Setiap anak memiliki kecepatan masing-masing dalam pertumbuhan, termasuk perkembangan bicaranya. Keterlambatan bicara sering kali tidak terdeteksi dini karena orangtua berpikir, “Ah nanti juga bisa sendiri kok, cuma terlambat sedikit saja, nanti akan bisa mengejar”.Keterlambatan bicara dan bahasa dialami oleh 5-8% anak usia prasekolah. Orang tua perlu mengetahui tahapan normal perkembangan bahasa dan bicara seorang anak, serta mengetahui tanda bahaya (redflags) perkembangan bicara agar tidak terlambat mendeteksi dan melakukan tata laksana di periode kritis perkembangan bicara anak.Usia 0-6 bulan<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/4b3c3cfd4a987108101f939674a17c8d109_1688973191633.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-07-10T141238.889.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Saat lahir, bayi hanya dapat menangis untuk menyatakan keinginannya. Pada usia 2-3 bulan, bayi mulai dapat membuat suara-suara seperti "aah" atau "uuh" yang dikenal dengan istilah cooing. Ia juga senang bereksperimen dengan berbagai bunyi yang dapat dihasilkannya, misalnya suara menyerupai berkumur. Bayi juga mulai bereaksi terhadap orang lain dengan mengeluarkan suara. Setelah usia 3 bulan, bayi akan mencari sumber suara yang didengarnya dan menyukai mainan yang mengeluarkan suara.Mendekati usia 6 bulan, bayi dapat berespons terhadap namanya sendiri dan mengenali emosi dalam nada bicara. Cooing berangsur menjadi babbling, yakni mengoceh dengan suku kata tunggal, misalnya "papapapapa", "dadadadada", "bababababa", "mamamamama". Bayi juga mulai dapat mengatur nada bicaranya sesuai emosi yang dirasakannya, dengan ekspresi wajah yang sesuai.Waspada bila: tidak menoleh saat dipanggil namanya dari belakang, atau tidak memberikan respons yang konsisten terhadap suara, tidak ada babbling.Usia 6-12 bulanPada usia 6-9 bulan, bayi mulai mengerti nama-nama orang dan benda serta konsep-konsep dasar seperti "ya", "tidak", "jangan". Saat babbling, ia menggunakan intonasi atau nada bicara seperti bahasa ibunya. Ia pun dapat mengucapkan kata-kata sederhana seperti "mama" dan "papa" tanpa arti.Pada usia 9-12 bulan, ia sudah dapat mengucapkan "mama" dan "papa" (atau istilah lain yang biasa digunakan untuk ibu dan ayah atau pengasuh utama lainnya) dengan arti. Ia menengok apabila namanya dipanggil dan mengerti beberapa perintah sederhana (misalnya: "coba lihat itu", "ambil ini"). Ia menggunakan isyarat untuk menyatakan keinginannya, misalnya menunjuk, merentangkan tangan ke atas untuk minta digendong, atau melambaikan tangan (dadah). Ia suka membeo, menirukan kata atau bunyi yang didengarnya. Pada usia 12 bulan bayi sudah mengerti sekitar 70 kata.Waspada bila: bayi tidak menunjuk dengan jari pada usia 12 bulan, ekspresi wajah kurang pada usia 12 bulan.Usia 12-18 bulanPada usia ini, anak biasanya sudah dapat mengucapkan 3-6 kata dengan arti, dapat mengangguk atau menggelengkan kepala untuk menjawab pertanyaan, menunjuk anggota tubuh atau gambar yang disebutkan orang lain, dan mengikuti perintah satu langkah, seperti: "Tolong ambilkan mainan itu". Kosa kata anak bertambah dengan pesat; pada usia 15 bulan ia mungkin baru dapat mengucapkan 3-6 kata dengan arti, namun pada usia 18 bulan kosa katanya telah mencapai 5-50 kata, terutama kata benda. Anak juga dapat mengucapkan 8-10 kata yang dimengerti. Pada akhir masa ini, anak sudah bisa menyatakan sebagian besar keinginannya dengan kata-kata.Waspada bila: tidak ada kata berarti pada usia 16 bulanUsia 18-24 bulanDalam kurun waktu ini anak mengalami ledakan bahasa. Hampir setiap hari ia memiliki kosakata baru. Ia dapat membuat kalimat yang terdiri atas dua kata ("mama mandi", "naik sepeda") dan dapat mengikuti perintah dua langkah, misalnya: "Ambil gelasmu lalu duduk di meja". Pada fase ini anak akan senang mendengarkan cerita. Pada usia dua tahun, sekitar 50% bicaranya dapat dimengerti orang lain.Waspada bila:<ol><li style="text-align: justify;">Tidak ada kalimat 2 kata yang dapat dimengerti pada usia 24 bulan.</li><li style="text-align: justify;">Anak tidak menunjukkan kemampuan berbagi perhatian atau ketertarikan dengan orang lain pada usia 20 bulan.</li><li style="text-align: justify;">Kurangnya kemampuan menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan terhadap suatu benda pada usia 20 bulan.</li></ol>Usia 2-3 tahunSetelah usia 2 tahun, hampir semua kata yang diucapkan anak telah dapat dimengerti oleh orang lain. Anak sudah bisa menggunakan kalimat 2-3 kata. Semakin mendekati usia 3 tahun dia mulai dapat menggunakan 3 kata atau lebih dan mulai menggunakan kalimat tanya. Ia dapat menyebutkan nama dan kegunaan benda-benda yang sering ditemui, sudah mengenal warna, dan senang bernyanyi atau bersajak (misalnya Pok Ami-Ami).Waspada bila:<ol><li style="text-align: justify;">Tidak mampu membuat frase yang bermakna setelah usia 24 bulan</li><li style="text-align: justify;">Orang tua masih tidak mengerti perkataan anak pada usia 30 bulan</li><li style="text-align: justify;">Anak masih membeo pada usia 30 bulan</li></ol>Usia 3-5 tahunAnak pada usia ini tertarik untuk mendengarkan cerita dan percakapan di sekitarnya. Ia dapat menyebutkan nama, umur, dan jenis kelaminnya, serta menggunakan kalimat-kalimat panjang (&gt;4 kata) pada saat berbicara. Pada usia 4 tahun, bicaranya sepenuhnya dapat dimengerti oleh orang lain. Anak sudah dapat menceritakan dengan lancar dan cukup rinci tentang hal-hal yang dialaminya.Apabila terdapat salah satu tanda waspada di&nbsp;atas, segera bawalah anak ke dokter anak. Begitu pula, bila pada usia berapapun anak dirasa mengalami kemunduran perkembangan yang sudah dicapainya sebelumnya, segera bawa ke dokter.Keterlambatan perkembangan bicara dan bahasa perlu diketahui sedini mungkin agar perkembangan bicara dan bahasa anak dicapai secara optimal, terlebih pada periode kritis perkembangannya.Daftar bacaan:<ul><li style="text-align: left;">Soebadi A. keterlambatan bicara.&nbsp;<a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/keterlambatan-bicara" title="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/keterlambatan-bicara">https://www.idai.or.id/artikel/klinik/keluhan-anak/keterlambatan-bicara</a></li><li style="text-align: left;">Sambo CM. mencegah terlambat bicara pada anak. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/mencegah-terlambat-bicara-pada-anak" title="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/mencegah-terlambat-bicara-pada-anak">https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/mencegah-terlambat-bicara-pada-anak </a></li><li style="text-align: left;">Medise BE. Mengenal keterlambatan perkembangan umum pada anak. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mengenal-keterlambatan-perkembangan-umum-pada-anak" title="https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mengenal-keterlambatan-perkembangan-umum-pada-anak">https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/mengenal-keterlambatan-perkembangan-umum-pada-anak </a></li><li style="text-align: left;">Bainbridge C. Gifted children and language development. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.verywellfamily.com/gifted-children-and-language-development-1449117" title="https://www.verywellfamily.com/gifted-children-and-language-development-1449117">https://www.verywellfamily.com/gifted-children-and-language-development-1449117 </a></li><li style="text-align: left;">Red flags early identification guide for children aged birth to five years. 2nd edition. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.childrens.health.qld.gov.au/wp-content/uploads/PDF/red-flags-a3.pdf" title="https://www.childrens.health.qld.gov.au/wp-content/uploads/PDF/red-flags-a3.pdf">https://www.childrens.health.qld.gov.au/wp-content/uploads/PDF/red-flags-a3.pdf</a></li></ul>

Waspadai Anak Terlambat Bicara, Ketahui Perkembangannya!

waspadai-anak-terlambat-bicara--ketahui-perkembangannya--1689906375534

Growth faltering merupakan kondisi di mana pertumbuhan fisik anak sangat lamban dibandingkan dengan anak seusianya. Growth faltering umumnya terjadi pada anak usia 0-5 tahun, namun paling sering terjadi di usia di bawah 2 tahun, dengan tanda perlambatan laju pertumbuhan, yang menjurus ke arah penurunan grafik atau pelandaian grafik. Anak yang dua kali penimbangan berturut – turut tidak bertambah berat badannya merupakan tanda-tanda untuk segera mengambil tindakan pencegahan agar berat badan anak tidak berlanjut menurun. <img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/ebed1030ced901a9e9324d16610672845_1688462871051.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-07-04T162639.633.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Growth faltering akan berdampak pada perkembangan fungsi kognitif yang terhambat, menurut UNICEF Indonesia (2012), goncangan pertumbuhan berdampak negatif pada kehidupan selanjutnya yang berhubungan dengan prestasi pendidikan yang buruk, lama pendidikan dan menurunkan pendapatan sebagai orang dewasa. Anak-anak yang mengalami growth faltering menghadapi kemungkinan yang lebih besar untuk tumbuh menjadi orang dewasa yang kurang berpendidikan, miskin, kurang sehat dan lebih rentan terhadap penyakit tidak menular.Selain itu, growth faltering juga berdampak pada konsekuensi jangka pendek dan jangka panjang yang serius terhadap perkembangan anak-anak, seperti keterlambatan perkembangan, disfungsi gastrointestinal, peningkatan risiko infeksi, deficit dalam kognisi dan kompetensi sosial/emosional.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/390b2f10e939b2a720e48e7102976b0c7a_1688462879841.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-07-04T162654.701.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Hasil penelitian Satoto (1990), growth faltering sangat dipengaruhi oleh:<ul><li style="text-align: justify;">Pola pemberian ASI.</li><li style="text-align: justify;">Pemberian makanan tambahan yang terlalu dini dalam bentuk makanan yang rendah energy dan sangat rendah protein.</li><li style="text-align: justify;">Menurunkan pemberian ASI yang pada gilirannya menurunkan pertumbuhan gizi anak dan peningkatan kerentanan anak terhadap infeksi.</li><li style="text-align: justify;">Kerentanan terhadap infeksi juga dipengaruhi oleh buruknya sanitasi lingkungan keluarga dan perilaku perawatan kesehatan anak yang kurang baik.</li></ul>Jadi, faktor determinan kuat yang memengaruhi pertumbuhan adalah lingkungan asuh anak dan konsumsi makanan anak terutama masukan energi, protein, dan kecukupan mikronutrien lain, seperti Fe dan zinc. Sedangkan faktor yang secara tidak langsung memengaruhi pertumbuhan anak adalah keadaan gizi dan kesehatan ibu serta keadaan social ekonomi keluarga. Plus, jenis kelamin diketahui berpengaruh dengan keterlibatan social budaya dimana anak laki-laki cenderung tumbuh lebih baik daripada anak perempuan.Intervensi untuk menurunkan growth faltering harus dimulai secara tepat sebelum kelahiran, dengan pelayanan prenatal dan gizi ibu, dan berlanjut hingga usia dua tahun. Pada saat anak melewati usia dua tahun, sudah terlambat untuk memperbaiki kerusakan pada tahun-tahun awal. Oleh karena itu, status kesehatan dan gizi ibu merupakan penentu penting pertumbuhan pada anak-anak. Selain itu intervenzi gizi dengan menambahkan zat gizi mikro pada makanan anak-anak atau pemberian makanan yang diperkaya dengan vitamin dan mineral, dan pemberian konseling kepada ibu dan bapak tentang praktek pemberian makan harus berjalan seiring dengan pemberian edukasi orang tua tentang perilaku kesehatan dan kebersihan secara optimal.Referensi: Kementerian Kesehatan RI - Balai Pelatihan Kesehatan Semarang

Pertumbuhan Fisik Anak Lamban? Waspada Growth Faltering!

pertumbuhan-fisik-anak-lamban--waspada-growth-faltering--1688984670260

Salah satu permasalahan yang sering dijumpai orang tua terkait memberikan makan adalah anak suka mengemut makanan. Saat mengemut makanan, maka seorang anak akan menahan makanan di dalam mulut untuk periode waktu tertentu tanpa menelannya. Anak dapat menaruh makanannya di bagian dalam pipi, di depan rongga mulut, atau di bagian lidah yang bersentuhan dengan langit-langit. Anak mengemut makanan penyebabnya ada dua, yaitu tidak bisa makan atau tidak mau makan. Kesulitan makan karena tidak bisa makan dipengaruhi oleh faktor fisik misalnya kelainan bentuk anatomi rahang, gangguan persarafan dan otot yang menyebabkan gangguan koordinasi kunyah-telan, dan biasanya ditandai juga dengan adanya keterlambatan perkembangan atau riwayat lahir prematur. Bayi prematur mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk mencapai kematangan keterampilan makan. Penyebab lainnya juga dapat berupa masalah sensori pada anak yang menyebabkan seorang anak mencari pengalaman sensori yang membuat ia dapat lebih “merasakan” makanan di mulutnya dengan cara menimbun (stuffing) makanan dengan mengemut.&nbsp;<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/fe1e7619436232b6a2a3e260dbbcf14a_1687246212749.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-06-20T143005.071.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Sebagian besar, kasus anak mengemut disebabkan karena memang tidak mau makan, faktor perilaku yang lebih berperan. Penyebab utama adalah tidak lapar, sehingga anak tidak merasa perlu menelan makanan untuk meredakan sensasi laparnya. Kondisi psikologis seperti trauma misalnya karena episode tersedak/muntah berulang atau karena sering dipaksa makan juga dapat menyebabkan seorang anak mengemut makanan agar mencegah paksaan berlanjut.Penyakit/kondisi khusus yang menyebabkan rasa nyeri ketika anak menelan makanan (misalnya pada kondisi penyakit refluks gastroesofagus yang menyebabkan iritasi kerongkongan berulang), atau pada anak yang sedang mengalami radang amandel, sehingga jika daerah meradang dilewati makanan akan menimbulkan nyeri juga dapat mengakibatkan perilaku mengemut makanan. Hal yang&nbsp;tidak boleh dilupakan adalah distraksi pada waktu makan, misalnya makan sambil menonton TV/gadget, atau saat diajak berjalan-jalan membuat seorang anak tidak fokus terhadap proses makan (mindless eating), dan akhirnya tidak sadar bahwa sedang ada makanan di mulutnya dan berakhir dengan mengemut makanan.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/984d66bb1e10114b4e3b92a8e31f3e88c_1687246586347.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-06-20T143620.050.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Mengemut makanan dapat meningkatkan risiko seorang anak mengalami tersedak dan aspirasi. Aspirasi terjadi ketika ada benda asing (dalam hal ini makanan) masuk ke dalam saluran napas dan mengancam nyawa. Kebiasaan mengemut juga dapat menurunkan asupan anak yang dapat berujung pada malnutrisi. Tak hanya itu mengemut sangat erat kaitannya dengan pemanjangan waktu makan yang akan mengganggu aktivitas sehari-hari seorang anak, serta menimbulkan stres bagi pengasuh, dan orang tua kesulitan untuk melakukan kegiatan lain, karena baru selesai makan pagi sudah masuk ke jadwal selingan berikutnya.Mencegah tentu saja lebih baik daripada mengobati. Beberapa tips untuk mencegah anak mengemut makanan adalah dengan menerapkan aturan makan dan melakukan responsive feeding dengan tekstur sesuai tahapan perkembangan. MomDad juga dapat memberikan rangsangan yang bervariasi pada saat fase oral misalnya dengan memberikan teether, atau dengan sikat gigi, atau dengan cracker/makanan dengan tekstur kasar/crunchy. Variasi rasa berupa asin, asam, manis, gurih dapat membantu memberikan rangsangan sensori kepada anak. Jika anak tampak mengemut makanan, MomDad dapat mengarahkan si Kecil untuk mengunyah dengan memberi contoh dan mengingatkannya.Referensi:<ul><li>Clinical Investigation of Feeding Difficulties in Young Children: A Practical Approach. Clinical Pediatrics, August 2009 </li><li>Rowe, K. (2019, September 3). Pocketing Food: How to Help Your Child Overcome It. Your Kid's Table. Retrieved from <a classname="e-rte-anchor" href="https://yourkidstable.com/pocketing-food/" title="https://yourkidstable.com/pocketing-food/">https://yourkidstable.com/pocketing-food/ </a></li><li>M Vaz PC, Piazza CC, Patel MR. Using a chaser to decrease packing in children with feeding disorders. J Appl Behav Anal. 2012; 45: 97-105</li><li>Help With Feeding. (2017, November 28). Pocketing: When Your Child Won't Swallow Table Food. Retrieved from <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.helpwithfeeding.com/post/2017/11/28/pocketing-when-your-child-wont-swallow-table-food" title="https://www.helpwithfeeding.com/post/2017/11/28/pocketing-when-your-child-wont-swallow-table-food">https://www.helpwithfeeding.com/post/2017/11/28/pocketing-when-your-child-wont-swallow-table-food </a></li><li>D'Agnostino, K. (tanggal publikasi tidak tersedia). Pocketing Food: How to Help Your Child Overcome It. Your Kid's Table. Diakses dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://yourkidstable.com/pocketing-food/" title="https://yourkidstable.com/pocketing-food/">https://yourkidstable.com/pocketing-food/ </a></li><li>Feeding Littles. (June 26, 2018). Mouth Stuffing and Food Pocketing in Young Children. Diakses dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.feedinglittles.com/blog/mouth-stuffing-and-food-pocketing-in-young-children" title="https://www.feedinglittles.com/blog/mouth-stuffing-and-food-pocketing-in-young-children">https://www.feedinglittles.com/blog/mouth-stuffing-and-food-pocketing-in-young-children</a></li></ul><div> </div>

Ini Dampaknya jika Anak Suka Mengemut Makanan!

ini-dampaknya-jika-anak-suka-mengemut-makanan--1688121288447

aukah MomDad? Metode persalinan gak cuma berdampak bagi ibu, tapi juga bayi yang dilahirkan.&nbsp;Menurut penelitian, risiko terkena penyakit pada bayi yang terlahir caesar lebih tinggi dibanding bayi yang terlahir normal. Kok bisa?Yuk, cari tau penjelasannya langsung dari ahlinya lewat Instagram live ini!

Metode Persalinan Pengaruhi Saluran Cerna Bayi, Apa Kata Ahli?

metode-persalinan-pengaruhi-saluran-cerna-bayi--apa-kata-ahli--1687234112797

Keterlambatan bicara atau&nbsp;speech delay&nbsp;menjadi kekhawatiran bagi setiap orang tua. Anak bisa dikatakan mengalami speech delay apabila kemampuan bicaranya tidak sesuai dengan usianya. Misalnya anak berusia 2 tahun belum bisa bicara 50 kata berarti dan belum bisa merangkai 2 kata menjadi kalimat sederhana. Nah, jika si Kecil mengalami hal ini, kapan sih keterlambatan bicara perlu ditindak lebih lanjut?<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/46611025543983e04c4a8631a0d8cdee1_1687151240788.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-06-19T120715.238.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Ada berbagai kemungkinan penyebab terlambat bicara pada anak, seperti kelainan bentuk organ penghasil suara, gangguan pendengaran, gangguan perilaku, gangguan perkembangan umum,&nbsp;specific language impairment, disabilitas intelektual, kurang stimulasi, masalah psikososial, maupun penyebab lainnya. Beberapa gangguan dapat terjadi bersamaan, misalnya anak dengan gangguan pendengaran juga memiliki gangguan perilaku.Diagnosis penyebab terlambat bicara berbeda pada tiap anak, derajat bobotnya juga berbeda, sehingga jenis penanganan dan lama terapi disesuaikan dengan masing – masing anak. Nah, karena perbedaan ini, maka hasilnya pun berbeda.Sebagai contoh, penanganan anak yang terlambat bicara karena gangguan pendengaran disarankan agar anak memakai alat bantu dengar sejak dini, di samping terapi wicara dan terapi lain apabila dibutuhkan. Semakin dini dilakukan penanganan, diharapkan hasil yang dicapai akan maksimal.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/a77e9ea1893f2fe9f3760ae3447d86c4_1687151248687.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-06-19T120703.712.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> MomDad bisa mengidentifikasi apakah si Kecil mengalami keterlambatan bicara apabila memiliki gejala umum seperti berikut ini:<ul><li style="text-align: justify;">Tidak ada 1 kata bermakna saat memasuki usia 16 bulan</li><li style="text-align: justify;">Tidak merangkai 2 kata saat usianya menginjak 2 tahun</li><li style="text-align: justify;">Tidak mampu untuk berbicara atau mengucapkan kata dalam kalimat pendek saat usianya 3 tahun</li><li style="text-align: justify;">Kesulitan mengikuti instruksi</li><li style="text-align: justify;">Pengucapan atau artikulasi pengucapan yang buruk hingga usia lebih dari 4 tahun</li><li style="text-align: justify;">Kesulitan dalam merangkai kata-kata</li><li style="text-align: justify;">Meninggalkan kata-kata dari sebuah kalimat</li></ul><img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/5ce476982ae477a429bc276699ec5c58_1687151301236.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-06-19T120816.019.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Kenali tanda bahaya gangguan perkembangan bicara dan bahasa pada anak, seperti: <ul><li style="text-align: justify;">Anak tidak bersuara sama sekali sampai usia 6 bulan</li><li style="text-align: justify;">Anak tidak mengoceh babbling sampai usia 12 bulan</li><li style="text-align: justify;">Tidak ada satu kata yang bukan mengoceh atau meniru ucapan orang lain pada usia 16 bulan</li><li style="text-align: justify;">Tidak mampu menunjuk untuk memperlihatkan ketertarikan terhadap benda pada usia 20 bulan</li><li style="text-align: justify;">Kurang mampu berbagi perhatian atau ketertarikan dengan orang lain pada usia 20 bulan</li><li style="text-align: justify;">Tidak mampu membuat frasa yang bermakna setelah usia 24 bulan</li><li style="text-align: justify;">Orang tua masih tidak mengerti perkataan anak pada usia 30 bulan</li><li style="text-align: justify;">Sering mengulang ucapan orang pada usia 30 bulan</li><li style="text-align: justify;">Respon yang tidak konsisten terhadap suara atau bunyi</li><li style="text-align: justify;">Hilangnya kemampuan bicara yang sebelumnya telah tercapai</li></ul>So, apabila MomDad menemukan gejala&nbsp;red flag&nbsp;seperti penjelasan di atas, jangan ragu untuk langsung konsultasikan ke dokter spesialis anak atau konsultasi di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" title="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" target="_blank">Forum Tanya Dokter</a>.Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Kapan Terlambat Bicara Perlu Ditindak Lebih Lanjut?

kapan-terlambat-bicara-perlu-ditindak-lebih-lanjut--1687151539906

Saat anak sudah mulai belajar bicara, penting bagi MomDad untuk memperhatikan artikulasi yang diucapkan anak seiring dengan berjalannya waktu. Anak dengan gangguan artikulasi akan memiliki kesulitan untuk membuat bunyi huruf yang benar. Sebenarnya, anak berusia 1-2 tahun masih mungkin mengalami kesalahan saat berbicara seiring dengan berkembangnya kemampuan bicara dan bahasa. Lalu, di usia 4 tahun, pada umumnya hampir seluruh isi ucapan anak bisa dimengerti oleh orang lain. Namun anak masih mungkin melakukan kesalahan saat mengucapkan bunyi ‘s’, ‘sh’, ‘ch’, ‘j’, ‘ng’, ‘th’, ‘z’, ‘l’, dan ‘r’.Apabila usia anak sudah lebih tua tetapi ucapannya masih sulit dimengerti oleh orang lain, maka dapat diduga bahwa anak mengalami gangguan artikulasi maupun fonologi atau kesalahan menempatkan bunyi.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/b333e3b98acd06d335d01ad2747c6cd9_1687012234102.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-06-17T213012.571.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Gangguan artikulasi bisa diketahui karena adanya beberapa ciri-ciri yang terlihat. Adapun ciri-ciri yang bisa MomDad ketahui yaitu seperti anak kesulitan untuk membuat atau membentuk suatu bunyi dengan baik, misalnya penyebutan ‘s’ menjadi ‘th’ serta anak tidak dapat membentuk bunyi huruf tertentu, misalnya menyebut ‘r’ sebagai ‘w’.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/6f400af6d1088c94cd10765a6f5a2accc2_1687012254536.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-06-17T213026.222.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Gangguan artikulasi tidak selalu memiliki penyebab yang jelas. Namun, ada beberapa faktor penyebab yang diduga mampu memengaruhi gangguan artikulasi anak. Di antaranya yaitu:<ul><li style="text-align: justify;">Masalah pada saraf</li><li style="text-align: justify;">Keterlambatan perkembangan anak</li><li style="text-align: justify;">Adanya gangguan koordinasi otot</li><li style="text-align: justify;">Gangguan pendengaran</li><li style="text-align: justify;">Kondisi bibir yang sumbing</li><li style="text-align: justify;">Terdapat masalah pada susunan gigi</li><li style="text-align: justify;">Lidah atau tonsil yang besar</li></ul>Itulah beberapa hal yang bisa menjadi faktor penyebab dari terjadinya gangguan artikulasi pada anak. Apabila MomDad memiliki keresahan mengenai cara bicara anak, segera lakukan konsultasi dengan dokter untuk mengetahui penyebabnya. Karena, gangguan artikulasi akan lebih sulit untuk diperbaiki jika anak sudah menginjak remaja karena cara bicaranya sudah terbentuk. So, lebih cepat anak dievaluasi maka lebih cepat juga masalahnya diatasi.MomDad mau share informasi atau pertanyaan seputar tumbuh kembang bersama orang tua lainnya? Yuk, ceritakan pengalaman MomDad di Forum Tumbuh Kembang! Selain itu, MomDad juga bisa bertanya seputar kesehatan si Kecil dan akan dijawab langsung oleh ahli, lho.Referensi:<ul><li style="text-align: left;">The Royal Children's Hospital Melbourbe (Reviewd July 2018). Speech problems – articulation and phonological disorders. Diakses dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.rch.org.au/kidsinfo/fact_sheets/Articulation_and_phonological_disorders/" title="https://www.rch.org.au/kidsinfo/fact_sheets/Articulation_and_phonological_disorders/">https://www.rch.org.au/kidsinfo/fact_sheets/Articulation_and_phonological_disorders/ </a> </li><li style="text-align: left;">American Speech-Language-Hearing Association. Speech sound disorder. Didapat dari&nbsp;<a classname="e-rte-anchor" href="https://www.asha.org/public/speech/disorders/speech-sound-disorders/" title="https://www.asha.org/public/speech/disorders/speech-sound-disorders/">https://www.asha.org/public/speech/disorders/speech-sound-disorders/ </a></li></ul>Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Gangguan Bicara tak Hanya Speech Delay lho, MomDad

gangguan-bicara-tak-hanya-speech-delay-lho--momdad-1687364325031

Fase oral adalah suatu fase perkembangan dimana seorang anak paling peka dan paling banyak mendapatkan input stimulus dari mulut (oral). Fase oral umumnya akan berlangsung sejak lahir hingga usia 12-18 bulan. Pada fase oral, pengenalan makanan padat menjadi sangat penting dan seorang bayi akan mendapat “kepuasan” dari stimulasi oral.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/fdf8f4bcd5de10193ee39d42ab5ab16ef_1686199031646.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-06-08T113313.101.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Bayi yang sedang mengalami fase oral akan terlihat memasukkan berbagai hal ke dalam mulutnya seperti jari tangan, boneka, mainan, dan lain sebagainya untuk mendapatkan input sensori mengenai rasa, tekstur, bentuk, dan sebagainya [1,2]. Selain itu, seorang bayi juga bergantung penuh terhadap caregiver yang memberikan makan dan akan mengembangkan rasa percaya terhadap caregiver melalui stimulasi oral.Saat fase oral, bayi bisa saja mengalami kendala. Masalah yang mungkin terjadi pada fase ini adalah terkait penyapihan, misalnya disapih terlalu dini atau terlalu lambat yang dapat mengakibatkan seorang anak “terjebak” dalam fase oral dan menimbulkan “oral fixation” (kebiasaan menggigit benda) [1,3,4].<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/cd81031e5b64ea3a2279c92f10e763b1101_1686199001968.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="source freepik 3 (4).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Jika fase oral tidak terlewati dengan baik, oral fixation yang berlangsung sampai dewasa dapat menimbulkan berbagai perilaku negatif seperti orang dewasa yang mencari “kesenangan” lewat stimulasi oral misalnya minum-minum alkohol, makan ketika mengalami masalah emosi tertentu, hingga menggigit kuku [1,4].Orang tua perlu memberikan kesempatan seorang anak belajar di fase orang dengan tidak melarang anak memasukkan benda atau tangan ke mulutnya sepanjang benda tersebut masih aman (tidak menimbulkan potensi tersedak) dan bersih.Fase oral ini akan berangsur-angsur beralih ke fase perkembangan selanjutnya yaitu fase anal pada perkembangan anak, yang merupakan faktor penting untuk toilet training. Anak akan mengalami fase ini kira-kira saat ia berusia 1-3 tahun.Jadi, sekarang MomDad tidak perlu khawatir lagi kalau si Kecil suka memasukkan tangan atau benda ke dalam mulut, asalkan tetap dalam&nbsp;pengawasan agar ia tidak memasukkan benda-benda yang bisa membahayakannya.Referensi<ol><li style="text-align: left;">Kesavelu, Dhanasekhar &amp; Sheela, K. &amp; Anandapandian, Ponsekar. (2021). Stages of Psychological Development of Child-An Overview. International Journal of Current Research and Review. 13. 74-78. 10.31782/IJCRR.2021.131320. </li><li style="text-align: left;">Britannica, T. E. (May 8, 2023). Psychological Development.&nbsp; Diakses dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.britannica.com/science/psychological-development" title="https://www.britannica.com/science/psychological-development">https://www.britannica.com/science/psychological-development </a></li><li style="text-align: left;">Neiva FC, Cattoni DM, Ramos JL, Issler H. Desmame precoce: implicações para o desenvolvimento motor-oral [Early weaning: implications to oral motor development]. J Pediatr (Rio J). 2003 Jan-Feb;79(1):7-12. Portuguese. PMID: 12973504.</li><li style="text-align: left;">Healthline. (March 27, 2020). Oral Fixation: Definition, Causes, and Treatment. Diakses dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.healthline.com/health/oral-fixation#summary" title="https://www.healthline.com/health/oral-fixation#summary">https://www.healthline.com/health/oral-fixation#summary</a></li></ol>