Biasanya MomDad akan menidurkan bayi dengan cara disusui atau digendong. Cara ini dikenal ampuh untuk membuat bayi tertidur lebih cepat dan nyenyak. Namun, jika dibiarkan terus menerus, nantinya akan menyita banyak waktu dan cukup membuat MomDad kelelahan. Selain itu, jika dibiarkan hal ini akan menjadi ‘kebiasaan’ dan bayi akan mengalami sulit tidur jika tidak disusui atau digendong. Nah, berikut cara melatih bayi tidur tanpa disusui atau digendong:<ul><li style="text-align: justify;">Mulai dilatih saat usia bayi berkisar 4-6 bulan</li></ul>Para ahli merekomendasikan untuk melatih bayi tidur sendiri di usia ini, sebab di usia 4 bulan bayi sudah cukup besar secara ukuran untuk tidur selama 6-8 jam tanpa perlu minum susu. Tidak lebih dari usia 6 bulan, agar bayi belajar mengenai asosiasi tidur dengan benar.<ul><li style="text-align: justify;">Pastikan bayi sudah kenyang dengan popok kering dan tidur di lingkungan yang aman</li></ul>Salah satu penyebab bayi sulit tidur atau gelisah di malam hari adalah rasa lapar. Oleh sebab itu, disarankan untuk memberikan susu sebelum waktu tidur. Hal ini dimaksudkan supaya bayi kenyang dan membuat bayi tidur lebih lama. Setelah itu, periksa atau ganti popoknya dengan yang kering atau baru, agar bayi merasa lebih nyaman saat tidur. Jangan lupa juga berikan sentuhan musik yang lembut atau white noise dengan volume rendah agar dapat memberikan efek menenangkan pada bayi.<ul><li style="text-align: justify;">Buatlah rutinitas sebelum tidur sehingga bayi belajar mengenali asosiasi tidurnya</li></ul>Meski masih bayi, MomDad harus lho membiasakan atau membuat rutinitas sebelum tidur pada bayi. Hal ini dimaksudkan agar dapat membantu bayi untuk bisa tidur lebih nyenyak. Misalnya, MomDad bisa dimulai dengan menggantikan popok dan bayi bayi dengan yang bersih supaya tidurnya menjadi lebih nyaman. Kemudian, antarkan ia ke tempat tidur dan matikan lambu atau membuat suasana tidur senyaman mungkin. Stimulus seperti ini jika dilakukan dengan rutin, lama-kelamaan bayi akan tahu dan memahami bahwa ini adalah waktunya untuk beristirahat.<ul><li style="text-align: justify;">Kenali tanda-tanda bayi mengantuk</li></ul>Bayi belum bisa berkomunikasi dengan baik, namun ia akan memberikan beberapa tanda jika membutuhkan atau menginginkan sesuatu. Misalnya, jika bayi sudah mengusap-usap mata, menguap, mata mulai sayu, menghisap jari-jarinya, bisa jadi itu pertanda bahwa ia sudah mengantuk dan siap untuk tidur.<ul><li style="text-align: justify;">Letakkan bayi dalam keadaan mengantuk tapi belum tertidur di kasur</li></ul>MomDad bisa memindahkan bayi ke kasur dalam keadaan mengantuk atau setengah tertidur dengan perlahan agar tidak mengganggu tidurnya. Namun, bila ia menangis saat diletakkan di tempat tidur, MomDad bisa coba dengan angkat bayi dan menenangkannya, lalu letakkan setelah ia tertidur kembali. Memang, cara ini membutuhkan banyak kesabaran dan mungkin baru berhasil dalam beberapa waktu.Nah, itulah beberapa cara yang bisa MomDad lakukan untuk membuat bayi tertidur tanpa disusui atau digendong. Apakah saat ini si Kecil bisa tidur dengan sendirinya tanpa perlu disusui atau digendong, MomDad?Referensi:&nbsp;What to Expect. (n.d.). Sleep Training Your Baby: Techniques and Solutions. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.whattoexpect.com/first-year/sleep/sleep-training-baby/" title="https://www.whattoexpect.com/first-year/sleep/sleep-training-baby/">https://www.whattoexpect.com/first-year/sleep/sleep-training-baby/</a>

Begini Cara Melatih Bayi Tidur tanpa Digendong!

begini-cara-melatih-bayi-tidur-tanpa-digendong--1683645458211

Pada saluran cerna terdapat sekumpulan bakteri baik yang memiliki manfaat bagi kesehatan. Namun, tahukah MomDad? Jumlah bakteri baik di saluran cerna bayi baru lahir bisa berbeda, tergantung bagaimana cara bayi tersebut dilahirkan. Nah, metode persalinan ini ternyata berpengaruh terhadap kesehatan jangka panjang bayi. Mau tau penjelasannya secara lebih lanjut? Yuk, baca artikel ini hingga akhir.Apa yang Membedakan Kelahiran Normal &amp; Caesar?<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/555dd4d6638cf708ad1fdaf57892724f_1683600433402.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="nutri 2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Sumber: ShutterstockPada usus, terdapat koloni berbagai jenis bakteri yang terlibat langsung dalam proses pencernaan. Diperkirakan terdapat sekitar 1.000 sampai 1.500 spesies bakteri yang tinggal di dalam usus manusia. Koloni ini hidup secara kolektif dan disebut sebagai mikrobiota usus. Sejak lahir, berbagai faktor (luar dan dalam) memengaruhi perkembangan komposisi mikrobiota usus manusia [1], salah satunya metode persalinan.Ketika bayi lahir normal, ia akan terpapar bakteri baik lewat jalur lahirnya (vagina). Nah, bakteri tersebut kemudian akan masuk ke usus bayi, lalu membentuk mikrobioma (sekumpulan bakteri baik) khas yang berperan penting bagi daya tahan tubuh. Sayangnya, bayi yang lahir melalui metode caesar tidak mendapatkan paparan bakteri baik, sehingga mikrobioma mereka rendah dibanding bayi yang lahir melalui vagina [2].Penelitian lain menunjukkan bahwa perbedaan metode persalinan ini ternyata juga berdampak bagi kesehatan anak jangka panjang. Pada bayi lahir caesar, mereka lebih berisiko mengalami berbagai masalah kesehatan seperti asma, gangguan jaringan ikat sistemik, penyakit radang usus, defisiensi imun, dan leukemia&nbsp;[3]. Selain itu, persalinan caesar juga meningkatkan risiko rinitis alergi, tetapi tidak dengan dermatitis atopik. [4]Manfaat Bakteri Baik Usus bagi Kesehatan Tubuh<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/457b7fddefd7b966816323eb6686ad2a_1683600482201.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="nutri 3.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Sumber: ShutterstockBakteri baik punya beberapa manfaat, antara lain: [5]<ul><li style="text-align: justify;">Berkompetisi dengan bakteri merugikan dengan cara menempel pada dinding saluran cerna dan selanjutnya berkembang biak.</li><li style="text-align: justify;">Menghasilkan asam yang menyebabkan lingkungan saluran cerna menjadi asam. Keadaan ini akan menghambat pertumbuhan bakteri merugikan.</li><li style="text-align: justify;">Menghasilkan zat yang mempunyai efek mematikan bakteri merugikan.</li><li style="text-align: justify;">Mengaktivasi sistem kekebalan tubuh</li></ul>Saluran cerna merupakan satu-satunya pintu masuk nutrisi. Jika saluran cernanya sehat, maka penyerapan nutrisi anak pun jadi optimal. [6] Sekitar 80% sel yang menghasilkan antibodi ada di saluran cerna, sehingga jika saluran cernanya sehat artinya imunitasnya kuat. [7]Well, apa pun metode persalinannya, semua ibu tentu menginginkan yang terbaik bagi anaknya. Metode persalinan caesar memang dapat memengaruhi gut dysbiosis (disbiosis usus) alias ketidakseimbangan jumlah mikroorganisme dalam saluran pencernaan manusia. Lantas, apakah bayi yang lahir caesar tetap bisa tumbuh dan berkembang dengan optimal? Jawabannya, bisa.Sebagai solusinya, lakukan inisiasi menyusui dini (IMD) setidaknya selama 1 jam setelah bayi dilahirkan. Kemudian, penting bagi Mom untuk senantiasa memberikan si Kecil ASI secara eksklusif selama 6 bulan, lalu dilanjutkan dengan MPASI, dan teruskan ASI hingga anak berusia 2 tahun.Terus berikan ASI, karena ASI adalah nutrisi terbaik bagi anak. ASI merupakan sumber nutrisi utama &amp; yang terbaik untuk bayi. Selain makronutrien seperti karbohidrat, lemak, dan protein, ASI juga mengandung mikronutrien seperti vitamin dan mineral. [8] Menariknya lagi, ASI juga mengandung Sinbiotik, yaitu kombinasi dari probiotik &amp; prebiotik yang berkontribusi dalam menjaga keseimbangan bakteri baik di usus si Kecil untuk meningkatkan daya tahan tubuhnya. [9]Pastikan si Kecil terus mendapatkan ASI agar tumbuh kembangnya optimal ya, MomDad!Referensi:<ol><li style="text-align: justify;">Pramudita A. Mengenal Bakteri Usus dan Kaitannya dengan Kesehatan Jantung. yankes.kemkes.go.id. RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita Jakarta. 30 Juli 2021. [Diakses pada tanggal 5 April 2023]. Tersedia pada: <a classname="e-rte-anchor" href="https://yankes.kemkes.go.id/artikel/detail/mengenal-bakteri-usus-dan-kaitannya-dengan-kesehatan-jantung." title="https://yankes.kemkes.go.id/artikel/detail/mengenal-bakteri-usus-dan-kaitannya-dengan-kesehatan-jantung.">https://yankes.kemkes.go.id/artikel/detail/mengenal-bakteri-usus-dan-kaitannya-dengan-kesehatan-jantung. </a></li><li style="text-align: justify;">Ege MJ. Long-term infant outcomes and the Hygiene Hypothesis: a review of current knowledge and future prospects. The Journal of Allergy and Clinical Immunology. 2011 Jul;128(1):3-11.e4. <a classname="e-rte-anchor" href="https://doi.org/10.1016/j.jaci.2011.05.008." title="https://doi.org/10.1016/j.jaci.2011.05.008.">https://doi.org/10.1016/j.jaci.2011.05.008. </a> PMID: 21703583; PMCID: PMC3110651.</li><li style="text-align: justify;">Sevelsted, A., Stokholm, J., Bønnelykke, K., &amp; Bisgaard, H. (2015). Cesarean Section and Chronic Immune Disorders. Pediatrics, 135(1), e92-e98. <a classname="e-rte-anchor" href="https://doi.org/10.1542/peds.2014-0596" title="https://doi.org/10.1542/peds.2014-0596">https://doi.org/10.1542/peds.2014-0596 </a></li><li style="text-align: justify;">Renz-Polster H, David MR, Buist AS, et al. Caesarean section delivery and the risk of allergic disorders in childhood. Clin Exp Allergy. 2005;35(11):1466–72. Yang diakses dari ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3110651/#R46</li><li style="text-align: justify;">Hegar B. Peran Mikroflora Saluran Cerna pada Kesehatan Anak. Jurnal Kedokteran Indonesia (Indonesian Journal of Medicine). 2016 Nov 30;5:144-149. [Diakses pada tanggal 5 April 2023]. Tersedia pada: <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/peran-mikroflora-saluran-cerna-pada-kesehatan-anak." title="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/peran-mikroflora-saluran-cerna-pada-kesehatan-anak.">https://www.idai.or.id/artikel/klinik/peran-mikroflora-saluran-cerna-pada-kesehatan-anak. </a></li><li style="text-align: justify;">Zhang, C., Li, L., Jin, B., Xu, X., Zuo, X., Li, Y., &amp; Zhen, Z. (2021). The Effects of Delivery Mode on The Gut Microbiota and Health: state of art. Frontiers in Cellular and Infection Microbiology, 11, 619253. <a classname="e-rte-anchor" href="https://doi.org/10.3389/fmicb.2021.724449" title="https://doi.org/10.3389/fmicb.2021.724449">https://doi.org/10.3389/fmicb.2021.724449 </a></li><li style="text-align: justify;">Soedarmo SP. Air Susu Ibu dan Kesehatan Saluran Cerna. Jurnal Kedokteran Indonesia (Indonesian Journal of Medicine). 2011 Des;2:115-119. [Diakses pada tanggal 5 April 2023]. Tersedia pada: <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/air-susu-ibu-dan-kesehatan-saluran-cerna." title="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/air-susu-ibu-dan-kesehatan-saluran-cerna.">https://www.idai.or.id/artikel/klinik/air-susu-ibu-dan-kesehatan-saluran-cerna. </a></li><li style="text-align: justify;">Tim Redaksi IDAI. Nilai Nutrisi Air Susu Ibu. [Diakses pada tanggal 5 April 2023]. Tersedia pada: <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/nilai-nutrisi-air-susu-ibu." title="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/nilai-nutrisi-air-susu-ibu.">https://www.idai.or.id/artikel/klinik/nilai-nutrisi-air-susu-ibu. </a></li><li style="text-align: justify;">Kim G, Bae J. From Short- to Long-Term Effects of C-Section Delivery on Microbiome Establishment and Host Health. Journal of Microbiology (Seoul, Korea). 2021 Oct;59(10):885-893. doi: 10.1007/s12275-021-1147-4. PMID: 34664116; PMCID: PMC8537978. [Diakses pada tanggal 5 April 2023]. Tersedia pada: <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8537978/." title="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8537978/.">https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC8537978/.</a></li></ol>

Perbedaan Bakteri Baik di Usus pada Bayi Lahir Caesar & Normal

perbedaan-bakteri-baik-di-usus-pada-bayi-lahir-caesar---normal-1684312633858

Anak mungkin suka berteriak karena mereka sedang mencoba mengekspresikan diri mereka dengan cara yang paling mudah dan efektif yang mereka ketahui. Berteriak juga dapat menjadi cara untuk menarik perhatian orang dewasa atau untuk mengekspresikan emosi mereka, termasuk kegembiraan, ketakutan, marah, atau kekecewaan. Namun, apabila anak terlalu sering berteriak, apakah normal?Penyebab anak suka teriak<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/266fa6d8d36013c4ac2a7ecbec712e42_1683369648913.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-05-06T174021.453.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Pada usia toddler, sekitar 17 bulan, anak akan mulai memiliki keterampilan baru, yaitu berteriak. Sebenarnya, berteriak adalah hal yang normal karena suatu bentuk perubahan suasana hati anak yang merupakan bagian dari pertumbuhannya. Anak yang berteriak menjadikan tanda bahwa sedang mengalami perubahan emosional dan berjuang untuk mengendalikan dorongan hati, perasaan, dan tubuhnya.&nbsp;Anak berteriak bukan tanpa sebab. Nah, berikut ini ada beberapa penyebab anak suka berteriak, yaitu:<ul><li>Uji coba</li></ul>Anak senang karena mendengar suara teriakannya dan berteriak berulang-ulang karena sedang menikmati percobaan kemampuan barunya ini.<ul><li>Kontrol impuls yang kurang baik</li></ul>Toddler masih belajar untuk sabar dan bagaimana bersikap di luar rumah. Sehingga bila kontrol impuls masih kurang baik, anak dapat berteriak di sembarang tempat.<ul><li>Kemampuan komunikasi masih terbatas</li></ul>Anak yang belum mampu berkomunikasi dengan baik, kadang mereka akan berteriak untuk mengungkapkan keinginannya. Di dalam otak anak, berteriak sudah sama dengan mengutarakan 1000 kata.<ul><li>Rasa senang</li></ul>Anak kecil sangat mudah senang, bermain kejar-kejaran atau sekedar melihat kucing di jalan dapat membuat mereka berteriak kesenangan.<ul><li>Mencari perhatian</li></ul>Bila MomDad sibuk menelepon, bekerja di rumah, atau mengobrol dengan orang lain, bisa saja anak akan berteriak-teriak untuk mencari perhatian.Cara menghadapi anak yang suka berteriakAnak yang suka berteriak memang tidak membuat nyaman dan mengganggu orang di sekitarnya. Oleh karena itu, dalam menghadapi anak yang suka berteriak, MomDad bisa lakukan beberapa cara seperti berikut:<ul><li style="text-align: justify;">Rendahkan suara MomDad. Hadapi toddler yang berteriak-teriak dengan cara menatap matanya dan berbisik. Jangan membentaknya sebab hal ini bisa membuat anak lebih menjadi-jadi.</li><li style="text-align: justify;">Verbalkan apa yang dia inginkan atau rasakan. Ingatlah bahwa kemampuan komunikasi toddler masih terbatas, sehingga tanyakan apa yang menjadi masalahnya, verbalkan keinginannya.</li><li style="text-align: justify;">Ajarkan anak untuk mengganti teriakan dengan tawa. Bila ia menjerit kesenangan, pancinglah agar anak tertawa.</li><li style="text-align: justify;">Ajak anak keluar. Jika sedang berada di tempat umum dan anak berteriak, segera ajak keluar dari restoran sampai ia selesai berteriak-teriak.</li></ul>Walaupun berteriak merupakan hal yang normal, namun jika anak berteriak dan sulit ditenangkan, tampak kesakitan, disertai demam atau gejala sakit lainnya, dan ada perubahan pada perilakunya, segeralah konsultasi ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.Referensi:&nbsp;Whattoexpect. (n.d.). Screaming and Screeching from <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.whattoexpect.com/toddler/behavior/screaming-and-screeching.aspx" title="https://www.whattoexpect.com/toddler/behavior/screaming-and-screeching.aspx" style="text-align: left;">https://www.whattoexpect.com/toddler/behavior/screaming-and-screeching.aspx</a>

Anakku sering Berteriak, Apakah Normal?

anakku-sering-berteriak--apakah-normal--1683369936937

Muntah pada bayi pada beberapa kasus merupakan hal yang normal dan wajar terjadi. Seiring dengan berkembangnya sistem pencernaan bayi, beberapa bayi dapat mengalami muntah karena adanya refleks muntah yang lebih sensitif, terutama pada bayi yang baru lahir atau pada usia awal kehidupan. Biasanya, warna muntah bayi tidak selalu sama dan memiliki arti yang berbeda. MomDad sudah tahu belum arti warna muntah bayi?Arti warna muntah<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/d1f2eff101dc61afbc8ac45a065531819_1683275456724.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-05-05T153048.167.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Pada umumnya, muntah hanya berlangsung 1-2 hari saja dan ini biasanya tidak dianggap serius. Namun, jika muntah mengeluarkan warna yang sangat tidak biasa, ini bisa menjadi tanda bahwa anak sedang menderita penyakit tertentu seperti keracunan makanan. [1]Nah, berikut ini ada beberapa warna muntah pada bayi yang wajib MomDad ketahui, di antaranya: [2]<ul><li style="text-align: justify;">Muntah bening atau cairan jernih</li></ul>Umumnya muntah bening merupakan muntahan yang keluar setelah bayi muntah beberapa kali dan menandakan lambungnya sudah kosong tidak berisi makanan lagi. Dapat terjadi akibat infeksi saluran cerna atau keracunan makanan.<ul><li style="text-align: justify;">Muntah berwarna putih</li></ul>Bayi yang muntahannya berwarna putih umumnya muntah setelah minum susu atau biasa disebut gumoh.<ul><li style="text-align: justify;">Muntah berbusa</li></ul>Hal ini bisa terjadi karena gas yang berlebihan di dalam perut mengakibatkan refluks asam lambung ke kerongkongan sehingga terjadilah muntah berbusa. Muntah seperti ini biasanya ditandai dengan anak menolak disusui atau diberi makan dan tampak kesakitan bila menelan susu atau makanan.<ul><li style="text-align: justify;">Muntah berwarna hijau</li></ul>Ini bisa terjadi karena cairan empedu ikut keluar atau termuntahkan. Muntah berwarna hijau dapat terjadi pada infeksi saluran cerna. Namun, dapat pula menandakan adanya sumbatan pada saluran cerna.<ul><li style="text-align: justify;">Muntah darah</li></ul>Muntah seperti ini bisa merupakan gejala alergi susu sapi. Darah yang tertelan dari luka di area mulut atau adanya gangguan pembekuan darah dan juga masalah pembuluh darah di saluran cerna dapat pula menyebabkan anak muntah darah.<ul><li style="text-align: justify;">Muntah hitam</li></ul>Muntah dengan warna hitam merupakan tanda adanya darah di saluran cerna bagian atas. Darah yang telah terkena asam lambung akan berubah menjadi hitam.MomDad perlu memeriksakan si Kecil ke dokter apabila si Kecil muntah dengan kondisi: [2]<ul><li style="text-align: justify;">Bayi demam tinggi, lemas, rewel atau menangis terus-menerus</li><li style="text-align: justify;">Muntah berlangsung selama 48 jam dan tidak membaik</li><li style="text-align: justify;">Anak kesulitan mengonsumsi cairan apa pun</li><li style="text-align: justify;">Dehidrasi</li><li style="text-align: justify;">Berat badan turun karena muntah</li><li style="text-align: justify;">Memiliki riwayat atau mengidap diabetes</li><li style="text-align: justify;">Sesak nafas</li></ul>Jadi, jika bayi muntah dalam jumlah yang wajar dan tidak disertai dengan gejala yang mencurigakan, seperti yang telah disebutkan di atas, biasanya tidak perlu dikhawatirkan. Namun, jika MomDad merasa khawatir atau ragu, sebaiknya segera berkonsultasi dengan ahli atau tanyakan di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" title="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" target="_blank" style="text-decoration-line: underline; background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Forum Tanya Dokter</a>.Referensi:<ol><li style="text-align: left;">Healthline. (2021, January 18). Green vomit in adults and children: Causes and when to seek help. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.healthline.com/health/green-vomit" title="https://www.healthline.com/health/green-vomit">https://www.healthline.com/health/green-vomit </a> </li><li style="text-align: left;">National Health Service. (2021, March 19). Reflux in babies. NHS. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.nhs.uk/conditions/reflux-in-babies/" title="https://www.nhs.uk/conditions/reflux-in-babies/">https://www.nhs.uk/conditions/reflux-in-babies/</a></li></ol>

Ternyata Ini Arti Warna Muntah Bayi, sudah Tahu?

ternyata-ini-arti-warna-muntah-bayi--sudah-tahu--1683275587376

Aroma pup bayi cenderung menempel di tangan karena kandungan bakteri yang terdapat pada feses. Bakteri ini dapat menyebabkan bau yang tidak sedap pada tangan setelah membersihkan pup bayi. Selain itu, bau pup juga dapat terus menempel pada tangan jika tidak dibersihkan dengan benar dan menyeluruh setelah membersihkan pup bayi. Berikut adalah beberapa tips yang dapat membantu menghilangkan bau tak sedap di tangan setelah membersihkan pup bayi:<ul><li style="text-align: justify;">Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir. Gosok tangan dan area kuku dengan sabun yang efektif dan bilas dengan air mengalir yang hangat.</li><li style="text-align: justify;">Gunakan sabun yang mengandung baking soda. Baking soda adalah bahan alami yang dapat membantu menghilangkan bau tak sedap pada tangan.</li><li style="text-align: justify;">Gunakan cuka putih untuk menghilangkan bau tak sedap. Rendam tangan dalam air yang dicampur dengan cuka putih selama beberapa menit dan bilas dengan air bersih.</li><li style="text-align: justify;">Gunakan air jeruk nipis atau air lemon. Kandungan asam dalam air jeruk nipis atau air lemon dapat membantu menghilangkan bau tak sedap pada tangan.</li><li style="text-align: justify;">Gunakan pasta gigi. Gosokkan pasta gigi pada tangan dan gosok secara perlahan. Bilas dengan air bersih.</li><li style="text-align: justify;">Gunakan cairan pembersih tangan berbasis alkohol. Cairan pembersih tangan yang mengandung alkohol dapat membantu membersihkan tangan dan membunuh bakteri yang dapat menyebabkan bau tak sedap.</li></ul>MomDad punya tips lain nggak untuk menghilangkan aroma pup di tangan yang tak kunjung hilang? Yuk, share di Forum PrimaKu!Referensi:<ul><li style="text-align: justify;">Healthline. (2021). How to Get Rid of Poop Smell on Your Hands. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.healthline.com/health/get-rid-of-poop-smell-on-your-hands" title="https://www.healthline.com/health/get-rid-of-poop-smell-on-your-hands">https://www.healthline.com/health/get-rid-of-poop-smell-on-your-hands </a></li><li style="text-align: justify;">Cleveland Clinic. (2020). How to Get Rid of the Smell of Poop. <a classname="e-rte-anchor" href="https://health.clevelandclinic.org/how-to-get-rid-of-the-smell-of-poop/" title="https://health.clevelandclinic.org/how-to-get-rid-of-the-smell-of-poop/">https://health.clevelandclinic.org/how-to-get-rid-of-the-smell-of-poop/</a></li></ul>

Tips Hilangkan Bau Pup Bayi di Tangan

tips-hilangkan-bau-pup-bayi-di-tangan-1683199871815

Pertumbuhan gigi sangat penting dalam tumbuh kembang anak karena memiliki banyak fungsi penting. Misalnya,&nbsp;untuk membantu anak untuk mengunyah dan memproses makanan sebelum masuk ke sistem pencernaan, hingga&nbsp;membantu anak untuk mengucapkan suara dan kata-kata dengan benar. Pertumbuhan gigi pada setiap anak pun berbeda. Ada yang lebih cepat, ada yang lamban. Namun, apabila bayi berusia 9 bulan belum juga tumbuh gigi, apakah normal? Kapan bayi dikatakan terlambat tumbuh gigi?<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/23457393515a10581c7b98ee96c621029c_1683027637400.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-05-02T184030.142.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Pertumbuhan gigi anak memang memiliki waktu yang berbeda di setiap anaknya dan terkadang pertumbuhan ini tidak selalu mengikuti rentang atau jangka waktu pada umumnya. Normalnya, gigi pertama tumbuh pada usia 4-15 bulan dan anak biasanya memiliki 4 gigi pada usia 11 bulan, 8 gigi pada usia 15 bulan, 12 gigi pada usia 19 bulan, 16 gigi pada usia 2 tahun, dan 20 buah gigi susu lengkap pada usia 3 tahun [1].Di usia 6 tahun, biasanya gigi tetap mulai tumbuh. Delayed Tooth Eruption (DTE) didefinisikan apabila belum dijumpai pertumbuhan gigi di luar rentang normal sesuai ras, etnis, dan jenis kelamin [2]. MomDad disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter apabila belum ada gigi pertama pada usia 18 bulan atau jika belum tumbuh 20 gigi susu lengkap pada usia 3 tahun.Apa penyebabnya?<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/852f95585945ce2cd6f8ecff651e78f5_1683027647385.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-05-02T183937.336.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Keterlambatan pertumbuhan gigi dapat disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya yaitu faktor genetik keluarga, sindrom Down, osteogenesis imperfecta, dan regional odontodysplasia. Beberapa kondisi lain yang dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan gigi diantaranya berat bayi lahir rendah, kelahiran prematur, hipopituitari, masalah nutrisi seperti defisiensi vitamin D, abnormalitas struktur mulut (ruang tumbuh gigi yang sempit), dan infeksi gigi [3,4,5].Adakah dampaknya?Keterlambatan pertumbuhan gigi memerlukan evaluasi lanjutan karena dapat merupakan petunjuk adanya kondisi medis yang mendasari seperti kelainan genetik, masalah nutrisi, dan gangguan perkembangan lainnya. Bukan hanya itu, bayi yang belum mengalami pertumbuhan gigi dapat mengalami kesulitan dalam mengolah jenis makanan tertentu, misalnya yang memerlukan bantuan gigi untuk memotong atau mengunyah.Apa yang bisa dilakukan agar bayi bisa tumbuh gigi?<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/18815a7d694693fc610791feee2133656_1683027689028.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-05-02T184123.096.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Selama menunggu gigi tumbuh, MomDad dapat memberikan gizi seimbang dari variasi makanan termasuk yang mengandung protein, kalsium, vitamin A, C, D, fosfor dan fluoride untuk mendukung pertumbuhan giginya. Hal ini dapat dicapai dengan mengonsumsi berbagai variasi makanan sesuai anjuran, misalnya konsumsi protein dalam jumlah yang cukup yang berasal dari ikan, daging, telur, unggas, kacang-kacangan dan polong-polongan; konsumsi sayur dan buah; serta konsumsi susu dan produk turunannya.Jadi, apabila si Kecil tidak kunjung tumbuh gigi di usia yang sudah disebutkan sebelumnya, segera lakukan konsultasi dengan dokter untuk mengetahui penyebabnya ya.Referensi:<ol><li style="text-align: left;">Dentist Just For Kids. (2021). Haven't Your Child's Baby Teeth Come In? <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.dentistjustforkids.com/havent-childs-baby-teeth-come/" title="https://www.dentistjustforkids.com/havent-childs-baby-teeth-come/">https://www.dentistjustforkids.com/havent-childs-baby-teeth-come/ </a> </li><li style="text-align: left;">Suri L, Gagari E, Vastardis H. Delayed tooth eruption: pathogenesis, diagnosis, and treatment. A literature review. Am J Orthod Dentofacial Orthop. 2004 Oct;126(4):432-45. doi: 10.1016/j.ajodo.2003.10.031. PMID: 15470346.</li><li style="text-align: left;">Healthline. (2022). When to Worry About Baby Teeth Not Coming In. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.healthline.com/health/dental-and-oral-health/when-to-worry-about-baby-teeth-not-coming-in#when-a-delay-is-atypical" title="https://www.healthline.com/health/dental-and-oral-health/when-to-worry-about-baby-teeth-not-coming-in#when-a-delay-is-atypical">https://www.healthline.com/health/dental-and-oral-health/when-to-worry-about-baby-teeth-not-coming-in#when-a-delay-is-atypical </a></li><li style="text-align: left;">Woodhill Dental Specialties. (2022). Delayed Tooth Eruption: What to Expect. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.woodhilldentalspecialties.com/delayed-tooth-eruption-what-to-expect/" title="https://www.woodhilldentalspecialties.com/delayed-tooth-eruption-what-to-expect/">https://www.woodhilldentalspecialties.com/delayed-tooth-eruption-what-to-expect/ </a></li><li style="text-align: left;">Advanced Children's Dentistry. (2019). Delayed Tooth Eruption. <a classname="e-rte-anchor" href="https://advancedchildrensdentistry.com/uncategorized/delayed-tooth-eruption/" title="https://advancedchildrensdentistry.com/uncategorized/delayed-tooth-eruption/">https://advancedchildrensdentistry.com/uncategorized/delayed-tooth-eruption/</a></li></ol>

Wajarkah Bayi Usia 9 Bulan belum Tumbuh Gigi?

wajarkah-bayi-usia-9-bulan-belum-tumbuh-gigi--1683028106479

Banyak bayi mengepakkan tangan sebagai bagian dari perkembangan motorik awal mereka, dan ini seringkali dianggap normal. Namun, pada beberapa kasus, tindakan ini dapat menjadi tanda dari spektrum gangguan autisme. Untuk lebih jelasnya, yuk simak penjelasan di bawah!Bagaimana mengepakkan tangan yang normal pada bayi?Bayi mengepakkan tangan atau yang dikenal dengan istilah hand flapping merupakan perilaku yang muncul ketika anak sedang senang, cemas, atau memiliki emosi lain [1]. Perilaku ini dapat dilakukan oleh anak yang berkembang normal maupun anak yang memiliki gangguan spektrum autisme.Perilaku ini dapat muncul sepanjang usia perkembangan dan dikatakan membantu anak dalam mengatur emosi mereka. Namun, jika perilaku ini mengganggu kesehariannya, maka lebih baik mengalihkan anak agar tidak terlalu sering mengepakkan tangan.Bayi sering mengepakkan tangan, tanda bahaya autisme?<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/15099fd6a5c2759a87818f531ce582c1_1682868016112.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-04-30T221954.855.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Hand flapping memang merupakan salah satu gejala anak yang mengalami autisme, namun autisme merupakan gangguan neurodevelopmental yang memiliki gejala-gejala lain. Oleh sebab itu, anak yang melakukan hand flapping saja tidak berarti mereka pasti mengalami autisme. Perlu ditemukan gejala lain untuk dapat mendiagnosa apakah anak mengalami autisme atau tidak.Kapan MomDad perlu khawatir?<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/51063e417a25960e0353010238286732d4_1682868027904.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-04-30T222006.090.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Apabila anak sering mengepakkan tangan dan disertai gejala lain, seperti tidak tertarik kepada lingkungan maupun orang lain, menghindari kontak mata, mengalami keterlambatan bicara, atau melakukan perilaku yang membahayakan diri sendiri maka MomDad perlu melakukan konsultasi dengan dokter [2].Itu dia penjelasan mengenai tanda autisme pada anak. Anak yang mengepakkan tangan tidak selalu merupakan tanda dari autisme, karena ada gejala-gejala lain yang terjadi.&nbsp;Jika MomDad punya pertanyaan seputar kondisi si Kecil, jangan ragu untuk segera konsultasidi&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" title="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" target="_blank" style="text-decoration-line: underline; background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Forum Tanya Dokter</a>.&nbsp;Pertanyaan MomDad akan dijawab langsung oleh ahli, lho!Referensi:<ol><li style="text-align: left;">Speech and Language Kids. (2019, May 29). Flapping and Self-Stimulatory Behaviors [Blog post]. Retrieved from <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.speechandlanguagekids.com/flapping-and-self-stimulatory-behaviors/" title="https://www.speechandlanguagekids.com/flapping-and-self-stimulatory-behaviors/">https://www.speechandlanguagekids.com/flapping-and-self-stimulatory-behaviors/ </a></li><li style="text-align: left;">Centers for Disease Control and Prevention. (2021). Learn the Signs. Act Early. Autism. Early Warning Signs of Autism Spectrum Disorder. Retrieved from <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.cdc.gov/ncbddd/actearly/autism/curriculum/documents/early-warning-signs-autism_508.pdf" title="https://www.cdc.gov/ncbddd/actearly/autism/curriculum/documents/early-warning-signs-autism_508.pdf">https://www.cdc.gov/ncbddd/actearly/autism/curriculum/documents/early-warning-signs-autism_508.pdf</a></li></ol>

Bayi sering Mengepakkan Tangan, Tanda Autisme?

bayi-sering-mengepakkan-tangan--tanda-autisme--1682868170955

Penggunaan popok cukup membantu untuk menampung air seni maupun kotoran si Kecil dan juga bisa meringankan pekerjaan MomDad, tanpa harus membuka celana anak saat mau BAB maupun BAK. Namun, tidak selamanya anak akan terus memakai popok. Jika dibiarkan bisa menghalangi anak dalam belajar untuk buang air sendiri. Di usia berapa sih anak mulai bisa berhenti memakai popok?Waktu yang tepat anak bisa berhenti memakai popok<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/06a3e32291d93410fbebff772b8bca844_1682840063630.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-04-30T143340.050.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Sebenarnya tidak ada batasan usia yang pasti kapan anak harus berhenti menggunakan popok. Namun, pada umumnya anak akan menunjukkan tanda-tanda bahwa mereka siap menggunakan toilet saat menginjak usia 18 bulan hingga 3 tahun.1 Selain itu, MomDad bisa memulai latihan untuk menggunakan toilet saat anak sudah bisa berdiri dan berjalan sendiri.Nah, berikut ini ada beberapa tanda bahwa anak sudah siap untuk lepas dari popok, di antaranya:<ul><li style="text-align: justify;">Anak akan menirukan orang tua saat menggunakan toilet.</li><li style="text-align: justify;">Menunjukan ketertarikan pada toilet ketika merasakan ingin BAK atau BAB.</li><li style="text-align: justify;">Jika anak sudah bisa duduk di toilet dan bangun kembali.</li><li style="text-align: justify;">Perhatikan bahwa anak tetap kering atau tidak mengompol selama 1-2 jam atau lebih.</li></ul>Akan tetapi, MomDad harus ingat bahwa kemampuan setiap anak berbeda dalam mempelajari keterampilan baru ini, jadi mohon bersabar ya, MomDad.Dampaknya jika anak terus pakai popok<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/b75cae75a6ea64a7f227b7e00bb66e27_1682840073366.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-04-30T143404.500.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Penggunaan popok sekali pakai memang berpotensi menyebabkan ruam popok kronik dan juga infeksi saluran kemih pada anak jika dipakai terus menerus. Pasalnya, kulit anak sangat rentan terhadap ruam dan paparan dari feses atau urin. Oleh sebab itu, hal tersebut dapat menyebabkan gesekan dan memperburuk ruam yang terjadi.Selain itu, dampak lain jika anak menggunakan popok terus menerus yaitu dapat membuat ia kurang peka terhadap sinyal tubuhnya untuk BAK maupun BAB. Hal ini dapat menghalangi anak dalam belajar mandiri menggunakan toilet.Cara membiasakan anak lepas dari popokMeski menghilangkan kebiasaan anak pakai popok bukanlah hal yang mudah. Namun, MomDad bisa mengikuti cara di bawah untuk melatih anak agar tidak terus-terusan pakai popok, antara lain:Saat anak mulai menunjukkan bahwa ia dapat mempertahankan dirinya tetap kering secara teratur di siang hari, MomDad dapat mulai membiasakan si Kecil tanpa popok di siang hari, dan kembali menggunakan popok di malam hari.Selain itu, MomDad bisa bertanya apakah si Kecil ingin BAB atau BAK dan kemudian mengajaknya untuk ke kamar mandi jika ingin BAB ataupun BAK.Pahami jika anak memberikan tanda-tanda ingin BAK maupun BAB.Apakah saat ini si Kecil sudah dibiasakan tidak memakai popok, MomDad?Sumber:<ul><li style="text-align: justify;">Cambridgeshire Community Services NHS Trust. (2021). Toileting. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.cambscommunityservices.nhs.uk/advice/staying-safe/childhood-development/toileting#" title="https://www.cambscommunityservices.nhs.uk/advice/staying-safe/childhood-development/toileting#">https://www.cambscommunityservices.nhs.uk/advice/staying-safe/childhood-development/toileting# </a></li><li style="text-align: justify;">Lukitaningsih, E., Murti, B., &amp; Widodo, A. (2016). Effect of Warm Compress and Acupressure on Breast Milk Production. Jurnal Ners, 11(2), 162-167. <a classname="e-rte-anchor" href="https://e-journal.unair.ac.id/JNERS/article/view/5011/3253" title="https://e-journal.unair.ac.id/JNERS/article/view/5011/3253">https://e-journal.unair.ac.id/JNERS/article/view/5011/3253 </a></li><li style="text-align: justify;">Wahyuni LK. Toilet training. Jakarta: Perdosri; 2016</li></ul>

Begini Cara Melatih Bayi Tidur tanpa Digendong!

Begini Cara Melatih Bayi Tidur tanpa Digendong!

Perbedaan Bakteri Baik di Usus pada Bayi Lahir Caesar & Normal

Perbedaan Bakteri Baik di Usus pada Bayi Lahir Caesar & Normal

Anakku sering Berteriak, Apakah Normal?

Anakku sering Berteriak, Apakah Normal?

Ternyata Ini Arti Warna Muntah Bayi, sudah Tahu?

Ternyata Ini Arti Warna Muntah Bayi, sudah Tahu?

Tips Hilangkan Bau Pup Bayi di Tangan

Tips Hilangkan Bau Pup Bayi di Tangan

Wajarkah Bayi Usia 9 Bulan belum Tumbuh Gigi?

Wajarkah Bayi Usia 9 Bulan belum Tumbuh Gigi?

Bayi sering Mengepakkan Tangan, Tanda Autisme?

Bayi sering Mengepakkan Tangan, Tanda Autisme?

Kapan Anak Bisa Berhenti Memakai Popok?

Kapan Anak Bisa Berhenti Memakai Popok?