Golden age atau 1.000 hari pertama kehidupan adalah masa terpenting dalam tumbuh kembang anak. Di masa ini, MomDad perlu memastikan apakah nutrisi hingga stimulasi anak sudah terpenuhi. Ketika anak sudah berhasil melewati masa golden age dengan baik, apakah kemudian orang tua bisa bersantai, tidak perlu memperhatikan nutrisi dan stimulasinya? Tentu tidak!Lantas, apa yang terjadi ketika anak telah melewati masa golden age? Simak penjelasan dari dr. Lucky berikut, yuk!<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/92eec7ea11d223f1646e98f2aa0653b7_1690796167728.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-07-31T163340.953.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Perlu diketahui bahwa 90% otak anak tercapai hingga anak usia 5 tahun. Nyatanya perkembangan otak anak tidak berhenti sampai usia 2 tahun. Justru fase tercepat perkembangan otak manusia adalah sampai anak berusia 5 tahun.Pada anak usia 5 tahun, otak anak sudah mencapai 90% dari otak dewasa. Bagian prefrontal cortex adalah daerah otak yang bertanggung jawab atas fungsi kognitif tingkat tinggi. Nah, sampai usia 5 tahun bagian ini sedang berkembang cepat. Untuk itu, tugas kita sebagai orang tua adalah untuk mendukung optimalnya perkembangan otak anak.Oleh karena itu, tetap berikan anak stimulasi sesuai dengan usianya dan jaga anak tetap pada lingkungan yang sehat. MomDad juga bisa mendukung perkembangan otak anak dengan memberikan asupan zat besi, DHA, minyak ikan, serta omega 3 dan 6. Tidak lupa, aktivitas fisik sesuai dengan umur anak juga bisa dilakukan MomDad dalam masa penting ini.Dengan memahami tahap perkembangan otak anak, MomDad kini bisa tahu tindakan apa saja yang baik dilakukan untuk memaksimalkan potensi si Kecil. Kepintaran anak pun bisa terbangun sejak dini.Referensi: Instagram dr. Lucky Yogasatria, Sp.A <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/p/CuCDKNBNJz2/" title="https://www.instagram.com/p/CuCDKNBNJz2/">https://www.instagram.com/p/CuCDKNBNJz2/ </a>

Apa yang Terjadi saat Anak ‘Lulus’ Masa Golden Age?

apa-yang-terjadi-saat-anak--lulus--masa-golden-age--1691411615706

Bagi new parents, semua hal terkait si Kecil akan terus dipantau, salah satunya soal buang air besar (BAB). MomDad perlu tahu kapan bayi newborn perlu melakukan BAB untuk pertama kali dalam 24 jam pertama setelah ia lahir.Jika bayi belum juga BAB lebih dari 24 jam, MomDad perlu segera konsultasikan ke dokter dan segera melakukan evaluasi mengenai apakah terdapat sumbatan atau apakah feses terhambat keluar (meconium plug).Pasalnya, BAB bayi newborn dapat memberi tahu apakah ia mengalami konstipasi, dehidrasi atau tidak. Biasanya, penyebab bayi 0 bulan tidak BAB dikarenakan dehidrasi. Namun, hal ini jarang terjadi pada bayi yang disusui ASI eksklusif.Feses normal pertama bayi<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/9410197fcc89479610462912d724ce6c24_1690530299033.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-07-28T144015.343.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Feses atau kotoran bayi pertama kali berwarna hitam kehijauan dan tidak berbau. Feses seperti inilah yang disebut dengan mekonium, yaitu zat lengket seperti tar yang secara bertahap mengisi usus bayi selama berada di dalam rahim. Meskipun mungkin terlihat meresahkan, warna feses seperti ini merupakan hal yang normal.&nbsp;Kemudian, setelah 24 jam pertama, ketika semua mekonium telah keluar, feses bayi akan bertransisi menjadi berwarna gelap, kuning kehijauan dan lembek, kadang-kadang bertekstur seperti biji. Bahkan, ada juga yang mengandung lendir atau darah di dalamnya, hal ini mungkin diakibatkan bayi menelan darah saat dilahirkan. Setelah itu, mekonium akan berubah warna menjadi kuning terang dalam lima hari pertama.Selain itu, perubahan pada feses bayi tergantung akan jenis makanan yang dimakannya, hal ini akan menentukan warna dan konsistensi kotorannya. Misalnya, feses bayi yang diberi ASI akan berbeda dengan yang diberi susu formula.Bayi yang diberi ASI, fesesnya akan berwarna seperti mustard, berair, dan bertekstur seperti biji, lembek atau kental. Kemudian, bayi dengan susu formula, fesesnya akan lebih lunak, lebih padat daripada bayi yang beri ASI, dan berwarna kuning pucat, coklat kekuningan, coklat muda atau hijau kecoklatan.Ini penting untuk MomDad ketahui, jika BAB bayi berwarna hitam dan fesesnya kental, itu adalah melena. Melena seringkali menandakan adanya perdarahan pada saluran cerna yang dapat berbahaya bagi bayi. Jika mendapati bayi dengan feses seperti itu, segera hubungi dokter.Berapa kali sehari bayi 0 bulan akan BAB?Sejak awal atau pada hari pertama hidupnya, bayi 0 bulan akan BAB rata-rata setidaknya lima kali per hari. Sedangkan, bayi yang diberikan susu formula bisa BAB sekitar 3-4 kali per hari.Kemudian, pada usia 6 minggu, pola BAB bayi yang disusui ASI mungkin mulai berubah. Bayi akan tidak BAB sekitar 1-3 hari. Namun, ada juga beberapa bayi yang akan terus buang air besar beberapa kali sehari selama tahun pertama. Jumlahnya dapat bervariasi dari hari ke hari, dan itu juga sangat normal.Sedangkan bayi yang diberi susu formula biasanya akan BAB sampai empat kali sehari, tetapi akan ada beberapa saat bisa tertahan selama 3-4 hari tanpa buang air besar. Selama feses bayi masih lembut dan keluar tanpa perlawanan atau mengejan, MomDad tidak perlu khawatir. MomDad bisa segera hubungi dokter jika si Kecil tidak BAB lebih dari lima hari.Referensi:<ul><li style="text-align: left; font-size: 12pt;">American Academy of Pediatrics 2012</li><li style="text-align: left; font-size: 12pt;">What to Expect the First Year, 3rd edition, Heidi Murkoff.</li><li style="text-align: left; font-size: 12pt;">American Academy of Pediatrics, The Many Colors of Poop, March 2021.</li><li style="text-align: left; font-size: 12pt;">American Academy of Pediatrics, How Can I Tell if My Baby Is Constipated?, May 2022.</li><li style="text-align: left; font-size: 12pt;">American Academy of Pediatrics, Pooping by the Numbers, November 2009.</li></ul>

Kapan Pertama Kali Bayi Newborn BAB?

kapan-pertama-kali-bayi-newborn-bab--1690530444660

Bayi lagi tidur padahal di ruangan ber-AC, tiba-tiba bantalnya basah dan kepalanya berkeringat, wajar nggak sih? Mungkin si Kecil pernah mengalami hal ini dan membuat khawatir. Sebelum merasa was-was, MomDad perlu tahu penyebab dasar yang menyebabkan hal itu terjadi. Penyebab dasar yang paling utama adalah dari kelenjar keringat. Hal ini disebabkan karena penyebaran kelenjar keringat pada bayi belum merata. Perlu diketahui, kelenjar keringat bayi paling banyak di bagian kepala dan dahi. Makanya, tidak ada bayi atau anak-anak yang ketiaknya basah. Sebab, kelenjar keringat di bagian ketiak memang belum ada.Selain karena kelenjar keringat, penyebab kepala bayi basah saat tidur disebabkan karena fase REM (rapid eye movement). Pada fase ini, aktivitas otak manusia meningkat pesat. Kerja otak yang meningkat pesat, membuat metabolisme meningkat, yang menyebabkan temperatur meningkat, sehingga kepalanya jadi panas dan kelenjar keringat banyaknya di kepala.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/971024c2da4de4e2c86104dff1a1ab10ab7_1690520418452.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-07-28T115914.655.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Jadi, 50% waktu tidurnya bayi adalah fase REM. Semakin dia bertambah dewasa, akan berkurang fasenya hingga kita, orang dewasa fase REM hanya ada 15-20% pada saat tidur.Penyebab kedua yang biasanya bikin bayi keringatan adalah karena bayi menyusui. Jadi, buat bayi, menyusui itu adalah sebuah kegiatan yang banyak memakai tenaga, yang mengakibatkan metabolisme meningkat, suhu meningkat, sehingga keluar keringat di kepala. Belum lagi kalau menyusu sambil dipeluk. Bayi akan merasa gerah walaupun di ruangan ber-AC.Itulah penyebab kenapa kepala bayi sering basah saat tidur walaupun pakai AC. Secara garis besar yang penting selama bayi happy, aktif, dan pertumbuhan dan perkembangannya sesuai dengan umurnya, mau bagaimanapun ia berkeringat, MomDad tak usah khawatir karena si Kecil baik-baik saja.Referensi: Instagram dr. Miza Dito Afrizal, Sp.A <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/p/CqKs_jruynr/" title="https://www.instagram.com/p/CqKs_jruynr/">https://www.instagram.com/p/CqKs_jruynr/</a>

Bayi Berkeringat meski Tidur di Ruangan Ber-AC, kok Bisa?

bayi-berkeringat-meski-tidur-di-ruangan-ber-ac--kok-bisa--1690520477781

Mungkin MomDad tahu kalau ada sebuah tradisi di mana bayi sengaja dikagetkan agar nantinya menjadi bayi yang tidak kagetan. Tradisi ini dilakukan di atas kasur dan memposisikan bayi dengan keadaan terlentang, kemudian kasur digebrak menggunakan kain. Namun, dalam sudut pandang medis, apakah hal ini perlu dilakukan?Penting untuk diketahui bahwa bayi baru lahir membawa refleks primitif, yaitu refleks yang dibawa dari bayi lahir. Salah satu refleks primitif adalah refleks moro (kaget tanpa penyebab yang jelas) dan refleks ini adalah tanda bahwa otak bayi normal. Justru, MomDad perlu khawatir kalau bayi tidak sering kagetan atau tidak mempunyai refleks moro.Refleks moro akan hilang saat bayi kurang lebih berusia 4 bulan. Setelah 4-5 bulan ke atas, bayi yang sebelumnya sering kaget tanpa alasan yang jelas akan berubah jadi mulai kaget dengan alasan yang ‘sepele’. Contohnya, bayi kaget saat MomDad membuka bungkus makanan. Namun, hal tersebut adalah tanda bahwa si Kecil mempunyai otak dan pendengaran yang sehat. Jadi, MomDad jangan menghindari bayi yang kaget ya.&nbsp;Apabila bayi suka dikagetkan, ada beberapa risiko yang bisa terjadi. Dalam segi medis, saat bayi terpapar getaran yang kencang dan mendadak, hal tersebut berisiko tinggi terjadinya shaken baby syndrome atau pendarahan di otak. Jika sudah ada pendarahan di otak, maka kemungkinannya akan terjadi kematian mendadak atau bayi selamat tetapi punya cacat seumur hidup.&nbsp;Selain itu, bayi yang baru lahir memiliki pendengaran yang belum terlalu matang, sehingga saat mendengar sesuatu dengan intensitas, frekuensi, dan volume yang kencang maka akan berisiko membuat kerusakan permanen pada telinga dan bayi bisa tuli seumur hidup.&nbsp;Nah, sekarang MomDad tahu kan kalau hal tersebut berbahaya untuk bayi? Bayi yang sering kagetan adalah hal yang wajar, jadi jangan sampai si Kecil mengalami masalah kesehatan karena sering dikagetkan saat masih bayi, ya!Referensi: Instagram dr. Miza Dito Afrizal, Sp.A&nbsp;&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/p/CtDTsumrhJB/ " title="https://www.instagram.com/p/CtDTsumrhJB/ " target="_blank" style="font-size: 12pt;">https://www.instagram.com/p/CtDTsumrhJB/</a>

Bayi Sengaja Dikagetkan agar tidak Kagetan, Bolehkah?

bayi-sengaja-dikagetkan-agar-tidak-kagetan--bolehkah--1690443687604

Saat tidur, terjadi banyak aktivitas sel otak yang berperan besar dalam perkembangan kematangan otak pada tahun-tahun pertama kehidupan. Pasalnya, tidur&nbsp;memiliki sifat restoratif (pemulihan) yang terkait dengan pemeliharaan daya tahan tubuh dan pertumbuhan fisik, pemulihan tubuh dari kelelahan, serta perbaikan fokus dan konsentrasi. Oleh karena itu, tak sedikit anak yang kurang waktu tidur sering uring-uringan dan mudah sakit. Lantas, berapa lama sih durasi tidur yang dibutuhkan anak agar tumbuh kembangnya optimal? Simak penjelasannya melalui tabel di bawah, yuk!<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/939fdb1a2d955e2b67af916691ede190_1690082587916.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Snapinsta.app_328335755_895050894954572_6089610492799247896_n_1080.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;">

Durasi Tidur yang Dibutuhkan Anak berdasarkan Usia

durasi-tidur-yang-dibutuhkan-anak-berdasarkan-usia-1690082741910

Jadwal tidur yang baik untuk bayi sangat penting untuk memastikan mereka mendapatkan istirahat yang cukup dan kualitas tidur yang optimal. Mendapatkan kualitas tidur yang baik sangat penting bagi bayi karena tidur berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka secara fisik, mental, dan emosional. Namun, ada kalanya bayi sulit tidur di malam hari dan membuat pola tidurnya berubah. Nah, perubahan pola tidur ini dikenal dengan istilah sleep regression. [1]<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/aadaf63b2c6676cd886f9b0d5b54aaab_1689938111113.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-07-21T181354.711.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Ketika bayi atau balita mengalami sleep regression, MomDad dapat mengenalinya dengan tanda-tanda sebagai berikut:<ul><li style="text-align: justify;">Menolak untuk tidur siang atau pada waktu tidur</li><li style="text-align: justify;">Sulit tertidur</li><li style="text-align: justify;">Waktu tidur siang menjadi lebih singkat atau tidak tidur siang</li><li style="text-align: justify;">Sering terbangun di malam hari</li><li style="text-align: justify;">Menjadi rewel&nbsp;</li></ul>Tidak banyak penelitian ilmiah terkait sleep regression ini, tetapi literatur yang ada mengaitkannya dengan perkembangan kemampuan bayi dalam tahun-tahun pertama kehidupan (bayi sedang menguasai lonjakan kemampuan tertentu pada usia terjadinya sleep regression) [1].Beberapa kondisi lain, misalnya bayi memerlukan transisi jam tidur, dari 3 kali tidur siang per hari menjadi hanya 2 kali, merasakan cemas perpisahan, keinginan menjadi mandiri, hingga perubahan besar dalam keseharian (potty training, kehadiran adik, perubahan tempat tidur) juga dapat dikaitkan dengan sleep regression&nbsp;[1,2].Namun, penting diingat bahwa perlu dievaluasi adanya kondisi lain yang menyebabkan anak sulit tertidur, misalnya nyeri, alergi, teething, growing pains, refluks asam lambung, atau kondisi lingkungan yang tidak menunjang bayi tidur.Umumnya, bayi mengalami sleep regression pada usia 4 bulan, 6 bulan, 8 bulan, 12 bulan, 18 bulan, dan usia 2 tahun. Kondisi ini juga akan berlangsung kira-kira selama 2-6 minggu [3].<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/1058bc32e4a8bddaac10b310441b412cb1_1689938164833.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-07-21T181313.380.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Apabila si Kecil mengalami sleep regression, MomDad bisa mengatasinya dengan menerapkan beberapa cara berikut [2,3]:<ul><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Tetap berikan anak rutinitas tidur (sleep hygiene) yang konsisten setiap hari, misalnya dengan membacakan cerita, mandi sore hari, membunyikan musik yang tenang, dan mematikan lampu sebelum tidur.</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Pantau tanda-tanda anak yang mulai mengantuk seperti mengucek mata, menguap, dan jangan sampai waktu mengantuk tersebut terlewati, misalnya dengan lanjut bermain.</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Pastikan anak sudah kenyang sebelum waktu tidur.</li></ul>Nah, itu dia ulasan mengenai sleep regression pada bayi. Kondisi ini adalah salah satu dari banyak hal yang akan Mom jumpai pada masa perkembangan si Kecil. Apabila kondisi tersebut terjadi sampai mengganggu kesehatan bayi, segera periksakan ke dokter untuk tahu penyebabnya.Referensi:<ol><li style="text-align: left;">Medical News Today. (2021, September 30). What to know about sleep regression stages. Retrieved from <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.medicalnewstoday.com/articles/sleep-regression-stages" title="https://www.medicalnewstoday.com/articles/sleep-regression-stages">https://www.medicalnewstoday.com/articles/sleep-regression-stages </a></li><li style="text-align: left;">National Sleep Foundation. (2023, January 6). 4-Month Sleep Regression: What It Is and How to Handle It. Retrieved from <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.sleepfoundation.org/baby-sleep/4-month-sleep-regression" title="https://www.sleepfoundation.org/baby-sleep/4-month-sleep-regression">https://www.sleepfoundation.org/baby-sleep/4-month-sleep-regression </a></li><li style="text-align: left;">Children's Health. Sleep Regression in Infants and Toddlers. Retrieved from <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.childrens.com/health-wellness/sleep-regression-in-infants-and-toddlers" title="https://www.childrens.com/health-wellness/sleep-regression-in-infants-and-toddlers">https://www.childrens.com/health-wellness/sleep-regression-in-infants-and-toddlers </a></li></ol>

Bayi Sulit Tidur? Kenali Gejala Sleep Regression

bayi-sulit-tidur--kenali-gejala-sleep-regression-1689938274999

Bayi memiliki kecenderungan untuk mengenyot dan mengisap. Empeng memfasilitasi kebutuhan mengenyot tersebut sehingga memiliki beberapa dampak positif, salah satunya adalah menenangkan bayi. Penggunaan empeng bisa diberikan saat bayi menginjak usia 1 bulan hingga maksimal 4 tahun. Lantas, bagaimana jika anak menggunakan empeng terlalu lama? Tentu hal ini memiliki efek atau dampak pada tumbuh kembang bayi. Apa aja sih dampaknya? Simak penjelasannya di bawah ya, MomDad.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/e4c0c4e142457a335a9d340f37cb17b9_1689337274840.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-07-14T141201.654.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> <ul><li style="text-align: justify;">Ketergantungan</li></ul>Anak yang menggunakan empeng dapat menjadikan empeng sumber kenyamanan dari hal-hal yang ia alami sehari-hari dan dapat menyebabkan ketergantungan sehingga ketika empeng tidak ada maka anak akan menjadi lebih cranky, pemarah, atau tantrum [1].<ul><li style="text-align: justify;">Sumber infeksi</li></ul>Empeng yang digunakan terlalu lama dapat menjadi sumber infeksi juga apabila terjatuh dan diberikan kembali ke mulut bayi atau anak tanpa dibersihkan [1,2].<ul><li style="text-align: justify;">Anak tidak mau mengganti empeng</li></ul>Seorang anak yang sudah sangat terikat dengan empengnya mungkin tidak senang apabila suatu hari empeng rusak dan perlu “pengganti”.<ul><li style="text-align: justify;">Terdapat gangguan pertumbuhan rahang dan gigi</li></ul>Jika anak menggunakan empeng terlalu lama, maka dapat menyebabkan adanya gangguan pertumbuhan rahang dan gigi. Kondisi ini dapat menimbulkan maloklusi hingga gangguan bicara, serta peningkatan risiko karies gigi. Peningkatan risiko ini berhubungan dengan durasi atau lamanya anak menggunakan empeng (&gt; 5 tahun) dan penggunaan empeng yang kurang tepat, misalnya memberi lapisan gula pada empeng [1-4].<ul><li style="text-align: justify;">Menurunkan kecerdasan di usia sekolah dasar</li></ul>Suatu penelitian menunjukkan hubungan antara penggunaan empeng sepanjang hari dengan penurunan kecerdasan di usia sekolah dasar [3].<ul><li style="text-align: justify;">Meningkatnya risiko infeksi telinga tengah</li></ul>Empeng dikaitkan dengan gangguan fungsi tuba eustachius dan keseimbangan tekanan antara nasofaring dan telinga tengah. Studi yang ada menunjukkan peningkatan risiko infeksi telinga tengah hingga 2 kali lipat pada anak &lt; 12 bulan [4].Itulah 6 efek penggunaan empeng terlalu lama. Si Kecil boleh menggunakan empeng, tetapi jangan sampai ia menggunakannya terlalu lama agar terhindar dari hal-hal di atas.Referensi:<ol><li style="text-align: left;">﻿﻿Child Development Institute. (December 12,2012). Pacifier: Pros and Cons. Child Development Institute. <a classname="e-rte-anchor" href="https://childdevelopmentinfo.com/development/pacifier-pros-and-cons/" title="https://childdevelopmentinfo.com/development/pacifier-pros-and-cons/">https://childdevelopmentinfo.com/development/pacifier-pros-and-cons/ </a></li><li style="text-align: left;">Mayo Clinic. (October 6, 2022). Pacifiers: Are they good for your baby? Mayo Clinic. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/in-depth/pacifiers/art-20048140" title="https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/in-depth/pacifiers/art-20048140">https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/infant-and-toddler-health/in-depth/pacifiers/art-20048140 </a></li><li style="text-align: left;">Batista, R., Martins, C., Figueiredo, B., &amp; Silva, S. (2021). All day-long pacifier use and intelligence quotient in childhood: A birth cohort study. Journal of Child Psychology and Psychiatry, 62(9), 1091-1099. DOI: 10.1111/jcpp.13449 <a classname="e-rte-anchor" href="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33570810/" title="https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33570810/">https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/33570810/ </a></li><li style="text-align: left;">Paediatr Child Health. 2003 Oct; 8(8): 515–519. doi: 10.1093/pch/8.8.515 <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2791559/" title="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2791559/">https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2791559/</a></li></ol>