Waktu mandi merupakan kegiatan yang menyenangkan, tidak hanya bagi anak tapi juga bagi MomDad. Pasalnya, di waktu tersebut MomDad bisa menjadikannya sebagai momen bonding dengan si Kecil.&nbsp;Namun, memandikan bayi di bathtub juga bisa membuat orang tua kurang pede atau bingung karena khawatir melakukan kesalahan. Sebagian orang tua takut anaknya akan lepas dari pegangan atau kedinginan karena suhu air yang tidak pas.&nbsp;Nah, untuk memandikan bayi dengan aman dan nyaman, MomDad bisa melakukan beberapa tips berikut ini. Yuk, simak tipsnya!Jangan biarkan bayi lepas dari pandanganUntuk menjaga bayi agar tetap aman, pastikan untuk selalu memperhatikan bayi saat memandikannya. Soalnya, baik air atau sabun bisa saja masuk ke mata, mulut, atau saluran napas si Kecil jika tidak berhati-hati.Selain itu, bayi baru lahir juga berisiko tergelincir dari pengaman dan mengakibatkan bayi ‘tenggelam’ di dalam bak mandi. Sebaiknya, MomDad siapkan terlebih dahulu sabun, sampo, sikat gigi, hingga pakaian gantinya di satu tempat agar tidak perlu lagi mengambil keperluan mandi lain dan meninggalkan bayi tanpa pengawasan saat mandi.Gunakan pengaman agar lantai Bathtub tidak terlalu licinCara selanjutnya adalah dengan memasang pengaman agar lantai tidak licin. Pengaman ini bisa berupa macam jaring yang dapat disangkutkan ke tepi bak mandi untuk meletakkan bayi.Bagi bayi yang bisa duduk, MomDad bisa menggunakan pengaman karet yang diletakkan di dasar bak mandi agar bayi tidak mudah tergelincir saat duduk di bak. Nah, dengan begitu MomDad akan lebih merasa aman saat memandikan si Kecil.Pastikan suhu air tidak terlalu panas atau dingin&nbsp;Salah satu ketakutan orang tua saat memandikan bayi yang baru lahir adalah suhu air. Pastikan MomDad menggunakan air dengan suhu hangat dan menghindari suhu ekstrem saat memandikannya.&nbsp;MomDad bisa terlebih dahulu memasukkan air panas, kemudian secara bertahap memasukkan air dingin hingga suhu dirasa pas untuk si Kecil.Untuk mengukur seberapa pas suhu yang digunakan, MomDad dapat mengukurnya menggunakan punggung tangan atau siku untuk memastikan apakah suhunya sudah pas untuk memandikan bayi.Perhatikan ketinggian airSalah satu yang tidak boleh luput dari perhatian adalah ketinggian air. Bak mandi tidak perlu diisi penuh. Permukaan air juga tidak harus sampai menutupi seluruh badan bayi. MomDad bisa menyediakan air secukupnya untuk memandikan si Kecil.Meskipun kedalaman air tidak dalam, MomDad harus ingat untuk tidak meninggalkan bayi atau anak kecil di bak mandi tanpa pengawasan. Hal ini untuk meminimalisir bayi tenggelam di bak mandinya sendiri.Kosongkan segera bak mandi ketika tidak digunakanKetika selesai mandi, pastikan MomDad mengosongkan segera bak mandi dan membersihkan segala sesuatunya. Air yang tersisa di bak mandi bisa saja membahayakan si Kecil karena ia bisa saja main di dalamnya jika tidak diawasi. Bahkan, air setinggi 5 cm saja bisa membahayakan si Kecil kalau saja kepalanya jatuh terlebih dahulu.&nbsp;Nah, itu dia beberapa tips yang bisa MomDad lakukan untuk memandikan bayi di bathtub. Menjaga keamanan bayi bukan berarti menjadikan kegiatan mandi jadi membosankan, justru persiapan yang baik akan menjadikan momen mandi menjadi lebih berharga.Semoga informasi di atas bermanfaat ya untuk MomDad, juga si Kecil. Jika ingin tahu infromasi menarik seputar tumbuh kembang anak lainnya, pantau terus artikel terbaru kami melalui aplikasi PrimaKu atau website <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/" title="https://primaku.com/" target="_blank">primaku.com</a>. Follow juga Instagram <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primak</a>u ya, MomDad!&nbsp;Jangan ragu untuk like, save, dan share informasi di atas ya, MomDad!Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Tips Aman Memandikan Bayi di Bathtub yang Perlu MomDad Ketahui!

tips-aman-memandikan-bayi-di-bathtub-yang-perlu-momdad-ketahui-

Mengajarkan anak untuk mandiri bisa dilakukan dengan membiarkan si Kecil untuk tidur terpisah dari orang tua. Namun, ada kalanya hal ini turut menimbulkan pertanyaan bagi MomDad, seperti kapan usia yang ideal bagi anak untuk tidur terpisah, hingga apa yang harus dipersiapkan orang tua jika ingin menerapkan hal ini? Nah, agar bisa mengimplementasikannya dengan tepat, yuk simak penjelasannya di sini!Kapan anak dapat diajarkan tidur sendiri?Menurut American Academy of Pediatrics, bayi sebaiknya tidur di dalam ruangan yang sama (tidak selalu harus di tempat tidur yang sama) dengan orang tuanya, setidaknya sampai usia 6 bulan. Dan jika memungkinkan, hingga usia 1 tahun. Di samping itu untuk memudahkan menyusui sambil berbaring, ibu dapat memilih tidur bersama bayi di satu tempat tidur.Berada di kamar yang sama dengan bayi diketahui dapat menurunkan risiko <a class="e-rte-anchor" href="https://www.thebump.com/a/sids" title="https://www.thebump.com/a/sids" target="_blank">Sudden Infant Death Syndrome</a> (SIDS) hingga 50 persen. Tak hanya itu kondisi ini juga dapat mempererat hubungan orang tua dengan bayi sekaligus mempermudah orang tua untuk memantau kondisi bayi jika ia sedang sakit.Sebenarnya tidak ada usia pasti kapan harus mempersiapkan anak untuk tidur di kamar sendiri. Semuanya tergantung pada pertimbangan masing-masing keluarga. Jika Mom masih menyusui, menunda memindahkan adik setelah usia 2 tahun mungkin menjadi pilihan agar mempermudah proses bonding dan menyusui selama periode pemberian ASI masih berlangsung.Pertimbangan lain adalah apakah anak masih sering terbangun untuk menyusu di malam hari dan apakah pertambahan kenaikan berat badannya sudah sesuai dengan kurva pertumbuhan, dalam arti dengan mempertimbangkan apakah anak masih memerlukan asupan nutrisi pada malam hari.Tidak hanya itu, jam tidur anak juga harus menjadi pertimbangan untuk memutuskan waktu yang tepat untuknya pindah ke kamar sendiri. Misalnya jam tidur sepanjang malam.Persiapan jika ingin anak tidur sendiriSiapkan lingkungan tidur yang amanHal ini meliputi menyediakan kasur yang cukup kokoh lengkap dengan pengaman atau pagar ranjang bayi (jika memang mulai pindah kamar sejak bayi). Hindari meletakkan benda-benda yang berpotensi menutup jalan napas bayi seperti selimut atau mainan. Jika menggunakan floor bed yang memungkinkan bayi merangkak naik-turun secara mandiri, pastikan lingkungan sekitar aman dengan menutup sumber listrik, menyimpan benda-benda tajam ke area yang tidak terjangkau, mengamankan kabel atau benda lain yang dapat ditarik dan terjatuh menimpa bayi.Perhatikan jarak kamarSebaiknya kamar anak masih dekat dan mudah diakses dari kamar orang tua sehingga anak mudah dipantau.Lakukan secara bertahapSecara bertahap, biasakan anak tidur di kamarnya sendiri, misalnya saat tidur siang. Simpan barang-barang anak di kamarnya dan ajak dia untuk merasa memiliki kamarnya. Misal saat akan mandi, ajak anak mengambil bajunya sendiri dari lemarinya.Biarkan anak mendekorasi kamarnya sendiriUntuk menghadirkan rasa memiliki, MomDad bisa membebaskan anak untuk menentukan warna cat atau dekorasi kamar sesuai keinginan mereka.Beri pujian dan rasa amanJangan lupa untuk memuji anak ketika ia mau untuk tidur terpisah. Hal ini perlu untuk meningkatkan rasa percaya diri anak. Namun seimbangkan juga dengan kesiapan MomDad saat anak membutuhkan kehadiran orang tua. Misal saat ia baru saja mimpi buruk atau merasa takut dengan suara petir yang besar. Anak perlu tahu bahwa ia dapat selalu mengandalkan orang tuanya untuk membantunya menghadapi rasa takut.Jadi, apakah MomDad sudah siap mengajarkan si Kecil tidur sendiri di kamarnya? Semoga proses belajar si Kecil tidur sendiri berjalan dengan lancar tanpa drama, ya.Jika ingin tahu tips menarik lainnya, pantau terus artikel terbaru kami melalui aplikasi PrimaKu atau website <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/" title="https://primaku.com/" target="_blank">primaku.com</a>. Pastikan juga MomDad follow Instagram <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a>, ya!Suka dengan tips di atas? Yuk, like, save, dan share artikelnya!Referensi:&nbsp;<a classname="e-rte-anchor" href="https://www.aap.org/en/patient-care/safe-sleep/" title="https://www.aap.org/en/patient-care/safe-sleep/">https://www.aap.org/en/patient-care/safe-sleep/</a>Sumber foto: UnsplashArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Di Usia Berapa Anak Diajarkan Tidur Sendiri? 

di-usia-berapa-anak-diajarkan-tidur-sendiri--

Saat si Kecil menginjak usia 6 sampai 12 bulan, ia akan mengalami tumbuh gigi pertamanya. Sebagai pertanda giginya akan tumbuh, biasanya si Kecil mengalami kondisi di mana ia demam dan lebih rewel dari biasanya. Lantas, berapa hari sih normalnya si Kecil demam karena tumbuh gigi? Yuk, kita ketahui bersama, MomDad!Demam pada si KecilDemam pada saat tumbuh gigi timbul adalah akibat proses peradangan pada saat gigi akan tumbuh. Umumnya, demam pada saat tumbuh gigi bukanlah demam yang tinggi (&gt;38°C) dan berlangsung selama tidak lebih dari 3 hari. Selain demam, gejala lain yang kerap timbul saat si Kecil tumbuh gigi, antara lain:<ul><li style="text-align: justify;">Lebih rewel dari biasanya</li><li style="text-align: justify;">Ngiler</li><li style="text-align: justify;">Sering menangis lebih dari biasanya</li><li style="text-align: justify;">Mengigit-gigit jari tangan atau benda yang keras</li><li style="text-align: justify;">Gusi tampak merah</li><li style="text-align: justify;">Kurang tertarik untuk makan makanan padat</li></ul>Bagaimana jika demam berlangsung lebih dari 3 hari?Bila demam berlangsung lebih dari 3 hari, dengan suhu yang tinggi dan disertai gejala lain seperti batuk, pilek, dan diare, segeralah berkonsultasi dengan dokter untuk mencari penyebab demam selain tumbuh gigi. Pasalnya, bisa saja demam karena faktor lain.Jika ingin tahu lebih banyak informasi mengenai tumbuh kembang si Kecil, pantau terus artikel terbaru kami melalui aplikasi PrimaKu atau website <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/#/" title="https://primaku.com/#/" target="_blank">primaku.com</a> dan jangan lupa follow Instagram <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a>, ya!Suka dengan artikel ini? Yuk, like, save, dan share artikelnya, MomDad!Narasumber:&nbsp;drg. Stella Lesmana, SpKGASumber foto: PexelsArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Berapa Hari Normalnya si Kecil Demam karena Tumbuh Gigi?

berapa-hari-normalnya-si-kecil-demam-karena-tumbuh-gigi-

Bagi sebagian orang tua, mungkin pernah mengalami anak yang susah diajak mandi, apalagi keramas. Alasannya pun bermacam-macam, ada yang memang takut air, trauma matanya perih karena busa sampo, dan lain sebagainya. Sebagai orang tua, MomDad dituntut untuk mencari cara agar kebersihan si Kecil tetap terjaga dengan mandi hingga bersih. Lalu, apa yang sebaiknya MomDad lakukan?Batita takut airKetika si Kecil takut dengan air, MomDad dapat melakukan hal berikut:<ul><li style="text-align: justify;">Jangan memaksa atau memarahinya.</li><li style="text-align: justify;">Jelaskan secara sabar tentang pentingnya mandi.</li><li style="text-align: justify;">Buatlah suasana mandi yang menyenangkan. Bawa beberapa mainan favoritnya atau dengan bernyanyi bersama saat mandi.</li></ul>Sebagai catatan, MomDad juga sebaiknya perhatikan hal ini:<ul><li style="text-align: justify;">Jangan meninggalkan si Kecil sendirian di dalam kamar mandi.</li><li style="text-align: justify;">Pastikan suhu air tidak terlalu panas atau dingin untuk si Kecil.</li><li style="text-align: justify;">Gunakan sabun dan sampo yang sesuai dengan usianya.</li></ul>Tips untuk batita yang takut keramasBila si Kecil sulit untuk keramas, MomDad dapat mencoba tips berikut:<ul><li style="text-align: justify;">Gunakan sampo yang “spesial”. Ajak si Kecil memilih samponya sendiri. Ia akan menyukainya jika bisa memilih aroma yang disukai atau kemasan dengan karakter favoritnya.</li><li style="text-align: justify;">Nyanyikan lagu, bercerita, atau berikan mainan yang dapat mendistraksinya saat dikeramas.</li><li style="text-align: justify;">Mintalah si Kecil mengeramasi bonekanya, sehingga ia tahu apa yang terjadi saat keramas.</li></ul>Semoga tips di atas bermanfaat ya untuk MomDad di rumah dan ampuh untuk atasi si Kecil yang takut air.Jika ingin tahu tips menarik lainnya, pantau terus artikel terbaru kami melalui aplikasi PrimaKu atau website <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/" title="https://primaku.com/" target="_blank">primaku.com</a>. Follow juga Instagram <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a> ya, MomDad!Kalau suka dengan artikel ini, jangan lupa like, save, dan share ya artikelnya!Reference: Mommyclopedia Panduan Lengkap Merawat Batita oleh dr Meta Hanindita, Sp.A - Gramedia 2020

Anak Susah Mandi karena Takut Air? Lakukan Tips Ini, MomDad!

anak-susah-mandi-karena-takut-air--lakukan-tips-ini--momdad-

Mengajarkan anak mengatur keuangan kerap diabaikan oleh banyak orang tua. Alasannya, mengajarkan anak soal uang sejak dini bisa membuat anak memiliki sifat materialistis. Padahal, dengan mengajarkan anak untuk mengelola keuangannya dengan bijak justru bisa membuat anak lebih mandiri dalam finansial saat mereka dewasa, lho! Yuk, simak tips mengajari anak mengelola uang berikut ini!Beri pemahaman dari mana uang didapatkanHal pertama yang perlu MomDad ajarkan adalah mengenai dari mana uang didapatkan. Beri pengertian pada anak bahwa uang didapatkan dari hasil kerja keras, bukan cuma-cuma. MomDad bisa mulai dengan menjelaskan bahwa MomDad pergi bekerja setiap hari dari pagi hingga petang untuk menghasilkan uang.Permainan jual-beliMengenalkan konsep uang bisa MomDad lakukan saat bermain jual-beli. Ajak anak bermain peran menjadi penjual dan pembeli. Buat dialog-dialog sederhana, misalnya MomDad berpura-pura ingin membeli mainannya dan menanyakan berapa harganya, lalu memberikannya uang mainan. Hal ini akan memberikan pemahaman bahwa uang bisa dijadikan sebagai alat tukar.Ajarkan cara menabungMomDad juga perlu mengajarkan anak caranya menabung. Cara paling mudah adalah dengan mengajaknya mengumpulkan uang saat ia ingin mainan baru. Misalnya, MomDad akan memberikan si Kecil upah saat ia selesai membereskan mainan atau membantu MomDad mengerjakan pekerjaan rumah. Beri uang sedikit demi sedikit untuk dikumpulkan di dalam celengan miliknya, dan ketika sudah cukup banyak bisa dibuka untuk membeli mainan baru.Anggarkan uang jajanJika si Kecil sudah mulai bersekolah, MomDad bisa mengajarkannya untuk mengelola keuangannya dengan memberikan anggaran uang jajan. Misalnya, MomDad memberikan uang jajan Rp10.000 per hari untuk di sekolah dan Rp5.000 untuk les. Beri pengertian pada anak bahwa uang yang diberikan harus dicukupkan untuk satu hari dan tidak meminta lagi. Dengan begitu, anak pun akan berusaha mencukupkan uang yang dimilikinya.Belajar berikan batasanSebagai orang tua, MomDad tentu ingin anak merasa tercukupi semua kebutuhannya. Namun, MomDad juga perlu memberikan batasan yang tegas mengenai mana kebutuhan dan keinginan. Misalnya jika anak menangis ingin mainan baru, sedangkan di rumah sudah ada, maka jelaskan padanya bahwa mainan itu tidak diperlukan dan alihkan dengan membeli mainan yang belum ia punya.Itu dia beberapa tips yang bisa MomDad terapkan agar anak belajar mengatur keuangan sejak dini. Apakah sudah ada yang MomDad terapkan sejauh ini?<div style="text-align: justify;">Jika ingin tahu tips menarik lainnya, pantau terus artikel terbaru kami melalui aplikasi PrimaKu dan jangan lupa&nbsp;follow&nbsp;Instagram&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">@official.primaku</a>&nbsp;ya, MomDad! </div>

Supaya Lebih Mandiri, Ini Tips Mengajarkan Anak Mengatur Keuangan

supaya-lebih-mandiri--ini-tips-mengajarkan-anak-mengatur-keuangan

Membicarakan seks pada anak bagi MomDad mungkin merupakan suatu hal yang tabu. Sebagian orang tua juga menganggap mengajarkan seks berarti mengajak anak untuk melakukannya.&nbsp;Padahal, seiring berkembangnya teknologi dan informasi, anak-anak dapat memperoleh informasi dengan mudah dan sudah sepantasnya orang tua jadi informan utama bagi anak. Sebelum anak-anak mengartikan seks dengan pemikirannya sendiri, ada baiknya MomDad memberi anak kesempatan untuk mengetahuinya langsung dari orang tua agar tidak miss-informasi.Nah, untuk mengetahui kapan waktu yang pas untuk membicarakan seks pada anak, yuk simak artikel ini sampai bawah!Kapan mulai memperkenalkan seks pada anak?Seksualitas merupakan bagian dari kehidupan setiap individu tanpa memandang usia. Seiring dengan perkembangannya, anak akan semakin ingin tahu tentang seks. Anak juga akan bertanya pada orang tua sesuai dengan tahap perkembangannya.Pada dasarnya, MomDad memiliki berbagai kesempatan untuk mengajarkan anak tentang topik seks, misalnya saat memandikan anak atau saat ada ibu sedang hamil. MomDad bisa menggunakan momen tersebut untuk memperkenalkan dan mengajarkan si Kecil.MomDad hanya perlu menggunakan bahasa sederhana dan sehari-hari. Pertama, ketahui seberapa jauh anak sudah mengetahui tentang hal ini, kemudian biarkan anak untuk ‘memimpin’ dengan menjawab pertanyaan yang ia ajukan.Tips untuk menjawab pertanyaan anak tentang seks<ul><li style="text-align: justify;">Jangan menertawakan anak, sekalipun menurut MomDad pertanyaannya lucu. Hal itu dapat membuat ia merasa malu akan keinginantahuannya.</li><li style="text-align: justify;">Jawablah apa adanya, dengan netral, tanpa mengisyaratkan bahwa pertanyaannya memalukan, atau sebaliknya menjawabnya dengan terlampau serius.</li><li style="text-align: justify;">Jawablah dengan singkat, sesuai dengan fase perkembangan anak.</li><li style="text-align: justify;">Jawablah dengan jujur dengan dan menggunakan istilah yang seharusnya untuk menyebutkan bagian-bagian tubuh terkait seks. Jangan mengisyaratkan bahwa ada bagian tubuh tertentu yang “tabu” untuk diucapkan.</li><li style="text-align: justify;">Lihat dan dengar respons anak, mungkin dia belum paham atau ingin tahu lebih jauh.</li><li style="text-align: justify;">Bersiaplah jika dibutuhkan pengulangan .</li></ul>Tahapan pendidikan seks sesuai usia anakPengertian anak mengenai seks dapat dibagi menjadi beberapa tahap, sehingga MomDad bisa membicarakan seks dengan anak sesuai tahapan usianya. Seperti berikut ini:Anak usia Pra-SekolahBeberapa pertanyaan yang mungkin diajukan oleh anak usia prasekolah:&nbsp;<ul><li style="text-align: justify;">“Bagaimana aku bisa ada di perut ibu?”</li><li style="text-align: justify;">“Sebelum aku di perut ibu, aku ada di mana?”</li><li style="text-align: justify;">“Bagaimana aku bisa keluar dari perut ibu?”</li><li style="text-align: justify;">“Darimana bayi di perut ibu berasal?”</li><li style="text-align: justify;">“Mengapa anak perempuan tidak memiliki penis?”</li></ul>Anak usia 18 bulan-3 tahunAnak akan mulai mengenal anggota tubuhnya dan penting bagi orang tua untuk mengajarkan nama masing-masing anggota tubuh tanpa harus membuat istilah khusus untuk anggota tubuh tertentu. Hal ini dapat memberi gambaran kepada anak bahwa ada sesuatu yang ‘buruk’ tentang nama anggota tubuh tertentu. Ajarilah juga anak bahwa ada bagian tubuh yang bersifat pribadi (misalnya bagian yang tertutup baju renang atau baju dalam seperti dada, penis, vagina, dan bokong).Anak-anak usia 4-5 tahunAnak akan mulai menunjukkan ketertarikan kepada di seksualitas dasar, baik yang sejenis maupun lawan jenis. Ia mungkin akan mulai bertanya mengapa anak lelaki berbeda dengan anak perempuan, atau bahkan menunjukkan keingintahuan akan alat kelamin anak lain, atau menyentuh alat kelaminnya sendiri. Hal ini bukanlah merupakan kegiatan seksual, namun merupakan fase perkembangan normal. Yang perlu diingat adalah, anak harus belajar mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Memberikan batas eksplorasi anak adalah tugas orangtua, berikut contoh yang dapat diajarkan kepada anak:<ul><li style="text-align: justify;">Keingintahuan atau ketertarikan tentang alat kelamin adalah normal dan alami</li><li style="text-align: justify;">Ketelanjangan dan permainan seksual di depan orang lain (publik) tidak diperbolehkan</li><li style="text-align: justify;">Tidak boleh ada orang lain, bahkan teman dekat atau, saudara, yang boleh menyentuh “area pribadi”nya. Terkecuali dokter atau suster yang memeriksa, atau orangtua anak saat memeriksa jika anak mengeluhkan nyeri atau keluhan lain di area tersebut.</li></ul>Anak usia sekolahPertanyaan yang mungkin tercetus:<ul><li style="text-align: justify;">“Usia berapakah seorang anak perempuan bisa memiliki bayi”</li><li style="text-align: justify;">“Mengapa anak laki-laki bisa ereksi?”</li><li style="text-align: justify;">“Apa itu menstruasi?”</li><li style="text-align: justify;">“Bagaimana seseorang dapat melakukan hubungan seksual, apa yang terjadi?”</li></ul>Anak usia 8-9 tahunAnak di usia ini sudah mulai dapat membedakan apa yang benar dan apa yang salah. Ia juga sudah dapat memahami bahwa seks adalah sesuatu yang terjadi antara dua orang yang saling mencintai. Dia yang mungkin akan tertarik dengan cerita bagaimana ayah dan ibu bertemu dan jatuh cinta.&nbsp;Di usia ini pula anak mungkin akan mengalami perubahan fisik yang mempersiapkan ia untuk memasuki masa pubertas. Penting bagi MomDad membimbing dan mengarahkan anak untuk tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah, mengajarkan anak tentang penyakit yang dapat menular lewat hubungan seksual (misal AIDS), dan bagaimana penyakit itu ditularkan.Penting diingat bagi MomDad, walaupun mungkin saat berbicara tentang seks dan seksualitas dengan anak pertanyaan yang memalukan tidak dapat dihindari, namun anak harus mengetahui bahwa selalu ada tempat untuk bertanya dengan jawaban yang jujur dan dipercaya, yaitu MomDad.Semoga penjelasan di atas bermanfaat ya dan MomDad bisa menjelaskan tentang seks pada si Kecil di waktu, serta cara yang tepat.Jika ingin tahu informasi menarik seputar tumbuh kembang anak lainnya, pantau terus artikel terbaru kami melalui aplikasi PrimaKu atau website <a class="e-rte-anchor" href="http://www.primaku.com/" title="http://www.primaku.com/" target="_blank">primaku.com</a>. Jangan lupa juga follow Instagram <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a>, ya!Suka dengan artikel ini? Yuk, like, save, dan share artikelnya!Sumber foto: PexelsArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Kapan Mulai Membicarakan Seks pada Anak? Yuk, Cari Tahu di Sini!

kapan-mulai-membicarakan-seks-pada-anak--yuk--cari-tahu-di-sini-

Pernahkah MomDad melihat balita yang kondisi giginya tampak terkikis, bolong atau menghitam? Kondisi seperti ini dinamakan gigi geripis. Meski usianya masih kecil dan pertumbuhan gigi masih terjadi, tetapi kondisi gigi seperti ini tetap perlu mendapat perawatan yang tepat, lho. Lalu apa yang perlu dilakukan orang tua ketika memiliki buah hati yang mengalami gigi geripis? Yuk, simak penjelasan dokter gigi,&nbsp;drg. Stella Lesmana, SpKGA berikut!Risiko gigi geripisGigi geripis adalah adanya satu atau lebih gigi yang rusak, hilang, atau ompong kehitaman. Gigi geripis ini umumnya terjadi pada anak berusia 5 tahun ke bawah.Gigi memiliki berbagai fungsi, mulai dari mengunyah hingga membantu bicara. Maka itu meski masih di usia balita, kondisi gigi yang copot, atau berlubang dapat menimbulkan berbagai masalah.Seperti yang diketahui, gigi yang berlubang dapat menimbulkan infeksi dan nyeri. Kondisi lubang pada gigi dapat meluas bahkan bisa sampai menyebabkan infeksi saraf gigi. Hal ini menyebabkan gusi bengkak. Bengkak dapat meluas ke pipi dan bibir, bahkan bisa menyebabkan demam.Pada kondisi balita, bila gigi harus sampai dicabut padahal belum waktunya tanggal, gigi sebelahnya bisa bergeser dan menutup ruang untuk gigi tetapnya kelak. Pertumbuhan gigi dewasanya pun bisa mengalami pertumbuhan tak sempurna seperti miring atau bertumpuk&nbsp;Penyebab gigi geripis pada anakAgar buah hati tidak mengalami hal ini MomDad perlu memperhatikan kebiasaan si Kecil dan memperhatikan berbagai faktor yang menyebabkan gigi geripis, berikut:<ul><li style="text-align: justify;">Sering makan dan minum produk yang mengandung gula tinggi</li><li style="text-align: justify;">Tidak rutin menyikat gigi (atau menyikat gigi tapi waktunya salah). Menyikat gigi direkomendasikan 2x sehari pagi dan malam sebelum tidur.&nbsp;</li><li style="text-align: justify;">Menyikat gigi dengan pasta yang tidak ber-fluoride&nbsp;</li><li style="text-align: justify;">Minum susu di malam hari terutama dengan botol</li><li style="text-align: justify;">Mengemut makanan</li></ul>Bisakah gigi geripis diperbaiki?Kondisi gigi geripis jangan sampai dibiarkan, sebaiknya orang tua segera mengunjungi dokter gigi untuk memberikan tindakan medis atau perawatan. Hal ini perlu dilakukan agar gigi dapat kembali berfungsi dengan baik dan tidak menimbulkan masalah seperti semula.Untuk kondisi gigi berlubang, proses perawatan bergantung pada besar dan dalamnya lubang. Gigi perlu ditambal atau dilakukan tindakan medis berupa penambalan atau perawatan saraf. Namun bila kerusakan gigi sudah parah dan harus dicabut, maka harus menggunakan alat penahan ruang supaya gigi sebelahnya tidak bergeser.Nah, itu dia penjelasan mengenai penyebab gigi geripis pada anak. Semoga bermanfaat ya buat MomDad. Jika ingin tahu informasi menarik seputar tumbuh kembang anak lainnya, pantau terus artikel terbaru kami melalui aplikasi PrimaKu atau website <a class="e-rte-anchor" href="http://www.primaku.com/" title="http://www.primaku.com/" target="_blank">primaku.com</a>. Jangan lupa juga follow Instagram <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a>, ya!Suka dengan artikel ini? Yuk, like, save, dan share artikelnya!Sumber foto: iStockArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Ternyata Ini lho Penyebab Gigi Geripis pada Anak, MomDad!

ternyata-ini-lho-penyebab-gigi-geripis-pada-anak--momdad-

Kalau biasanya MomDad bersihin telinga si Kecil pakai cottonbud, sekarang jangan lagi, ya! Soalnya, kebiasaan ini malah menimbulkan dampak buruk, lho.Daripada bingung gimana caranya, lebih baik MomDad saksikan langsung video di atas dengan narasumber dr. Rangga Rayendra Saleh, Sp.THT-KL dan moderator dr. Henni Wahyu Triyuniati, Sp.A <div style="text-align: justify;"> </div>

Tips Aman Memandikan Bayi di Bathtub yang Perlu MomDad Ketahui!

Tips Aman Memandikan Bayi di Bathtub yang Perlu MomDad Ketahui!

Di Usia Berapa Anak Diajarkan Tidur Sendiri?

Di Usia Berapa Anak Diajarkan Tidur Sendiri?

Berapa Hari Normalnya si Kecil Demam karena Tumbuh Gigi?

Berapa Hari Normalnya si Kecil Demam karena Tumbuh Gigi?

Anak Susah Mandi karena Takut Air? Lakukan Tips Ini, MomDad!

Anak Susah Mandi karena Takut Air? Lakukan Tips Ini, MomDad!

Supaya Lebih Mandiri, Ini Tips Mengajarkan Anak Mengatur Keuangan

Supaya Lebih Mandiri, Ini Tips Mengajarkan Anak Mengatur Keuangan

Kapan Mulai Membicarakan Seks pada Anak? Yuk, Cari Tahu di Sini!

Kapan Mulai Membicarakan Seks pada Anak? Yuk, Cari Tahu di Sini!

Ternyata Ini lho Penyebab Gigi Geripis pada Anak, MomDad!

Ternyata Ini lho Penyebab Gigi Geripis pada Anak, MomDad!

Jangan Pakai Cottonbud! Yuk, Ketahui Cara Tepat Bersihkan Telinga Anak

Jangan Pakai Cottonbud! Yuk, Ketahui Cara Tepat Bersihkan Telinga Anak