Memantau status gizi dan pertumbuhan anak sangat penting untuk memastikan tumbuh kembang yang optimal. Mau si Kecil tumbuh sehat dan optimal? Beli <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/kelastumbuhkembang" title="https://primaku.page.link/kelastumbuhkembang" target="_blank"></a><a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/kelastumbuhkembang" title="https://primaku.page.link/kelastumbuhkembang" target="_blank">Kelas Tumbuh Kembang</a> bersama dr. Hans Natanael, Sp.A di SuperClas Parenthood Institute 2024! Di Kelas ini, MomDad akan mempelajari aspek-aspek penting dalam perkembangan anak, termasuk indikator tumbuh kembang yang perlu dipantau, seperti berat badan, panjang badan, tinggi badan, dan lingkar lengan atas. Dengan pemahaman yang komprehensif tentang indikator-indikator ini, MomDad akan lebih siap untuk memastikan si Kecil tumbuh sesuai usia dan kebutuhan. Sekarang, simak dulu yuk, melalui artikel ini tentang bagaimana cara pengukuran LiLA yang tepat untuk memantau status gizi anak! Apa Itu LiLA dan Mengapa Penting? Lingkar Lengan Atas (LiLA) adalah salah satu indikator utama status gizi anak. Pengukuran ini dapat memberikan informasi penting tentang cadangan lemak tubuh anak, yang dipengaruhi oleh asupan nutrisi. Dengan mengukur LiLA secara teratur, MomDad dapat mengetahui apakah anak mengalami masalah gizi, seperti malnutrisi akut atau gizi kurang. LiLA bukan hanya indikator gizi, tetapi juga dapat membantu memantau apakah anak mengalami stunting atau gagal tumbuh. Pengukuran ini sangat berguna untuk deteksi dini, sehingga intervensi bisa segera dilakukan untuk mencegah kondisi yang lebih serius. Cara Mengukur LiLA dengan Tepat <img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/9f5657f2b2152afc4c10da94a8b1ddfac_1731578801874.png" alt="Pita LiLA.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px; max-height: 381px;" class="e-rte-image e-imgcenter e-imginline"> Pengukuran LiLA ini bisa dilakukan di rumah, dan cukup praktis, terutama bagi anak-anak berusia 6 bulan hingga 1 tahun. Dengan bantuan pita pengukur khusus, MomDad dapat menilai apakah si Kecil mengalami masalah gizi seperti wasting atau berat badan kurang. Nah, untuk mendapatkan hasil yang akurat, pastikan mengukur LiLA si Kecil dengan cara berikut:<ul><li>Pengukuran lingkar lengan atas diukur di lengan non dominan agar mencerminkan timbunan lemak tubuh dan bukan pembesaran massa otot</li><li>Tekuk lengan, sehingga tangan berbentuk siku. Kemudian, cari titik tengah dari tulang bahu hingga siku. Pengukuran LiILA akan dilakukan di area tersebut.</li><li>Lingkarkan pita LiLA di titik tengah antara tulang bahu dan siku. Jangan terlalu ketat atau terlalu longgar.</li><li>Ukuran LiLA akan terlihat di pita meteran.</li></ul> Pengukuran yang tepat memerlukan keahlian dan alat yang sesuai, sehingga hasil yang diperoleh bisa akurat dan dapat diandalkan untuk memantau status gizi anak. Menilai Hasil Pengukuran LiLA <img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/db47c45a1303f3437bfbf24fa13259b3_1731578852159.png" class="e-rte-image e-imginline" alt="LiLA.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px;"> Ketika melakukan pengukuran LiLA, pita pengukur sering kali memiliki 3 warna berbeda yang membantu MomDad memahami status gizi anak. Setiap warna memiliki makna yang penting dan harus diperhatikan dengan baik: <ul><li>Merah: jika pengukuran LiLA anak jatuh di zona merah, ini menandakan kondisi gizi buruk atau malnutrisi akut berat. Situasi ini membutuhkan tindakan medis segera, karena anak berada pada risiko tinggi mengalami komplikasi kesehatan serius. Dalam kondisi ini, intervensi cepat sangat penting untuk menyelamatkan nyawa si Kecil.</li></ul>﻿﻿ <ul><li>Kuning: warna kuning menandakan bahwa anak mengalami malnutrisi ringan atau gizi kurang. Ini adalah sinyal peringatan bagi MomDad untuk mulai memperhatikan asupan nutrisi anak dengan lebih serius. Intervensi gizi bisa menjadi langkah tepat untuk mencegah kondisi yang lebih parah.</li></ul>﻿﻿ <ul><li>Hijau: warna hijau merupakan kabar baik! Ini menandakan bahwa status gizi anak dalam kategori normal. Anak dengan ukuran LiLA di zona hijau umumnya memiliki asupan gizi yang baik dan pertumbuhannya berada dalam jalur yang sehat.</li></ul> LiLA Sebagai Alat Deteksi Dini Mengukur LiLA secara rutin adalah cara yang mudah dan efektif untuk memantau kesehatan anak. Ini memungkinkan MomDad untuk segera mengambil tindakan jika ada tanda-tanda masalah gizi. Jika pengukuran LiLA menunjukkan warna kuning atau merah, sangat penting untuk segera berkonsultasi dengan ahli gizi atau tenaga medis untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Selain LiLA, pastikan juga memantau parameter lain seperti berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, dan pola makan anak untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang kesehatannya. Butuh panduan praktis untuk memahami pertumbuhan anak dan mengidentifikasi apakah anak berada di jalur yang sehat? Beli <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/kelastumbuhkembang" title="https://primaku.page.link/kelastumbuhkembang" target="_blank">Kelas Tumbuh Kembang</a> bersama dr. Hans Natanael, Sp.A di SuperClas Parenthood Institute 2024! <a href="https://primaku.page.link/kelastumbuhkembang" target="_blank"><img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/6436de1388117074d28383fb03ba81db_1731578970219.png" class="e-rte-image e-imginline e-resize" alt="Kelas-TumBang.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px; max-height: 538px;"></a> Dengan penjelasan yang jelas dan tabel pertumbuhan yang dapat diunduh, MomDad akan lebih mudah memantau tumbuh kembang si Kecil di rumah. Beli sekarang dan berikan dukungan terbaik agar si Kecil tumbuh menjadi anak yang sehat dan kuat! Referensi:<ul><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.scribd.com/document/510641481/Cara-Mengukur-Lingkar-Lengan-Atas" title="https://www.scribd.com/document/510641481/Cara-Mengukur-Lingkar-Lengan-Atas">https://www.scribd.com/document/510641481/Cara-Mengukur-Lingkar-Lengan-Atas </a></li><li>KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/51/2022 TENTANG STANDAR ALAT ANTROPOMETRI DAN ALAT DETEKSI DINI PERKEMBANGAN ANAK</li><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.unicef.org/indonesia/id/gizi/artikel/pengukuran-lila-deteksi-dini-wasting" title="https://www.unicef.org/indonesia/id/gizi/artikel/pengukuran-lila-deteksi-dini-wasting">https://www.unicef.org/indonesia/id/gizi/artikel/pengukuran-lila-deteksi-dini-wasting </a></li><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.unicef.org/indonesia/media/19776/file/Panduan%20Pita%20LiLA.pdf" title="https://www.unicef.org/indonesia/media/19776/file/Panduan%20Pita%20LiLA.pdf">https://www.unicef.org/indonesia/media/19776/file/Panduan%20Pita%20LiLA.pdf </a></li></ul>

Pengukuran LiLA untuk Deteksi Dini Status Gizi Anak

pengukuran-lila-untuk-deteksi-dini-status-gizi-anak-1733115962877

Bagi bayi, tidur bukan sekadar waktu untuk istirahat, melainkan proses penting yang berdampak langsung pada tumbuh kembangnya. Sejak lahir hingga usia 1 tahun, bayi menghabiskan sebagian besar waktunya untuk tidur, sekitar 12-16 jam sehari, tergantung usianya. Di balik aktivitas tidur ini, ada banyak proses biologis yang mendukung perkembangan otak, sistem saraf, dan tubuh bayi secara keseluruhan. Jika MomDad ingin memberikan dukungan terbaik untuk tidur si Kecil dan membangun rutinitas tidur yang baik, <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/sleeptraining" title="https://primaku.page.link/sleeptraining" target="_blank"></a><a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/sleeptraining" title="https://primaku.page.link/sleeptraining" target="_blank">Kelas Sleep Training</a> bersama dr. Frecillia Regina, Sp.A, IBCLC adalah pilihan tepat! Dengan pengetahuan mendalam dan bimbingan dari para ahli, MomDad akan siap menghadapi tantangan terkait tidur dan mendukung perkembangan si Kecil secara optimal. Beli <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/sleeptraining" title="https://primaku.page.link/sleeptraining" target="_blank"></a><a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/sleeptraining" title="https://primaku.page.link/sleeptraining" target="_blank">Kelas Sleep Training</a> sekarang di SuperClass Parenthood Institute 2024 dan bawa si Kecil menuju pengalaman tidur yang lebih baik! Sekarang, kita simak dulu pentingnya pola dan jam tidur untuk tumbuh kembang bayi melalui artikel berikut! Mengapa Tidur Penting untuk Tumbuh Kembang Bayi? <ol><li>Mendukung pertumbuhan fisik</li></ol>Tidur yang cukup dan berkualitas membantu bayi memproduksi hormon pertumbuhan (HGH) yang penting untuk pertumbuhan tulang, otot, dan jaringan tubuh lainnya. Hormon ini banyak diproduksi selama fase tidur nyenyak (deep sleep), sehingga tidur yang baik mendukung bayi mencapai tinggi dan berat badan yang ideal. 2.&nbsp;Mengatur nafsu makan dan metabolisme﻿﻿Tidur yang cukup juga membantu mengatur hormon leptin dan ghrelin yang berperan dalam mengatur nafsu makan. Ketika bayi cukup tidur, tubuhnya menjaga keseimbangan antara rasa lapar dan kenyang, membantu metabolisme bekerja optimal. Metabolisme yang baik adalah fondasi penting agar bayi mendapatkan energi yang cukup untuk belajar dan bereksplorasi. 3. Mendukung perkembangan otak dan kognitif﻿﻿Tidur memegang peran besar dalam perkembangan otak bayi, terutama dalam hal daya ingat, konsentrasi, dan kemampuan belajar. Selama tidur, otak bayi memproses informasi yang diperoleh sepanjang hari, sehingga membantu dalam pembentukan memori jangka panjang dan kemampuan kognitif. Bayi yang mengalami gangguan tidur atau kurang tidur bisa mengalami gangguan dalam perkembangan fisik dan kognitifnya. Di Indonesia, prevalensi gangguan tidur pada anak di bawah usia tiga tahun cukup tinggi, sekitar 44,2%. Gangguan tidur yang dibiarkan dapat menyebabkan pola makan yang tidak teratur, yang akhirnya berdampak pada tumbuh kembang dan kesehatannya secara keseluruhan. Durasi Tidur Ideal Bayi Berdasarkan Usia Setiap usia memiliki kebutuhan tidur yang berbeda. Berikut adalah panduan durasi tidur untuk bayi di berbagai tahapan usia:<ul><li>Bayi baru lahir (0-2 Bulan)</li></ul>Bayi baru lahir membutuhkan sekitar 16-18 jam tidur dalam sehari. Pola tidurnya belum teratur dan sering terbangun untuk menyusu setiap 2-3 jam. <ul><li>Bayi usia 3-5 Bulan</li></ul>Pada usia ini, bayi mulai membangun pola tidur yang lebih konsisten, dengan total tidur sekitar 14-16 jam per hari. Mereka mulai tidur lebih lama di malam hari dengan periode tidur siang yang lebih singkat. <ul><li>Bayi usia 6-8 Bulan</li></ul>Pada usia ini, bayi umumnya tidur sekitar 14-15 jam sehari, dengan dua kali tidur siang yang masing-masing berdurasi 1-2 jam. Pola tidur bayi mulai lebih stabil, namun mereka masih bisa bangun di malam hari karena berbagai alasan, seperti lapar atau merasa tidak nyaman. <ul><li>Bayi usia 9-12 Bulan</li></ul>Memasuki usia ini, kebutuhan tidur bayi adalah sekitar 12-14 jam per hari, dengan tidur siang sekali atau dua kali. Mereka lebih banyak tidur di malam hari, sehingga pola tidurnya semakin mendekati pola tidur orang dewasa. Cara Membantu Bayi Mendapatkan Tidur yang Berkualitas Untuk mendukung kualitas tidur bayi, berikut beberapa tips yang dapat membantu: <ol><li>Buat rutinitas tidur</li></ol>Ciptakan rutinitas sebelum tidur yang menenangkan, seperti mandi air hangat, membaca buku, atau mendengarkan musik lembut. Rutinitas ini membantu bayi memahami bahwa waktu tidur sudah dekat. 2. Atur lingkungan yang nyamanPastikan kamar bayi tenang, gelap, dan memiliki suhu yang nyaman. Kebisingan dan pencahayaan yang berlebihan dapat mengganggu tidur bayi. 3. Hindari aktivitas yang merangsang sebelum tidurHindari bermain atau aktivitas yang terlalu merangsang menjelang waktu tidur. Hal ini dapat membantu bayi lebih rileks dan lebih cepat tidur. 4. Pantau pola tidur siangTidur siang sangat penting bagi bayi, tetapi pastikan tidak terlalu lama atau terlalu dekat dengan waktu tidur malam agar tidak mengganggu tidurnya di malam hari. Pola tidur yang baik membantu bayi tumbuh dan berkembang secara optimal. Tidur yang cukup memberi bayi fondasi kesehatan yang kuat, mulai dari fisik hingga kognitif. Yuk, ciptakan pola tidur yang sehat untuk si Kecil melalui <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/sleeptraining" title="https://primaku.page.link/sleeptraining" target="_blank"></a><a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/sleeptraining" title="https://primaku.page.link/sleeptraining" target="_blank">Kelas Sleep Training</a> bersama dr. Frecillia Regina, Sp.A, IBCLC! Beli Kelas Sleep Training sekarang di SuperClass Parenthood Institute 2024 dan bawa si Kecil menuju pengalaman tidur yang lebih baik! <img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/65f2596423411a110ed08cc27944b7491_1731037255878.png" class="e-rte-image e-imginline" alt="Sleep-training.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px;"> Referensi:<ul><li>Nemours Children’s Health. 2021. Can Lack of Sleep Stunt Your Growth? <a classname="e-rte-anchor" href="https://kidshealth.org/en/teens/sleep-growth.html#:~:text=A%20single%20night%20of%20no,)%2C%20growth%20hormone%20is%20suppressed." title="https://kidshealth.org/en/teens/sleep-growth.html#:~:text=A%20single%20night%20of%20no,)%2C%20growth%20hormone%20is%20suppressed.">https://kidshealth.org/en/teens/sleep-growth.html#:~:text=A%20single%20night%20of%20no,)%2C%20growth%20hormone%20is%20suppressed. </a></li><li>Raising Children Netwrok. 2023. How to sleep better: 10 tips for children and teenagers <a classname="e-rte-anchor" href="https://raisingchildren.net.au/toddlers/sleep/better-sleep-settling/sleep-better-tips" title="https://raisingchildren.net.au/toddlers/sleep/better-sleep-settling/sleep-better-tips">https://raisingchildren.net.au/toddlers/sleep/better-sleep-settling/sleep-better-tips </a></li><li>IDAI. 2016. Perkembangan Tidur Normal Pada Batita</li></ul><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/perkembangan-tidur-normal-pada-batita" title="https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/perkembangan-tidur-normal-pada-batita">https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/perkembangan-tidur-normal-pada-batita </a>

Pola Tidur Ideal Bayi 0-12 Bulan: Kunci Tumbuh Kembang Optimal Sejak Dini

pola-tidur-ideal-bayi-0-12-bulan--kunci-tumbuh-kembang-optimal-sejak-dini-1734325636702

Pertumbuhan tinggi badan si Kecil sering kali menjadi salah satu aspek perkembangan yang sangat diperhatikan oleh MomDad. Tinggi badan yang optimal tentu saja erat kaitannya dengan perkembangan tulang yang sehat, dan banyak yang percaya bahwa minum susu secara rutin dapat membantu anak tumbuh lebih tinggi. Apakah hal ini benar? Susu dan Manfaatnya untuk Tumbuh Kembang Anak Susu memang dikenal sebagai sumber nutrisi penting yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Bagi si Kecil yang berusia 6 tahun ke atas, susu bisa menjadi salah satu sumber utama zat gizi penting, seperti kalsium, protein (whey dan kasein), lemak, serta berbagai vitamin dan mineral seperti vitamin B12 dan fosfor. Semua nutrisi ini berperan besar dalam membantu pertumbuhan tulang dan otot, yang pada akhirnya berdampak pada tinggi badan si Kecil. Kalsium, misalnya, sangat penting untuk pertumbuhan tulang, terutama ketika anak sedang berada dalam fase pertumbuhan yang pesat, seperti antara usia 9 hingga 18 tahun. Pada usia tersebut, tulang si Kecil sedang membangun "cadangan" kalsium yang akan mereka gunakan hingga masa dewasa nanti. Itulah sebabnya, penting bagi MomDad untuk memastikan asupan kalsium yang cukup selama fase pertumbuhan ini. Berdasarkan rekomendasi National Institutes of Health, anak usia 9-18 tahun membutuhkan sekitar 1.300 mg kalsium per hari. Mengonsumsi sekitar 3 cangkir susu per hari sudah dapat mendekati kebutuhan kalsium harian ini. Tidak hanya susu, produk olahan susu lainnya seperti yogurt, keju, bahkan es krim juga dapat menjadi sumber kalsium yang baik untuk mendukung pertumbuhan tulang. Jadi, jika si Kecil lebih suka susu cokelat atau yogurt, itu pun bisa membantu memenuhi kebutuhan kalsiumnya. Apakah Rutin Minum Susu Membuat Anak Lebih Tinggi? Mengenai hubungan antara minum susu dan tinggi badan, penelitian memang telah dilakukan sejak lama. Di awal tahun 1920-an, penelitian menunjukkan bahwa konsumsi susu sapi memiliki kaitan positif dengan peningkatan tinggi badan pada anak-anak. Namun, hasil penelitian ini tidak selalu konsisten. Ada beberapa faktor yang menyebabkan perbedaan hasil, seperti ras, status gizi awal anak, dan tingkat sosioekonomi. Namun, studi terbaru, seperti penelitian di Kanada pada tahun 2017, menemukan bahwa anak usia 3 tahun yang mengonsumsi susu sapi sebanyak 3 cangkir per hari cenderung lebih tinggi 1,5 cm dibandingkan anak yang minum susu non-sapi dalam jumlah yang sama. Meskipun ini adalah kabar baik, MomDad perlu ingat bahwa tinggi badan anak tidak hanya dipengaruhi oleh konsumsi susu. Faktor genetik memainkan peran besar, hingga 80%, dalam menentukan tinggi badan akhir anak. Meski begitu, faktor lingkungan seperti nutrisi, status kesehatan, dan kebiasaan beraktivitas fisik juga sangat berpengaruh. Misalnya, 2 anak dengan genetik yang sama bisa saja memiliki tinggi badan yang berbeda karena perbedaan dalam asupan gizi, gaya hidup, dan kondisi kesehatan. Mengoptimalkan Pertumbuhan Tinggi Anak <img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/af4106a1e810eeca8efa8e10ec6053bd71_1730973346524.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Susu-2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px;"> Untuk memastikan si Kecil tumbuh tinggi dan sehat, asupan gizi yang seimbang sangat penting. Di usia 6 tahun ke atas, penting bagi MomDad untuk memastikan si Kecil mendapatkan kalsium yang cukup, baik dari susu maupun dari sumber makanan lainnya. Beberapa makanan yang kaya kalsium selain susu adalah ikan dengan tulang yang dapat dimakan (seperti sarden), sayuran berdaun hijau, dan produk yang diperkaya kalsium seperti jus jeruk. Tidak hanya itu, protein juga berperan penting dalam pertumbuhan tinggi badan karena protein membantu perbaikan dan pembangunan jaringan tubuh, termasuk otot dan tulang. Karenanya, pastikan si Kecil mendapatkan cukup protein dari sumber-sumber seperti telur, daging, ikan, kacang-kacangan, dan tentu saja susu. Namun, nutrisi bukan satu-satunya faktor. Aktivitas fisik juga sangat penting dalam mendukung pertumbuhan tulang dan otot, lakukan olahraga yang memberi beban pada tulang dan otot, seperti berjalan, berlari, melompat, naik-turun tangga, hingga menari. Aktivitas seperti ini membantu merangsang pertumbuhan tulang dan meningkatkan kekuatan otot. Menurut National Institutes of Health, anak dan remaja sebaiknya berolahraga setidaknya 60 menit setiap hari, dengan setidaknya 3 hari dalam seminggu melakukan olahraga yang melibatkan aktivitas beban. Jadi, selain memastikan si Kecil minum susu, pastikan juga mereka aktif bergerak dan bermain agar pertumbuhan tulangnya optimal. Hingga Usia Berapa Anak Bisa Bertambah Tinggi? Pertumbuhan tinggi badan si Kecil tidak berlangsung selamanya. Pada masa pubertas, akan terjadi percepatan pertumbuhan yang signifikan, namun ini juga merupakan tahap di mana pertumbuhan tinggi badan akan segera berakhir. Ketika lempeng epifisis tulang menutup pada fase pertumbuhan anak maka pertumbuhan linier anak juga akan terhenti. Anak yang mengalami pubertas lebih cepat mungkin akan berhenti tumbuh lebih awal, sehingga bisa saja tinggi akhirnya sedikit di bawah potensi genetiknya. Meskipun susu bisa menjadi bagian penting dari pola makan si Kecil untuk mendukung pertumbuhan tinggi badannya, MomDad perlu memahami bahwa ada banyak faktor lain yang juga memengaruhi. Genetik, nutrisi yang seimbang, aktivitas fisik, dan kesehatan secara keseluruhan, semuanya berperan dalam menentukan seberapa tinggi si Kecil akan tumbuh. Jadi, pastikan si Kecil tidak hanya rutin minum susu, tetapi juga aktif bergerak dan mendapatkan makanan yang kaya gizi untuk mendukung pertumbuhan mereka. Dengan begitu, si Kecil bisa tumbuh menjadi anak yang sehat dan kuat. Referensi:<ul><li>Dor, C., Stark, A. H., Dichtiar, R., Keinan-Boker, L., Shimony, T., &amp; Sinai, T. (2021). Milk and dairy consumption is positively associated with height in adolescents: results from the Israeli National Youth Health and Nutrition Survey. European Journal of Nutrition. doi:10.1007/s00394-021-02661-6.</li><li>Morency ME, dkk. Association between noncow milk beverage consumption and childhood height. Am J Clin NUtr. 2017;106:597-602.</li><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://dinkes.kulonprogokab.go.id/detil/218/mitos-tentang-tinggi-badan#:~:text=Pertumbuhan%20tinggi%20badan%20anak%20laki,yang%20biasanya%20terjadi%20sebelum%20pubertas." title="https://dinkes.kulonprogokab.go.id/detil/218/mitos-tentang-tinggi-badan#:~:text=Pertumbuhan%20tinggi%20badan%20anak%20laki,yang%20biasanya%20terjadi%20sebelum%20pubertas." style="text-align: inherit;">https://dinkes.kulonprogokab.go.id/detil/218/mitos-tentang-tinggi-badan#:~:text=Pertumbuhan%20tinggi%20badan%20anak%20laki,yang%20biasanya%20terjadi%20sebelum%20pubertas.</a></li><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://health.clevelandclinic.org/child-wont-drink-milk" title="https://health.clevelandclinic.org/child-wont-drink-milk" style="text-align: inherit;">https://health.clevelandclinic.org/child-wont-drink-milk</a></li></ul>

Benarkah Kebiasaan Minum Susu Bisa Bikin Anak Tinggi?

benarkah-kebiasaan-minum-susu-bisa-bikin-anak-tinggi--1731573303458

Green Flag Pertumbuhan Sehat Bayi yang Baru Lahir

green-flag-pertumbuhan-sehat-bayi-yang-baru-lahir-1733814859646

<span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-position: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">MomDad, pernahkah bertanya-tanya mengapa vitamin D begitu penting bagi si Kecil? Vitamin D sebenarnya lebih dari sekadar vitamin biasa, lho! Selain berperan penting dalam menjaga kesehatan tulang, vitamin D juga berperan dalam memperkuat sistem imun tubuh dan melindungi si Kecil dari berbagai penyakit alergi.<span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-position: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Secara alami, vitamin D bisa didapatkan dari paparan sinar matahari dan asupan makanan. Namun, tidak semua anak mendapatkan paparan sinar matahari yang cukup setiap harinya. Karenanya, sangat penting untuk memastikan si Kecil mendapatkan vitamin D yang cukup demi mendukung tumbuh kembang optimalnya.<span style="font-size: 14pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 700; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-position: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Vitamin D Penting untuk Imunitas Tubuh si Kecil﻿﻿<span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-position: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Vitamin D memainkan banyak peran vital dalam tubuh si Kecil. Tidak hanya membantu penyerapan kalsium dan fosfor yang penting untuk kesehatan tulang dan gigi, vitamin D juga mendukung fungsi ginjal serta sistem kekebalan tubuh. Ini berarti, selain menguatkan tulang, vitamin D juga bisa membantu si Kecil melawan infeksi dan menurunkan risiko alergi serta penyakit kronis seperti diabetes dan kanker.﻿﻿<span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-position: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Menariknya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa kekurangan vitamin D dapat memengaruhi kekambuhan alergi pada anak-anak, dan memiliki kaitan dengan gangguan kekebalan tubuh. Jadi, memastikan si Kecil mendapatkan vitamin D yang cukup bukan hanya soal tulang kuat, tetapi juga sistem imun yang tangguh.<span style="font-size: 14pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 700; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-position: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Berjemur dan Suplemen Vitamin D untuk si Kecil<span style="font-size: 11pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 700; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-position: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"><img src="https://lh7-rt.googleusercontent.com/docsz/AD_4nXeCe2K7e1KzMlSS45z8UG6eosbcWyj0_A71ABQu1WzCYlsOMBsmmRMjCjwNYjf6jQaCGeyIYxPJ1YVAwDkXnkPBiHELWp2gQkmLAxWBUYp5qzoKcVZ3VKr-iMnTpBC9mldQhRMIPiybNlkG3XqIQVjRSYz8?key=-7vRHqQ6ZS0mgIx_GPeHqQ" width="602" height="451" style="margin-left: 0px; margin-top: 0px;" class="e-rte-image e-imginline"><span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-position: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Sinar matahari memang sumber utama vitamin D, tetapi bagaimana jika si Kecil sering bermain di dalam rumah atau memakai tabir surya saat keluar? Apakah itu cukup? Balita, anak yang lebih besar, dan remaja membutuhkan setidaknya ​<span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 700; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-position: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">600 IU per hari.<span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-position: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> Namun, jika si Kecil jarang terpapar sinar matahari, suplementasi bisa menjadi solusi.&nbsp;<span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-position: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Paparan sinar matahari selama 20-30 menit, 3 kali seminggu, cukup untuk membantu tubuh menghasilkan vitamin D. Area wajah, tangan, dan lengan si Kecil adalah bagian yang sebaiknya terkena sinar matahari. Tapi jika sering terhalang pakaian atau tabir surya, pemberian suplemen sesuai dosis anjuran bisa menjadi pilihan yang bijak.<span style="font-size: 14pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 700; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-position: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Dampak Kekurangan Vitamin D untuk Kesehatan<span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-position: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">﻿﻿<span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-position: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Kekurangan vitamin D pada si Kecil bisa membawa dampak serius, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek, kekurangan vitamin D dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan, tulang yang rapuh, dan risiko rikets (kelainan tulang yang mengakibatkan tulang menjadi lunak), si Kecil juga lebih rentan mengalami patah tulang jika kadar vitamin D dalam tubuhnya rendah.<span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-position: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Dalam jangka panjang, kekurangan vitamin D dapat menyebabkan osteoporosis, kelemahan otot, peningkatan risiko infeksi, bahkan penyakit jantung, diabetes, dan beberapa jenis kanker.&nbsp;<span style="font-size: 14pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 700; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-position: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Makanan Kaya Vitamin D untuk si Kecil<span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-position: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Selain berjemur, MomDad juga bisa menambah asupan vitamin D si Kecil melalui makanan sehat. Beberapa sumber vitamin D dari makanan antara lain:<ul><li dir="ltr" style="line-height: 1.38; text-align: justify; margin-top: 12pt; margin-bottom: 12pt;">Salmon</li><li dir="ltr" style="line-height: 1.38; text-align: justify; margin-top: 12pt; margin-bottom: 12pt;">Jamur shitake</li><li dir="ltr" style="line-height: 1.38; text-align: justify; margin-top: 12pt; margin-bottom: 12pt;">Kuning telur</li><li dir="ltr" style="line-height: 1.38; text-align: justify; margin-top: 12pt; margin-bottom: 12pt;">Produk susu seperti keju, yogurt, dan susu sapi</li><li dir="ltr" style="line-height: 1.38; text-align: justify; margin-top: 12pt; margin-bottom: 12pt;">Udang</li><li dir="ltr" style="line-height: 1.38; text-align: justify; margin-top: 12pt; margin-bottom: 12pt;">Alpukat</li><li dir="ltr" style="line-height: 1.38; text-align: justify; margin-top: 12pt; margin-bottom: 12pt;">Hati sapi</li></ul><span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-position: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Dengan mengkombinasikan asupan makanan ini serta paparan sinar matahari, kebutuhan vitamin D si Kecil bisa terpenuhi dengan baik. Pastikan si Kecil mengonsumsi makanan-makanan ini secara teratur untuk mendukung pertumbuhannya.<b id="docs-internal-guid-e09bbc68-7fff-396d-5050-02eda66e6e79" style="font-style: normal; font-variant-caps: normal; letter-spacing: normal; orphans: auto; text-align: start; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: auto; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; text-decoration: none; caret-color: rgb(0, 0, 0); color: rgb(0, 0, 0); font-weight: normal;"> <span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: rgb(255, 255, 255); font-weight: 700; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-position: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Referensi<span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: rgb(255, 255, 255); font-weight: 400; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-position: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">:<span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: rgb(255, 255, 255); font-weight: 400; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-position: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;"> <ul><li><span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: rgb(255, 255, 255); font-weight: 400; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-position: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">UKK ENdokrinologi IDAI. Panduan Praktik Klinis IDAI: Vitamin D. Jakarta;2018.</li><li><span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: rgb(255, 255, 255); font-weight: 400; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-position: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Weydert JA. Vitamin D in Children's Health. Children (Basel). 2014;1(2):208-26.</li><li><span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: rgb(255, 255, 255); font-weight: 400; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-position: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Lipińska-Opałka A, Tomaszewska A, Kubiak JZ, Kalicki B. Vitamin D and Immunological Patterns of Allergic Diseases in Children. Nutrients. 2021.8;13(1):177.</li><li><span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: rgb(255, 255, 255); font-weight: 400; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-position: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Vitamin D for Babies, Children &amp; Adolescents - HealthyChildren.org</li><li><span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: rgb(255, 255, 255); font-weight: 400; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-variant-alternates: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-position: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Vitamin D level is inversely related to allergen sensitization for risking atopic dermatitis in early childhood - World Allergy Organization Journal. </li></ul>

Perlu Nggak sih Anak-Anak Konsumsi Vitamin D?

perlu-nggak-sih-anak-anak-konsumsi-vitamin-d--1732870937602

Selama bulan pertama, sebagian besar bayi baru lahir mengalami kenaikan berat badan sekitar 1 ons (30 gram) per hari. Bayi umumnya juga tumbuh dalam tinggi badan sekitar 1 hingga 1½ inci (2,54 hingga 3,81 sentimeter) dalam bulan pertama. Banyak bayi mengalami periode pertumbuhan cepat ketika mereka berusia 7 hingga 10 hari, serta pada usia 3 dan 6 minggu. Bayi yang berat badannya kurang atau di bawah normal, kerap dikaitkan dengan malnutrisi. Apakah benar demikian? Simak penjelasan DSA, yuk!Penyebab BB Anak di Bawah Normal﻿﻿Kriteria berat badan normal pada anak menggunakan acuan kurva BB menurut usia dan jenis kelamin kurva WHO, yakni berat badan yang ada di -2SD hingga + 1 SD. Berat badan dibawah range normal memerlukan evaluasi lebih lanjut terkait kecukupan energi yang didapatkan.Terdapat 3 penyebab umum yang membuat berat badan anak susah naik, yaitu:<ol><li>Kurangnya asupan nutrisi, di antaranya:</li></ol><ul><li>⁠Praktik pemberian makan yang tidak tepat (inappropriate feeding practice)</li><li>⁠Manajemen laktasi yang tidak tepat, pemberian/pengenceran formula yang tidak tepat</li><li>Malnutrisi kronis, misalnya karena masalah ekonomi dan kesulitan menyediakan makanan bergizi dalam jumlah yang cukup</li><li>Penyakit refluks gastroesofagus</li><li>Masalah mekanik saat makan, misalnya bibir/ langit-langit sumbing</li><li>⁠Masalah oromotor yang mengakibatkan gangguan saat mengunyah/mengolah makanan di dalam mulut</li></ul>2. Meningkatnya kebutuhan tubuh, di antaranya:<ul><li>⁠Infeksi berulang atau infeksi kronis</li><li>Penyakit jantung bawaan</li><li>⁠Keganasan (kanker)</li><li>Penyakit tiroid</li></ul>⁠3. Gangguan penyerapan makanan, di antaranya:<ul><li>Alergi makanan, contohnya alergi susu sapi atau alergi telur</li><li>Penyakit metabolisme bawaan (inborn error of metabolism)</li><li>Atresia bilier, yang mengakibatkan gangguan penyerapan lemak</li><li>Malabsorpsi atau gangguan penyerapan</li></ul>Sebaiknya lakukan pengukuran berkala untuk mendeteksi dini jika BB anak tidak naik, segera berkonsultasi dengan dokter terkait penyebab agar dapat ditangani dengan optimal.Parameter BB Anak, Kapan Orang Tua Harus Khawatir?<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/a71057f2fd4d33f3837205aaef5784374_1729760672273.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BB Anak-2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px;"> Berat badan adalah indikator paling sensitif untuk menilai kondisi nutrisi saat ini. Berat badan menjadi parameter pertumbuhan yang paling cepat berubah ketika seorang anak mengalami malnutrisi akut.Pada situasi seperti ini, yang biasanya diperhatikan adalah kurva berat badan menurut usia. Jika berat badan anak menurut usia berada di bawah -2 SD, berat badan menurut panjang badan tergolong gizi kurang, atau jika kecepatan kenaikan berat badan di bawah persentil 15 pada tabel weight increment WHO dan tren terus menurun, MomDad perlu segera berkonsultasi dengan dokter untuk menemukan penyebab kenaikan berat badan yang kurang optimal agar tidak berlanjut menjadi stunting.Cegah Malnutrisi dengan Panduan Nutrisi Sehat﻿﻿Memberikan makanan sehat kepada anak adalah salah satu cara penting bagi orang tua untuk memastikan pertumbuhan yang optimal. Pada bayi di bawah 6 bulan, ASI eksklusif adalah sumber nutrisi terbaik. Namun, jika kenaikan berat badan tidak optimal dengan ASI saja, dokter mungkin menyarankan untuk memulai MPASI dini. Setelah bayi mulai mengonsumsi MPASI, pastikan asupan karbohidrat, protein, lemak, serta mikronutrien seperti vitamin dan mineral tercukupi melalui makanan yang bervariasi. Misalnya, protein hewani dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti daging sapi, ikan, unggas, telur, dan makanan laut. Kebutuhan protein, karbohidrat, dan lemak pun bervariasi sesuai usia anak. Pada usia 6-8 bulan, protein hewani disarankan sebanyak 35-50 gram per hari, usia 9-12 bulan sebanyak 55-70 gram per hari, dan pada usia di atas 1 tahun sekitar 80-100 gram per hari.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/8762f166b439c94da425bb28721081413_1729760699757.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BB Anak-3.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px;"> Agar anak lebih tertarik pada makanan sehat yang dapat mendukung kenaikan berat badan, ada beberapa tips praktis yang bisa MomDad lakukan:<ul><li>Terapkan feeding rules atau aturan makan yang konsisten</li><li>Sajikan makanan dalam porsi kecil agar lebih mudah diterima oleh anak</li><li>Paparkan anak terhadap makanan baru sebanyak 10-15 kali sebelum mengatakan anak tidak menyukai makanan tertentu</li><li>Tawarkan makanan baru bersama dengan makanan yang sudah mau ia terima</li><li>Berikan contoh yang baik dengan mengonsumsi variasi makanan</li></ul>Memastikan pertumbuhan optimal anak memerlukan perhatian pada BB dan asupan nutrisi. Jika BB bayi di bawah normal, ini bisa menjadi tanda malnutrisi yang perlu diatasi. Orang tua disarankan untuk melakukan pengukuran berkala dan berkonsultasi dengan dokter jika BB tidak meningkat. Selain itu, memberikan makanan sehat yang bervariasi dan menerapkan tips praktis untuk meningkatkan minat anak pada makanan adalah langkah penting dalam mendukung kesehatan dan pertumbuhan mereka. Dengan pendekatan yang tepat, kita dapat membantu anak mencapai berat badan ideal dan menghindari risiko malnutrisi dan risiko stunting.Referensi:<ul><li>Nemours KidsHealth. 2018. Your Newborn's Growth</li></ul><a classname="e-rte-anchor" href="https://kidshealth.org/en/parents/about.html" title="https://kidshealth.org/en/parents/about.html">https://kidshealth.org/en/parents/about.html </a><ul><li>Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali, Indonesia. Penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut (Hand, Foot, and Mouth Disease). 2016. </li></ul>

BB di Bawah Normal, Bisa Jadi Tanda Malnutrisi! Ini Kata DSA!

bb-di-bawah-normal--bisa-jadi-tanda-malnutrisi--ini-kata-dsa--1729760788766

Pernahkah MomDad mendengar bahwa lingkar lengan atas anak bisa menjadi petunjuk penting tentang status gizinya? Ternyata, ada metode sederhana namun sangat efektif untuk memantau kesehatan si Kecil, yaitu dengan pengukuran Lingkar Lengan Atas (LiLA). Pengukuran ini bisa dilakukan di rumah, dan cukup praktis, terutama bagi anak-anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun. Dengan bantuan pita pengukur khusus, MomDad dapat menilai apakah si Kecil mengalami masalah gizi seperti wasting atau berat badan kurang.Metode LiLA ini tidak hanya bermanfaat sebagai indikator umum, tetapi juga mampu mendeteksi balita yang berisiko tinggi mengalami gizi buruk. Bahkan, pengukuran LiLA bisa memberikan peringatan dini mengenai risiko kesehatan serius yang memerlukan penanganan cepat. Bagaimana cara membaca hasil pengukuran LiLA dan apa saja artinya bagi status gizi anak? Yuk, simak lebih lanjut!Ketahui Makna Warna pada Pengukuran LiLA<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/12f106fdaaa4ae36073d51857f8731ea5_1729759859170.png" alt="LiLA.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px; max-height: 1188px;" class="e-rte-image e-imgcenter e-imginline"> ﻿﻿Ketika melakukan pengukuran LiLA, pita pengukur sering kali memiliki 3 warna berbeda yang membantu MomDad memahami status gizi anak. Setiap warna memiliki makna yang penting dan harus diperhatikan dengan baik:<ul><li>Merah: jika pengukuran LiLA anak jatuh di zona merah, ini menandakan kondisi gizi buruk atau malnutrisi akut berat. Situasi ini membutuhkan tindakan medis segera, karena anak berada pada risiko tinggi mengalami komplikasi kesehatan serius. Dalam kondisi ini, intervensi cepat sangat penting untuk menyelamatkan nyawa si Kecil.</li><li>Kuning: warna kuning menandakan bahwa anak mengalami malnutrisi ringan atau gizi kurang. Ini adalah sinyal peringatan bagi MomDad untuk mulai memperhatikan asupan nutrisi anak dengan lebih serius. Intervensi gizi bisa menjadi langkah tepat untuk mencegah kondisi yang lebih parah.</li><li>Hijau: warna hijau merupakan kabar baik! Ini menandakan bahwa status gizi anak dalam kategori normal. Anak dengan ukuran LiLA di zona hijau umumnya memiliki asupan gizi yang baik dan pertumbuhannya berada dalam jalur yang sehat.</li></ul>Jika pengukuran LiLA anak jatuh di zona kuning, penting bagi MomDad untuk segera mengambil langkah yang tepat, seperti meningkatkan asupan nutrisi anak dan memantau pertumbuhannya secara berkala. Sebaliknya, jika zona merah yang muncul, ini adalah tanda bahaya bahwa si Kecil mungkin memerlukan perawatan lebih lanjut di fasilitas kesehatan.Apa yang Diukur oleh LiLA?<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/f4a4f2a8e28d8abe2fcc10f7c4105e638_1729759901453.png" alt="Pita LiLA.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px; max-height: 381px;" class="e-rte-image e-imgcenter e-resize e-imginline"> ﻿﻿Lingkar lengan atas merupakan indikator cadangan lemak tubuh seseorang. Oleh karena itu, hasil pengukuran LiLA sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi. Jika hasil pengukuran menunjukkan bahwa lingkar lengan anak berada di zona kuning atau merah, ini bisa menjadi tanda bahwa anak tidak mendapatkan cukup nutrisi untuk tumbuh dan berkembang dengan baik.MomDad tidak perlu khawatir jika hasil pengukuran LiLA normal, namun bila berada di zona kuning atau merah, segera konsultasikan ke ahli gizi atau tenaga kesehatan untuk mendapatkan penanganan yang tepat. Langkah cepat dapat mencegah terjadinya komplikasi yang lebih serius dan menjaga si Kecil tetap sehat.Pengukuran LiLA adalah langkah sederhana yang bisa MomDad lakukan untuk memastikan si Kecil tumbuh sehat dan mendapatkan nutrisi yang cukup. Jangan ragu untuk melakukan pengukuran secara berkala di rumah dan selalu pantau perkembangan gizi si Kecil.Referensi:<ul><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.unicef.org/indonesia/id/gizi/artikel/pengukuran-lila-deteksi-dini-wasting" title="https://www.unicef.org/indonesia/id/gizi/artikel/pengukuran-lila-deteksi-dini-wasting">https://www.unicef.org/indonesia/id/gizi/artikel/pengukuran-lila-deteksi-dini-wasting </a></li><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.unicef.org/indonesia/media/19776/file/Panduan%20Pita%20LiLA.pdf" title="https://www.unicef.org/indonesia/media/19776/file/Panduan%20Pita%20LiLA.pdf">https://www.unicef.org/indonesia/media/19776/file/Panduan%20Pita%20LiLA.pdf</a></li></ul>