Salah satu indikator bayi sehat bisa dilihat dari grafik pertumbuhannya. Grafik ini biasanya terdiri dari kenaikan berat, panjang atau tinggi badan, dan lingkar kepala. Memantau berat badan bayi diperlukan agar orang tua dapat memastikan bayi berkembang dengan baik, memastikan kecukupan nutrisi, hingga mendeteksi adanya gangguan kesehatan.Pemantauan berat badan bayi sehat perlu dilakukan setiap bulan saat kunjungan rutin ke dokter. Namun, perlu diingat, jika bayi memiliki berat yang berbeda dari anak yang seusia dengannya, Momdad tidak perlu khawatir berlebihan selama kenaikan berat badan masih sesuai dengan kategori normal. Berikut ini beberapa kategori yang bisa dijadikan acuan untuk memantau pertumbuhan bayi.Pertambahan berat badan bayi sesuai usia<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/3b80eb1195a774668a747181dd885b43_1685951477882.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-06-05T145105.557.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Umumnya, bayi yang diberikan ASI eksklusif akan tumbuh dengan cepat pada usia 2-3 bulan pertama kehidupannya. Namun, perlu MomDad ketahui, biasanya berat badan bayi akan berkurang di minggu pertama setelah kelahirannya. Oleh karena itu, MomDad tidak perlu cemas dulu, ya! Pada bayi yang mengonsumsi ASI eksklusif, berat badan akan berkurang sekitar 7-10%, sedangkan bayi yang mengonsumsi susu formula akan berkurang 5%.Secara garis besar, kenaikan berat badan bayi berdasarkan usia meliputi:<ul><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Pada bulan ke-0 hingga 3 bulan sekitar 750-1000 gram per bulan, atau sekitar 30 gram per hari</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Pada usia 3-6 bulan, kenaikannya sebesar 600 gram per bulan, atau sekitar 20 gram per hari</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Pada usia 6-9 bulan, kenaikan berat badan bayi sebesar 450 gram per bulan, atau sekitar 15 gram per hari</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Pada usia 9-12 bulan adalah 220 gram per bulan atau 12 gram per hari</li></ul>Apakah pertambahan berat si Kecil mendekati penjelasan di atas, MomDad?Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Kenaikan Berat Badan Bayi yang Baik berdasarkan Usia

kenaikan-berat-badan-bayi-yang-baik-berdasarkan-usia-1686122458110

Speech delay adalah suatu kondisi di mana anak mengalami keterlambatan bicara atau belum mampu mengucapkan sejumlah kosakata yang seharusnya sudah bisa diucapkan pada usianya. Anak bisa dikatakan mengalami keterlambatan bicara apabila kemampuan bicaranya tidak sesuai dengan usianya, misalnya anak berusia 2 tahun yang belum bisa bicara 50 kata berarti dan belum bisa merangkai 2 kata menjadi kalimat sederhana.Berdasarkan situs resmi Ikanan Dokter Anak Indonesia (IDAI), menyebutkan bahwa keterlambatan bicara dan bahasa dialami oleh 5-8% anak pada usia prasekolah.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/6d6773ed5ab94f63e1d10f9caa3fd34b3_1685778344169.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-06-03T144535.346.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Anak yang mengalami speech delay pada umumnya belum mampu berkomunikasi seperti anak lain seusianya. Tidak sedikit MomDad yang menganggap ini wajar, sehingga speech delay sering kali terlambat dikenali.Perlu diketahui, saat anak yang mengalami keterlambatan berbicara dan dibiarkan, maka akan memiliki dampak serius. Gangguan ini akan berpengaruh pada kecerdasan dan juga perilaku anak hingga beranjak dewasa.Penyebab speech delay bisa MomDad temui asal muasalnya dari beberapa hal berikut ini:<ul><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Adanya gangguan organ pendengaran</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Memiliki masalah pada pemrosesan input sensori di otak (gangguan kecerdasan, adanya lumpuh otak atau palsi serebral, gangguan perilaku seperti autisme dan ADHD)</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Adanya masalah pada organ bicara (otot-otot wajah, lidah, bibir, dan pita suara)</li></ul>&nbsp;MomDad bisa mengidentifikasi apakah si Kecil mengalami keterlambatan bicara apabila memiliki gejala umum seperti berikut ini:<ul><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Tidak ada 1 kata bermakna saat memasuki usia 15 bulan</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Tidak merangkai 2 kata saat usianya menginjak 2 tahun</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Tidak mampu untuk berbicara atau mengucapkan kata dalam kalimat pendek saat usianya 3 tahun</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Kesulitan mengikuti petunjuk</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Pengucapan atau artikulasi pengucapan yang buruk</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Kesulitan dalam merangkai kata-kata</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Meninggalkan kata-kata dari sebuah kalimat</li></ul>MomDad bisa mengatasi atau membantu anak yang mengalami keterlambatan bicara dengan cara:<ul><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Memberikan stimulasi yang baik untuk membentuk kemampuan bicara, yaitu dengan berinteraksi, seperti tanya jawab, ajak si Kecil mengobrol, dan lain-lain</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Hindari penggunaan gawai atau gadget seperti handphone atau tablet, karena hanya bersifat satu arah</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Hindari penggunaan dwibahasa yang berasal dari gawai atau gadget</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Lakukan stimulasi secara berulang-ulang</li></ul>Itulah penjelasan mengenai speech delay atau keterlambatan bicara pada ana. Bila si Kecil kedapatan memiliki ciri-ciri seperti di atas, sebaiknya MomDad segera konsultasikan dengan dokter anak supaya hal ini tidak berkelanjutan hingga dewasa.Referensi:<ul><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">IG live dengan dr. Angga Wirahmadi, Sp.A(K) – UKK TKPS IDAI</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/keterlambatan-bicara" title="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/keterlambatan-bicara">https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/keterlambatan-bicara </a></li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.healthline.com/health/language-delay" title="https://www.healthline.com/health/language-delay">https://www.healthline.com/health/language-delay </a></li></ul>Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Apakah Anakku Speech Delay?

apakah-anakku-speech-delay--1685778501811

Permainan trampolin dapat sangat menyenangkan bagi anak-anak. Namun, ada pertimbangan penting yang perlu diperhatikan terkait usia anak saat menggunakan trampolin. Organisasi seperti American Academy of Pediatrics (AAP) dan American Academy of Orthopaedic Surgeons (AAOS) merekomendasikan batasan usia tertentu untuk penggunaan trampolin demi keselamatan anak-anak.Anak usia 5 tahun ke bawah memiliki risiko cedera lebih tinggi saat bermain trampolin, terutama risiko patah tulang. Anak-anak pada usia ini masih dalam tahap perkembangan dan keseimbangan tubuh mereka belum sepenuhnya matang. Risiko cedera pada anak yang lebih muda lebih tinggi karena kurangnya kemampuan mereka untuk mengendalikan gerakan dan keseimbangan tubuh mereka dengan baik. Jadi,lebih baik menunggu anak berusia di atas 6 tahun untuk ia bermain trampolin.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/18b8f854a6bf9ca5310053cde1f48da5c_1685586126201.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-06-01T092159.719.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Anak yang sudah berusia di atas 6 tahun diharapkan sudah mengerti aturan aman untuk bermain trampolin. Aturan aman tersebut antara lain:<ul><li style="text-align: justify;">Lompat di tengah trampolin</li><li style="text-align: justify;">Lompat tanpa alas kaki</li><li style="text-align: justify;">Jalan atau merangkak keluar dari trampolin dan tidak melompat keluar</li><li style="text-align: justify;">Tidak melakukan salto atau adegan berbahaya sambil melompat di trampolin</li><li style="text-align: justify;">Lebih baik melompat di trampolin jika tidak ada anak lain menggunakannya (1 anak di atas trampolin)</li><li style="text-align: justify;">Ada pun risiko cedera yang tinggi, seperti:</li><li style="text-align: justify;">Jatuh di trampolin sehingga terkilir bahkan patah tulang</li><li style="text-align: justify;">Cedera kepala leher, cedera tulang belakang</li><li style="text-align: justify;">Nyeri leher</li></ul>Namun, jika MomDad memutuskan untuk membiarkan si Kecil menggunakan trampolin, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk meningkatkan keselamatan:<ul><li style="text-align: justify;">Pengawasan: Anak-anak harus selalu diawasi oleh orang dewasa saat menggunakan trampolin. Jangan biarkan mereka melompat sendirian atau tanpa pengawasan.</li><li style="text-align: justify;">Penggunaan perlengkapan pelindung: Pastikan anak mengenakan perlengkapan pelindung seperti helm, pelindung lutut, dan pelindung siku saat menggunakan trampolin.</li><li style="text-align: justify;">Satu pengguna: Batasi penggunaan trampolin untuk satu anak pada satu waktu. Melompat bersama-sama dapat meningkatkan risiko cedera.</li><li style="text-align: justify;">Penempatan yang aman: Pastikan trampolin ditempatkan di permukaan yang datar dan stabil. Jauhkan trampolin dari benda-benda keras atau permukaan yang keras.</li><li style="text-align: justify;">Perawatan dan pemeliharaan: Pastikan trampolin dalam kondisi yang baik, dengan jaring pengaman yang utuh dan lapisan pelindung yang tidak rusak.</li></ul>Selalu penting untuk mempertimbangkan faktor keselamatan dan keamanan anak saat memutuskan apakah trampolin sesuai untuk usia mereka.Referensi:<ul><li style="text-align: left;">American Academy of Pediatrics. Trampoline safety in childhood and adolescence. Pediatrics. 2012;130:774-9.</li><li style="text-align: left;">Raising Children Network. (08-02-2021). Trampoline Safety. Diambil dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://raisingchildren.net.au/school-age/safety/outdoor-safety/trampoline-safety" title="https://raisingchildren.net.au/school-age/safety/outdoor-safety/trampoline-safety">https://raisingchildren.net.au/school-age/safety/outdoor-safety/trampoline-safety</a></li></ul>

Permainan Trampolin Sebenarnya untuk Anak Usia Berapa?

permainan-trampolin-sebenarnya-untuk-anak-usia-berapa--1685586226414

Pemeriksaan tumbuh kembang anak secara teratur dilakukan untuk memantau perkembangan fisik, mental, dan sosial anak secara keseluruhan. Setiap usia anak, dibutuhkan pemeriksaan tumbuh kembang secara rutin, namun dengan jangka waktu yang berbeda. Bayi berusia 0-12 bulan direkomendasikan IDAI untuk diperiksa berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala setiap bulannya. Saat usianya sudah 1-3 tahun, ketiga parameter tersebut sebaiknya diperiksa setiap 3 bulan. Di usia 4-6 tahun, pemeriksaan dilakukan setiap 6 bulan, dan setelah anak berusia 6 tahun, berat dan tinggi badan diukur setiap 1 tahun.Setelah usia 2 tahun, memang anak sudah tidak rutin lagi mendapatkan imunisasi, namun ada baiknya setiap 3-6 bulan sekali anak mengunjungi dokter anak untuk pengukuran berat, tinggi badan, dan juga evaluasi perkembangannya.Selain itu, MomDad atau pengasuh dapat melakukan observasi dan interaksi sehari-hari untuk memantau perkembangan anak. Hal ini meliputi pengamatan terhadap kemajuan dalam perkembangan motorik, bahasa, sosial, dan emosional anak. Catatan perkembangan juga dapat membantu dalam memantau perubahan dan perkembangan anak seiring waktu.Jangan lupa untuk selalu catat pertumbuhan si Kecil melalui Grafik Pertumbuhan di PrimaKu, agar MomDad bisa mengetahui apakah tumbuh kembang si Kecil sudah sesuai standar atau belum.Referensi:<ul><li style="text-align: left;">﻿﻿IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia). (18 Agustus 2016). Pentingnya memantau pertumbuhan dan perkembangan anak (bagian 1). Diakses dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/pentingnya-memantau-pertumbuhan-dan-perkembangan-anak-bagian-1" title="https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/pentingnya-memantau-pertumbuhan-dan-perkembangan-anak-bagian-1">https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/pentingnya-memantau-pertumbuhan-dan-perkembangan-anak-bagian-1 </a></li><li style="text-align: left;">KidsHealth. (August 2022). Monitor Media Use. Diakses dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://kidshealth.org/en/parents/monitor-media.html." title="https://kidshealth.org/en/parents/monitor-media.html.">https://kidshealth.org/en/parents/monitor-media.html.</a></li></ul>

Begini Cara Memeriksa Pertumbuhan Anak secara Teratur

begini-cara-memeriksa-pertumbuhan-anak-secara-teratur-1685517878570

MomDad pernah melihat bayi membenturkan kepala (head banging) berkali-kali dengan sengaja? Perilaku tersebut tentu akan membuat orang tua khawatir akan keamanan si Kecil karena bisa saja melukainya jika dilakukan berulang kali. Sebenarnya, apa sih penyebab dari perilaku bayi yang suka membenturkan kepala? Yuk cari tahu jawabannya pada ulasan berikut ini.Kenapa bayi suka membenturkan kepala?<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/d469313a6b41183b0ab6eb7383731bd2_1685264390849.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-05-28T155944.208.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Sebelum MomDad panik dengan perilaku tersebut, membenturkan kepala atau head banging sebenarnya adalah perilaku tipikal baik pada bayi dan toddler. Kebanyakan anak membenturkan kepalanya untuk menenangkan diri, mengekspresikan kemarahan atau sakit, atau untuk mencari perhatian.&nbsp;[1,2]Apakah tanda gangguan perkembangan?<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/143308910bc4418ca108dd710e59906bafb_1685264398567.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-05-28T155902.934.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Pada umumnya, head banging adalah suatu hal yang umum dilakukan anak, kecuali jika anak melukai diri atau perilaku membenturkan kepala ini mengganggu aktivitas harian anak, bahkan mengganggu tidurnya.Perilaku head banging memang sering ditemukan pada anak autis sebagai cara mereka untuk mengekspresikan rasa frustasi, menenangkan diri, atau menstimulasi diri. Tetapi, bila anak suka melakukan head banging, belum tentu anak pasti menderita autis.Kapan orang tua perlu khawatir?MomDad perlu khawatir apabila perilaku membenturkan kepala menyebabkan anak melukai diri, mengganggu aktivitas harian dan tidur, atau anak mengalami keterlambatan perkembangan maupun gangguan interaksi sosial. Sebaiknya segera lakukan konsultasi dengan dokter agar tahu apa penyebab di balik perilaku anak yang suka membenturkan kepala.MomDad tetap perlu mengawasi perilaku bayi agar tahu kapan harus membawanya ke dokter, sehingga bisa diberi diagnosa dan diatasi dengan tepat.Referensi:<ol><li style="text-align: justify;">BabyCenter. (May 17, 2022). Head banging (12 to 24 mo). Diperoleh dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.babycenter.com/toddler/behavior/head-banging-12-to-24-mo_11554" title="https://www.babycenter.com/toddler/behavior/head-banging-12-to-24-mo_11554">https://www.babycenter.com/toddler/behavior/head-banging-12-to-24-mo_11554 </a></li><li style="text-align: justify;">WebMD. (April 11, 2023). Why Would a Toddler Bang Their Head? Diperoleh dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.webmd.com/parenting/why-would-a-toddler-bang-their-head" title="https://www.webmd.com/parenting/why-would-a-toddler-bang-their-head">https://www.webmd.com/parenting/why-would-a-toddler-bang-their-head </a></li></ol>

Bayi sering Membenturkan Kepala, Apakah Tanda Autis?

bayi-sering-membenturkan-kepala--apakah-tanda-autis--1685585637352

Toileting atau toilet training merupakan proses penting yang perlu anak pelajari guna membantunya untuk buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB) secara mandiri. Pada tahap ini, MomDad bisa mengajarkan anak untuk tidak lagi BAK dan BAB di popok melainkan mulai untuk melakukannya di toilet.Namun, ada beberapa hal yang perlu MomDad ketahui termasuk tanda anak siap menjalani toilet training. Selain itu, kemampuan toileting juga bisa diketahui berdasarkan usia anak. Yuk, cari tahu!Tanda anak siap toilet training<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/62c7ef928ffb53ca1c73761a4fc96720_1685186277152.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-05-27T181328.019.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Setiap anak memiliki perkembangan yang berbeda-beda. Namun, kalau melihat usia pada umumnya anak siap menjalani toilet training pada usia 1,5 tahun atau 2 tahun. Anak memiliki kemampuan sekaligus ketertarikan untuk BAB dan BAK di toilet.&nbsp;Secara fisik, tanda-tanda anak siap adalah saat ia bisa mengontrol keinginan untuk BAK dan BAB. Tanda-tanda yang biasa terjadi misalnya saat popok anak yang kering setelah 2 jam pemakaian atau anak tidak BAB di popok saat malam hari.Sementara, kesiapan emosional biasanya butuh waktu lama. Tandanya misalnya saat anak lebih memilih menggunakan celana ketimbang popok, saat anak menunjukkan ketertarikan MomDad menggunakan kamar mandi, atau saat ia memberi tahu MomDad kalau ia ingin buang air.&nbsp;Kemampuan toileting berdasarkan usia<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/bcdec48245988297776aaffda769d49b_1685186259488.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-05-27T181314.202.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Untuk mengetahui kapan anak mulai siap untuk menggunakan toilet sendiri, berikut kemampuan toileting berdasarkan usianya:Usia 18 bulan<ul><li style="text-align: justify;">Berkemih secara teratur</li><li style="text-align: justify;">Tertarik pada kursi toilet</li></ul>Usia 2 tahun<ul><li style="text-align: justify;">Berusaha tetap kering selama minimal 2 jam</li><li style="text-align: justify;">Mampu membilas atau menyiram toilet secara mandiri</li><li style="text-align: justify;">Jarang BAB di luar jadwal</li><li style="text-align: justify;">Mencapai toileting yang teratur dengan sesekali BAK mendadak di siang hari (bisa baru tercapai di usia 35 bulan)</li></ul>Usia 2,5 tahun<ul><li style="text-align: justify;">Mampu memberitahu bila ia perlu ke kamar kecil</li><li style="text-align: justify;">Bangun di malam hari dalam keadaan kering</li><li style="text-align: justify;">Mandiri mencuci tangan</li><li style="text-align: justify;">Mampu membilas dan membersihkan kemaluan setelah selesai berkemih</li></ul>Usia 3 tahun<ul><li style="text-align: justify;">Pergi ke kamar kecil secara mandiri</li><li style="text-align: justify;">Masih perlu bantuan membersihkan diri setelah BAB</li><li style="text-align: justify;">Kadang masih perlu bantuan memakai dan mengencangkan celana</li></ul>Usia 4 tahun<ul><li style="text-align: justify;">Mandiri dalam toileting (pergi ke toilet, menyiram, merobek tisu, membersihkan diri, memakai baju Kembali, mencuci tangan)</li></ul>Jika anak masih belum menunjukkan kesiapan untuk toilet training dan kemampuan toileting hingga usia 4 tahun, MomDad bisa berkonsultasi langsung dengan dokter spesialis anak. Jika toilet training tidak berhasil, dokter juga bisa melakukan pemeriksaan terhadap saluran kemih anak.&nbsp;Referensi: Wahyuni LK. Toilet training. Jakarta: PERDOSRI; 2016.

Kemampuan Toileting pada Anak berdasarkan Usia

kemampuan-toileting-pada-anak-berdasarkan-usia-1685186446529

Momen tumbuh kembang bayi pasti sangat dinanti-nanti setiap orang tua. Untuk mendukung tumbuh kembang bayi, ternyata tidak sebatas pada kapan si Kecil bisa berguling, tengkurap atau mengangkat leher. Nyatanya, tepuk tangan dan melambaikan tangan seperti ‘dadah’ juga sangat penting.Tepuk tangan dan ‘dadah’ ternyata nggak hanya seru bagi anak, tetapi juga merupakan milestone penting baginya, lho, MomDad. Mau tahu bagaimana manfaatnya untuk tumbuh kembang dan kapan normalnya bayi bisa bertepuk tangan? Yuk, simak penjelasan berikut!Kapan normalnya bayi bisa menepuk tangan &amp; 'dadah' ?<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/107ad1e4911b7e454e7e5b457ef96bcfa_1685082654660.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-05-26T133048.834.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Di usia sekitar 9 bulan, bayi mulai bisa tepuk tangan dan melambaikan tangan (dadah). Mungkin gestur yang ditunjukkan tidak tepat seperti yang dilakukan anak besar maupun orang dewasa, namun lambat laun bayi akan bisa tepuk tangan dan melambai seperti kita orang tuanya.Setelah bayi bisa duduk, umumnya ia sudah bisa mendorong dan menarik tubuhnya termasuk tangan. Walau terlihat mudah bagi orang dewasa, nyatanya bayi butuh perjuangan untuk bisa menguasai kemampuan tepuk tangan, lho.Apa manfaatnya untuk tumbuh kembang anak?<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/17b17c93113eaf088e746bf66b1056294_1685082721654.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-05-26T133154.524.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Saat bayi bisa tepuk tangan dan melambai, bayi mampu mengikuti gestur yang ditampilkan orang tuanya. Hal tersebut menunjukkan bahwa bayi mempelajari dan mengerti komunikasi non-verbal. Jauh sebelum bayi bisa mengucapkan kata pertamanya, Bahasa reseptif bayi harus berkembang sehingga bayi harus dapat berkomunikasi secara nonverbal.Kedua kemampuan tersebut mulai berkembang di usia sekitar 9 bulan. MomDad dapat terus melatih kedua kemampuan tersebut hingga usia 12 bulan. Bila di usia 12 bulan bayi tidak menunjukkan kemampuan komunikasi non-verbal (dadah, tepuk tangan, menunjuk) konsultasikan pada dokter.Nah, berikut stimulasi yang bisa dilakukan untuk melatih keduanya:<ul><li style="text-align: justify;">Tunjukkan pada bayi bagaimana caranya bertepuk tangan dan melambai. Gerakkan tangan bayi sambil berkata “Dadah papa, Dadah kakek”. Atau MomDad dapat bertepuk tangan dan melambai sendiri agar dilihat bayi.</li><li style="text-align: justify;">Gunakan lagu, nyanyikan lagu sambil bertepuk tangan atau lagu yang mengandung kata-kata “tepuk tangan” dan “dadah”.</li><li style="text-align: justify;">Ulangi gestur tepuk tangan dan melambai setiap hari agar bayi terstimulasi dan memiliki kesempatan berlatih.</li></ul>Umumnya bayi sudah bisa melambaikan tangan pada usia 6 bulan. Namun, karena tumbuh kembang tiap anak berbeda, jadi kemungkinan beberapa anak bisa terlambat melewati milestone ini. Ketika bayi lebih dari 1 tahun tapi masih belum bisa tepuk tangan, MomDad bisa berkonsultasi langsung pada dokter, ya.Referensi: What to Expect. (2021). Wave Clap: Baby Development, Milestones &amp; Tips. What to Expect. Diperoleh dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.whattoexpect.com/first-year/wave-clap/" title="https://www.whattoexpect.com/first-year/wave-clap/">https://www.whattoexpect.com/first-year/wave-clap/</a>