Zat besi sangat dibutuhkan untuk berbagai fungsi tubuh, salah satunya sebagai bahan penting pada pembuatan sel darah merah. Kekurangan zat besi dalam tubuh akan menyebabkan anemia. Bagi yang belum tahu, anemia ada beberapa jenis, salah satunya anemia defisiensi besi (ADB), yakni kurangnya zat besi pada tubuh. Lantas, apa dampaknya jika ADB terjadi pada anak? Yuk, kita bahas bersama!ADB pada anak<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667614930542-482ae90e.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="cerelac sub judul_1.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Menurut Literatur dari Nestlé, 1 dari 2 anak di Indonesia terkena anemia, yang mayoritas disebabkan karena defisiensi besi. ADB memengaruhi banyak hal, salah satunya kecerdasan anak. Sel darah merah berfungsi mengantarkan oksigen ke seluruh organ tubuh termasuk otak sehingga penderita anemia relatif kurang terpenuhi oksigennya. <a class="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/anemia-defisiensi-besi-pada-bayi-dan-anak" title="https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/anemia-defisiensi-besi-pada-bayi-dan-anak" target="_blank">Zat besi juga sangat berperan penting dalam mempengaruhi fungsi kognitif, tingkah laku dan pertumbuhan seorang bayi</a>.Perlu diketahui, bayi dan anak merupakan golongan yang rentan mengalami ADB karena berbagai hal, di antaranya akibat kebutuhan tubuh akan zat besi yang meningkat seiring dengan percepatan pertumbuhan badan dan asupan zat besi dari makanan tidak cukup.Dampak kurang zat besi pada fungsi kognitifSaat berusia kurang dari 6 bulan, si Kecil masih memiliki cadangan zat besi yang cukup dari masa trimester terakhir kehamilan, serta ASI. Namun, ketika sudah berusia 6 bulan ke atas, si Kecil tumbuh begitu cepat sehingga berisiko kekurangan zat besi.Apabila bayi mengalami anemia defisiensi, maka dapat berdampak pada kegiatan fisik, seperti lari, melompat, atau melukis, serta skala perkembangan mental.Cara mencegah ADB<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667614924271-edd8d9a5.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="cerelac sub judul_2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Cara sederhana mencegah ADB adalah dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan zat besi. Lalu, usahakan si Kecil mendapatkan ASI eksklusif. Psst, pemberian tambahan zat besi juga dianjurkan sejak bayi sampai usia remaja, guna mencegah anemia, lho. Sementara itu, studi yang dikembangkan oleh Nestlé menganjurkan untuk menggunakan MPASI fortifikasi 1 - 2 kali per-hari untuk bantu penuhi kebutuhan zat besi harian si Kecil.Zat besi dapat ditemukan dari makanan hewani, melalui hati ayam, daging merah seperti daging sapi, daging bebek, daging kambing, ikan kakap, ikan mujahir, dan kuning telur. Sementara pada sumber nabati, zat besi bisa MomDad dapatkan dari jagung, sayuran berdaun hijau seperti selada air, kangkung, brokoli, bayam hijau, buncis, dan kacang-kacangan. Oh iya, dibandingkan protein nabati, zat besi pada protein hewani ternyata lebih mudah diserap oleh tubuh, lho. Tak ketinggalan, dalam proses pengolahan bahan makanan, sangat perlu diperhatikan pengolahan yang baik dan benar, sehingga kandungan zat besi di dalamnya tidak berkurang.<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667614950989-8a2ff85f.png" class="e-rte-image e-imginline" alt="[CERELAC]_-_IGF_KV_Emotional_Beef.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Sebagai opsi tambahan yang praktis, MomDad juga dapat memenuhi kebutuhan zat besi si Kecil dengan memberikannya Nestlé CERELAC Homestyle Tim Daging Sayur yang merupakan bubur MPASI bergizi yang terinspirasi dari masakan Mom dan cocok untuk si Kecil yang sedang belajar mengunyah. Mampu melengkapi momen naik tekstur si Kecil, Nestlé CERELAC Homestyle Tim Daging Sayur memiliki zat besi sebanyak 4 mg/sajian. MPASI fortifikasi ini juga mengandung protein, 10 vitamin dan 5 mineral, serta omega 3 dan 6 yang memiliki tekstur pas untuk usia 8 bulan ke atas. Jika tertarik, MomDad bisa menemukan produk dengan rasa gurih dan nikmat ini di minimarket, supermarket, dan e-commerce.Disclaimer:BACA LABEL SEBELUM MEMBELIBACA PERINGATAN PADA LABELReferensi:<ul><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.mdpi.com/1660-4601/19/9/5416," title="https://www.mdpi.com/1660-4601/19/9/5416,">https://www.mdpi.com/1660-4601/19/9/5416, </a>this study is supported by Nestlé</li><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.researchgate.net/publication/312260038_Gangguan_Kognitif_pada_Anemia_Defisiensi_Besi" title="https://www.researchgate.net/publication/312260038_Gangguan_Kognitif_pada_Anemia_Defisiensi_Besi">https://www.researchgate.net/publication/312260038_Gangguan_Kognitif_pada_Anemia_Defisiensi_Besi </a></li><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/pastikan-bayi-anda-cukup-zat-besi" title="https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/pastikan-bayi-anda-cukup-zat-besi">https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/pastikan-bayi-anda-cukup-zat-besi</a></li></ul>Sumber foto: FreepikArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Pentingnya Penuhi Zat Besi di Masa MPASI si Kecil

pentingnya-penuhi-zat-besi-di-masa-mpasi-si-kecil

Bagi Mom yang sedang dalam fase menyusui, tentu ingin memberikan yang terbaik bagi si Kecil. Berbagai cara dilakukan agar ASI melimpah untuk melengkapi kebutuhan bayi. Namun, ada kalanya bayi tiba-tiba mogok menyusu.Kondisi bayi yang mogok menyusu atau nursing strike itu terkadang membuat Mom kebingungan. Si Kecil yang biasanya sebentar-bentar minta ASI, kok tiba-tiba enggak mau menyusu? Nah, untuk menghadapi kondisi ini, yuk lihat beberapa cara berikut ini!Alasan bayi mogok menyusu<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667559415375-614682d0.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1356026401-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Ada beberapa alasan yang membuat bayi tiba-tiba mogok menyusu. Bisa karena bayi yang merasa tidak nyaman karena tumbuh gigi, sakit tenggorokan, atau ada infeksi di dalam mulutnya.&nbsp;Suplai ASI yang kurang atau menetes dengan lambat juga bisa menjadi alasan bayi mogok menyusu karena merasa kurang kenyang. Gangguan jadwal menyusui yang tidak rutin juga bisa membuat bayi bingung dan mogok menyusu..Selain itu, alasan lain juga bisa berasal dari Mom sendiri, misalnya aroma Mom yang berbeda. Bisa karena mengganti parfum, deodoran, atau sabun yang tidak dikenal oleh si Kecil. Hal ini membuatnya kebingungan dan menolak ASI.&nbsp;Cara mengatasi bayi mogok menyusu<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667559407880-609b888c.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1373215297-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> <ul><li style="text-align: justify;">Saat bayi menolak menyusu, Mom memang akan kebingungan. Namun, pastikan bahwa Mom tidak panik dan tetap berusaha menyusuinya. Jika masih gagal, Mom bisa memompa dan menyimpan ASI terlebih dahulu agar ASI tidak menumpuk berlebih. Beberapa cara berikut juga bisa Mom lakukan untuk mengatasi aksi mogok menyusu.</li><li style="text-align: justify;">Usahakan agar Mom tidak stres karena bayi umumnya dapat merasakan mood Mom yang stres yang akan&nbsp; memengaruhi mood bayi.</li><li style="text-align: justify;">Lakukan kontak skin to skin selama mungkin, dan ajaklah bayi berinteraksi dengan lebih akrab, misalnya dengan berbaring bersama bayi, ibu tidak menggunakan busana apapun agar bayi diberi kebebasan meraih dan menyusu dari payudara ibu secara langsung sesuai keinginan dia sendiri.</li><li style="text-align: justify;">Hindari memaksa bayi.</li><li style="text-align: justify;">Susui bayi saat ia mengantuk, misalnya saat ia baru bangun atau saat menjelang waktu tidurnya. Umumnya saat mengantuk, bayi akan lebih mengandalkan insting atau naluri primitifnya. Nah, karena menyusu adalah hal yang naluriah (untuk bertahan hidup), maka biasanya bayi akan lebih kooperatif pada saat mengantuk .&nbsp;</li><li style="text-align: justify;">Ubah atau coba berbagai posisi menyusui.</li><li style="text-align: justify;">Menyusui sembari digendong, misalnya menggunakan sling atau baby carrier.</li><li style="text-align: justify;">Menyusu di tempat yang gelap dan tenang tanpa distraksi.</li><li style="text-align: justify;">Menstimulasi refleks let down sebelum bayi menyusu agar bayi mendapatkan immediate reward saat ia menyusu.</li><li style="text-align: justify;">Mandi bersama bayi untuk meningkatkan bonding serta skin to skin tanpa paksaan menyusu.</li></ul>Nah, itu dia beberapa hal yang bisa Mom lakukan saat si Kecil tiba-tiba mogok menyusu. Satu hal yang pasti, jangan menyerah untuk memberikan ASI eksklusif pada si Kecil ya.&nbsp; MomDad mau share informasi atau pertanyaan seputar MPASI dan Laktasi bersama orang tua lainnya? Yuk, ceritakan pengalaman MomDad di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/MPASI-dan-Laktasi" title="https://primaku.page.link/MPASI-dan-Laktasi" target="_blank">Forum MPASI &amp; Laktasi</a>! Selain itu, MomDad juga bisa bertanya seputar kesehatan si Kecil dan akan dijawab langsung oleh ahli, lho.Sumber foto: iStockArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Si Kecil Mogok Menyusu? Coba Atasi dengan Cara Ini, Mom!

si-kecil-mogok-menyusu--coba-atasi-dengan-cara-ini--mom-

Sebagian orang tua mungkin sudah familier dengan BPA free. Well, BPA free memang banyak ditemukan pada peralatan si Kecil, mulai dari peralatan makan, dot, mainan, hingga pada kemasan makanan atau minumannya. Ngomongin soal BPA free, sebenarnya MomDad sudah pada tahu belum, apa itu BPA free? Untuk mengetahuinya secara lebih lanjut, yuk, scroll ke bawah!Pengertian BPA Free<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667536809295-5a299bc8.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BPA_image artikel 1A.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> BPA merupakan singkatan dari bisphenol A, yaitu senyawa kimia yang digunakan dalam pembuatan plastik polikarbonat (PC), resin epoksi, dan bahan polimer lainnya, serta untuk produk kertas tertentu. Selain itu, BPA juga digunakan dalam sejumlah aplikasi yang tidak berhubungan dengan makanan, termasuk cat berbasis resin epoksi, peralatan medis, sealant gigi, pelapis permukaan, tinta cetak, dan penghambat api.BPA umumnya ditemukan dalam kemasan plastik atau kaleng. Fungsinya untuk memperkuat daya tahan kemasan sehingga dapat digunakan ulang. Namun, komposisi BPA dalam wadah atau kaleng umumnya sangat kecil. Bagaimana dengan produk berbahan plastik polikarbonat BPA free? Sesuai namanya, penambahan kata “free” menandakan bahwa produk tersebut tidak menggunakan senyawa organik bisphenol A dalam pembuatannya.Untuk BPA pada kemasan, kita harus mengetahui apakah kemasan tersebut memang dibuat menggunakan BPA atau tidak. Misalnya seperti kemasan air minum PET ( polyethylene terephthalate) BPA FREE, itu menjadi tidak penting lagi. Sebab, bahan dasar PET tidak menggunakan BPA. Sama halnya dengan keterangan ‘Low Cholesterol’, ‘No Cholesterol’, atau ‘Cholesterol-free’ pada produk makanan seperti minyak atau margarin, tidak sepenuhnya benar. Semua minyak nabati sejatinya tidak mengandung kolesterol.Apakah BPA Berdampak pada tubuh?<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667536842895-0bcbefa7.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BPA_image artikel 1B.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Sebagian masyarakat percaya bahwa BPA membawa dampak buruk bagi kesehatan, seperti menimbulkan gangguan endokrin (gangguan kesuburan), gangguan kehamilan, gangguan ginjal, jantung, dan tumor. Namun, MomDad perlu tahu nih, <a class="e-rte-anchor" href="https://www.efsa.europa.eu/sites/default/files/corporate_publications/files/factsheetbpa150121.pdf" title="https://www.efsa.europa.eu/sites/default/files/corporate_publications/files/factsheetbpa150121.pdf" target="_blank">risiko-risiko tersebut dapat terjadi apabila kita terpapar BPA secara berlebihan</a>.Untuk menimbulkan gangguan metabolisme dan endokrin, dibutuhkan kadar yang sangat besar dalam satu waktu bersamaan. Jadi, <a class="e-rte-anchor" href="https://www.efsa.europa.eu/sites/default/files/corporate_publications/files/factsheetbpa150121.pdf" title="https://www.efsa.europa.eu/sites/default/files/corporate_publications/files/factsheetbpa150121.pdf" target="_blank">penggunaan bahan kimia dalam keseharian, tidak lantas menyebabkan gangguan endokrin</a>.Selain itu, <a class="e-rte-anchor" href="https://www.factsaboutbpa.org/safety-assessments/fda-clarity-study/" title="https://www.factsaboutbpa.org/safety-assessments/fda-clarity-study/" target="_blank">BPA dapat hilang dari tubuh</a> melalui urin dalam waktu 1x24 jam, bahkan ketika paparan lebih tinggi dari rata-rata.Nah, itulah penjelasan mengenai arti label BPA free. Jika ingin mendapatkan informasi lain seputar kesehatan dan tumbuh kembang anak, jangan lupa follow PrimaKu di <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">Instagram</a> dan <a class="e-rte-anchor" href="https://www.tiktok.com/@official.primaku" title="https://www.tiktok.com/@official.primaku" target="_blank">TikTok</a>, ya.Sumber foto: iStockReferensi:<ul><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://ticmall.sgs.com/blogs-hl-what-does-bpa-free-really-mean" title="https://ticmall.sgs.com/blogs-hl-what-does-bpa-free-really-mean">https://ticmall.sgs.com/blogs-hl-what-does-bpa-free-really-mean </a></li><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6028937/" title="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6028937/">https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6028937/ </a></li><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.efsa.europa.eu/sites/default/files/corporate_publications/files/factsheetbpa150121.pdf" title="https://www.efsa.europa.eu/sites/default/files/corporate_publications/files/factsheetbpa150121.pdf">https://www.efsa.europa.eu/sites/default/files/corporate_publications/files/factsheetbpa150121.pdf </a></li></ul>Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD

BPA Free pada Kemasan Plastik, Apa sih Artinya?

bpa-free-pada-kemasan-plastik--apa-sih-artinya-

Bayi yang menggunakan popok sepanjang waktu, sering kali mengalami ruam popok atau diaper rash. Ruam popok terjadi karena kulit terus menerus bergesekan dengan popok yang basah karena menampung urine bayi. Umumnya, bayi mengalami ruam di sekitar bokong, paha, atau lipatan paha.&nbsp;Kondisi ini kerap terjadi meskipun MomDad sudah membersihkan bokong dan mengganti popok secara teratur. Salah satu cara yang bisa mengatasi hal ini adalah dengan menggunakan krim anti ruam popok. Namun, MomDad perlu jeli memilihkan krim tersebut agar tetap efektif mengatasi masalah kulit ini. Yuk, simak beberapa tipsnya!Perhatikan kandungan<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667535321192-8a1c8d98.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1058226224-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Krim anti ruam popok biasanya diberikan saat bayi sudah mengalami masalah kulit tersebut. Padahal, Mom dianjurkan untuk mengoleskan krim tersebut setiap ganti popok, lho. Nah, untuk memilih krim yang tepat MomDad perlu memilih mana yang efektif melindungi kulit bayi.&nbsp;Terdapat dua jenis krim ruam, yaitu produk berbasis petroleum dan produk berbasis zink. Krim berbasis petroleum cukup untuk mengatasi ruam ringan, namun bila ruam cenderung berat, lebih baik gunakan krim berbasis zink oksida.Hindari penggunaan produk yang mengandung kamfer, fenol, baking soda, salisilat atau difenhidramin karena dapat bersifat toksik bagi bayi. Produk dengan pewangi juga tidak direkomendasikan karena dapat menyebabkan iritasi.MomDad juga bisa memilih krim yang mengandung antibakteri agar bisa melindungi kulit bayi dari gesekan popok, kotoran, dan bakteri. Nah, akan lebih baik juga jika MomDad memilih produk yang berasal dari bahan-bahan alami.&nbsp;&nbsp;Cara pengaplikasian yang tepat<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667535334375-3c198925.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1301315402-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Di negara tropis yang lembap, penggunaan popok yang menampung urine memang tidak selalu dianjurkan digunakan secara rutin, karena banyak bayi yang kulitnya sangat rentan terhadap kelembapan, sehingga sangat mudah mengalami ruam popok. Namun, apabila si Kecil mengalami ruam popok,&nbsp;MomDad bisa mengoleskan krim setiap kali mengganti popok. Krim ini berfungsi sebagai pelindung yang melapisi kulit dari gesekan popok. Nah, berikut beberapa cara pengaplikasian yang tepat:<ul><li style="text-align: justify;">Bersihkan area bokong dengan sabun yang tidak mengandung pewangi</li><li style="text-align: justify;">Keringkan kulit hingga benar-benar kering</li><li style="text-align: justify;">Oleskan krim tipis-tipis namun meliputi seluruh area yang mengalami ruam</li><li style="text-align: justify;">Sering-seringlah mengganti popok bayi</li><li style="text-align: justify;">Tidak perlu membersihkan krim sebelum mengganti popok</li><li style="text-align: justify;">Tunggulah 1-2 menit sampai area ruam benar-benar kering sebelum memakaikan popok kembali</li><li style="text-align: justify;">Krim ruam popok bisa digunakan 2-3 kali per hari atau setiap bayi digantikan popok. Pastikan kulit bayi benar-benar kering sebelum mengoleskan krim dan memakaikan popok kembali, sebab daerah lembab memicu pertumbuhan bakteri.</li></ul>Nah, itu dia beberapa cara memilih krim ruam popok dan cara pengaplikasiannya. Sesekali, MomDad boleh lho membiarkan si Kecil tidak menggunakan popok agar kulitnya bisa bebas ‘bernapas’.Apabila punya pertanyaan atau rekomendasi seputar krim untuk ruam popok, MomDad bisa&nbsp;share&nbsp;ke orang tua lainnya di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/produk-rekomendasi" title="https://primaku.page.link/produk-rekomendasi" target="_blank">Forum Produk Rekomendasi</a>.&nbsp;Selain itu, MomDad juga bisa bertanya seputar kesehatan si Kecil dan akan dijawab langsung oleh ahli, lho!Sumber foto: iStockArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Si Kecil Alami Ruam Popok? Ini Tips Memilih Krim yang Tepat!

si-kecil-alami-ruam-popok--ini-tips-memilih-krim-yang-tepat-

TB atau tuberkulosis tak hanya diderita oleh orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Bahkan, saat ini ada lebih dari 500 ribu kasus TB pada anak di seluruh dunia. Di artikel sebelumnya, PrimaKu sudah membahas mengenai penyebab TB pada anak dan beberapa gejalanya. Karena itu, kali ini PrimaKu akan membahas mengenai kapan MomDad harus curiga anak terkena TB dan bagaimana pencegahannya.Kapan harus curiga anak terkena TB?<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667456526977-e4a0c28b.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="boy-with-mask-posing-white-background.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Seperti yang sudah disebutkan pada artikel sebelumnya, ada beberapa gejala TB pada anak yang perlu diwaspadai. Namun, gejala-gejala tersebut sangat tidak spesifik. Meskipun begitu, MomDad tetap arus curiga jika terhadap kemungkinan anak terkena TB. Karena itu, MomDad harus membawa anak ke dokter untuk dilakukan evaluasi TB, jika ditemukan beberapa gejala seperti berikut:<ul><li style="text-align: justify;">Ada anggota keluarga atau orang serumah yang menderita TB aktif (sakit TB) baik sudah atau sedang berobat ataupun belum diobati.</li><li style="text-align: justify;">Bergejala (<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/TG86" title="https://primaku.page.link/TG86" target="_blank">lihat artikel sebelumnya</a>) dan terutama tinggal di pemukiman padat penduduk, walaupun tidak ada kontak TB yang jelas pada keluarga inti.</li><li style="text-align: justify;">Memiliki keluhan demam dan batuk tidak kunjung sembuh meskipun anak sudah dibawa berobat berkali-kali, serta sudah diberikan terapi standar.</li><li style="text-align: justify;">Memiliki anggota keluarga yang terdiagnosis HIV (human immunodeficiency virus), baik ayah maupun ibu.</li></ul>Untuk mengetahui apakah anak benar terkena TB atau tidak, berikut beberapa pemeriksaan yang perlu dijalani:<ul><li style="text-align: justify;">Mantoux test</li><li style="text-align: justify;">Rontgen dada</li><li style="text-align: justify;">IGRA (interferon gamma release assay)</li></ul>Catatan: yang perlu diingat oleh orang tua adalah gejala TB pada anak seringkali tidak khas, dan dokter dapat meminta beberapa pemeriksaan tambahan untuk menegakkan diagnosis TBC.Pengobatan bergantung pada organ yang terkena, maka rejimen pengobatan TB pada anak berbeda-beda. Jika yang terkena adalah paru-paru, maka obat anti tuberkulosis (OAT) akan diberikan kepada anak selama total 6 bulan. Penting diingat bahwa OAT harus diminum terus menerus selama 6 bulan, untuk mencegah terjadinya resistensi OAT (kuman kebal terhadap obat).Upaya pencegahan<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667456592576-b680e117.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1367828305-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Pengobatan TB memang membutuhkan waktu yang panjang. Karena itu, lebih baik mencegah daripada mengobati. Ada beberapa cara yang bisa MomDad lakukan sejak dini, salah satunya menerapkan pola hidup bersih dan sehat di lingkungan rumah. Ajarkan juga anak untuk selalu:<ul><li style="text-align: justify;">Mencuci tangan sesering mungkin</li><li style="text-align: justify;">Menutup hidup dan mulut saat batuk atau bersin menggunakan tisu atau bagian dalam siku</li><li style="text-align: justify;">Menggunakan peralatan makan atau minum dan benda-benda pribadi yang berbeda antar anggota keluarga</li><li style="text-align: justify;">Jangan lupa juga untuk selalu membuka jendela rumah atau kamar untuk memastikan sirkulasi dan ventilasi udara yang baik.</li></ul>Yuk, terapkan tips di atas agar si Kecil senantiasa terhindar dari segala penyakit, termasuk tuberkulosis!MomDad punya pertanyaan seputar kondisi si Kecil? Yuk, tanyakan pada ahli di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" title="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Forum Tanya Dokter</a>!&nbsp;Pertanyaan MomDad akan dijawab langsung oleh dokter spesialis anak, lho. Sumber foto: iStockArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Langkah Sederhana untuk Cegah Tuberkulosis pada Anak 

langkah-sederhana-untuk-cegah-tuberkulosis-pada-anak-

Di artikel sebelumnya, kita sudah membahas seputar neophobia, fase perkembangan normal seorang anak yang memiliki gejala menolak makanan baru.&nbsp;neophobia&nbsp;umumnya mulai terjadi pada usia 1-3 tahun, dan mencapai puncaknya pada usia 2-6 tahun. Perilaku ini seharusnya menurun seiring bertambahnya usia dan kemudian hilang saat anak bertumbuh dewasa.&nbsp;Neofobia dapat menjadi penolakan berkepanjangan dan konsisten terhadap makanan tertentu yang menimbulkan masalah makan berupa&nbsp;food preference.&nbsp;Nah, sebagai orang tua, MomDad perlu tahu nih langkah pencegahan agar si Kecil tidak mengalami&nbsp;neophobia. Yuk, ikuti tips di bawah!Cara mencegah neophobia<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667454120120-94d811a8.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1279514302-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="max-width: 1062px; min-width: 0px; min-height: 0px;">Baca Juga:&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/vh4r" title="https://primaku.page.link/vh4r" target="_blank">Si Kecil Takut Coba Makanan Baru?&nbsp; Waspada Food Neophobia pada Anak!</a>Food neophobia&nbsp;merupakan fase normal perkembangan anak. Faktor yang memengaruhi terjadinya&nbsp;food neophobia&nbsp;dan&nbsp;food preference&nbsp;antara lain paparan makanan pada usia dini, tekanan dalam proses makan, tipe kepribadian,&nbsp;parental feeding styles, dan pengaruh lingkungan.Paparan terhadap rasa sendiri sudah timbul sejak dari kandungan yaitu melalui cairan amnion dan kemudian dilanjutkan dengan ASI, karena rasa makanan yang dimakan ibu juga akan dikenalkan ke bayi yang menyusui.Intervensi perilaku berupa pengenalan makanan baru sejak usia dini merupakan salah satu upaya pencegahan&nbsp;picky eater. Tata laksana&nbsp;picky eater&nbsp;maupun&nbsp;selective eater&nbsp;adalah mengatasi ketidaksukaan terhadap makanan dengan pengenalan sistematik terhadap makanan baru (systematic introduction of new food), menggunakan prinsip berikut:<ul style="margin-bottom: 1rem;"><li style="text-align: justify;">Sajikan makanan dalam porsi kecil.</li><li style="text-align: justify;">Sajikan berbagai makanan yang bervariasi meskipun bukan merupakan makanan yang disukai orang tua.</li><li style="text-align: justify;">Paparkan anak terhadap makanan baru sebanyak 10-15 kali. Penelitian menunjukkan dibutuhkan 10 atau lebih paparan untuk meningkatkan penerimaan terhadap makanan pada anak usia 2 tahun; dan 8-15 kali pada anak usia 4-5 tahun. Pengenalan awal dapat dilakukan dengan menyajikan makanan di piring orang tua.</li><li style="text-align: justify;">Sajikan makanan di meja pada jarak yang terjangkau oleh anak, tanpa menawarkan ke anak. Batita umumnya lebih tertarik mencoba makanan baru bila mereka memegang kendali, namun bila mereka diminta atau disuruh memakan sesuatu, maka umumnya mereka secara spontan akan menolak.</li><li style="text-align: justify;">Berikan contoh makan yang menyenangkan tanpa menawarkan makanan sampai ketakutan anak menghilang dan anak mengekspresikan ketertarikan pada makanan. Semakin banyak orang di sekitar anak yang makan makanan serupa, maka anak akan makin tertarik.</li><li style="text-align: justify;">Jika paparan terhadap makanan menyebabkan anak ingin muntah atau bahkan muntah, hentikan makanan tersebut dan cobalah makanan yang lebih mendekati makanan yang disukai anak.</li><li style="text-align: justify;">Campurlah sedikit makanan baru dengan makanan yang sudah disukai anak dan perlahan-lahan tingkatkan proporsi makanan baru (food chaining).--&gt; contoh apabila anak suka french fries maka MomDad dapat memberikan modifikasi kentang olahan dengan membuat kroket atau perkedel hingga pai ayam. Penelitian menunjukkan food chaining yang dilakukan selama 3 bulan pada anak 1-14 tahun dapat memperbaiki penerimaan makanan anak yang memiliki selektivitas yang ekstrim.</li></ul><div style="text-align: justify;">Nah, itu dia tips yang bisa MomDad lakukan untuk cegah food neophobia pada anak. Selamat mencoba dan semoga berhasil ya, MomDad! MomDad punya pertanyaan seputar kondisi si Kecil? Yuk, tanyakan pada ahli di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" title="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Forum Tanya Dokter</a>!&nbsp;Pertanyaan MomDad akan dijawab langsung oleh dokter spesialis anak, lho. Sumber foto: iStockArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.</div>

Cegah Food Neophobia pada Anak dengan Cara Ini, yuk!

cegah-food-neophobia-pada-anak-dengan-cara-ini--yuk-

Anak menolak makanan baru mungkin hal yang kerap terjadi. Namun, apakah saat MomDad mengenalkan makanan baru anak sering menanggapinya dengan tangisan, amukan, atau teriakan?Jika iya, mungkin saja anak sedang dalam fase perkembangan yang disebut food neophobia. Nah, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai tanda-tanda saat anak mengalami fase ini, yuk simak lebih lanjut!Pengertian neophobia<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667454498111-6a5bdaeb.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-474735668-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Neofobia merupakan fase perkembangan normal seorang anak yang memiliki gejala menolak makanan baru. Fase neofobia sebenarnya merupakan proses mekanisme evolusi survival yang menguntungkan untuk membantu anak menghindari konsumsi substansi beracun saat sang anak sudah memiliki kemampuan mobilitas dan memilih makanannya sendiri tanpa pengawasan orangtua.Neofobia umumnya mulai terjadi pada usia 1-3 tahun, dan mencapai puncaknya pada usia 2-6 tahun. Perilaku ini seharusnya menurun seiring bertambahnya usia dan kemudian hilang saat anak bertumbuh dewasa.&nbsp; &nbsp; &nbsp;Kapan harus waspada?<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667454588567-2003e582.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1367067436-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Baca Juga:&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/7oJe" title="https://primaku.page.link/7oJe" target="_blank">Cegah Food Neophobia pada Anak dengan Cara Ini, yuk!</a>Neofobia dapat menjadi penolakan berkepanjangan dan konsisten terhadap makanan tertentu yang menimbulkan masalah makan berupa food preference.Food preference ini memiliki spektrum mulai dari picky eater sampai selective eater. Picky eater didefinisikan sebagai anak yang menolak makanan tertentu atau pilih-pilih makan, Namun, masih mengonsumsi minimal satu macam dari setiap kelompok makanan, yaitu karbohidrat, protein, sayur atau buah, dan susu.Sementara&nbsp;selective eater adalah anak yang menolak semua jenis makanan dalam kelompok makanan tertentu, misalnya menolak semua makanan sumber protein.Anak dengan picky eater juga umumnya menolak mengonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup, dan menolak rasa atau tekstur makanan tertentu. Picky eater dapat merupakan fase normal perkembangan anak, namun selective eater merupakan kondisi patologis.&nbsp;Anak selective eater berisiko mengalami malnutrisi karena hilangnya nutrisi atau asupan dari salah satu golongan makanan tertentu, baik itu makronutriennya dan mikronutriennya. Selective eater merupakan kondisi yang sering terjadi pada gangguan perilaku seperti autistic spectrum disorder, post traumatic feeding disorder, gangguan menelan, keterlambatan oromotor, dan kelainan saluran cerna.Itu dia beberapa hal mengenai food neophobia yang perlu MomDad ketahui. Jika anak memiliki kecenderungan di atas, bisa langsung konsultasikan dengan dokter, ya. Semoga informasi di atas bermanfaat dan membantu MomDad yang anaknya sedang dalam fase ini.MomDad punya pertanyaan seputar kondisi si Kecil? Yuk, tanyakan pada ahli di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" title="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Forum Tanya Dokter</a>!&nbsp;Pertanyaan MomDad akan dijawab langsung oleh dokter spesialis anak, lho. Sumber foto: iStockArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Si Kecil Takut Coba Makanan Baru?  Waspada Food Neophobia pada Anak!

si-kecil-takut-coba-makanan-baru---waspada-food-neophobia-pada-anak-

<table class="e-rte-table" style="width: 1076.01px; min-width: 0px;"><tbody><tr style="height: 28px;"><td class="" style="vertical-align: top; width: 204.988px;">Kategori </td><td class="" style="vertical-align: top; width: 870.023px;">Makanan utama</td></tr><tr style="height: 25px;"><td class="" style="vertical-align: top; width: 204.988px;">Waktu memasak</td><td class="" style="vertical-align: top; width: 870.023px;">30 - 60 menit</td></tr><tr><td class="" style="vertical-align: top; width: 204.988px;">Usia </td><td style="vertical-align: top; width: 870.023px;" class="">9-11 bulan</td></tr><tr style="height: 24px;"><td class="" style="vertical-align: top; width: 204.988px;">Porsi</td><td class="" style="vertical-align: top; width: 870.023px;">3 porsi</td></tr><tr style="height: 53px;"><td class="" style="vertical-align: top; width: 204.988px;">Fun facts</td><td style="vertical-align: top; width: 870.023px;" class="">Tenggiri kaya akan omega 3 yang merupakan sumber DHA, vitamin D, vitamin B12, selenium. </td></tr><tr><td class="" style="vertical-align: top; width: 204.988px;">﻿﻿Kandungan per porsi</td><td style="vertical-align: top; width: 870.023px;" class="">107,6 kkal energi6,6 gram karbohidrat6,4 gram lemak5,6 gram protein0,5 mg zat besi0,3 mg seng</td></tr></tbody></table>Bahan:<ul><li>2 sdm beras putih</li><li style="font-size: 12pt;">60 g ikan tenggiri</li><li style="font-size: 12pt;">20 g tahu putih</li><li style="font-size: 12pt;">15 g tomat</li><li style="font-size: 12pt;">1 siung bawang merah</li><li style="font-size: 12pt;">1 siung bawang putih</li><li style="font-size: 12pt;">1 lembar daun salam</li><li style="font-size: 12pt;">Kunyit secukupnya</li><li style="font-size: 12pt;">Jahe secukupnya (optional)</li><li style="font-size: 12pt;">Daun sereh secukupnya</li><li style="font-size: 12pt;">Daun kemangi secukupnya</li><li style="font-size: 12pt;">100 ml minyak kanola</li><li style="font-size: 12pt;">Santan secukupnya</li></ul>Cara membuat:<ul><li>Cuci beras dan masak dengan air matang. Tambahkan santan dan masak dengan api besar. Kecilkan api setelah bubur mendidih. Aduk dan masak hingga menjadi bubur, angkat, diamkan sejenak, dan blender sesuaikan tekstur.</li><li style="font-size: 12pt;">Haluskan bumbu yang telah dicuci. Tumis dengan minyak kanola. Masukkan daun sereh, daun salam, tumis hingga harum.</li><li>Masukkan ikan tenggiri dan masak hingga ikan matang. Tambahkan santan secukupnya.</li><li>Masukkan tomat dan daun kemangi, masak hingga matang lalu angkat dan saring.</li><li>Goreng tahu dengan minyak kanola, angkat lalu saring bersama rica ikan tenggiri. Sajikan.</li></ul><div><div>Referensi:&nbsp;100 Resep &amp; Panduan Lengkap Mpasi Bayi Sehat</div><div>Ilustrasi foto:&nbsp;Shutterstock</div></div>

Pentingnya Penuhi Zat Besi di Masa MPASI si Kecil

Pentingnya Penuhi Zat Besi di Masa MPASI si Kecil

Si Kecil Mogok Menyusu? Coba Atasi dengan Cara Ini, Mom!

Si Kecil Mogok Menyusu? Coba Atasi dengan Cara Ini, Mom!

BPA Free pada Kemasan Plastik, Apa sih Artinya?

BPA Free pada Kemasan Plastik, Apa sih Artinya?

Si Kecil Alami Ruam Popok? Ini Tips Memilih Krim yang Tepat!

Si Kecil Alami Ruam Popok? Ini Tips Memilih Krim yang Tepat!

Langkah Sederhana untuk Cegah Tuberkulosis pada Anak

Langkah Sederhana untuk Cegah Tuberkulosis pada Anak

Cegah Food Neophobia pada Anak dengan Cara Ini, yuk!

Cegah Food Neophobia pada Anak dengan Cara Ini, yuk!

Si Kecil Takut Coba Makanan Baru? Waspada Food Neophobia pada Anak!

Si Kecil Takut Coba Makanan Baru? Waspada Food Neophobia pada Anak!

Tenggiri Rica-Rica

Tenggiri Rica-Rica