Bahan:<ul><li>1 centong nasi</li><li>2 sdm wortel cincang untuk nasi tim</li><li>1 lembar daun salam untuk nasi tim</li><li>70 gr dada ayam fillet, potong kecil</li><li>2 siung bawang merah</li><li>1 siung bawang putih</li><li>1 butir kemiri</li><li>1 batang serai</li><li>1 lembar daun salam</li><li>1 cm lengkuas</li><li>1 sdt kunyit bubuk</li><li>Santan secukupnya</li><li>Air matang secukupnya</li><li>½ sdm olive oil + sedikit margarin</li></ul>Cara membuat:<ol><li>Rebus nasi dengan wortel dan daun salam hingga menjadi bubur.</li><li>Haluskan bawang merah, bawang putih, dan kemiri.</li><li>Tumis bumbu halus dengan olive oil dan margarin hingga harum.</li><li>Masukkan ayam, daun salam, serai, dan lengkuas. Masak hingga ayam matang.</li><li>Tambahkan kunyit bubuk dan santan, aduk rata.</li><li>Tes rasa sesuai selera.</li><li>Sajikan opor ayam bersama nasi tim selagi hangat.</li></ol>

Nasi Tim Opor Ayam

nasi-tim-opor-ayam-1757935980017

Bahan:<ul><li>150 gram labu kuning, kupas dan kukus</li><li>1 butir telur ayam</li><li>40 gram tepung terigu protein sedang</li><li>25 ml susu cair plain</li><li>Madu secukupnya (bisa diganti dengan gula pasir)</li><li>Vanila cair secukupnya (opsional)</li><li>Margarin secukupnya untuk olesan</li><li>Keju parut dan cokelat secukupnya untuk topping</li></ul>Cara membuat:<ol><li>Siapkan semua bahan.&nbsp;Haluskan labu kuning hingga lembut.&nbsp;Tambahkan telur, aduk rata.</li><li>Masukkan tepung terigu dan susu cair, aduk kembali hingga tercampur.</li><li>Tambahkan madu atau gula pasir, aduk hingga merata.</li><li>Panaskan loyang atau cetakan (misalnya cetakan takoyaki), lalu olesi dengan margarin.</li><li>Tuang adonan secukupnya ke dalam cetakan.</li><li>Tambahkan topping sesuai selera (keju parut atau cokelat).</li><li>Tutup cetakan dan masak dengan api kecil hingga matang.</li><li>Kue cubit labu kuning siap disajikan.</li></ol>

Snack MPASI: Kue Cubit Labu Kuning

snack-mpasi--kue-cubit-labu-kuning-1757934435070

Kematian bayi mendadak atau Sudden Infant Death Syndrome (SIDS) adalah salah satu hal yang paling ditakuti orang tua. Kondisi ini terjadi ketika bayi yang tampak sehat meninggal secara tiba-tiba, tak terduga, dan tanpa penyebab yang jelas. Dengan memahami apa itu SIDS, faktor risikonya, serta langkah pencegahan yang dapat dilakukan adalah kunci penting untuk melindungi si Kecil. Apa itu Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)?Sudden Infant Death Syndrome (SIDS), atau dikenal juga sebagai kematian bayi mendadak (cot death), adalah kondisi meninggalnya bayi secara tiba-tiba, tak terduga, dan tanpa penjelasan, meskipun sebelumnya tampak sehat.SIDS dapat terjadi pada bayi hingga usia 12 bulan, dengan sebagian besar kasus terjadi dalam 6 bulan pertama kehidupan. Bayi yang lahir prematur atau dengan berat badan lahir rendah memiliki risiko lebih tinggi. SIDS juga sedikit lebih sering ditemukan pada bayi laki-laki.Sebagian besar kasus SIDS terjadi saat bayi sedang tidur, meskipun dalam beberapa kasus dapat pula terjadi ketika bayi terjaga. MomDad dapat menurunkan risiko SIDS dengan tidak merokok saat hamil maupun setelah bayi lahir, serta selalu menidurkan bayi dalam posisi telentang.MomDad perlu membedakan antara SIDS dan Sudden Unexplained Death in Childhood (SUDC). SUDC adalah kematian mendadak tanpa sebab yang ditemukan pada anak usia di atas 1 tahun. Kondisi ini jarang terjadi dan penyebab pastinya belum diketahui. Apa penyebab SIDS?Penyebab pasti SIDS belum diketahui. Namun, para ahli menduga kondisi ini terjadi akibat kombinasi beberapa faktor. SIDS diyakini muncul pada tahap tertentu perkembangan bayi, terutama pada bayi yang rentan terhadap stres lingkungan. Kerentanan ini bisa dipengaruhi oleh kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, atau faktor lain yang belum teridentifikasi.Stres lingkungan yang dimaksud dapat berupa paparan asap rokok, posisi tidur dengan selimut atau sprei yang menutupi wajah, infeksi ringan, atau gangguan pernapasan. Terdapat juga kaitan antara tidur bersama bayi di sofa atau kursi dengan risiko SIDS.Bayi yang meninggal akibat SIDS diduga mengalami gangguan dalam merespons stres tersebut, termasuk dalam mengatur detak jantung, pernapasan, dan suhu tubuh.Meski penyebabnya belum sepenuhnya dipahami, ada sejumlah langkah pencegahan yang terbukti dapat menurunkan risiko SIDS. Bagaimana Cara Mencegah SIDS?Untuk mencegah SIDS pada si Kecil, MomDad perlu mengetahui&nbsp; do’s &amp; don’ts berikut:Lakukan:<ul><li>Selalu tidurkan bayi telentang.</li><li>Letakkan bayi pada posisi “kaki ke kaki” (feet to foot position) — kaki bayi menyentuh ujung boks atau keranjang bayi.</li><li>Pastikan kepala bayi tidak tertutup. Selimut harus diselipkan dengan rapi di bawah ketiak bayi agar tidak menutupi kepala.</li><li>Tempatkan bayi di kamar yang sama dengan orang tua hingga usia minimal 6 bulan.</li><li>Jika tidur bersama bayi di tempat tidur, pastikan tidak ada bantal atau selimut tebal di dekat bayi.</li><li>Jauhkan anak lain dan hewan peliharaan dari tempat tidur jika berbagi tidur dengan bayi.</li><li>Gunakan kasur yang keras, rata, tahan air, dan dalam kondisi baik.</li><li>Berikan ASI bila memungkinkan, karena menyusui memberi banyak manfaat bagi kesehatan bayi.</li><li>Gunakan gendongan atau baby carrier dengan aman.</li></ul>Jangan lakukan:<ul><li>Jangan berbagi tempat tidur dengan bayi jika orang tua merokok, mengonsumsi narkoba, alkohol lebih dari 2 unit, atau obat-obatan yang menyebabkan kantuk.</li><li>Jangan berbagi tempat tidur dengan bayi yang lahir dengan berat &lt;2,5 kg.</li><li>Jangan merokok selama kehamilan atau membiarkan orang lain merokok di ruangan tempat bayi berada, baik sebelum maupun setelah lahir.</li><li>Jangan tidur bersama bayi di sofa atau kursi.</li><li>Jangan biarkan bayi kepanasan atau kedinginan. Suhu ruangan ideal adalah 16–20°C, dengan selimut tipis atau sleeping bag ringan khusus bayi.</li></ul>Berbagai penelitian menunjukkan bahwa risiko SIDS dapat ditekan dengan kebiasaan sederhana: menidurkan bayi telentang, menjaga lingkungan tidur yang aman, serta menghindarkan bayi dari paparan asap rokok. Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan ini, orang tua dapat memberikan perlindungan ekstra bagi si Kecil di masa awal kehidupannya. Referensi: <a class="e-rte-anchor" href="https://www.nhs.uk/conditions/sudden-infant-death-syndrome-sids/#:~:text=Experts%20believe%20SIDS%20occurs%20at,at%20least%206%20months%20old" title="https://www.nhs.uk/conditions/sudden-infant-death-syndrome-sids/#:~:text=Experts%20believe%20SIDS%20occurs%20at,at%20least%206%20months%20old" target="_blank">Sudden infant death syndrome (SIDS) - NHS&nbsp;</a>

Ini Penyebab Bayi Meninggal Mendadak, Ketahui Do’s & Don’ts-nya!

ini-penyebab-bayi-meninggal-mendadak--ketahui-do-s---don-ts-nya--1757653652340

Demam setelah vaksinasi seringkali membuat orang tua khawatir. Padahal, kondisi ini umumnya merupakan respons normal tubuh anak terhadap vaksin yang bekerja membentuk kekebalan. Meski begitu, penting bagi orang tua untuk mengetahui cara memberikan perawatan yang tepat agar si Kecil tetap merasa nyaman dan terhindar dari risiko yang lebih serius. Berikut lima langkah yang bisa dilakukan saat anak mengalami demam setelah vaksinasi. 1. Utamakan hidrasi dan kenyamanan<ul><li>Berikan cukup cairan: untuk mencegah dehidrasi, sekaligus membantu menurunkan demam tinggi.</li><li>Kenakan pakaian tipis: agar anak tidak kepanasan.</li><li>Berikan pelukan dan waktu istirahat lebih: supaya anak merasa nyaman.</li></ul>2. Gunakan pereda nyeri dengan hati-hati<ul><li>Konsultasikan dengan dokter anak: sebelum memberikan obat, terutama pada anak usia kecil.</li><li>Berikan parasetamol atau ibuprofen: bila anak tampak tidak nyaman, namun hindari pemberian untuk demam ringan kecuali atas anjuran dokter.</li><li>Gunakan dosis yang tepat: sesuai usia dan berat badan anak, agar aman dan efektif.</li></ul>3. Atasi reaksi di area suntikan<ul><li>Kompres dengan kain lembap dan sejuk: di lokasi suntikan untuk mengurangi bengkak dan nyeri.</li><li>Hindari penggunaan es batu langsung, karena dapat menyebabkan cedera dingin (frostbite).</li></ul>4. Pahami reaksi normal setelah vaksin<ul><li>Demam merupakan respons normal: yang menandakan sistem imun sedang bekerja.</li><li>Demam biasanya muncul: dalam 12 jam setelah vaksinasi dan berlangsung 1–2 hari.</li></ul>5. Ketahui kapan harus menghubungi dokter<ul><li>Hubungi dokter: bila anak mengalami demam ≥39°C.</li><li>Segera cari pertolongan medis: bila muncul gejala yang mengkhawatirkan, seperti kejang.</li><li>Diskusikan dengan dokter: bila demam berlangsung lebih dari 48 jam atau bila Anda merasa khawatir.</li></ul>Demam pasca vaksinasi biasanya ringan dan akan membaik dalam 1–2 hari. Dengan memberikan cairan yang cukup, menjaga kenyamanan anak, serta memahami kapan harus segera menghubungi dokter, MomDad dapat membantu si Kecil melewati fase ini dengan aman. Ingat, vaksinasi adalah upaya penting untuk melindungi anak dari berbagai penyakit berbahaya dan reaksi ringan seperti demam adalah tanda bahwa sistem imun sedang bekerja.<a href="https://primaku.com/parenthood-institute/super-class/kelas-anti-panik-atasi-demam" target="_blank"><img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/08a6855eb0c6c24f01caa10ac8349db9e_1757652718102.png" class="e-rte-image e-imginline e-resize" alt="slider-banner-dok-hingky.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px; max-height: 640px;"></a>Nah, biar nggak lagi panik atasi anak demam, apapun penyebabnya, MomDad dapat mengikuti <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/parenthood-institute/super-class/kelas-anti-panik-atasi-demam" title="https://primaku.com/parenthood-institute/super-class/kelas-anti-panik-atasi-demam" target="_blank">SuperClass by Parenthood Institute: Anti Panik Atasi Demam bersama Prof. Dr. dr. Hindra Irawan Satari Sp.A(K), M.Trop.Paed.</a>Di Kelas ini MomDad akan disuguhkan materi seputar kapan demam anak perlu diwaspadai, demam pasca imunisasi, demam disertai ruam, hingga mitos dan fakta seputar demam. Yuk, bergabung di Kelas ini agar tahu cara penanganan demam yang tepat pada anak! Referensi:<ul><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.nhs.uk/vaccinations/vaccination-tips-for-parents/#:~:text=How%20to%20treat%20a%20high,to%20bring%20their%20temperature%20down" title="https://www.nhs.uk/vaccinations/vaccination-tips-for-parents/#:~:text=How%20to%20treat%20a%20high,to%20bring%20their%20temperature%20down" target="_blank">Vaccination tips for parents - NHS</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/tips-tools/symptom-checker/Pages/symptomviewer.aspx?symptom=Immunization+Reactions" title="https://www.healthychildren.org/English/tips-tools/symptom-checker/Pages/symptomviewer.aspx?symptom=Immunization+Reactions" target="_blank">Immunization Reactions - Healthy Children</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/tips-tools/symptom-checker/Pages/symptomviewer.aspx?symptom=Immunization+Reactions" title="https://www.healthychildren.org/English/tips-tools/symptom-checker/Pages/symptomviewer.aspx?symptom=Immunization+Reactions" target="_blank">﻿﻿</a><a class="e-rte-anchor" href="https://www.anexasclinic.com/what-to-expect-after-your-childs-vaccination/#:~:text=How%20to%20Soothe%20Post%2DVaccination,always%20consult%20your%20pediatrician%20first" title="https://www.anexasclinic.com/what-to-expect-after-your-childs-vaccination/#:~:text=How%20to%20Soothe%20Post%2DVaccination,always%20consult%20your%20pediatrician%20first" target="_blank">What to Expect After Your Child’s Vaccination | Anexas Clinic</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.anexasclinic.com/what-to-expect-after-your-childs-vaccination/#:~:text=How%20to%20Soothe%20Post%2DVaccination,always%20consult%20your%20pediatrician%20first" title="https://www.anexasclinic.com/what-to-expect-after-your-childs-vaccination/#:~:text=How%20to%20Soothe%20Post%2DVaccination,always%20consult%20your%20pediatrician%20first" target="_blank">﻿﻿</a><a class="e-rte-anchor" href="https://assets.publishing.service.gov.uk/media/5dfa14bfed915d54aca2b837/PHE_what_to_expect_after_vaccination_English.pdf" title="https://assets.publishing.service.gov.uk/media/5dfa14bfed915d54aca2b837/PHE_what_to_expect_after_vaccination_English.pdf" target="_blank">What to expect after vaccinations - GOV.UK&nbsp;</a></li></ul>

Anak Demam setelah Vaksin? Lakukan 5 Langkah Ini!

anak-demam-setelah-vaksin--lakukan-5-langkah-ini--1757652905788

Bahan:<ul><li>500 gr kulit udang (bagian ekor dan kepala)&nbsp;</li><li>4 siung bawang putih</li><li>¼ sdt garam</li></ul>Cara membuat:<ol><li>Cuci bersih udang, lalu tiriskan.</li><li>Sangrai udang bersama bawang putih hingga kering, kemudian dinginkan. Setelah itu, haluskan dengan blender.</li><li>Masukkan hasil blender ke dalam wajan (saat masih agak lembap), lalu sangrai kembali hingga benar-benar kering.</li><li>Blender lagi hingga halus, kemudian saring.</li><li>Tambahkan garam, aduk rata.</li><li>Simpan dalam wadah tertutup. Bubuk kulit udang siap digunakan.</li></ol>

Resep Bumbu Dasar: Kaldu Kulit Udang

resep-bumbu-dasar--kaldu-kulit-udang-1757583501295

Wasting (gizi kurang dan gizi buruk) adalah masalah gizi serius yang berdampak besar pada kesehatan anak. Karena itu, deteksi dini dan penanganan yang tepat waktu sangat penting untuk mencegah akibat buruk wasting. Salah satu cara mudah mendeteksi wasting adalah dengan mengukur lingkar lengan atas (LiLA) menggunakan pita LiLA. Pengukuran LiLA pada Anak Usia 6 bulan – 5 tahun<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/3b5d8ef369109a5e10d5c6a02a37e62166_1757582744997.png" class="e-rte-image e-imginline e-resize" alt="anak gizi kurang_1.jpg.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;"> LiLA merupakan metode sederhana untuk mendeteksi dini balita wasting, selain melihat tanda bengkak di punggung kaki atau tampak sangat kurus. Keunggulannya, pita LiLA bisa digunakan oleh siapa saja, orang tua, pengasuh, guru PAUD, kader posyandu, bahkan masyarakat umum. Caranya pun tidak rumit, sehingga pengukuran dapat dilakukan secara mandiri di rumah, di sekolah PAUD, posyandu, atau tempat lain di mana balita sering berkumpul.Sebelum mengukur LiLA anak, pastikan pita LiLA dalam kondisi baik: tidak terlipat, sobek, atau rusak. Simpanlah pita di tempat aman dan jauh dari jangkauan anak agar selalu siap dipakai saat diperlukan.Saat mengukur, ingat untuk tidak menarik pita terlalu ketat atau longgar, supaya hasilnya akurat. Arti Warna Pita LiLA<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/519204139d361f10210ccd9a5f54ac02c7_1757582769342.png" class="e-rte-image e-imginline e-resize" alt="anak gizi kurang_2.jpg.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;"> Pita LiLA balita memiliki 3 warna yang menunjukkan kondisi gizi anak:<ul><li>Hijau (≥12,5 cm) → gizi baik / anak sehat</li><li>Kuning (11,5 – 12,4 cm) → gizi kurang</li><li>Merah (&lt;11,5 cm) → gizi buruk</li></ul>Setelah Mengukur LiLA, Apa yang Harus Dilakukan?Orang tua atau pengasuh perlu menindaklanjuti hasil pengukuran sesuai warna pita:<ul><li>Kuning (11,5 – 12,4 cm) atau Merah (&lt;11,5 cm): segera bawa anak ke fasilitas kesehatan terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut oleh tenaga medis dan mendapatkan penanganan sesuai kondisi.</li><li>Hijau (≥12,5 cm): pertahankan kondisi gizi baik dengan memberikan makanan bergizi seimbang, menjaga kesehatan, serta kebersihan diri dan lingkungan.</li></ul> Penting untuk diingat, walaupun hasil pengukuran LiLA hijau, namun anak terlihat kurus, maka sebaiknya anak dibawa ke fasilitas layanan kesehatan. Referensi: Pengukuran LiLA: Salah Satu Cara Penting untuk Deteksi Dini Wasting | UNICEF Indonesia&nbsp;<div> </div>

Tanda Anak Gizi Kurang Bisa Dilihat Mandiri dari Sini

tanda-anak-gizi-kurang-bisa-dilihat-mandiri-dari-sini-1757582873820

Stunting merupakan masalah serius dalam tumbuh kembang anak yang seringkali terabaikan. Kondisi ini dapat memengaruhi kualitas hidup anak di masa depan, baik secara fisik maupun mental. Salah satu indikator utama yang digunakan untuk mengidentifikasi stunting adalah tinggi badan. Lantas, berapa standar tinggi badan anak yang dikatakan stunting? Ciri StuntingTanda stunting dideteksi dengan tinggi badan anak, yaitu berada di bawah minus dua standar deviasi Standar Pertumbuhan Anak yang ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Umumnya, hal ini disebabkan karena malnutrisi kronik, infeksi berulang, atau masalah sosioekonomi.&nbsp;Ciri-ciri anak yang mengalami stunting antara lain:<ul><li>Secara umum, proporsi tubuh terlihat normal, namun anak terlihat lebih kecil dibandingkan anak-anak seusianya.</li><li>Tinggi badan anak lebih pendek dibandingkan teman sebaya atau tidak sesuai dengan standar kurva pertumbuhan WHO atau kurang dari -2 standar deviasi (SD) dari batas normal.</li><li>Berat badan anak lebih rendah dibandingkan anak seusianya. Pertumbuhan anak dianggap sehat kalau berat badannya seimbang dengan tinggi badannya, bukan lebih “berat” dari usianya sendiri.</li><li>Pertumbuhan tulang anak terhambat.</li></ul> Standar Tinggi Badan Anak StuntingMenurut WHO, stunting pada anak dapat diukur dengan menggunakan standar pertumbuhan anak yang mengacu pada grafik tinggi badan terhadap usia. Anak yang mengalami stunting memiliki tinggi badan yang kurang dari -2 standar deviasi (SD) dari batas normal. Berikut standar tinggi anak dikatakan stunting atau kurang dari -2 SD berdasarkan usia dan jenis kelamin:Laki-laki:<ul><li>0 bulan: 44,2 cm</li><li>1 bulan: 48,9 cm</li><li>2 bulan: 52,4 cm</li><li>3 bulan: 55,3 cm</li><li>4 bulan: 57,6 cm</li><li>5 bulan: 59,6 cm</li><li>6 bulan: 61,2 cm</li><li>7 bulan: 62,7 cm</li><li>8 bulan: 64,0 cm</li><li>9 bulan: 65,2 cm</li><li>10 bulan: 66,4 cm</li><li>11 bulan: 67,6 cm</li><li>12 bulan: 68,6 cm</li><li>2 tahun: 78,7 cm</li><li>3 tahun: 85,0 cm</li><li>4 tahun: 90, 7 cm</li><li>5 tahun: 96,1 cm</li></ul>Perempuan:<ul><li>0 bulan: 43,6 cm</li><li>1 bulan: 47,8 cm</li><li>2 bulan: 51,0 cm</li><li>3 bulan: 53,5 cm</li><li>4 bulan: 55,6 cm</li><li>5 bulan: 57,4 cm</li><li>6 bulan: 58,9 cm</li><li>7 bulan: 60,3 cm</li><li>8 bulan: 61,7 cm</li><li>9 bulan: 62,9 cm</li><li>10 bulan: 64,1 cm</li><li>11 bulan: 65,2 cm</li><li>12 bulan: 66,3 cm</li><li>2 tahun: 76,7 cm</li><li>3 tahun: 83,6 cm</li><li>4 tahun: 89,8 cm</li><li>5 tahun: 95,2 cm</li></ul> Penting untuk memonitor pertumbuhan tinggi badan anak secara teratur untuk mendeteksi kemungkinan adanya stunting sejak dini. Pemeriksaan menggunakan kurva pertumbuhan WHO dapat menjadi alat yang sangat membantu dalam penilaian ini. Orang tua, bersama dengan tenaga kesehatan, memiliki peran penting dalam memastikan anak-anak tumbuh dengan sehat dan optimal. Referensi:<ul><li>Peran Ibu dalam Mencegah Stunting Sejak Masa Sekarang | Ayo Sehat Kemenkes.&nbsp;</li><li>Length/height-for-age | WHO&nbsp;</li></ul>

Berapa Standar Tinggi Badan Anak Stunting?

berapa-standar-tinggi-badan-anak-stunting--1757582213254

Bahan:<ul><li>250 gr teri nasi segar</li><li>½&nbsp;&nbsp;sdt <a class="e-rte-anchor" href="https://link.primaku.com/articles/4163?id=4163&amp;mv=2206161&amp;fallback=https%3A%2F%2Flink.primaku.com%2F%23%2Farticles%2F4163%3Fid%3D4163" title="https://link.primaku.com/articles/4163?id=4163&amp;mv=2206161&amp;fallback=https%3A%2F%2Flink.primaku.com%2F%23%2Farticles%2F4163%3Fid%3D4163" target="_blank">bumbu dasar putih</a></li><li>Air secukupnya</li></ul>Cara membuat:<ol><li>Siapkan semua bahan. Cuci bersih teri nasi, lalu tiriskan.</li><li>Tumis bumbu dasar putih dengan sedikit minyak hingga harum. Masukkan teri nasi, aduk rata.</li><li>Tambahkan air secukupnya sesuai selera. Aduk kembali hingga warna teri berubah dan matang. Jangan dimasak terlalu lama.</li><li>Kaldu teri nasi siap digunakan, atau bisa disimpan di freezer maupun chiller untuk pemakaian berikutnya.</li></ol><div>Ingin tau rahasia si Kecil lahap makan dan berat badannya optimal? Yuk, join Parenthood Institute SuperClass: <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/mpasi101" title="https://primaku.page.link/mpasi101" target="_blank">MPASI 101</a> dan <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/tantanganmpasi" title="https://primaku.page.link/tantanganmpasi" target="_blank">Tantangan MPASI</a> yang dipandu langsung oleh ahli! MomDad dapat belajar seputar berat permasalahan MPASI, berat badan seret, hingga rumus MPASI agar nutrisi si Kecil optimal. Yuk, bergabung di SuperClass sekarang!</div>

Nasi Tim Opor Ayam

Nasi Tim Opor Ayam

Snack MPASI: Kue Cubit Labu Kuning

Snack MPASI: Kue Cubit Labu Kuning

Ini Penyebab Bayi Meninggal Mendadak, Ketahui Do’s & Don’ts-nya!

Ini Penyebab Bayi Meninggal Mendadak, Ketahui Do’s & Don’ts-nya!

Anak Demam setelah Vaksin? Lakukan 5 Langkah Ini!

Anak Demam setelah Vaksin? Lakukan 5 Langkah Ini!

Resep Bumbu Dasar: Kaldu Kulit Udang

Resep Bumbu Dasar: Kaldu Kulit Udang

Tanda Anak Gizi Kurang Bisa Dilihat Mandiri dari Sini

Tanda Anak Gizi Kurang Bisa Dilihat Mandiri dari Sini

Berapa Standar Tinggi Badan Anak Stunting?

Berapa Standar Tinggi Badan Anak Stunting?

MPASI Bumbu Dasar: Kaldu Ikan Teri

MPASI Bumbu Dasar: Kaldu Ikan Teri