Selain tulang yang kuat, vitamin D ternyata punya banyak peran penting untuk tumbuh kembang si Kecil, lho! Mulai dari menjaga daya tahan tubuh agar tidak mudah sakit, sampai membantu mencegah penyakit serius seperti diabetes dan kanker. Penasaran berapa kebutuhan vitamin D harian anak? Yuk, cari tahu lebih lanjut agar si Kecil selalu sehat dan aktif! Kebutuhan Vitamin D Harian untuk Anak<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/2f45d1ab3848b6c9956484989ee410c9_1728284775959.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="vitamin_D-2-min.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1458px; min-height: 0px;"> Sebenarnya, anak membutuhkan vitamin D sebanyak 400 IU setiap harinya. Namun, pada populasi yang berisiko mengalami kekurangan vitamin D, maka dianjurkan pada bayi usia 0-1 tahun untuk mendapatkan vitamin D sebanyak 400 IU per hari dan di atas 1 tahun sebanyak 600 IU/hari. Vitamin D sendiri terdiri dari vitamin D2 dan vitamin D3, vitamin D2 diperoleh dari radiasi sinar ultraviolet dan vitamin D3 dibentuk di kulit serta dapat ditemukan pada minyak ikan seperti salmon, makarel, dan herring. Vitamin D yang berasal dari makanan hanya menyumbang sebesar 20% dari kebutuhan vitamin D harian, sehingga sumber utama vitamin D tentu berasal dari paparan langsung sinar matahari. Cara untuk mencukupinya adalah dengan terpapar sinar matahari pada daerah wajah, tangan, dan lengan selama 20-30 menit selama 3 kali dalam seminggu. Tanda Anak Kekurangan Vitamin DKekurangan vitamin D akan menyebabkan metabolisme tulang yang tidak normal. Umumnya, kekurangan vitamin D yang berat, dapat terdeteksi dari massa tulang yang sudah sangat sedikit. Pada anak-anak, kekurangan vitamin D dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan, bentuk tulang yang tidak normal, penyakit rikets, dan patah tulang.Di samping itu, kekurangan vitamin D pada orang dewasa dapat menyebabkan berkurangnya massa tulang, osteoporosis, pelunakan tulang, dan kelemahan otot. Lalu, Perlukah Suplementasi vitamin D?<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/218a5f613f11fd9f354443d92da8afbb_1728284819064.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="vitamin_D-3-min.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1458px; min-height: 0px;"> Sebenarnya, sebagian besar kebutuhan vitamin D didapatkan dari paparan sinar matahari ke kulit. Namun, bila anak sering menggunakan pakaian tertutup atau menggunakan tabir surya, maka pembentukan vitamin D juga akan tidak maksimal. Jika tidak yakin anak mendapat paparan sinar matahari yang cukup, MomDad bisa memberikan suplementasi sesuai dosis yang dianjurkan. Referensi:<ul><li>UKK ENdokrinologi IDAI. Panduan Praktik Klinis IDAI: Vitamin D. Jakarta;2018.</li><li>Weydert JA. Vitamin D in Children's Health. Children (Basel). 2014;1(2):208-26.</li></ul>

Kebutuhan Vitamin D Harian Anak: Jangan Sampai Terlewatkan!

kebutuhan-vitamin-d-harian-anak--jangan-sampai-terlewatkan--1728293765282

Menjadi orang tua baru itu penuh tantangan, apalagi saat menceboki si Kecil. Selain harus menahan aroma yang mungkin kurang sedap, MomDad juga perlu tahu teknik yang tepat untuk menjaga kebersihan si Kecil. Mengapa kebersihan itu penting? Karena menjaga area kulit si Kecil dapat mencegah terjadinya ruam atau iritasi. Nah, langsung saja kita simak cara menceboki bayi yang benar dan higienis berikut ini!<h4 style="caret-color: rgb(0, 0, 0); color: rgb(0, 0, 0);">1. Gunakan Air Biasa</h4>﻿﻿Menggunakan air biasa adalah langkah pertama yang sangat penting. Ambil kapas dan basahi dengan air bersih. Saat menceboki, ingatlah untuk melakukannya dari depan ke belakang (dari arah alat kelamin ke arah anus). Hindari menggunakan kapas yang sama untuk area yang berbeda agar tidak terjadi kontaminasi. Ini akan membantu menjaga area sensitif tetap bersih dan terhindar dari kuman.<h4 style="caret-color: rgb(0, 0, 0); color: rgb(0, 0, 0);">﻿﻿2. Hindari Penggunaan Tisu Basah</h4>Meskipun tisu basah terlihat praktis, sebaiknya MomDad menghindarinya. Tisu basah dapat mengandung bahan kimia yang bisa mengiritasi kulit halus bayi. Jika terjadi iritasi, kulit si Kecil bisa menjadi merah dan gatal. Setelah menceboki dengan air, pastikan untuk mengeringkan area tersebut sebelum memasangkan popok, agar kulit bayi tidak lembap.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/c3d891b9b131088abc2fc2622fdf31f59_1728277442363.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Menceboki-2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px;"> <h4 style="caret-color: rgb(0, 0, 0); color: rgb(0, 0, 0);">3. Mengeringkan Area Alat Kelamin dan Bokong</h4>Setelah menceboki, penting untuk mengeringkan area bokong dan alat kelamin. Jika area ini lembap dan langsung ditutup dengan popok, risiko iritasi dan ruam popok akan meningkat. Pastikan untuk membiarkan udara masuk dan mengeringkan area tersebut dengan lembut sebelum menutupnya kembali.<h4 style="caret-color: rgb(0, 0, 0); color: rgb(0, 0, 0);">4. Boleh Dilakukan di Bawah Air Mengalir</h4>Jika si Kecil sudah cukup besar, MomDad bisa menceboki bayi di bawah air mengalir. Ingat, tetap bersihkan area lipatan, ya! Penggunaan krim atau bedak kadang tertinggal di area tersebut, jadi pastikan semuanya bersih agar tidak ada sisa yang dapat menyebabkan iritasi.<h4 style="caret-color: rgb(0, 0, 0); color: rgb(0, 0, 0);">5. Sering Mengganti Popok Sekali Pakai</h4>Terakhir, jangan lupa untuk sering mengganti popok sekali pakai! Idealnya, popok harus diganti setiap 2-3 jam untuk menghindari ruam popok akibat iritasi dari urine atau feses. Dengan rajin mengganti popok, si Kecil akan merasa lebih nyaman dan terhindar dari masalah kulit.Nah, itu dia 5 cara tepat untuk membersihkan pup bayi. Menjaga kebersihan area bokong bayi sangat penting agar si Kecil tetap nyaman dan terhindar dari masalah kulit. Selamat mencoba, MomDad!Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Kurang Higienis bikin Kulit Bayi Iritasi, Cegah dengan Cara Ini!

kurang-higienis-bikin-kulit-bayi-iritasi--cegah-dengan-cara-ini--1729480552801

Waah, sudah saatnya si Kecil memasuki petualangan baru, yaitu Makanan Pendamping ASI (MPASI)! Umumnya, pemberian MPASI bisa dimulai ketika bayi mencapai usia 6 bulan. Namun, MomDad mungkin merasa bingung tentang jadwal yang tepat untuk memberikan MPASI. Jangan khawatir! Kami punya panduan lengkap untuk membantu MomDad dalam menjadwalkan pemberian MPASI yang pas untuk kebutuhan nutrisi si Kecil. Yuk, kita bahas!<h3 style="caret-color: rgb(0, 0, 0); color: rgb(0, 0, 0);">Jadwal Pemberian MPASI dan Snack untuk Bayi</h3>﻿﻿Pernahkah MomDad berpikir apakah jadwal MPASI si Kecil bisa disamakan dengan jadwal makan orang dewasa? Sering kali pertanyaan ini muncul saat MomDad baru mulai mengenalkan MPASI. Berikut adalah jadwal MPASI yang dianjurkan untuk si Kecil.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/68bc9a17ded5368f210fca33dbd408fff_1728275053263.png" class="e-rte-image e-imginline" alt="Screenshot 2024-10-07 at 11.23.58.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px;"> <h3 style="caret-color: rgb(0, 0, 0); color: rgb(0, 0, 0);">Apakah Jam Pemberian MPASI Berbeda Bisa Menyebabkan Maag atau Sembelit?</h3>﻿﻿Terkadang, jam pemberian MPASI si Kecil bisa saja terlambat atau berbeda dari hari sebelumnya. Tapi tenang, MomDad! Hal ini tidak akan menyebabkan maag atau sembelit. Yang terpenting, pemberian MPASI harus disesuaikan dengan rutinitas harian bayi.Pada usia 6 bulan, bayi biasanya tidur siang sekitar 3 kali sehari. Jadi, jadwal MPASI bisa diatur mengikuti kebiasaan tidur si Kecil. Contohnya, jika waktu makan siang seharusnya pukul 12.00, tapi si Kecil masih terlelap, MomDad tidak perlu membangunkannya. Cukup beri MPASI setelah ia bangun!Ingat, kapasitas lambung bayi terbatas, jadi mereka perlu makan setiap 2-3 jam sekali. Jika si Kecil lebih banyak tidur di siang hari tetapi terbangun di malam hari, coba terapkan sleep hygiene agar jadwal tidurnya lebih teratur.Kekhawatiran tentang konstipasi saat mulai MPASI biasanya berkaitan dengan asupan cairan harian. Pastikan MomDad memenuhi kebutuhan cairan si Kecil. Misalnya, untuk bayi dengan berat 10 kg, kebutuhan cairan harian adalah 1000 ml, yang bisa diperoleh dari ASI, susu formula, atau air putih.<h3 style="caret-color: rgb(0, 0, 0); color: rgb(0, 0, 0);">Perbedaan Jadwal Makan MPASI di Setiap Usia</h3><div><img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/45d4095f4988c8b5c0860d52c61049409_1728275329765.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="MPASI.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px;"> </div>﻿﻿Jadwal makan setiap bayi tentu berbeda-beda. Pada pemberian MPASI pertama, bayi berusia 6 bulan dapat memiliki jadwal makan utama 2-3 kali sehari dengan 1 kali snack. Seiring bertambahnya usia, frekuensi makan MPASI akan meningkat menjadi 3 kali sehari, ditambah 2 kali snack.Di samping pengaturan jadwal, MomDad juga bisa menerapkan&nbsp;​responsive feeding. Saat memberikan MPASI, MomDad tidak hanya memberi makanan, tetapi juga menciptakan momen belajar dan kasih sayang. Perhatikan bahasa tubuh si Kecil untuk mengenali tanda lapar dan kenyang. Ini juga merupakan cara yang bagus untuk membangun bonding antara MomDad dan si Kecil!Itulah jadwal pemberian MPASI yang bisa MomDad ikuti. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter anak mengenai jenis makanan yang baik untuk memperkenalkan MPASI pertama kali. Semoga informasi ini bermanfaat, ya!Referensi:<ul><li>Rekomendasi praktik pemberian makan berbasis bukti pada bayi dan balita di Indonesia untuk mencegah malnutrisi. UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2015 </li><li>Yuliarti K. Apa yang perlu ibu ketahui tentang MPASI. 2017. Jakarta: Badan Penerbit IDAI</li><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/pentingnya-mengatur-jadwal-makan-anak" title="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/pentingnya-mengatur-jadwal-makan-anak">https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/pentingnya-mengatur-jadwal-makan-anak </a></li></ul>

Si Kecil Siap MPASI? Ini Jadwal Pemberian yang Harus MomDad Ketahui!

si-kecil-siap-mpasi--ini-jadwal-pemberian-yang-harus-momdad-ketahui--1730800539996

MomDad, apakah si Kecil sering terbangun di tengah malam untuk menyusu? Wajar kok, bayi baru lahir memang butuh menyusu setiap 2-3 jam. Tapi tenang, ada cara agar MomDad bisa istirahat lebih lama tanpa khawatir si Kecil kelaparan di malam hari, yaitu dengan&nbsp;​dream feeding. Penasaran apa itu dan bagaimana melakukannya? Yuk, simak penjelasan lengkapnya!Apa itu Dream Feeding? Dream feeding adalah teknik memberi susu pada bayi saat ia masih tertidur, biasanya dilakukan sebelum MomDad tidur di malam hari. Metode ini cocok diterapkan pada bayi yang sudah berusia 2 bulan ke atas. Dengan dream feeding, bayi bisa tidur lebih nyenyak dan durasinya lebih lama, sehingga MomDad juga bisa istirahat tanpa harus terbangun terlalu sering.Dream feeding biasanya dilakukan sekitar 2-3 jam setelah bayi tidur, tepat sebelum MomDad siap beristirahat. Meskipun bayi mungkin tidak menyusu sebanyak saat ia terjaga, dream feeding tetap membantu mengisi perutnya sehingga ia tidak cepat merasa lapar di tengah malam.Dream Feeding Cocok untuk Bayi yang:<ul style="caret-color: rgb(0, 0, 0); color: rgb(0, 0, 0);"><li>﻿﻿Sudah berusia sekitar 2 bulan atau lebih.</li><li>Memiliki jadwal tidur dan makan yang mulai teratur.</li><li>Tumbuh dengan baik, baik dengan ASI atau susu formula.</li><li>Mudah kembali tidur setelah bangun.</li></ul>Cara Melakukan Dream Feeding yang Benar<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/d8d6ae36ae100da6e9c5dacc76e563d6c_1728274553416.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Dream feeding-2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px;">&nbsp;Saat usia bayi mulai 2-3 bulan, MomDad bisa mulai mencoba dream feeding. Meskipun di usia 4-6 bulan banyak bayi yang sudah bisa tidur 10-12 jam tanpa terbangun, dream feeding bisa menjadi solusi di tahap awal.Berikut cara melakukannya agar efektif:<ol style="caret-color: rgb(0, 0, 0); color: rgb(0, 0, 0);"><li>Lakukan dream feeding 2-3 jam setelah bayi tidur.</li><li>Susui bayi sebelum MomDad tidur, misalnya jika MomDad tidur pukul 23.00, berikan susu sekitar pukul 22.30.</li><li>Angkat bayi perlahan dari kasurnya, buka bedongnya jika masih dibedong, atau ganti popok dengan lembut tanpa membangunkannya.</li><li>Letakkan puting payudara atau botol susu di bibir bayi untuk menstimulasi refleks hisapnya.</li><li>Setelah selesai, sendawakan bayi dan kembalikan ke kasurnya.</li></ol>Situasi di Mana Dream Feeding Tidak Bekerja Optimal:<ul style="caret-color: rgb(0, 0, 0); color: rgb(0, 0, 0);"><li>﻿﻿Jika bayi sudah berusia lebih dari 9 bulan. Pada usia ini, sebagian besar bayi tidak membutuhkan makan malam dan siap disapih. Jadi, MomDad bisa mulai menghentikan dream feeding dan melihat apakah si Kecil bisa tidur lebih lama tanpa intervensi.</li><li>Jika bayi terlalu waspada atau sensitif, dream feeding justru bisa membangunkannya.</li></ul>Nah, itu dia tips dream feeding yang bisa MomDad coba untuk membantu si Kecil tidur lebih lama tanpa gangguan. Ingat, kuncinya adalah memastikan si Kecil tetap dalam kondisi tenang agar tidak terbangun saat menyusu. Selamat mencoba dan semoga berhasil!Referensi:<a classname="e-rte-anchor" href="https://www.whattoexpect.com/first-year/sleep/dream-feed/" title="https://www.whattoexpect.com/first-year/sleep/dream-feed/">https://www.whattoexpect.com/first-year/sleep/dream-feed/ </a><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.webmd.com/parenting/baby/what-is-a-dream-feed" title="https://www.webmd.com/parenting/baby/what-is-a-dream-feed">https://www.webmd.com/parenting/baby/what-is-a-dream-feed </a><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.healthline.com/health/baby/dream-feed#when-to-start-dream-feeding" title="https://www.healthline.com/health/baby/dream-feed#when-to-start-dream-feeding">https://www.healthline.com/health/baby/dream-feed#when-to-start-dream-feeding </a>Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Cobain Teknik Dream Feeding agar Bayi Tidur Nyenyak, yuk, Begini Caranya!

cobain-teknik-dream-feeding-agar-bayi-tidur-nyenyak--yuk--begini-caranya--1729821623227

MomDad, salah satu momen paling membahagiakan adalah saat si Kecil mulai belajar berjalan! Dari merangkak hingga akhirnya bisa melangkah sendiri, fase ini penuh tantangan sekaligus kebahagiaan. Nah, di sini MomDad bisa membantu dengan beberapa tips sederhana namun efektif untuk melatih si Kecil berjalan dengan lancar. Yuk, simak cara-cara serunya!1. Berikan Banyak Waktu untuk “Floor Time” Bermain di lantai adalah salah satu cara terbaik untuk melatih otot-otot besar si Kecil. Dengan banyaknya waktu menjelajah dan bergerak di lantai, anak bisa menguatkan tubuhnya untuk persiapan berjalan. Jadi, pastikan MomDad memberi si Kecil banyak kesempatan untuk "floor time," ya!2. Siapkan Lingkungan Aman untuk Bereksplorasi Ketika si Kecil mulai belajar berjalan, penting banget nih, MomDad, untuk memastikan rumah aman dari bahaya. Tutup saklar listrik, jauhkan benda tajam, dan pastikan area tempat anak bermain bebas dari barang-barang yang bisa membuatnya tersandung atau terjatuh.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/7bed582e2683429a2f74ae7a567fa28b_1728272925559.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Belajar jalan-2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px;"> 3. Sediakan “Pegangan” untuk Si Kecil Merambat Saat anak mulai merambat, bantu si Kecil dengan menyediakan benda-benda yang stabil untuk dijadikan pegangan. Kursi pendek atau pagar playmat bisa jadi pilihan yang bagus. Pegangan ini juga berguna sebagai tempat berlatih keseimbangan, dan playmat bisa melindungi anak saat terjatuh.4. Gunakan Push Walker Sebagai Alat Bantu Push walker bisa jadi alat bantu yang menyenangkan untuk anak yang sedang belajar berjalan. Dengan dorongan lembut, si Kecil bisa melatih keseimbangan dan koordinasi tubuhnya sambil berjalan maju. Pastikan push walker-nya aman dengan roda yang bisa dikunci sesuai kebutuhan, ya MomDad!5. Letakkan Benda-Benda yang Menarik di Lantai Bantu anak mengasah kekuatannya dengan meletakkan mainan atau benda menarik di lantai. Ini akan memotivasi si Kecil untuk berjongkok dan berusaha meraihnya, sambil melatih keseimbangan tubuhnya. Pastikan ada pegangan di sekitarnya untuk berjaga-jaga jika ia terhuyung-huyung.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/98568310610355c9bf3e8f61d54a36707d_1728273245364.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Belajar jalan-3.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px;"> 6. Biarkan Anak Bertelanjang Kaki Tahukah MomDad kalau bertelanjang kaki membantu si Kecil merasakan tekstur lantai dan melatih keseimbangan tubuhnya? Sensasi pada telapak kaki ini penting untuk perkembangan sensorinya. Jadi, biarkan si Kecil bebas bergerak tanpa alas kaki, ya!7. Letakkan Mainan di Tempat Strategis Cobalah meletakkan mainan di tempat tertentu untuk mendorong si Kecil bergerak. Dengan meletakkan mainan pada posisi yang menarik, anak akan berusaha meraihnya, baik dengan merambat, berjongkok, atau berdiri. Ini bisa jadi latihan yang menyenangkan sekaligus bermanfaat!Itulah 7 tips yang bisa MomDad terapkan untuk melatih si Kecil berjalan dengan percaya diri. Semoga membantu ya, MomDad, dan selamat menikmati setiap langkah kecil si Kecil menuju kemandirian!Referensi:&nbsp;<a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/tips-melatih-anak-berdiri-dan-berjalan" title="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/tips-melatih-anak-berdiri-dan-berjalan">https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/tips-melatih-anak-berdiri-dan-berjalan </a>

Mau si Kecil Cepat Berjalan? Yuk, Lakukan Cara Seru ini!

mau-si-kecil-cepat-berjalan--yuk--lakukan-cara-seru-ini--1728533523267

MomDad, pernah merasa khawatir tentang cara menyimpan ASI perah (ASIP) yang benar? Terkadang, Mom mungkin tidak bisa menyusui langsung dan harus memerah ASI untuk si Kecil. Nah, di sinilah tantangannya! Menyimpan ASIP itu ternyata nggak bisa sembarangan, lho! Kesalahan kecil saja bisa membuat kualitas ASI menurun atau bahkan membahayakan kesehatan bayi.Jangan khawatir, kali ini kita akan bahas cara-cara menyimpan ASIP yang aman dan mudah. Yuk, simak tips berikut ini supaya ASI tetap segar, bergizi, dan siap mendukung tumbuh kembang si Kecil!1. Jangan Simpan ASI Perah di Pintu Kulkas﻿﻿Menyimpan ASI di pintu kulkas ternyata bukan pilihan yang tepat, MomDad. Suhu di pintu kulkas paling tidak stabil karena sering dibuka-tutup, yang bisa membuat ASI cepat rusak dan memberi kesempatan bakteri berkembang. Selain itu, pintu kulkas sering menjadi tempat penyimpanan berbagai produk makanan. Nah, ini bisa bikin ASI terkontaminasi jika bersentuhan dengan makanan lain.﻿﻿2. Hindari Menyimpan ASI yang Sudah Diminum Kembali﻿﻿Saat si Kecil menyisakan ASI, mungkin MomDad merasa sayang untuk membuangnya. Tapi hati-hati, ya! ASI yang sudah dicairkan dan diminum sebagian berisiko terkontaminasi bakteri. Jika disimpan dan dipanaskan lagi, ASI tersebut bisa berubah menjadi "bom" bakteri yang tidak baik untuk si Kecil.﻿﻿3. Jangan Campur ASI Perah Beku dengan ASI Segar﻿﻿MomDad, pastikan tidak mencampur ASIP segar dengan yang beku, ya! Keduanya punya suhu yang berbeda dan ini bisa merusak kualitas gizinya. Apalagi kalau tanggal pemerahannya jauh berbeda, ASIP yang lebih tua pasti sudah mengalami penurunan kualitas.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/5a10247101a2a610f245c34b8a29ee305f9_1728272367463.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="ASI Perah-2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px;"> ﻿﻿4. Hindari Mengisi Wadah ASI Terlalu Penuh﻿﻿Saat menyimpan ASI, pastikan MomDad tidak mengisi wadah penyimpanan hingga penuh. Kenapa? Karena saat ASI dibekukan, wadah akan mengembang dan bisa menyebabkan kebocoran. Kalau bocor, bakteri bisa masuk dan merusak ASI sehingga tidak layak lagi dikonsumsi si Kecil.﻿﻿5. Jauhkan ASI dari Daging SegarASI perah sebaiknya disimpan di kulkas khusus, atau minimal jauh dari bahan mentah seperti daging segar. Meski wadah ASI sudah tertutup rapat, bakteri tak kasat mata dari daging bisa mencemari ASI. Jadi, pastikan ASIP disimpan di tempat yang steril, ya, MomDad!Nah, itu dia beberapa kesalahan yang sebaiknya dihindari saat menyimpan ASI perah. Semoga tips ini bermanfaat dan membantu menjaga kualitas ASI Mom untuk si Kecil tetap optimal!Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Jangan Sembarangan! Ini Tips Menyimpan ASI Perah agar Tetap Berkualitas

jangan-sembarangan--ini-tips-menyimpan-asi-perah-agar-tetap-berkualitas-1728611616418

Salah satu tanda bayi sehat adalah peningkatan berat badan yang sesuai dengan usianya. Di awal kehidupan, berat badan bayi jadi indikator apakah nutrisi yang mereka dapatkan, terutama dari ASI, sudah mencukupi.Nah, di 6 bulan pertama, bayi mendapatkan seluruh nutrisinya dari ASI. Jadi, jika berat badan bayi terus meningkat, artinya ASI yang diberikan sudah berjalan dengan baik, nih. Tapi, tahukah MomDad bahwa berat badan bayi laki-laki lebih besar dibandingkan bayi perempuan? Hal ini ternyata normal, lho. Untuk mengetahui apakah berat badan si Kecil sudah sesuai standar WHO, yuk, cek pada tabel di bawah ini!&nbsp;<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/8657324b538fd411a9df2132a2c367e2_1728038931427.png" class="e-rte-image e-imginline" alt="Tabel berat badan bayi 0-6 bulan.png" width="auto" height="auto" style="color: rgb(0, 0, 0); font-size: 12pt; caret-color: rgb(0, 0, 0); background-color: unset; text-align: inherit; min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px;"><p style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; --tw-rotate: 0; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-pan-x: ; --tw-pan-y: ; --tw-pinch-zoom: ; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-gradient-from-position: ; --tw-gradient-via-position: ; --tw-gradient-to-position: ; --tw-ordinal: ; --tw-slashed-zero: ; --tw-numeric-figure: ; --tw-numeric-spacing: ; --tw-numeric-fraction: ; --tw-ring-inset: ; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-color: rgb(59 130 246 / 0.5); --tw-ring-offset-shadow: 0 0 #0000; --tw-ring-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow-colored: 0 0 #0000; --tw-blur: ; --tw-brightness: ; --tw-contrast: ; --tw-grayscale: ; --tw-hue-rotate: ; --tw-invert: ; --tw-saturate: ; --tw-sepia: ; --tw-drop-shadow: ; --tw-backdrop-blur: ; --tw-backdrop-brightness: ; --tw-backdrop-contrast: ; --tw-backdrop-grayscale: ; --tw-backdrop-hue-rotate: ; --tw-backdrop-invert: ; --tw-backdrop-opacity: ; --tw-backdrop-saturate: ; --tw-backdrop-sepia: ; --tw-contain-size: ; --tw-contain-layout: ; --tw-contain-paint: ; --tw-contain-style: ; text-align: center;"><span style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; --tw-rotate: 0; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-pan-x: ; --tw-pan-y: ; --tw-pinch-zoom: ; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-gradient-from-position: ; --tw-gradient-via-position: ; --tw-gradient-to-position: ; --tw-ordinal: ; --tw-slashed-zero: ; --tw-numeric-figure: ; --tw-numeric-spacing: ; --tw-numeric-fraction: ; --tw-ring-inset: ; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-color: rgb(59 130 246 / 0.5); --tw-ring-offset-shadow: 0 0 #0000; --tw-ring-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow-colored: 0 0 #0000; --tw-blur: ; --tw-brightness: ; --tw-contrast: ; --tw-grayscale: ; --tw-hue-rotate: ; --tw-invert: ; --tw-saturate: ; --tw-sepia: ; --tw-drop-shadow: ; --tw-backdrop-blur: ; --tw-backdrop-brightness: ; --tw-backdrop-contrast: ; --tw-backdrop-grayscale: ; --tw-backdrop-hue-rotate: ; --tw-backdrop-invert: ; --tw-backdrop-opacity: ; --tw-backdrop-saturate: ; --tw-backdrop-sepia: ; --tw-contain-size: ; --tw-contain-layout: ; --tw-contain-paint: ; --tw-contain-style: ; color: rgb(0, 0, 0); font-size: 12pt; caret-color: rgb(0, 0, 0); background-color: unset; text-align: inherit;">&nbsp;Berat badan bayi usia 0-6 bulan berdasarkan jenis kelamin menurut standar WHO<div style="text-align: center;"><span style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; --tw-rotate: 0; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-pan-x: ; --tw-pan-y: ; --tw-pinch-zoom: ; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-gradient-from-position: ; --tw-gradient-via-position: ; --tw-gradient-to-position: ; --tw-ordinal: ; --tw-slashed-zero: ; --tw-numeric-figure: ; --tw-numeric-spacing: ; --tw-numeric-fraction: ; --tw-ring-inset: ; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-color: rgb(59 130 246 / 0.5); --tw-ring-offset-shadow: 0 0 #0000; --tw-ring-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow-colored: 0 0 #0000; --tw-blur: ; --tw-brightness: ; --tw-contrast: ; --tw-grayscale: ; --tw-hue-rotate: ; --tw-invert: ; --tw-saturate: ; --tw-sepia: ; --tw-drop-shadow: ; --tw-backdrop-blur: ; --tw-backdrop-brightness: ; --tw-backdrop-contrast: ; --tw-backdrop-grayscale: ; --tw-backdrop-hue-rotate: ; --tw-backdrop-invert: ; --tw-backdrop-opacity: ; --tw-backdrop-saturate: ; --tw-backdrop-sepia: ; --tw-contain-size: ; --tw-contain-layout: ; --tw-contain-paint: ; --tw-contain-style: ; color: rgb(0, 0, 0); font-size: 12pt; caret-color: rgb(0, 0, 0); background-color: unset; text-align: inherit;"> </div><p style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; --tw-rotate: 0; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-pan-x: ; --tw-pan-y: ; --tw-pinch-zoom: ; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-gradient-from-position: ; --tw-gradient-via-position: ; --tw-gradient-to-position: ; --tw-ordinal: ; --tw-slashed-zero: ; --tw-numeric-figure: ; --tw-numeric-spacing: ; --tw-numeric-fraction: ; --tw-ring-inset: ; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-color: rgb(59 130 246 / 0.5); --tw-ring-offset-shadow: 0 0 #0000; --tw-ring-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow-colored: 0 0 #0000; --tw-blur: ; --tw-brightness: ; --tw-contrast: ; --tw-grayscale: ; --tw-hue-rotate: ; --tw-invert: ; --tw-saturate: ; --tw-sepia: ; --tw-drop-shadow: ; --tw-backdrop-blur: ; --tw-backdrop-brightness: ; --tw-backdrop-contrast: ; --tw-backdrop-grayscale: ; --tw-backdrop-hue-rotate: ; --tw-backdrop-invert: ; --tw-backdrop-opacity: ; --tw-backdrop-saturate: ; --tw-backdrop-sepia: ; --tw-contain-size: ; --tw-contain-layout: ; --tw-contain-paint: ; --tw-contain-style: ; text-align: justify;"><span style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; --tw-rotate: 0; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-pan-x: ; --tw-pan-y: ; --tw-pinch-zoom: ; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-gradient-from-position: ; --tw-gradient-via-position: ; --tw-gradient-to-position: ; --tw-ordinal: ; --tw-slashed-zero: ; --tw-numeric-figure: ; --tw-numeric-spacing: ; --tw-numeric-fraction: ; --tw-ring-inset: ; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-color: rgb(59 130 246 / 0.5); --tw-ring-offset-shadow: 0 0 #0000; --tw-ring-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow-colored: 0 0 #0000; --tw-blur: ; --tw-brightness: ; --tw-contrast: ; --tw-grayscale: ; --tw-hue-rotate: ; --tw-invert: ; --tw-saturate: ; --tw-sepia: ; --tw-drop-shadow: ; --tw-backdrop-blur: ; --tw-backdrop-brightness: ; --tw-backdrop-contrast: ; --tw-backdrop-grayscale: ; --tw-backdrop-hue-rotate: ; --tw-backdrop-invert: ; --tw-backdrop-opacity: ; --tw-backdrop-saturate: ; --tw-backdrop-sepia: ; --tw-contain-size: ; --tw-contain-layout: ; --tw-contain-paint: ; --tw-contain-style: ; font-size: 12pt;">Bayi yang mendapatkan ASI eksklusif umumnya akan tumbuh dengan cepat pada usia 2-3 bulan pertama kehidupannya. Namun, perlu diketahui bahwa biasanya berat badan bayi akan berkurang di minggu pertama setelah kelahirannya. Meski demikian, MomDad tidak perlu cemas. Pada bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, berat badan akan berkurang sekitar 7-10%, sedangkan bayi yang mengonsumsi susu formula akan berkurang 5%.<p style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; --tw-rotate: 0; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-pan-x: ; --tw-pan-y: ; --tw-pinch-zoom: ; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-gradient-from-position: ; --tw-gradient-via-position: ; --tw-gradient-to-position: ; --tw-ordinal: ; --tw-slashed-zero: ; --tw-numeric-figure: ; --tw-numeric-spacing: ; --tw-numeric-fraction: ; --tw-ring-inset: ; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-color: rgb(59 130 246 / 0.5); --tw-ring-offset-shadow: 0 0 #0000; --tw-ring-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow-colored: 0 0 #0000; --tw-blur: ; --tw-brightness: ; --tw-contrast: ; --tw-grayscale: ; --tw-hue-rotate: ; --tw-invert: ; --tw-saturate: ; --tw-sepia: ; --tw-drop-shadow: ; --tw-backdrop-blur: ; --tw-backdrop-brightness: ; --tw-backdrop-contrast: ; --tw-backdrop-grayscale: ; --tw-backdrop-hue-rotate: ; --tw-backdrop-invert: ; --tw-backdrop-opacity: ; --tw-backdrop-saturate: ; --tw-backdrop-sepia: ; --tw-contain-size: ; --tw-contain-layout: ; --tw-contain-paint: ; --tw-contain-style: ; text-align: justify;"><span style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; --tw-rotate: 0; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-pan-x: ; --tw-pan-y: ; --tw-pinch-zoom: ; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-gradient-from-position: ; --tw-gradient-via-position: ; --tw-gradient-to-position: ; --tw-ordinal: ; --tw-slashed-zero: ; --tw-numeric-figure: ; --tw-numeric-spacing: ; --tw-numeric-fraction: ; --tw-ring-inset: ; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-color: rgb(59 130 246 / 0.5); --tw-ring-offset-shadow: 0 0 #0000; --tw-ring-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow-colored: 0 0 #0000; --tw-blur: ; --tw-brightness: ; --tw-contrast: ; --tw-grayscale: ; --tw-hue-rotate: ; --tw-invert: ; --tw-saturate: ; --tw-sepia: ; --tw-drop-shadow: ; --tw-backdrop-blur: ; --tw-backdrop-brightness: ; --tw-backdrop-contrast: ; --tw-backdrop-grayscale: ; --tw-backdrop-hue-rotate: ; --tw-backdrop-invert: ; --tw-backdrop-opacity: ; --tw-backdrop-saturate: ; --tw-backdrop-sepia: ; --tw-contain-size: ; --tw-contain-layout: ; --tw-contain-paint: ; --tw-contain-style: ; font-size: 12pt;">Secara garis besar, kenaikan berat badan bayi berdasarkan usia meliputi:<ul style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; --tw-rotate: 0; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-pan-x: ; --tw-pan-y: ; --tw-pinch-zoom: ; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-gradient-from-position: ; --tw-gradient-via-position: ; --tw-gradient-to-position: ; --tw-ordinal: ; --tw-slashed-zero: ; --tw-numeric-figure: ; --tw-numeric-spacing: ; --tw-numeric-fraction: ; --tw-ring-inset: ; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-color: rgb(59 130 246 / 0.5); --tw-ring-offset-shadow: 0 0 #0000; --tw-ring-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow-colored: 0 0 #0000; --tw-blur: ; --tw-brightness: ; --tw-contrast: ; --tw-grayscale: ; --tw-hue-rotate: ; --tw-invert: ; --tw-saturate: ; --tw-sepia: ; --tw-drop-shadow: ; --tw-backdrop-blur: ; --tw-backdrop-brightness: ; --tw-backdrop-contrast: ; --tw-backdrop-grayscale: ; --tw-backdrop-hue-rotate: ; --tw-backdrop-invert: ; --tw-backdrop-opacity: ; --tw-backdrop-saturate: ; --tw-backdrop-sepia: ; --tw-contain-size: ; --tw-contain-layout: ; --tw-contain-paint: ; --tw-contain-style: ;"><li style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; --tw-rotate: 0; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-pan-x: ; --tw-pan-y: ; --tw-pinch-zoom: ; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-gradient-from-position: ; --tw-gradient-via-position: ; --tw-gradient-to-position: ; --tw-ordinal: ; --tw-slashed-zero: ; --tw-numeric-figure: ; --tw-numeric-spacing: ; --tw-numeric-fraction: ; --tw-ring-inset: ; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-color: rgb(59 130 246 / 0.5); --tw-ring-offset-shadow: 0 0 #0000; --tw-ring-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow-colored: 0 0 #0000; --tw-blur: ; --tw-brightness: ; --tw-contrast: ; --tw-grayscale: ; --tw-hue-rotate: ; --tw-invert: ; --tw-saturate: ; --tw-sepia: ; --tw-drop-shadow: ; --tw-backdrop-blur: ; --tw-backdrop-brightness: ; --tw-backdrop-contrast: ; --tw-backdrop-grayscale: ; --tw-backdrop-hue-rotate: ; --tw-backdrop-invert: ; --tw-backdrop-opacity: ; --tw-backdrop-saturate: ; --tw-backdrop-sepia: ; --tw-contain-size: ; --tw-contain-layout: ; --tw-contain-paint: ; --tw-contain-style: ; text-align: justify; font-size: 12pt;"><span style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; --tw-rotate: 0; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-pan-x: ; --tw-pan-y: ; --tw-pinch-zoom: ; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-gradient-from-position: ; --tw-gradient-via-position: ; --tw-gradient-to-position: ; --tw-ordinal: ; --tw-slashed-zero: ; --tw-numeric-figure: ; --tw-numeric-spacing: ; --tw-numeric-fraction: ; --tw-ring-inset: ; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-color: rgb(59 130 246 / 0.5); --tw-ring-offset-shadow: 0 0 #0000; --tw-ring-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow-colored: 0 0 #0000; --tw-blur: ; --tw-brightness: ; --tw-contrast: ; --tw-grayscale: ; --tw-hue-rotate: ; --tw-invert: ; --tw-saturate: ; --tw-sepia: ; --tw-drop-shadow: ; --tw-backdrop-blur: ; --tw-backdrop-brightness: ; --tw-backdrop-contrast: ; --tw-backdrop-grayscale: ; --tw-backdrop-hue-rotate: ; --tw-backdrop-invert: ; --tw-backdrop-opacity: ; --tw-backdrop-saturate: ; --tw-backdrop-sepia: ; --tw-contain-size: ; --tw-contain-layout: ; --tw-contain-paint: ; --tw-contain-style: ; font-size: 12pt;">Pada bulan ke-0 hingga 3 bulan sekitar 750-1000 gram per bulan, atau sekitar 30 gram per hari</li><li style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; --tw-rotate: 0; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-pan-x: ; --tw-pan-y: ; --tw-pinch-zoom: ; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-gradient-from-position: ; --tw-gradient-via-position: ; --tw-gradient-to-position: ; --tw-ordinal: ; --tw-slashed-zero: ; --tw-numeric-figure: ; --tw-numeric-spacing: ; --tw-numeric-fraction: ; --tw-ring-inset: ; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-color: rgb(59 130 246 / 0.5); --tw-ring-offset-shadow: 0 0 #0000; --tw-ring-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow-colored: 0 0 #0000; --tw-blur: ; --tw-brightness: ; --tw-contrast: ; --tw-grayscale: ; --tw-hue-rotate: ; --tw-invert: ; --tw-saturate: ; --tw-sepia: ; --tw-drop-shadow: ; --tw-backdrop-blur: ; --tw-backdrop-brightness: ; --tw-backdrop-contrast: ; --tw-backdrop-grayscale: ; --tw-backdrop-hue-rotate: ; --tw-backdrop-invert: ; --tw-backdrop-opacity: ; --tw-backdrop-saturate: ; --tw-backdrop-sepia: ; --tw-contain-size: ; --tw-contain-layout: ; --tw-contain-paint: ; --tw-contain-style: ; text-align: justify; font-size: 12pt;"><span style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; --tw-rotate: 0; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-pan-x: ; --tw-pan-y: ; --tw-pinch-zoom: ; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-gradient-from-position: ; --tw-gradient-via-position: ; --tw-gradient-to-position: ; --tw-ordinal: ; --tw-slashed-zero: ; --tw-numeric-figure: ; --tw-numeric-spacing: ; --tw-numeric-fraction: ; --tw-ring-inset: ; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-color: rgb(59 130 246 / 0.5); --tw-ring-offset-shadow: 0 0 #0000; --tw-ring-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow-colored: 0 0 #0000; --tw-blur: ; --tw-brightness: ; --tw-contrast: ; --tw-grayscale: ; --tw-hue-rotate: ; --tw-invert: ; --tw-saturate: ; --tw-sepia: ; --tw-drop-shadow: ; --tw-backdrop-blur: ; --tw-backdrop-brightness: ; --tw-backdrop-contrast: ; --tw-backdrop-grayscale: ; --tw-backdrop-hue-rotate: ; --tw-backdrop-invert: ; --tw-backdrop-opacity: ; --tw-backdrop-saturate: ; --tw-backdrop-sepia: ; --tw-contain-size: ; --tw-contain-layout: ; --tw-contain-paint: ; --tw-contain-style: ; font-size: 12pt;">Pada usia 3-6 bulan, kenaikannya sebesar 600 gram per bulan, atau sekitar 20 gram per hari</li></ul>Perlu diingat MomDad, peningkatan berat badan bayi tidak harus besar setiap bulannya. Peningkatan kecil tapi konsisten itu masih normal, kok. Tapi, kalau berat badan bayi justru stagnan atau malah menurun, itu bisa jadi sinyal ada yang perlu diperiksa lebih lanjut. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter kalau ada kekhawatiran mengenai berat badan si Kecil, ya!