Setahun pertama kehidupan bayi menjadi waktu emas baginya. Pada masa ini, bayi sangat membutuhkan nutrisi yang berkualitas. Salah satunya adalah ASI yang menjadi makanan terbaik bagi bayi seusianya.Kalau sebelumnya PrimaKu sempat membahas membahas beberapa pertanyaan mengenai ASI, ini ada beberapa info lagi yang mungkin bisa membantu memahami seputar ASI. Yuk, simak!1. Bagaimana saya tahu ASI saya cukup?<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667277187944-cd2bf954.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-693928748-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Baca Juga:&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/Rgbm" title="https://primaku.page.link/Rgbm" target="_blank">Kumpulan Pertanyaan seputar ASI yang sering Ditanyakan (Part I)</a>Bayi baru lahir belum bisa mengontrol seberapa banyak ASI yang harus ia minum saat menyusu. Untuk itu, ibu juga harus tahu kebutuhan ASI dari ciri-ciri sebagai berikut:<ul><li style="text-align: justify;">Bayi tampak puas setelah menyusu</li><li style="text-align: justify;">Bayi dapat memiliki jeda 2-3 jam sebelum kembali terbangun untuk menyusu</li><li style="text-align: justify;">Di minggu pertama ada BAB 3-4 kali per hari saat produksi ASI mulai bertambah dan dapat meningkat menjadi 6-8 kali per hari di minggu berikutnya.&nbsp;</li><li style="text-align: justify;">BAK bayi per hari dapat mencapai 6-8 kali&nbsp;</li><li style="text-align: justify;">Kenaikan BB bayi sesuai kurva pertumbuhan</li></ul>2. Kenapa, ya kalau saya menyusui langsung sepertinya banyak, tapi pas diperah sedikit?&nbsp;Keluarnya ASIP tidak menggambarkan volume ASI saat menyusu langsung. Hal ini disebabkan karena pengeluaran ASI paling baik adalah yang berasal dari hisapan bayi. Saat memompa banyak, ada faktor lain yang memengaruhi keluarnya ASI, misalnya kondisi fisik dan psikis ibu, kenyamanan ibu, pasca menyusui langsung, ukuran corong yang tidak cocok, atau kekuatan hisapan pompa yang belum sesuai.&nbsp;3. Apakah ASI perah boleh dicampur atau perlu disamakan suhu terlebih dahulu?Boleh, tapi usahakan yang jarak waktunya berdekatan. Tidak wajib menyamakan suhu terlebih dahulu, karena hal itu tergantung toleransi dan penerimaan bayi.&nbsp;4. Saya takut bayi saya bingung puting kalo dikasih ASI perah, gimana ya sebaiknya?Jika bayi yang sudah mampu menyusu dengan cakap sebenarnya dia tidak bingung puting, yang terjadi adalah nipple preference yaitu bayi akan memilih metode yang lebih mudah untuk mendapatkan nutrisinya.&nbsp;5. Sebenarnya, apa media pemberian ASI perah yang paling disarankan?&nbsp;Tergantung, ada beberapa hal yang perlu MomDad lihat seperti berikut ini:EfektivitasJika banyak yang tumpah dan tidak masuk ke perut bayi, maka dapat menghambat kenaikan BB bayi. Jadi, MomDad bisa memperkirakan mana yang lebih efektif sehingga bayi tetap merasa kenyang setelah disusui.Proses normal minum bayi: hisap – telan, sehingga yang dicari adalah yang sefisiologis mungkin.&nbsp;Jadi apapun medianya baik itu menggunakan dot, cup feeder, pipet, atau sendok silahkan dipilih sesuai dengan preferensi keluarga dengan mempertimbangkan kedua hal di atas.&nbsp;6. Apakah ibu bekerja bisa memberi ASI sampai 2 tahun?Tentu saja! Tetap positive thinking dan yakin ASInya cukup. Bangun support system yang baik sejak kehamilan, sampai persalinan dan saat mengASIhi. Bagi ibu bekerja, persiapkan sejak awal agar persediaan ASI perah memadai saat bayi ditinggal bekerja. Ingat tujuan utamanya adalah memberi ASI, baik menyusui langsung maupun ASI perah, yakinkan diri ibu bahwa ibu sudah mengusahakan yang terbaik untuk bayi.Semoga beberapa informasi di atas bisa membantu MomDad dalam memahami mengenai ASI, ya.MomDad mau share informasi atau pertanyaan seputar MPASI dan Laktasi bersama orang tua lainnya? Yuk, ceritakan pengalaman MomDad di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/MPASI-dan-Laktasi" title="https://primaku.page.link/MPASI-dan-Laktasi" target="_blank">Forum MPASI &amp; Laktasi</a>! Selain itu, MomDad juga bisa bertanya seputar kesehatan si Kecil dan akan dijawab langsung oleh ahli, lho.Sumber foto: iStockArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Kumpulan Pertanyaan seputar ASI yang sering Ditanyakan (Part II)

kumpulan-pertanyaan-seputar-asi-yang-sering-ditanyakan--part-ii-

Selain berat badan, kondisi kepala bayi saat lahir juga menjadi hal penting yang dapat menandakan kondisi bayi normal. Namun, apabila kondisi kepala bayi lebih kecil dari ukuran normal, maka dapat dikatakan bayi tersebut mengalami mikrosefali. Lantas, apa sih penyebab mikrosefali? Sebelum membahas lebih lanjut, yuk kita ketahui dulu apa itu mikrosefali! Pengertian mikrosefali<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667215965540-ce4d56aa.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-675896500-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Mikrosefali adalah suatu kondisi dimana bayi memiliki ukuran kepala yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan bayi lain pada usia dan jenis kelamin yang sama. Ukuran atau lingkar kepala merupakan hal penting untuk memantau pertumbuhan otak bayi.Bayi dikatakan mengalami mikrosefali apabila lingkar kepalanya berukuran lebih kecil daripada seharusnya. Hal ini ditunjukkan dengan lingkar kepala yang berada di bawah -2SD pada kurva Nellhaus.Bila lingkar kepala bayi terlalu kecil untuk usia dan jenis kelaminnya, atau tidak tumbuh bertambah besar dengan kecepatan yang sesuai, MomDad harus waspada. Kemungkinan hal ini ada masalah dalam perkembangan otak bayi.Mikrosefali dapat muncul sejak lahir, namun dapat pula muncul di kemudian hari ketika pertumbuhan kepala melambat dibanding usianya.Penyebab mikrosefali<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667216039137-edfd491f.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1034881334-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Baca Juga:&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/n444" title="https://primaku.page.link/n444" target="_blank">Ketahui Perkembangan Lingkar Kepala Normal pada Bayi</a>Mikrosefali disebabkan karena perkembangan otak bayi yang tidak normal. Gangguan ini bisa terjadi ketika bayi masih ada di dalam kandungan atau setelah dilahirkan. Nah, MomDad bisa mengetahui penyebab mikrosefali secara umum dengan mengetahui beberapa tanda berikut ini:<ul><li style="text-align: justify;">Infeksi masa kehamilan, seperti toksoplasma (parasit yang ditemukan pada daging yang tidak matang), rubella, herpes, sifilis, sitomegalovirus, HIV, dan zika.</li><li style="text-align: justify;">Paparan terhadap bahan kimia yang bersifat toksik, seperti merkuri, alkohol, radiasi, atau rokok.</li><li style="text-align: justify;">Adanya masalah pada proses persalinan maupun pada periode neonatal (28 hari pertama kehidupan), seperti trauma atau kondisi kekurangan oksigen pada saat lahir (hipoksemia-iskemia).</li><li style="text-align: justify;">Kelainan genetik, seperti sindrom down</li><li style="text-align: justify;">Kurang gizi yang berat pada masa janin</li></ul>Meskipun demikian, ternyata banyak kasus mikrosefali yang tidak memiliki penyebab yang jelas.Kapan mikrosefali dapat terdeteksi?<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667216142320-7cfbe2be.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-950367804-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Baca Juga:&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/o8Sp" title="https://primaku.page.link/o8Sp" target="_blank">MomDad, Ini lho Pentingnya Pengukuran Lingkar Kepala dan Ubun-Ubun Bayi</a>Secara umum, mikrosefali bisa mulai terdeteksi pada akhir trimester kedua kehamilan atau sekitar usia kehamilan 28 minggu melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG). Pada saat bayi lahir, lingkar kepala juga harus diukur untuk melihat ukuran kepala bayi.IDAI merekomendasikan lingkar kepala diukur setiap bulan pada tahun pertama, setiap 3 bulan pada tahun kedua, dan setiap 6 bulan pada usia 3-5 tahun. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah pertumbuhan lingkar kepala bayi berjalan normal sesuai dengan usia dan jenis kelaminnya atau justru berisiko mikrosefalus.Bayi dengan mikrosefali pada awalnya mungkin tidak menunjukkan gejala apapun. Namun, seiring berjalannya waktu, mikrosefali dapat menyebabkan terjadi epilepsi, palsi serebral, gangguan belajar, masalah penglihatan dan pendengaran. Pada beberapa kasus, anak dengan mikrosefali tidak memiliki masalah lain.Cara mengatasi mikrosefaliMikrosefali merupakan suatu kondisi kelainan yang terjadi seumur hidup. tidak ada terapi khusus untuk mikrosefali. Pengobatan mikrosefali tergantung kepada penyebabnya.&nbsp;Ukuran kepala juga harus dipantau secara berkala agar kita dapat mendeteksi mikrosefali lebih dini untuk memastikan tumbuh kembang anak tetap optimal.Oleh karena itu, jangan lupa untuk ukur kepala bayi MomDad secara berkala ya dan hindari penyebab umum terjadinya mikrosefali.MomDad mau&nbsp;share&nbsp;informasi atau pertanyaan seputar tumbuh kembang bersama orang tua lainnya? Yuk, ceritakan pengalaman MomDad di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/tumbuh-kembang" title="https://primaku.page.link/tumbuh-kembang" target="_blank" style="text-decoration-line: underline; background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Forum Tumbuh Kembang</a>! Selain itu, MomDad juga bisa bertanya seputar kesehatan si Kecil dan akan dijawab langsung oleh ahli, lho. Sumber:<ul><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/microcephaly" title="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/microcephaly">https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/microcephaly </a></li><li style="text-align: justify;">UKK Neurologi IDAI. Pemantauan Ukuran Lingkar Kepala dan Ubun-Ubun Besar</li><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/pentingnya-pengukuran-lingkar-kepala-dan-ubun-ubun-besar" title="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/pentingnya-pengukuran-lingkar-kepala-dan-ubun-ubun-besar">https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/pentingnya-pengukuran-lingkar-kepala-dan-ubun-ubun-besar </a></li></ul>Sumber foto: iStockArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Pantau Perkembangan Lingkar Kepala Bayi untuk Cegah Mikrosefali

pantau-perkembangan-lingkar-kepala-bayi-untuk-cegah-mikrosefali

Bagi Mom yang pertama kali membuat MPASI, tentu membuat was-was, ya. Tidak hanya mengenai menu MPASI yang harus diberikan, tapi juga mengenai tekstur yang tepat seperti apa.&nbsp;Mengenai, melalui banyak yang mengatakan bahwa tekstur MPASI berpengaruh pada nutrisi yang didapatkan si Kecil. MPASI yang terlalu encer bisa membuat nutrisinya hilang. Benar enggak, ya? Nah, untuk mengetahui jawabannya, yuk simak ulasan selengkapnya!Kandungan kalori pada MPASI<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667211023407-5b90b39d.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1136214636-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Tujuan pemberian MPASI adalah mencukupi kebutuhan bayi yang tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI. Pada umumnya hal ini terjadi pada saat bayi menginjak usia 6 bulan. ASI mengandung sekitar 0,7 kKal/ml. Kandungan kalori MPASI lebih bervariasi, tergantung pada jenis MPASI. Pada umumnya mengandung sekitar 0,6-1 Kal per gram. MPASI yang terlalu encer mungkin hanya mengandung sekitar 0,3 kalori per gram.Semakin kental MPASI, semakin kecil volume yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi bayi. Kandungan kalori MPASI seharusnya sekitar 1 kkal per gram. Hal ini hanya dapat dicapai oleh makanan yang cukup kental. Selain kekentalan, jenis sumber makanan yang diolah menjadi MPASI juga memengaruhi jumlah kalori yang dikandungnya. MPASI yang mengandung lebih banyak lemak mempunyai kalori yang lebih tinggi.MPASI dengan tekstur kental<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667210957435-89d917a2.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-638304216-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Mom perlu memberikan MPASI dengan kekentalan yang sesuai, yaitu dapat berada di sendok dan tidak langsung tumpah ketika sendok dituangkan. MPASI yang terlalu encer memerlukan volume yang lebih tinggi untuk mencapai jumlah kalori yang diperlukan. Namun, karena ukuran lambung bayi masih terbatas sehingga jika Mom memberikan MPASI yang terlalu encer, energi yang didapatkan dari MPASI encer tersebut kurang dapat memenuhi defisit energi yang tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI.Namun tentu saja, pilihan jumlah kalori pada MPASI juga dipengaruhi oleh status gizi anak pada saat tersebut. Anak yang sudah relatif terlalu gemuk tentu tidak segera memerlukan MPASI yang padat energi. Kekentalan MPASI dapat dinaikkan bertahap sesuai kemampuan bayi mengolah makanan di dalam mulutnya.Selain memenuhi nutrisi, MPASI juga merupakan kesempatan bayi belajar mengolah tekstur makanan yang lebih kental atau lebih padat dibandingkan ASI/ susu formula. Periode kritis untuk memperkenalkan makan pada bayi adalah pada usia 6-9 bulan. Pada masa itu bayi perlu diperkenalkan kepada berbagai rasa dan tekstur makanan. Keterlambatan pengenalan rasa dan tekstur ini akan berisiko mengakibatkan masalah makan di kemudian hari, seperti misalnya anak hanya mau makan rasa atau tekstur tertentu.Ada suatu penelitian yang menunjukkan bahwa anak yang diperkenalkan makanan bertekstur setengah padat di atas usia 9 bulan ternyata mengkonsumsi lebih sedikit variasi makanan, termasuk buah dan sayuran, pada usia 7 tahun, dibandingkan anak yang diperkenalkan makanan bertekstur setengah padat&nbsp; pada usia 6-9 bulan. Tak hanya itu, masalah makan juga lebih banyak dijumpai pada usia 15 bulan dan 7 tahun pada anak yang diperkenalkan makanan bertekstur setengah padat di atas usia 9 bulan.&nbsp;<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667210854370-443128a8.png" class="e-rte-image e-imginline" alt="kipi 2.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> <img src="https://storage.primaku.com/editor/1667210863915-1cc676fe.png" class="e-rte-image e-imginline" alt="mpasi.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;">Nah, itu dia beberapa hal yang perlu MomDad ketahui mengenai tekstur MPASI yang tepat. Semoga artikel ini membantu, ya, MomDad!MomDad mau share informasi atau pertanyaan seputar MPASI dan Laktasi bersama orang tua lainnya? Yuk, ceritakan pengalaman MomDad di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/MPASI-dan-Laktasi" title="https://primaku.page.link/MPASI-dan-Laktasi" target="_blank">Forum MPASI &amp; Laktasi</a>! Selain itu, MomDad juga bisa bertanya seputar kesehatan si Kecil dan akan dijawab langsung oleh ahli, lho.Sumber foto: iStockArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Ini Akibatnya Jika MPASI Pertama Terlalu Encer!

ini-akibatnya-jika-mpasi-pertama-terlalu-encer-

Membawa anak untuk imunisasi sesuai jadwal sangat direkomendasikan. Imunisasi juga terbukti efektif dan aman untuk membentuk kekebalan tubuh anak terhadap kuman dan virus penyebab penyakit.Namun, tidak bisa dipungkiri beberapa orang tua pasti khawatir reaksi tubuh anak setelah pemberian vaksin. Hal ini biasa disebut dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi atau KIPI. Nah, untuk mengenal lebih banyak mengenai KIPI, yuk simak artikel ini!Apa itu KIPI?<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667209479985-37fb6ee8.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1025414242-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> KIPI merupakan kejadian medis yang tidak diinginkan. KIPI terjadi setelah pemberian imunisasi, dan belum tentu memiliki hubungan kausalitas (hubungan sebab-akibat) dengan vaksin. Untuk mengetahui hubungan antara pemberian imunisasi dengan KIPI diperlukan pelaporan dan pencatatan semua reaksi yang tidak diinginkan yang timbul setelah pemberian imunisasi. Menurut badan kesehatan dunia (WHO) ada 5 jenis KIPI:Reaksi yang terkait produk vaksinKIPI yang diakibatkan atau dicetuskan oleh satu atau lebih komponen yang terkandung di dalam produk vaksin.Reaksi yang terkait cacat mutu vaksinKIPI yang disebabkan atau dicetuskan oleh satu atau lebih cacat mutu produk vaksin, termasuk alat pemberian vaksin yang disediakan oleh produsenReaksi terkait kekeliruan prosedur imunisasi﻿﻿KIPI yang disebabkan oleh cara penanganan vaksin yang tidak memadai, penulisan resep atau prosedur pemberian vaksin yang sebetulnya dapat dihindari.Reaksi kecemasan terkait imunisasiKIPI ini terjadi akibat kecemasan pada waktu pemberian imunisasi.Kejadian koinsidensKIPI ini disebabkan oleh hal-hal di luar produk vaksin, kekeliruan imunisasi atau kecemasan akibat imunisasi.Contoh: demam yang timbul bersamaan dengan pemberian imunisasi, padahal sebenarnya disebabkan oleh penyakit lain. Misalnya, pada saat dibawa ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan imunisasi, bayi tertular selesma dari pengunjung lain yang juga datang ke tempat pelayanan kesehatan tersebut. Kejadian koinsiden mencerminkan keadaan yang pada saat tersebut terjadi di masyarakat.Reaksi vaksinSecara umum reaksi vaksin dapat dibedakan menjadi reaksi ringan dan reaksi berat. Mayoritas reaksi adalah reaksi ringan, seperti demam yang tidak terlalu tinggi, pegal-pegal, gatal, kemerahan, atau pembengkakan ringan pada area penyuntikan (Tabel 1). Kondisi ini bersifat self limiting atau akan menghilang dengan sendirinya dalam beberapa hari, terkadang tidak memerlukan tata laksana khusus.Tabel 1. Reaksi vaksin ringan yang umum dijumpai dan tata laksananya<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667208969806-86d075e2.png" class="e-rte-image e-imginline" alt="kipi.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Keterangan:<ol><li style="text-align: justify;">Reaktogenisitas&nbsp;lokal bervariasi antara satu merk dengan merk lain, tergantung pada strain dan antigen viabel dalam vaksin</li><li style="text-align: justify;">Diare, nyeri kepala dan/atau nyeri otot</li><li style="text-align: justify;">Jika dibandingkan dengan DTwP, vaksin pertusis aseluluar (DTaP) lebih jarang menimbulkan efek samping</li><li style="text-align: justify;">Kejadian reaksi lokal lebih sering dijumpai pada pemberian ulangan</li><li style="text-align: justify;">Dosis parasetamol: dapat mencapai 15mg/kg/dosis setiap 6-8 jam, maksimum 4 kali pemberian dalam 24 jam</li></ol>Sumber: <a classname="e-rte-anchor" href="www.cdc.gov/vaccines/hcp/acip-recs" title="www.cdc.gov/vaccines/hcp/acip-recs">www.cdc.gov/vaccines/hcp/acip-recs </a> Pada sebagian kecil kasus, KIPI dapat berakibat serius. KIPI disebut serius apabila:<ul><li style="text-align: justify;">Berakibat kematian</li><li style="text-align: justify;">Mengancam jiwa</li><li style="text-align: justify;">Memerlukan perawatan di rumah sakit atau perpanjangan masa perawatan di rumah sakit</li><li style="text-align: justify;">Menyebabkan kecacatan atau inkapasitas menetap atau bermakna</li><li style="text-align: justify;">Menyebabkan kelainan kongenital atau cacat lahir (vaksin yang diberikan kepada ibu hamil)</li><li style="text-align: justify;">Memerlukan tindakan intervensi untuk mencegah hendaya (impairment) atau kerusakan menetap</li></ul>Beberapa kasus KIPI serius atau berat yang tercatat pernah terjadi untuk beberapa jenis vaksin dapat dilihat pada Tabel 2.Tabel 2. Reaksi vaksin serius atau berat, onset, dan frekuensi kejadian <img src="https://storage.primaku.com/editor/1667209168368-94e8f0f0.png" class="e-rte-image e-imginline" alt="kipi 2.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;">Keterangan:<ol><li style="text-align: justify;">Reaksi tidak terjadi jika telah kebal (90% pada pasien yang telah menerima dosis kedua); pada anak &gt; 6 tahun jarang mengalami kejang demam</li><li style="text-align: justify;">Risiko VAPP meningkat pada dosis pertama (1 dari 750.000 dibandingkan 1 dari 5,1 juta kejadian untuk dosis berikutnya), pada dewasa dan pasien imunokompromais</li><li style="text-align: justify;">Kejang yang terjadi biasanya kejang demam, risiko terjadinya kejang demam bergantung pada usia, risiko lebih kecil pada bayi &lt; 4 bulan</li></ol>Sumber: <a classname="e-rte-anchor" href="https://in.vaccine-safety-training.org/rates-of-adverse-vaccine-reactions.html" title="https://in.vaccine-safety-training.org/rates-of-adverse-vaccine-reactions.html">https://in.vaccine-safety-training.org/rates-of-adverse-vaccine-reactions.html</a>Salah satu KIPI ringan yang paling sering terjadi adalah demam. Demam adalah suhu tubuh &gt; 380°C pada pengukuran di ketiak, rektal, atau mulut. Pengukuran di telinga maupun di dahi perlu dikonfirmasi dengan salah satu pengukuran di atas. Jika si Kecil mengalami demam setelah diimunisasi, ibu dapat membantu menurunkan demam dengan memberikan ibuprofen. Selain pemberian obat penurun panas tersebut, dapat pula dilakukan kompres hangat di area lipatan tubuh, misalnya di leher, ketiak, dan selangkangan untuk membantu menurunkan demam.Reaksi lain yang sering timbul adalah nyeri atau bengkak di lokasi penyuntikan, terutama bila imunisasi dilakukan di intramuskular, seperti pada imunisasi DTwP (difteri, tetanus, pertusis). Reaksi ini dapat timbul dalam beberapa hari pasca penyuntikan. Mom dapat mengurangi rasa tidak nyaman si Kecil dengan menggunakan kompres atau dengan memberikan parasetamol yang juga dapat berfungsi sebagai anti nyeri.KIPI akibat reaksi alergi yang dapat mengancam nyawa disebut reaksi anafilaksis. Reaksi ini dapat timbul dalam hitungan menit-jam pasca penyuntikan vaksin. Reaksi dimulai dengan timbulnya ruam urtikaria (biduran) seluruh tubuh, pembengkakan bibir (angioedema), gejala saluran cerna seperti nyeri perut/mual/muntah/diare.Namun, dapat juga langsung timbul gejala berat seperti sesak napas atau mengi, dan syok yang ditandai dengan denyut nadi cepat, lemah, hingga hipotensi. Karena reaksi anafilaksis biasanya terjadi cepat, sangat penting untuk tidak segera meninggalkan fasilitas kesehatan setidaknya 30 menit setelah imunisasi, agar dapat dilakukan pemantauan terhadap kemungkinan terjadinya reaksi tersebut. Tata laksana anafilaksis harus dilakukan tenaga kesehatan terlatih dan diperlukan penyuntikan epinefrin intramuskular segera. Anak perlu dipantau untuk melihat apakah gejala sudah perbaikan serta kemungkinan terjadinya reaksi alergi ulang.Nah, itu dia penjelasan mengenai KIPI pada anak. Semoga KIPI yang terjadi pada si Kecil termasuk gejala ringan dan MomDad dapat mengatasinya dengan cara tepat, ya.Yuk, cek jadwal imunisasi si Kecil sesuai anjuran IDAI melalui aplikasi PrimaKu! Tak hanya itu, MomDad juga bisa&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/Imunisasi" title="https://primaku.page.link/Imunisasi" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Booking Vaksin</a>&nbsp;dengan Klinik Partner PrimaKu dan mendapatkan harga spesial, lho.&nbsp; Sumber foto: FreepikArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), Berbahayakah untuk Anak?

kejadian-ikutan-pasca-imunisasi--kipi---berbahayakah-untuk-anak-

Media sosial tidak hanya tempat untuk anak muda saja, tapi juga para orang tua yang ingin mencari ilmu. Salah satunya adalah TikTok yang tidak hanya menyajikan konten-konten menghibur, tapi juga memiliki banyak informasi, terlebih seputar mendidik anak.Beberapa content creator di TikTok menyajikan konten berupa informasi seputar pola asuh yang bisa jadi acuan MomDad. Nah, buat MomDad yang ingin mendapatkan inspirasi dalam mendidik anak, yuk intip akun TikTok berikut ini!<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667108983809-378c9081.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1395042427-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> <a class="e-rte-anchor" href="https://www.tiktok.com/@dailyjour" title="https://www.tiktok.com/@dailyjour" target="_blank">@Halimah</a>Konten seputar parenting dari Halimah ini bisa jadi acuan bagi MomDad yang sedang dalam tahap penyesuaian dalam mendidik anak. Akun ini membahas bagaimana cara menghadapi anak saat sedang marah, bagaimana menjadi orang tua yang tidak toxic, hingga bagaimana orang tua tetap bisa merawat diri sekalipun sambil menjaga anak.Dengan hastag SerunyaBelajar, Halimah mengemas konten parenting dengan bahasa yang mudah dipahami. Tidak hanya itu, Halimah juga aktif untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan orang tua lain yang memiliki masalah dalam mengasuh anak.<a class="e-rte-anchor" href="https://www.tiktok.com/@juniyuliana" title="https://www.tiktok.com/@juniyuliana" target="_blank">@JuniYuliana&nbsp;</a>Bersama sang anak, Austin, akun Juni Yuliana juga membahas mengenai pola asuh anak, Dalam video yang diunggahnya, kebanyakan merupakan obrolan bersama Austin dan bagaimana ia mendidik sang anak.&nbsp;Beberapa video yang viral dalam akun ini membahas mengenai bagaimana cara mendisiplinkan anak tanpa perlu marah, belajar sopan santun, dan bagaimana menumbuhkan simpati dan empati pada anak,&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.tiktok.com/@rensia_sanvira" title="https://www.tiktok.com/@rensia_sanvira" target="_blank">@rensia_sanvira</a>Berbicara mengenai content creator yang membahas seputar parenting, MomDad tidak boleh melewatkan akan Rensia Sanvira. Ibu dua anak ini sering sekali membahas seputar pola asuh anak dan balita.Nah, dalam akunnya, MomDad bisa melihat banyak video yang membahas mengenai masalah-masalah yang sering dihadapi orang tua dalam mendidik anak. Misalnya saja, anak yang terlalu banyak bermain gadget, anak yang manja, dan bagaimana cara orang tua menahan emosi ketika memberi tahu anak. Tidak hanya itu, MomDad juga bisa menemukan tips-tips bermanfaat, lho.<a class="e-rte-anchor" href="https://www.tiktok.com/@musdalifahbasrii" title="https://www.tiktok.com/@musdalifahbasrii" target="_blank">@musdalifahbasrii</a>Jebolan stand up comedy, Musdalifah Basri juga suka membagikan konten seputar mengasuh anak, lho. Kontennya dikemas dengan cara yang asik dan tidak biasa, dijamin membuat MomDad ikut ketawa deh,Dalam akunnya, Musdalifah tidak hanya share tentang bagaimana ia mengurus sang anak Dafa, tapi juga mengenai kehidupan rumah tangga yang relate dengan ibu-ibu masa kini. Plusnya lagi, kontennya memiliki unsur komedi jadi enggak membosankan, deh.&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.tiktok.com/@gitamechtilde" title="https://www.tiktok.com/@gitamechtilde" target="_blank">@gitamechtilde</a>Gita Mechtilde adalah seorang ibu yang kerap membagikan cerita tentang keluarga, life hacks, hingga home living di akun TikTok nya. Beberapa konten miliknya yang memiliki views terbanyak antara lain seputar cara agar suasana makan lebih menyenangkan, tips menyetrika anti repot, melatih sensory pada bayi, stimulasi, dan review produk yang berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari.Itu lah beberapa akun TikTok yang kerap membagikan informasi menaruk seputar pola asuh anak. Setiap anak berhak mendapatkan pola asuh yang baik dari orang tuanya. Meski belum banyak pengalaman menjadi orang tua dan masih harus banyak belajar, MomDad tidak perlu khawatir karena kini belajar pun bisa melalui media sosial.MomDad punya rekomendasi akun TikTok favorit lainnya? Yuk,&nbsp;share&nbsp;bersama MomDad lainnya&nbsp;di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/parenting" title="https://primaku.page.link/parenting" target="_blank" style="text-decoration-line: underline; background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Forum Parenting</a>!&nbsp;Selain itu, MomDad juga bisa bertanya seputar kesehatan si Kecil dan akan dijawab langsung oleh ahli, lho.

5 Content Creator TikTok di Indonesia yang Membahas seputar Parenting

5-content-creator-tiktok-di-indonesia-yang-membahas-seputar-parenting

Berolahraga di tempat terbuka dapat membantu si Kecil tetap sehat. MomDad dapat mengenalkan olahraga ringan kepada si Kecil dengan kegiatan-kegiatan ringan. Ada banyak manfaat yang bisa si Kecil dapatkan dengan berolahraga, seperti melatih pembentukan tulang dan otot yang kuat, melatih aktivitas jantung dan paru agar sehat, serta mengontrol berat badan dan meningkatkan rasa percaya dirinya. Nah, olahraga seperti apa sih yang bisa dikenalkan ke si Kecil?Bersepeda roda tiga<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667101623016-3c8d424a.jpg" class="e-rte-image e-imginline e-resize" alt="istockphoto-1391000210-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Baca Juga:&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/ts1k" title="https://primaku.page.link/ts1k" target="_blank">Ini Olahraga yang Sesuai Usia si Kecil untuk Melatih Stimulasi!</a>Berolahraga dengan menggunakan sepeda roda tiga dapat memberikan kesempatan si Kecil untuk menghabiskan energinya dan membantunya belajar koordinasi.SenamGerakan senam dapat memperkuat otot punggung dan perut si Kecil.YogaSelain melatih gerakan tubuh, si Kecil juga bisa berlatih pernapasan, relaksasi, dan meditasi yang baik untuk perkembangan emosional dan meningkatkan konsentrasi.Menggiring bola<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667101649200-454b62bb.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1395974591-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Melatih kecepatan, ketangkasan, dan kekuatan otot-otot kaki, baik saat berlari, menendang, dan mengoper bola.BerenangGerakan renang baik untuk perkembangan motorik, karena tangan hingga kaki bergerak dan beradaptasi dengan orang lain.Yuk, mulai kenalkan olahraga sejak dini guna melatih motorik kasar dan halus&nbsp;pada si Kecil melali kegiatan di atas!MomDad mau&nbsp;share&nbsp;informasi atau pertanyaan seputar tumbuh kembang bersama orang tua lainnya? Yuk, ceritakan pengalaman MomDad di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/tumbuh-kembang" title="https://primaku.page.link/tumbuh-kembang" target="_blank" style="text-decoration-line: underline; background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Forum Tumbuh Kembang</a>! Selain itu, MomDad juga bisa bertanya seputar kesehatan si Kecil dan akan dijawab langsung oleh ahli, lho. Sumber foto: iStockReferensi: #JANGANSalah Mengasuh Bayi

Kenalkan si Kecil Olahraga Melalui Kegiatan Ini, yuk!

kenalkan-si-kecil-olahraga-melalui-kegiatan-ini--yuk-

Ada banyak faktor yang membuat si Kecil jadi rewel, salah satunya kurang istirahat atau tidur. Anak yang kurang tidur cenderung bisa mengalami tantrum hingga gangguan kesehatan mental di masa depan. Oleh karena itu, MomDad perlu menjaga dan mengawasi apakah kebutuhan tidur si Kecil sudah terpenuhi atau belum.&nbsp;Ketahui jumlah kebutuhan tidur anak<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667101250123-71108282.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-898852218-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Menurut <a class="e-rte-anchor" href="https://jcsm.aasm.org/doi/10.5664/jcsm.5866" title="https://jcsm.aasm.org/doi/10.5664/jcsm.5866" target="_blank">American Academy of Sleep Medicine</a>, setiap fase usia anak membutuhkan jam tidur tertentu untuk memaksimalkan kesehatan serta fase pertumbuhan. Di antaranya:&nbsp;<ul><li style="text-align: justify;">Anak usia 4-12 bulan harus mendapat tidur 12-16 jam sehari (termasuk tidur siang)</li><li style="text-align: justify;">Anak usia 1-2 tahun harus mendapat jam tidur selama 11-14 jam sehari (termasuk tidur siang)</li><li style="text-align: justify;">Anak usia 3-5 tahun harus mendapat jam tidur selama 10-13 jam sehari (termasuk tidur siang)</li><li style="text-align: justify;">Anak usia 6-12 tahun harus mendapat jam tidur selama 9-12 jam sehari (termasuk tidur siang)</li></ul>Tidak mengganggu fase deep sleepMenurut DR. dr. Fitri Hartanto, SpA (K) pola tidur dapat disesuaikan dengan kebutuhan tidur anak selama tidak kurang dari jumlah jam tidur yang dianjurkan untuk anak seusianya, serta tidak mengganggu “fase tidur dalam” anak di antara pukul 22.00 - 02.00 karena pada jam itulah hormon pertumbuhan akan keluar secara maksimal.Jadikan sebagai rutinitasJika jam tidur anak sudah terpenuhi sebaiknya MomDad menjadikan waktu tersebut sebagai rutinitas sekaligus membangun ritme sirkadian anak, sehingga jam tidur tidak berantakan dan ia mendapat tidur yang berkualitas.&nbsp;Hal yang terjadi jika anak kurang tidur<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667101333696-cf0c0123.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1015438082-612x612 (1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pola tidur yang terganggu karena kurangnya kualitas dan kuantitas akan mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak. Kuantitas tidur yang kurang menyebabkan anak sering rewel, kurang berkonsentrasi, dan menurunkan daya tahan tubuh. Sedangkan tidur yang kurang berkualitas dapat mengganggu kerja hormon pertumbuhan dan daya tahan tubuh anak.Nah, itu dia beberapa penjelasan seputar pola tidur anak. Jika MomDad menemui kendala dalam menghadapi jam tidur anak jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter, ya.Jika MomDad punya tips seputar menidurkan si Kecil, yuk share&nbsp;bersama MomDad lainnya&nbsp;di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/parenting" title="https://primaku.page.link/parenting" target="_blank" style="text-decoration-line: underline; background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Forum Parenting</a>!&nbsp;Selain itu, MomDad juga bisa bertanya seputar kesehatan si Kecil dan akan dijawab langsung oleh ahli, lho. Sumber foto:&nbsp;iStockArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Biar Enggak Gampang Rewel, Ini Tips Mengatur Pola Tidur Anak!

biar-enggak-gampang-rewel--ini-tips-mengatur-pola-tidur-anak-

MomDad yang memiliki anak balita, mungkin setuju bahwa usia di bawah lima tahun merupakan dimulainya fase anak menjadi sangat lincah dan tidak mau diam. Si Kecil pun membutuhkan aktivitas fisik untuk menyalurkan seluruh energinya yang terkesan tidak ada habisnya.&nbsp;American Heart Association merekomendasikan aktivitas fisik intensitas sedang selama minimum 60 menit per hari untuk anak-anak berusia dua tahun atau lebih. Aktivitas ini harus menyenangkan dan bervariasi sesuai dengan perkembangan usia anak. Selain untuk menyalurkan energi, aktivitas fisik ternyata sangat penting bagi pertumbuhan anak. Aktivitas fisik yang dimulai sejak dini merupakan salah satu fondasi hidup sehat yang akan terus dibawa anak sampai hari tuanya. Aktivitas fisik berguna untuk melatih tubuh dan pikiran atau jiwa. Dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat (mensana in corpore sano). Karena itu, sejak kecil, anak harus sudah dibiasakan aktif secara fisik.&nbsp;Manfaat aktivitas fisikAktivitas fisik mempunyai banyak manfaat untuk anak. Di samping bermanfaat untuk mengurangi risiko obesitas, penyakit pembuluh darah dan keganasan di kemudian hari, aktivitas fisik juga sangat penting untuk optimalisasi pertumbuhan tulang dan otot. Keterampilan gerak, interaksi sosial, dan perkembangan otak juga akan terasah saat anak bermain. Anak yang aktif akan belajar dengan lebih efektif, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah. Anak akan merasa gembira dan percaya diri, serta memiliki pola tidur yang baik. Aktivitas fisik yang dilakukan sejak dini akan membentuk anak menjadi seorang dewasa yang bergaya hidup aktif.Berikut ini adalah beberapa tips aktivitas fisik anak sesuai kelompok usia:Usia bayi 0 - 1 Tahun<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667009487031-e1fa9753.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-865900660-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Pada bulan-bulan awal, selalu perhatikan dan topang kepala dan leher ketika diperlukan. Permainan dapat dilakukan sambil merangsang gerak berguling, duduk, merangkak, meraih dan menggenggam benda. Pastikan lingkungan tempat bermain dan sekitarnya aman. Saat bayi sedang terbangun, ajaklah ia untuk tengkurap. Rangsang bayi untuk berusaha menjangkau mainan menarik yang diletakkan di depannya.Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan setidaknya 30 menit floor-based play atau tummy time untuk bayi per harinya. Supaya bayi tidak terlalu lelah, 30 menit tersebut dapat terbagi dalam beberapa kali kegiatan dalam pengawasan ketat dari MomDad. Selain dirangsang untuk beraktivitas fisik, bayi juga tidak boleh terlalu sering digendong atau diletakkan di kursi atau stroller karena hal itu akan membatasi ruang geraknya. Screen time tidak direkomendasikan untuk bayi. Gunakan waktu "diam" atau sedentary untuk aktivitas yang interaktif, seperti membaca bersama orang tua.Usia 1 - 2 tahun<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667009630130-b3b5801f.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-865900660-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Ketika anak sudah mampu berjalan, pada usia sekitar satu hingga dua tahun, bentuk aktivitasnya dapat menjadi lebih bervariasi. Sesekali selipkan aktivitas yang memerlukan banyak tenaga dalam waktu singkat, seperti melompat-lompat, memanjat, berlari dan permainan outdoor lainnya. Mainkan musik dan ajak anak bergerak sesuai irama. Belajarlah bermain bola dengan cara lempar tangkap dan menendang. Permainan yang didorong dan ditarik seperti kereta-keretaan meningkatkan pemahaman anak tentang kesadaran ruang.Usia 3 - 5 tahun<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667009729924-634cdf1a.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-865900660-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Anak usia prasekolah pada usia sekitar 3-4 tahun memiliki banyak sekali pilihan permainan yang dapat dijadikan aktivitas fisik, seperti contoh pada tabel di atas. Pada rentang usia ini, selipkan latihan yang membuat anak bernafas lebih cepat dan dalam. Misalnya, ajak anak berlomba jarak pendek saat bersepeda, berjalan cepat (brisk walking), menari atau bermain lempar-tangkap. Untuk aktivitas fisik yang bersifat menguatkan tulang, anak dapat melakukan kegiatan seperti melompat, skipping, atau memanjat.Nah, itu dia aktivitas fisik yang tepat sesuai dengan usia si Kecil. Yuk, coba terapkan di rumah, MomDad!MomDad mau&nbsp;share&nbsp;informasi atau pertanyaan seputar tumbuh kembang bersama orang tua lainnya? Yuk, ceritakan pengalaman MomDad di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/tumbuh-kembang" title="https://primaku.page.link/tumbuh-kembang" target="_blank" style="text-decoration-line: underline; background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Forum Tumbuh Kembang</a>! Selain itu, MomDad juga bisa bertanya seputar kesehatan si Kecil dan akan dijawab langsung oleh ahli, lho. Sumber foto:&nbsp;World Health OrganizationArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Kumpulan Pertanyaan seputar ASI yang sering Ditanyakan (Part II)

Kumpulan Pertanyaan seputar ASI yang sering Ditanyakan (Part II)

Pantau Perkembangan Lingkar Kepala Bayi untuk Cegah Mikrosefali

Pantau Perkembangan Lingkar Kepala Bayi untuk Cegah Mikrosefali

Ini Akibatnya Jika MPASI Pertama Terlalu Encer!

Ini Akibatnya Jika MPASI Pertama Terlalu Encer!

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), Berbahayakah untuk Anak?

Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), Berbahayakah untuk Anak?

5 Content Creator TikTok di Indonesia yang Membahas seputar Parenting

5 Content Creator TikTok di Indonesia yang Membahas seputar Parenting

Kenalkan si Kecil Olahraga Melalui Kegiatan Ini, yuk!

Kenalkan si Kecil Olahraga Melalui Kegiatan Ini, yuk!

Biar Enggak Gampang Rewel, Ini Tips Mengatur Pola Tidur Anak!

Biar Enggak Gampang Rewel, Ini Tips Mengatur Pola Tidur Anak!

Ini Olahraga yang sesuai Usia si Kecil untuk Melatih Stimulasi!

Ini Olahraga yang sesuai Usia si Kecil untuk Melatih Stimulasi!