor tertentu yang memengaruhi lama pengobatan dan kebutuhan terapi pada setiap anak yang didiagnosis ADB. Durasi dan kebutuhan zat besi akan berbeda pada anak bergantung pada penyebab anemia defisiensi besi dan penyakit yang mendasari. Berikut ini adalah beberapa penyebab berdasarkan usia: Bayi kurang dari 1 tahun: Cadangan besi kurang, karena bayi berat lahir rendah, prematuritas, lahir kembar, ASI eksklusif tanpa suplementasi besi, susu formula rendah besi, pertumbuhan cepat dan anemia selama kehamilan. Alergi protein susu sapi Anak umur 1-2 tahun: Asupan besi kurang akibat tidak mendapat makanan tambahan atau minum susu murni berlebih. Obesitas Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang / kronis. Malabsorbsi. Anak umur 2-5 tahun: Asupan besi kurang karena jenis makanan kurang mengandung Fe jenis heme atau minum susu berlebihan. Obesitas Kebutuhan meningkat karena infeksi berulang / kronis baik bakteri, virus ataupun parasit). Kehilangan berlebihan akibat perdarahan (divertikulum Meckel / poliposis dan sebagainya). Anak umur 5 tahun-remaja: Kehilangan berlebihan akibat perdarahan (misal infestasi cacing tambang) dan Menstruasi berlebihan pada remaja puteri Cara Memantau Kesehatan Anak setelah Penghentian Terapi Zat Besi Orang tua dan anak perlu diedukasi untuk meningkatkan pengetahuan tentang kandungan besi dari berbagai makanan dan jenis makanan yang memiliki penyerapan zat besi yang lebih baik. Sumber makanan hewani memiliki kandungan vitamin dan mineral yang lebih lengkap dibandingkan sumber nabati. Besi banyak terkandung dalam bentuk heme pada sumber hewani, misalnya pada daging, hati, seafood, unggas dan telur. Pemberian makanan yang mengandung vitamin C juga akan meningkatkan penyerapan zat besi dari makanan. [2] Penyerapan akan berkurang akibat zat tannin (teh), susu, telur, fitat dan fosfat yang terdapat dalam tepung gandum. Setelah kadar besi normal di dalam tubuh, penting untuk ibu ibu untuk mencegah agar tidak sampai jatuh dalam keadaan anemia lagi. Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari minum susu segar sapi yang berlebihan, memberikan makanan yang mudah absorbsi besinya (daging, ikan, ayam, hati dan asam askorbat). Sedangkan untuk bayi baru lahir, Mom perlu menggalakkan ASI sampai 4-6 bulan untuk bayi aterm, tetapi untuk bayi prematur mulai diberikan preparat besi saat usia 2 bulan atau makanan tambahan yang mengandung suplemen besi saat usia 4-6 bulan. [1] Pada anak yang belum diketahui mengalami anemia atau tidak, pemeriksaan penapisan dapat dikerjakan untuk mendeteksi dini defisiensi zat besi pada usia 1 tahun untuk bayi aterm, usia 6-9 bulan untuk bayi preterm, usia anak 2-3 tahun, 5 tahun dan saat dewasa muda. Referensi: IDAI | ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA BAYI DAN ANAK Iron | Nutrition | CDC" target="_blank">IDAI | ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA BAYI DAN ANAK</a>&nbsp;</li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.cdc.gov/nutrition/InfantandToddlerNutrition/vitamins-minerals/iron.html" title="https://www.cdc.gov/nutrition/InfantandToddlerNutrition/vitamins-minerals/iron.html" target="_blank">Iron | Nutrition | CDC</a></li></ol>

Anak Alami ADB, Sampai Kapan Perlu Terapi Zat Besi?

anak-alami-adb--sampai-kapan-perlu-terapi-zat-besi--1704798760096

Memberikan batasan screen time pada anak memiliki beberapa alasan yang penting untuk mendukung kesejahteraan fisik, mental, dan sosial. Sebab, paparan screen time yang terlalu lama, dapat berdampak pada kesehatan, seperti kesehatan mata, kualitas tidur, konsentrasi, hingga pengembangan sosial dan emosional anak. Screen time terbukti secara kuat berkaitan dengan kegemukan, asupan nutrisi yang tidak sehat, dan kualitas hidup.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/739ae7ba107610dcc6cb2510771f4f1016106_1704778430922.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="screen time (2).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Peningkatan durasi screen time pada anak juga berhubungan dengan terjadinya masalah tidur pada anak yang dapat menjadi faktor timbulnya externalizing problem pada anak [1]. Externalizing problem pada anak merupakan perilaku yang dapat berdampak pada langsung atau tidak langsung pada orang lain seperti perilaku agresif, berbohong, membangkang, tidak patuh, berbohong, mencuri, dan kurangnya kendali diri. Sementara itu, masalah internalizing problem pada anak merupakan masalah seperti kecemasan, depresi, menarik diri dari interaksi sosial, gangguan makan, dan kecenderungan untuk bunuh diri [2]. Munculnya externalizing problem pada anak mungkin disebabkan oleh jenis tayangan yang kurang mendidik pada anak sehingga perilaku tersebut dianggap normal oleh anak. oleh sebab itu sangat diperlukan peran orang tua dalam mendampingi dan mengawasi jenis tontonan anak.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/779acdcf5f81f48ddf710e16a762c934f_1704778413577.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="screen time (3).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Berdasarkan rekomendasi dari World Health Organization (2020), batasan screen time pada anak berdasarkan usia meliputi:<ul><li>Anak hingga usia 1 tahun tidak direkomendasikan untuk memiliki screen time﻿﻿</li><li>Anak usia 2-4 tahun durasi screen time tidak lebih dari 1 jam</li><li>Anak usia 5-17 tahun durasi screen time tidak lebih dari 2 jam</li></ul>﻿﻿Sementara American Academy of Child &amp; Adolescent Psychiatry, 2020 [3], menyatakan bahwa:<ul><li style="font-size: 12pt;">Bayi hingga usia 18 bulan dibatasi penggunaan screen time hanya untuk komunikasi dengan menggunakan video</li><li style="font-size: 12pt;">Anak usia 18-24 bulan penggunaan screen time hanya untuk menonton tayangan edukasi bersama pengasuh</li><li style="font-size: 12pt;">Anak usia 2-5 tahun screen time dibatasi 1 jam untuk hari biasa dan hingga 3 jam pada hari libur</li></ul>Dengan memberikan batasan screen time yang seimbang, orang tua dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak dengan lebih baik.Referensi:<ol><li>Kahn, M., Schnabel, O., Gradisar, M., Rozen, G. S., Slone, M., Atzaba-Poria, N., Tikotzky, L., &amp; Sadeh, A. (2021). Sleep, screen time and behavior problems in preschool children: an actigraphy study. European Child and Adolescent Psychiatry, 30(11), 1793–1802.</li><li>Kochanova, K., Pittman, L. D., &amp; Mcneela, L. (2021). Parenting Stress and Child Externalizing and Internalizing Problems Among Low-Income Families : Exploring Transactional Associations. Child Psychiatry &amp; Human Development, 0123456789.</li><li>American Academy of Child &amp; Adolescent Psychiatry. (2020). Screen Time and Children.</li></ol>

Batasan Pemberian Screen Time pada Anak berdasarkan Usia

batasan-pemberian-screen-time-pada-anak-berdasarkan-usia-1704778516519

&nbsp;Saat anak mulai sekolah, tas adalah salah satu perlengkapan yang perlu dimiliki untuk membawa buku dan peralatan sekolah lainnya. Seringkali, peralatan sekolah yang dibawa anak terlalu banyak, sehingga menyebabkan tas menjadi terlalu berat. MomDad perlu memperhatikan soal ini, karena tas yang terlalu berat bisa berdampak buruk pada anak, lho. Yuk, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini! Dampak Anak Membawa Tas Terlalu Berat<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/f587e1d774d8629aeced9f2ad0155a104_1704709660236.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="tas berat.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1457px; min-height: 0px;"> Beban tas yang terlalu berat dapat menyebabkan postur tubuh anak menjadi buruk yang berisiko menyebabkan cedera muskuloskeletal, serta dapat menimbulkan rasa nyeri baik di bahu, punggung, maupun leher.Posisi strap yang tidak tepat, terlalu tipis, atau memiliki ujung tajam juga dapat menekan bahu dan menyebabkan rasa kesemutan, kebas, dan kelemahan pada ekstremitas tubuh anak [1].Selain itu, tas yang terlampau berat juga akan mempengaruhi postur dan gaya berjalan anak, sehingga membuat mereka lebih rentan mengalami trauma atau cedera ketika menaiki kendaraan, tangga atau kondisi lain yang memerlukan anak menjaga keseimbangannya.&nbsp; Untuk memastikan beban tas yang dibawa anak sesuai, MomDad perlu mengetahui anjuran berikut:<ul><li>Tas sebaiknya tidak memiliki berat lebih dari 15% berat badan anak dan beban terbesar seharusnya berada di area kurvatura atau lengkung punggung bawah anak. Bagian terendah berada di lengkung tersebut dan panjangnya hingga mencapai 2,5-5 cm di bawah bahu. Hindari juga menaruh tas dengan bagian terendah lebih dari 10 cm di bawah pusar.</li><li>Jika anak tampak harus membungkuk untuk menanggung beban tas, maka artinya beban tersebut terlalu berat.</li><li>Letakkan benda-benda yang paling berat di titik terdekat dengan tubuh, misalnya buku atau laptop di area tas terbesar dan sebarkan beban lainnya secara seimbang di sisi kiri dan kanan tas.</li><li>Gunakan kedua sisi cantelan bahu (shoulder straps) agar distribusi beban seimbang di kedua bahu anak, dan jika terdapat strap di area dada atau pinggang, kencangkan agar beban tersebut berada dekat dengan tubuh anak [2].</li></ul> Nah, agar terhindar dari risiko buruk bagi tubuh, selalu perhatikan barang bawaan anak dan pastikan agar tas yang dibawa tidak terlalu berat ya.&nbsp; Sumber foto: FreepikReferensi:<ol><li><a class="e-rte-anchor" href="https://kidshealth.org/en/parents/backpack.html" title="https://kidshealth.org/en/parents/backpack.html" target="_blank">Backpack Safety (for Parents) - Nemours KidsHealth</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/safety-prevention/at-play/Pages/Backpack-Safety.aspx" title="https://www.healthychildren.org/English/safety-prevention/at-play/Pages/Backpack-Safety.aspx" target="_blank">Backpack Safety - HealthyChildren.org</a></li></ol>

5 Ide Camilan yang Dukung si Kecil "Berisi" & Sehat

5 Ide Camilan yang Dukung si Kecil "Berisi" & Sehat

Kenapa Harus Waspada Kalau anak Batuk Terus-menerus, Apakah Berbahaya?

Kenapa Harus Waspada Kalau anak Batuk Terus-menerus, Apakah Berbahaya?

Anak Aktif Tanda Pintar, Mitos vs Fakta?

Anak Aktif Tanda Pintar, Mitos vs Fakta?

Apakah Anak Aktif Sudah Pasti Sehat?

Apakah Anak Aktif Sudah Pasti Sehat?

Anak Pendek Normal, Gimana Cirinya?

Anak Pendek Normal, Gimana Cirinya?

Anak Alami ADB, Sampai Kapan Perlu Terapi Zat Besi?

Anak Alami ADB, Sampai Kapan Perlu Terapi Zat Besi?

Batasan Pemberian Screen Time pada Anak berdasarkan Usia

Batasan Pemberian Screen Time pada Anak berdasarkan Usia

Jangan Biarkan Anak Bawa Tas Terlalu Berat, Ini Dampaknya!

Jangan Biarkan Anak Bawa Tas Terlalu Berat, Ini Dampaknya!