Banyak orang tua berpikir bahwa bantal bisa membuat tidur bayi lebih nyaman. Padahal, penggunaan bantal pada bayi justru bisa meningkatkan risiko berbahaya, termasuk Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) atau sindrom kematian bayi mendadak, serta risiko sesak napas. Untuk itu, penting bagi orang tua memahami kapan waktu yang aman untuk memperkenalkan bantal pada anak dan jenis bantal apa yang sesuai. Mengapa Bayi Tidak Aman Tidur dengan Bantal?Bayi sebaiknya tidak menggunakan bantal sama sekali, bahkan bantal kecil, sampai berusia minimal 18 bulan hingga 2 tahun. Idealnya, bantal baru diperkenalkan saat anak sudah pindah ke tempat tidur toddler.Meletakkan bantal, selimut longgar, atau benda lembut lainnya di boks bayi dapat meningkatkan risiko SIDS dan tercekik. Posisi wajah bayi yang menempel ke bantal saat tidur bisa menutup jalan napas, sementara bersandar pada bantal juga dapat menyebabkan bayi kepanasan, faktor lain yang meningkatkan risiko SIDS.Bahkan setelah usia 1 tahun, penggunaan bantal tetap sebaiknya ditunda hingga anak pindah ke toddler bed. Selain itu, bayi atau balita yang aktif bisa menggunakan bantal sebagai pijakan untuk memanjat keluar dari boks, yang meningkatkan risiko jatuh.Fakta lainnya, bayi sering kali bergerak banyak saat tidur. Jadi, meski diberikan bantal, biasanya bantal akan berpindah ke kaki mereka di tengah malam. Bagaimana dengan Aksesoris Lain?Selain bantal, ada juga beberapa benda lain yang sering ingin diberikan orang tua ke boks bayi agar terlihat lebih nyaman. Namun, tidak semua aksesori tidur aman untuk si Kecil, dan sebagian justru bisa meningkatkan risiko bahaya, seperti:<ul><li>Selimut &amp; boneka: Sama seperti bantal, sebaiknya tidak diberikan sebelum anak berusia minimal 12 bulan.</li><li>Mainan gantung (mobile): Aman dipasang di atas boks bayi baru lahir, asalkan jaraknya minimal 40 cm dari permukaan agar tidak bisa dijangkau. Namun, lepaskan saat bayi sudah bisa tengkurap dan mengangkat badan (sekitar usia 4–5 bulan).</li><li>Bumper boks: Tidak disarankan sama sekali, karena bisa meningkatkan risiko tercekik atau terjerat.&nbsp;</li></ul> Jenis Bantal yang Aman untuk ToddlerJika anak sudah berusia di atas 2 tahun dan menunjukkan minat pada bantal, pilihlah bantal khusus toddler yang datar dan cukup keras. Hindari menggunakan bantal orang dewasa yang terlalu besar, empuk, atau mudah berubah bentuk.Perlu diingat juga bahwa bantal bukan kebutuhan wajib bagi toddler. Banyak anak tetap tidur nyenyak dan nyaman tanpa bantal. Jadi, biarkan anak memilih sesuai kenyamanannya.Tidur yang aman adalah prioritas utama bagi bayi dan anak. Meski terlihat nyaman, bantal justru bisa menimbulkan risiko serius jika diberikan terlalu dini. Tunggu sampai anak cukup besar, pindah ke tempat tidur toddler, dan menunjukkan ketertarikan sebelum memperkenalkan bantal. Ingatlah bahwa bayi bisa tidur dengan sangat baik tanpa bantal — dan yang terpenting, jauh lebih aman. Dengan memahami panduan ini, MomDad bisa memberikan tidur yang nyaman sekaligus aman bagi si Kecil. Referensi: <a class="e-rte-anchor" href="https://www.whattoexpect.com/first-year/ask-heidi/pillow-for-baby.aspx#:~:text=Pillows%20aren't%20safe%20for,when%20to%20introduce%20a%20pillow" title="https://www.whattoexpect.com/first-year/ask-heidi/pillow-for-baby.aspx#:~:text=Pillows%20aren't%20safe%20for,when%20to%20introduce%20a%20pillow" target="_blank">Why Can't Babies Sleep With a Pillow?&nbsp;</a>

Tak Dianjurkan saat Newborn, Kapan Bayi Boleh Pakai Bantal?

tak-dianjurkan-saat-newborn--kapan-bayi-boleh-pakai-bantal--1758795211587

Setiap bayi terlahir dengan ukuran yang berbeda, ada yang lebih besar, ada pula yang lebih kecil dari rata-rata. Perbedaan ini bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari kondisi ibu, riwayat keluarga, maupun kesehatan janin itu sendiri. Memahami penyebab bayi terlahir besar atau kecil sangat penting agar orang tua dapat mengetahui apa saja yang perlu diperhatikan sejak awal. Dengan pemantauan rutin oleh dokter anak, pertumbuhan bayi dapat dikawal dengan baik untuk memastikan mereka berkembang sehat sesuai tahap usianya. Bayi dengan Ukuran BesarBayi dapat terlahir besar karena beberapa faktor, seperti:<ul><li>Orang tua yang bertubuh besar atau ibu yang mengalami kelebihan berat badan.</li><li>Kehamilan berlangsung lebih dari 42 minggu.</li><li>Pertumbuhan janin yang terstimulasi berlebihan di dalam rahim.</li><li>Kelainan kromosom janin.</li><li>Kenaikan berat badan ibu selama kehamilan.</li><li>Faktor etnis ibu.</li><li>Ibu yang memiliki diabetes sebelum atau saat hamil.</li><li>Ibu sudah pernah melahirkan anak sebelumnya.</li><li>Jenis kelamin laki-laki.</li></ul>Bayi besar lebih berisiko mengalami gangguan metabolik (seperti gula darah rendah atau kadar kalsium rendah), cedera lahir, kadar hemoglobin tinggi, penyakit kuning, hingga kelainan bawaan. Sekitar sepertiga bayi besar juga mengalami kesulitan makan pada awal kehidupan. Dokter anak akan melakukan pemantauan ketat untuk mendeteksi kondisi tersebut. Bayi dengan Ukuran KecilBayi yang terlahir kecil juga bisa disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:<ul><li>Lahir prematur.</li><li>Orang tua yang bertubuh kecil.</li><li>Faktor etnis ibu.</li><li>Kelainan kromosom janin.</li><li>Penyakit kronis pada ibu, seperti tekanan darah tinggi, penyakit jantung, atau gangguan ginjal.</li><li>Malnutrisi selama kehamilan.</li><li>Penyalahgunaan zat oleh ibu saat hamil.</li><li>Bayi kecil perlu dipantau secara ketat terkait suhu tubuh, kadar gula darah, dan hemoglobin. Setelah lahir, dokter anak akan melakukan evaluasi menyeluruh untuk menentukan kapan bayi aman dibawa pulang.</li></ul> Peran Grafik PertumbuhanUntuk mengetahui bagaimana ukuran bayi dibandingkan dengan bayi lain seusia kehamilan, dokter anak akan menggunakan grafik pertumbuhan. Grafik ini mencatat panjang badan dan berat badan bayi laki-laki maupun perempuan dari lahir hingga usia 36 bulan, lalu dilanjutkan dengan grafik indeks massa tubuh (BMI) berdasarkan usia hingga 20 tahun.Sebagai gambaran, 80 dari 100 bayi yang lahir cukup bulan (40 minggu) memiliki berat antara 2,6 kg hingga 3,8 kg. Berat di atas persentil ke-90 dianggap besar, sedangkan di bawah persentil ke-10 dianggap kecil. Penting dipahami, kategori ini tidak menentukan apakah anak kelak akan tumbuh besar atau kecil, tetapi membantu tenaga medis mengetahui apakah bayi perlu perhatian khusus pada hari-hari pertama kehidupannya. Pemeriksaan RutinPada setiap pemeriksaan fisik sejak lahir, dokter anak akan mengukur panjang badan, berat badan, dan lingkar kepala bayi. Ketiga parameter ini kemudian dicatat dalam grafik pertumbuhan. Pada bayi sehat dengan asupan gizi baik, ukuran tersebut seharusnya meningkat dengan laju yang terprediksi. Bila terjadi gangguan, dokter dapat segera mendeteksi dan menindaklanjuti masalah nutrisi, perkembangan, atau kondisi medis yang mendasarinya.Pertumbuhan bayi adalah perjalanan yang unik dan dipengaruhi oleh banyak faktor. Ada bayi yang terlahir besar, ada pula yang kecil, dan keduanya bisa tetap sehat selama mendapatkan pemantauan dan perawatan yang tepat. Dengan memahami arti ukuran bayi dan pentingnya grafik pertumbuhan, orang tua dapat lebih tenang dalam mengikuti perkembangan si Kecil. Ingatlah bahwa yang terpenting bukanlah besar atau kecilnya bayi saat lahir, tetapi bagaimana mereka tumbuh sehat, bahagia, dan berkembang optimal sesuai usianya. Jika ingin mengetahui tentang panduan merawat newborn, MomDad bisa join <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/guidelinenewborn" title="https://primaku.page.link/guidelinenewborn" target="_blank">Parenthood Institute SuperClass; Guideline Newborn yang dipandu langsung oleh dr. Lucky Yogasatria, Sp.A.&nbsp;</a><a href="https://primaku.page.link/guidelinenewborn" target="_blank"><img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/ec04b1d6e437c7b135c333b2dc355674_1758767287372.png" class="e-rte-image e-imginline e-resize" alt="Guideline-newborn (3).png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px; max-height: 821px;"></a> Dalam kelas ini, MomDad akan belajar semua yang perlu diketahui, mulai dari panduan ASI pertama, perawatan dasar bayi, hingga menjawab pertanyaan-pertanyaan umum yang sering diajukan orang tua baru. Dengan mengikuti kelas ini, MomDad akan merasa lebih percaya diri dan siap menghadapi perjalanan parenting sejak awal. Daftar sekarang, dan persiapkan diri untuk memberikan yang terbaik bagi si Kecil sejak hari pertama! Referensi: Tracking Your Baby's Weight and Measurements - HealthyChildren.org&nbsp;

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Berat Badan Lahir Newborn

faktor-faktor-yang-memengaruhi-berat-badan-lahir-newborn-1759199991754

Sebagai orang tua, mungkin MomDad pernah bertanya-tanya, “Kenapa ya anakku masih belum lancar bicara?” atau “Apa ada hubungannya dengan kebiasaan dia yang sensitif sama suara atau tekstur makanan?” Nah, salah satu hal penting yang sering jadi “kunci” dalam perkembangan bicara dan bahasa anak adalah sensory processing.&nbsp;Apa Itu Sensory Processing?Sensory processing adalah cara sistem saraf menerima, mengolah, dan merespons informasi dari lingkungan. Indra yang terlibat bukan cuma penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan, dan peraba, tapi juga propriosepsi (kesadaran tubuh) dan vestibular (keseimbangan).Buat anak-anak, semua input sensorik ini sangat berpengaruh dalam memahami dunia sekitar dan secara langsung ikut menentukan bagaimana mereka belajar berkomunikasi.Hubungan Sensory Processing dengan Perkembangan Bicara-BahasaIndra yang bekerja dengan baik akan memudahkan anak dalam menyerap bahasa dan berkomunikasi. Sebaliknya, gangguan pada proses sensorik bisa membuat perkembangan bicara jadi terhambat. Berikut detail hubungan antara sensory processing dan perkembangan bicara pada anak:<ul><li>Auditory Processing (Pendengaran)</li></ul>Kemampuan mendengar, membedakan bunyi, dan merespons dengan tepat jadi dasar utama anak belajar bahasa. Anak dengan tantangan auditory processing biasanya sulit memahami instruksi, bingung membedakan kata yang mirip, atau terlambat bicara.<ul><li>Oral Sensory Processing (Sensorik di Mulut)</li></ul>Sensitivitas berlebihan atau kekurangan di area mulut bisa bikin anak sulit mengucapkan bunyi dengan jelas, bahkan bisa berdampak ke pola makan (misalnya menolak tekstur tertentu). Hal ini secara tidak langsung memengaruhi perkembangan bicara.<ul><li>Proprioseptif &amp; Vestibular (Kesadaran Tubuh &amp; Keseimbangan)</li></ul>Kedua indra ini membantu anak mengenali posisi tubuh dan gerakan. Saat sistem sensorik ini bekerja baik, koordinasi tubuh jadi lebih teratur dan ini mendukung kemampuan bicara yang lancar dan jelas.Mengenali Masalah Sensory Processing﻿﻿Setiap anak berbeda, tapi tanda-tanda yang bisa diperhatikan antara lain:<ul><li>Terlalu sensitif pada suara, cahaya, atau tekstur tertentu.</li><li>Sering kesulitan menjaga keseimbangan atau gerakan terkoordinasi.</li><li>Sulit mengikuti instruksi sederhana.</li><li>Menolak makanan baru atau tekstur makanan yang bervariasi.</li></ul>Kalau MomDad menemukan tanda-tanda ini, jangan panik dulu. Banyak anak yang mengalami hal serupa dan bisa terbantu dengan dukungan yang tepat. Apa yang Bisa Kita Lakukan?Kabar baiknya, sensory processing bisa dilatih dan didukung lewat langkah-langkah sederhana di rumah maupun dengan bantuan profesional. Berikut beberapa cara yang bisa dicoba:<ul><li>Intervensi Dini</li></ul>Kalau ada kecurigaan, segera konsultasi dengan profesional seperti terapis wicara, terapis okupasi, atau dokter anak. Semakin cepat ditangani, semakin besar peluang anak berkembang optimal.<ul><li>Kegiatan Sensorik</li></ul>Ajak anak bermain sambil menstimulasi inderanya, misalnya permainan mendengarkan bunyi, eksplorasi makanan dengan tekstur berbeda, atau permainan keseimbangan.<ul><li>Ciptakan Lingkungan Ramah Sensorik</li></ul>Kurangi kebisingan berlebihan, sediakan variasi makanan yang aman, dan libatkan mainan sensorik dalam rutinitas sehari-hari anak.Setiap anak itu unik, termasuk dalam cara mereka merespons rangsangan dari sekitarnya. Sensory processing adalah salah satu faktor penting yang memengaruhi perkembangan bicara dan bahasa, tapi bukan satu-satunya. Dengan perhatian, kesabaran, dan dukungan yang tepat, anak bisa berkembang sesuai ritme mereka sendiri. Jadi, yuk dukung tumbuh kembang si Kecil tanpa terburu-buru membandingkan dengan anak lain, karena setiap langkah kecilnya adalah pencapaian besar! Referensi: <a class="e-rte-anchor" href="https://smalltalkpediatric.com/how-sensory-processing-influences-your-childs-speech-language-development/#:~:text=Sensory%20Processing%20and%20Speech%2DLanguage,foundation%20required%20for%20language%20learning" title="https://smalltalkpediatric.com/how-sensory-processing-influences-your-childs-speech-language-development/#:~:text=Sensory%20Processing%20and%20Speech%2DLanguage,foundation%20required%20for%20language%20learning" target="_blank">How Sensory Processing Influences Your Child’s Speech-Language Development - SmallTalk - Bellevue WA.&nbsp;</a><div> </div>

Anak Terlambat Bicara? Kenali Kemungkinan Penyebab Gangguan Sensory Processing

anak-terlambat-bicara--kenali-kemungkinan-penyebab-gangguan-sensory-processing-1758767148064

Bayi lebih rentan mengalami gangguan tidur di malam hari dibandingkan orang dewasa. Tangisan histeris saat terbangun bisa membuat orang tua panik, namun umumnya hal ini terjadi karena berbagai faktor yang masih berkaitan dengan tumbuh kembang maupun kondisi fisik si kecil. Untuk membantu orang tua memahami penyebabnya, berikut 9 penyebab umum mengapa bayi bangun menangis tak terkendali di malam hari. 1. LaparPada bayi di bawah 4 bulan, penyebab paling umum terbangun di malam hari adalah lapar. Bayi pada usia ini memang membutuhkan asupan setiap 2–3 jam sekali. Seiring bertambahnya usia, frekuensi menyusu malam akan berkurang, tetapi di awal kehidupan, tangisan tengah malam biasanya menandakan perut kosong.2. Masuk Angin atau Perut KembungSistem pencernaan bayi masih belum matang. Akibatnya, gas bisa menumpuk dan menyebabkan perut kembung. Bayi yang rewel sambil meringkuk atau sering buang angin kemungkinan sedang kesakitan karena gas. Orang tua dapat membantu dengan pijatan lembut atau gerakan “bicycle kicks” pada kaki bayi.3. Tumbuh GigiProses tumbuh gigi biasanya dimulai pada usia 4–6 bulan dan bisa menjadi penyebab gangguan tidur. Gejala yang sering muncul antara lain air liur berlebihan, gusi bengkak, serta keinginan bayi untuk menggigit benda apa pun. Rasa tidak nyaman ini membuat bayi mudah terbangun di malam hari.4. Lingkungan yang Tidak NyamanPopok penuh, suhu ruangan yang terlalu panas atau dingin, hingga sprei basah karena pipis bisa mengganggu kenyamanan tidur bayi. Karena bayi belum bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, ia mengekspresikan ketidaknyamanan tersebut dengan tangisan keras.5. SakitDemam, pilek, sakit perut, atau infeksi telinga bisa membuat bayi tiba-tiba terbangun. Perhatikan gejala lain, seperti tubuh hangat, sering menggosok telinga, atau kesulitan bernapas karena hidung tersumbat. Bila bayi tampak sangat tidak nyaman, sebaiknya periksakan ke dokter.6. Kecemasan PerpisahanMulai usia 9 bulan, bayi bisa mengalami kecemasan saat menyadari orang tua tidak ada di dekatnya. Inilah yang disebut separation anxiety. Jika bayi tenang kembali begitu Anda hadir di kamarnya, kemungkinan besar penyebabnya adalah faktor emosional, bukan masalah fisik.7. Regresi Tidur (Sleep Regression)Regresi tidur sering muncul di usia 4, 6, 8, 12, 18, hingga 24 bulan, biasanya berhubungan dengan pencapaian perkembangan baru. Bayi yang terbiasa tidur dengan bantuan dot, botol, atau digendong bisa kaget saat terbangun dan tidak menemukan “alat bantu” tersebut, lalu menangis histeris.8. Lonjakan Pertumbuhan (Growth Spurt)Saat mengalami growth spurt, bayi akan lebih sering lapar dan meminta menyusu di malam hari. Kondisi ini biasanya hanya berlangsung 2–3 hari, namun bisa menyebabkan bayi terbangun lebih sering dan menangis lebih keras karena rasa lapar.9. Mimpi Buruk atau Night TerrorMimpi buruk dan night terror umumnya muncul pada usia di atas 18 bulan hingga balita. Namun, bayi lebih kecil juga bisa tampak seperti terbangun karena mimpi, padahal sebenarnya refleks kaget (startle reflex). Biasanya cukup dengan sentuhan lembut atau tepukan di punggung untuk menenangkannya.Cara Menenangkan Bayi yang Menangis di Malam HariUntuk mencari tahu penyebab tangisan, periksa dulu kebutuhan dasar bayi: apakah lapar, popok penuh, atau kedinginan. Jika bayi sedang tumbuh gigi, pijatan lembut pada gusi bisa membantu. Bila tampak kembung, coba gerakan kaki menyerupai mengayuh sepeda. Pada bayi yang lebih besar, jika tangisan mereda ketika MomDad hadir, kemungkinan besar penyebabnya kecemasan atau ketergantungan pada rutinitas tidur.Kapan Harus ke Dokter?Sebagian besar masalah tidur dapat ditangani di rumah. Namun, segera konsultasikan dengan dokter bila bayi tampak sakit, demam lebih dari 38°C, tidak mau makan, jarang buang air kecil, atau menangis tak henti tanpa penyebab jelas. Dokter dapat membantu memastikan tidak ada kondisi medis serius yang mendasarinya.Tangisan malam hari pada bayi adalah hal yang normal dan sering menjadi bagian dari proses tumbuh kembang. Meski dapat membuat orang tua lelah, memahami penyebabnya akan membantu menemukan solusi terbaik. Ingatlah bahwa kesabaran dan konsistensi sangat penting, serta jangan ragu berkonsultasi dengan tenaga medis bila diperlukan. Dengan dukungan yang tepat, pola tidur bayi akan berangsur membaik seiring bertambahnya usia. Referensi: Baby Wakes Up Crying Hysterically: Causes and What You Can Do&nbsp;

Si Kecil Suka Terbangun & Menangis di Malam Hari? Ini 9 Penyebabnya

si-kecil-suka-terbangun---menangis-di-malam-hari--ini-9-penyebabnya-1758382951274

Memberikan asupan susu yang tepat pada anak di atas 1 tahun menjadi salah satu cara untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan optimal. Salah satu pilihan yang praktis adalah susu UHT (Ultra High Temperature). Susu UHT merupakan susu sapi segar yang diproses dengan pemanasan suhu tinggi sehingga steril dan dapat disimpan lebih lama tanpa pendinginan sebelum dibuka, dengan kandungan nutrisi yang tetap mendekati susu segar. Pilihan Susu untuk Anak di Atas 1 TahunSelain susu UHT, anak di atas 1 tahun dapat mengonsumsi berbagai jenis susu lainnya, termasuk:<ul><li>Susu formula pertumbuhan</li><li>Susu sapi terpasteurisasi</li><li>Susu steril</li></ul>Penting untuk memperhatikan jumlah konsumsi. Sesuai rekomendasi IDAI, susu sebaiknya tidak melebihi 30% dari total asupan harian anak, atau sekitar 480–720 ml per hari untuk anak di atas 1 tahun. Hal ini bertujuan agar anak tetap memiliki nafsu makan yang baik untuk makanan padat, sehingga kebutuhan makro dan mikronutriennya tetap terpenuhi. Waktu Konsumsi yang TepatSusu UHT dapat diberikan pada anak di waktu yang strategis, misalnya:<ul><li>Saat jam snack sebagai tambahan kalori dan protein</li><li>Sebelum tidur sebagai asupan tambahan</li></ul>Namun, jangan lupa untuk membersihkan gigi setelah minum susu, guna mencegah karies gigi pada anak. Cara Memberikan Susu UHT dengan Benar﻿﻿Susu UHT sudah steril, sehingga tidak perlu dipanaskan sebelum dikonsumsi. Memanaskan susu justru dapat menyebabkan perubahan:<ol><li>﻿﻿Karbohidrat: Laktosa dapat berubah menjadi laktulosa, yang tidak diserap optimal oleh usus.</li><li>Protein: Walaupun kualitas protein tetap, pemanasan dapat menyebabkan denaturasi sehingga tekstur susu berubah (bergumpal) dan rasa sedikit berbeda.</li><li>Lemak: Ikatan lemak rantai panjang bisa berubah menjadi rantai sedang atau pendek, namun total lemak tidak berubah.</li><li>Vitamin: Beberapa vitamin, seperti vitamin B, dapat mengalami penurunan ringan akibat panas.</li></ol>Pemanasan hanya dianjurkan jika susu digunakan sebagai bahan masakan, misalnya untuk puding atau bubur, karena perubahan nutrisi yang terjadi tidak esensial. Tips Tambahan&nbsp;Untuk memastikan susu UHT mendukung tumbuh kembang optimal, MomDad juga bisa memperhatikan beberapa tips tambahan, seperti:<ul><li>Jangan berikan susu UHT terlalu dekat dengan jam makan utama, agar anak tetap lapar dan mau mengonsumsi makanan padat bergizi.</li><li>Variasikan sumber nutrisi: selain susu, berikan buah, sayur, biji-bijian, dan protein hewani atau nabati agar anak mendapatkan nutrisi seimbang.</li><li>Perhatikan tanda alergi atau intoleransi: meskipun jarang, beberapa anak dapat mengalami intoleransi laktosa atau alergi susu sapi.</li></ul>Memberikan susu UHT pada anak di atas 1 tahun aman dan praktis, asalkan diberikan dalam jumlah yang sesuai, di waktu yang tepat, dan tidak menggantikan makanan utama. Dengan memperhatikan panduan ini, MomDad dapat memastikan si Kecil tetap mendapatkan nutrisi optimal sekaligus menjaga pola makan yang sehat. Referensi:<ul><li>Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Pedoman Pemberian Makanan Pendamping ASI dan Susu untuk Anak di Atas 1 Tahun. 2020.</li><li>American Academy of Pediatrics (AAP). Nutrition: Transition from Infant to Toddler Diet. Pediatrics, 2014;133(5):e1499-e1506.</li><li>World Health Organization (WHO). Infant and Young Child Feeding: Model Chapter for Textbooks for Medical Students and Allied Health Professionals. 2009.</li><li>R. Michaelsen et al., Protein and Energy Requirements of Infants and Young Children. Food and Nutrition Bulletin, 2009;30(3 Suppl):S151-S178.</li></ul>

Bagaimana Aturan Pemberian Susu UHT pada Anak?

bagaimana-aturan-pemberian-susu-uht-pada-anak--1758114588189

Wasting (gizi kurang dan gizi buruk) adalah masalah gizi serius yang berdampak besar pada kesehatan anak. Karena itu, deteksi dini dan penanganan yang tepat waktu sangat penting untuk mencegah akibat buruk wasting. Salah satu cara mudah mendeteksi wasting adalah dengan mengukur lingkar lengan atas (LiLA) menggunakan pita LiLA. Pengukuran LiLA pada Anak Usia 6 bulan – 5 tahun<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/3b5d8ef369109a5e10d5c6a02a37e62166_1757582744997.png" class="e-rte-image e-imginline e-resize" alt="anak gizi kurang_1.jpg.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;"> LiLA merupakan metode sederhana untuk mendeteksi dini balita wasting, selain melihat tanda bengkak di punggung kaki atau tampak sangat kurus. Keunggulannya, pita LiLA bisa digunakan oleh siapa saja, orang tua, pengasuh, guru PAUD, kader posyandu, bahkan masyarakat umum. Caranya pun tidak rumit, sehingga pengukuran dapat dilakukan secara mandiri di rumah, di sekolah PAUD, posyandu, atau tempat lain di mana balita sering berkumpul.Sebelum mengukur LiLA anak, pastikan pita LiLA dalam kondisi baik: tidak terlipat, sobek, atau rusak. Simpanlah pita di tempat aman dan jauh dari jangkauan anak agar selalu siap dipakai saat diperlukan.Saat mengukur, ingat untuk tidak menarik pita terlalu ketat atau longgar, supaya hasilnya akurat. Arti Warna Pita LiLA<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/519204139d361f10210ccd9a5f54ac02c7_1757582769342.png" class="e-rte-image e-imginline e-resize" alt="anak gizi kurang_2.jpg.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;"> Pita LiLA balita memiliki 3 warna yang menunjukkan kondisi gizi anak:<ul><li>Hijau (≥12,5 cm) → gizi baik / anak sehat</li><li>Kuning (11,5 – 12,4 cm) → gizi kurang</li><li>Merah (&lt;11,5 cm) → gizi buruk</li></ul>Setelah Mengukur LiLA, Apa yang Harus Dilakukan?Orang tua atau pengasuh perlu menindaklanjuti hasil pengukuran sesuai warna pita:<ul><li>Kuning (11,5 – 12,4 cm) atau Merah (&lt;11,5 cm): segera bawa anak ke fasilitas kesehatan terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut oleh tenaga medis dan mendapatkan penanganan sesuai kondisi.</li><li>Hijau (≥12,5 cm): pertahankan kondisi gizi baik dengan memberikan makanan bergizi seimbang, menjaga kesehatan, serta kebersihan diri dan lingkungan.</li></ul> Penting untuk diingat, walaupun hasil pengukuran LiLA hijau, namun anak terlihat kurus, maka sebaiknya anak dibawa ke fasilitas layanan kesehatan. Referensi: Pengukuran LiLA: Salah Satu Cara Penting untuk Deteksi Dini Wasting | UNICEF Indonesia&nbsp;<div> </div>

Tanda Anak Gizi Kurang Bisa Dilihat Mandiri dari Sini

tanda-anak-gizi-kurang-bisa-dilihat-mandiri-dari-sini-1757582873820

Stunting merupakan masalah serius dalam tumbuh kembang anak yang seringkali terabaikan. Kondisi ini dapat memengaruhi kualitas hidup anak di masa depan, baik secara fisik maupun mental. Salah satu indikator utama yang digunakan untuk mengidentifikasi stunting adalah tinggi badan. Lantas, berapa standar tinggi badan anak yang dikatakan stunting? Ciri StuntingTanda stunting dideteksi dengan tinggi badan anak, yaitu berada di bawah minus dua standar deviasi Standar Pertumbuhan Anak yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Umumnya, hal ini disebabkan karena malnutrisi kronik, infeksi berulang, atau masalah sosioekonomi.&nbsp;Ciri-ciri anak yang mengalami stunting antara lain:<ul><li>Secara umum, proporsi tubuh terlihat normal, namun anak terlihat lebih kecil dibandingkan anak-anak seusianya.</li><li>Tinggi badan anak lebih pendek dibandingkan teman sebaya atau tidak sesuai dengan standar kurva pertumbuhan WHO atau kurang dari -2 standar deviasi (SD) dari batas normal.</li><li>Berat badan anak lebih rendah dibandingkan anak seusianya. Pertumbuhan anak dianggap sehat kalau berat badannya seimbang dengan tinggi badannya, bukan lebih “berat” dari usianya sendiri.</li><li>Pertumbuhan tulang anak terhambat.</li></ul> Standar Tinggi Badan Anak StuntingMenurut WHO, stunting pada anak dapat diukur dengan menggunakan standar pertumbuhan anak yang mengacu pada grafik tinggi badan terhadap usia. Anak yang mengalami stunting memiliki tinggi badan yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) dari batas normal. Berikut standar tinggi anak dikatakan stunting atau kurang dari -2 SD berdasarkan usia dan jenis kelamin:Laki-laki:<ul><li>0 bulan: 44,2 cm</li><li>1 bulan: 48,9 cm</li><li>2 bulan: 52,4 cm</li><li>3 bulan: 55,3 cm</li><li>4 bulan: 57,6 cm</li><li>5 bulan: 59,6 cm</li><li>6 bulan: 61,2 cm</li><li>7 bulan: 62,7 cm</li><li>8 bulan: 64,0 cm</li><li>9 bulan: 65,2 cm</li><li>10 bulan: 66,4 cm</li><li>11 bulan: 67,6 cm</li><li>12 bulan: 68,6 cm</li><li>2 tahun: 78,7 cm</li><li>3 tahun: 85,0 cm</li><li>4 tahun: 90, 7 cm</li><li>5 tahun: 96,1 cm</li></ul>Perempuan:<ul><li>0 bulan: 43,6 cm</li><li>1 bulan: 47,8 cm</li><li>2 bulan: 51,0 cm</li><li>3 bulan: 53,5 cm</li><li>4 bulan: 55,6 cm</li><li>5 bulan: 57,4 cm</li><li>6 bulan: 58,9 cm</li><li>7 bulan: 60,3 cm</li><li>8 bulan: 61,7 cm</li><li>9 bulan: 62,9 cm</li><li>10 bulan: 64,1 cm</li><li>11 bulan: 65,2 cm</li><li>12 bulan: 66,3 cm</li><li>2 tahun: 76,7 cm</li><li>3 tahun: 83,6 cm</li><li>4 tahun: 89,8 cm</li><li>5 tahun: 95,2 cm</li></ul> Penting untuk memonitor pertumbuhan tinggi badan anak secara teratur untuk mendeteksi kemungkinan adanya stunting sejak dini. Pemeriksaan menggunakan kurva pertumbuhan WHO dapat menjadi alat yang sangat membantu dalam penilaian ini. Orang tua, bersama dengan tenaga kesehatan, memiliki peran penting dalam memastikan anak-anak tumbuh dengan sehat dan optimal. Referensi:<ul><li>Peran Ibu dalam Mencegah Stunting Sejak Masa Sekarang | Ayo Sehat Kemenkes.&nbsp;</li><li>Length/height-for-age | WHO&nbsp;</li></ul>

Tak Dianjurkan saat Newborn, Kapan Bayi Boleh Pakai Bantal?

Tak Dianjurkan saat Newborn, Kapan Bayi Boleh Pakai Bantal?

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Berat Badan Lahir Newborn

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Berat Badan Lahir Newborn

Anak Terlambat Bicara? Kenali Kemungkinan Penyebab Gangguan Sensory Processing

Anak Terlambat Bicara? Kenali Kemungkinan Penyebab Gangguan Sensory Processing

Si Kecil Suka Terbangun & Menangis di Malam Hari? Ini 9 Penyebabnya

Si Kecil Suka Terbangun & Menangis di Malam Hari? Ini 9 Penyebabnya

Bagaimana Aturan Pemberian Susu UHT pada Anak?

Bagaimana Aturan Pemberian Susu UHT pada Anak?

Tanda Anak Gizi Kurang Bisa Dilihat Mandiri dari Sini

Tanda Anak Gizi Kurang Bisa Dilihat Mandiri dari Sini

Berapa Standar Tinggi Badan Anak Stunting?

Berapa Standar Tinggi Badan Anak Stunting?

Ide Kegiatan Stimulasi untuk Mengisi Long Weekend di Rumah

Ide Kegiatan Stimulasi untuk Mengisi Long Weekend di Rumah