Kemandirian merupakan bagian dari perkembangan personal sosial yang harus dilewati setiap anak. Kemampuan ini akan berkembang pesat dalam 3 tahun pertama kehidupan. Orang tua pun perlu peka terhadap keinginan anak untuk mulai menunjukkan independensi, serta memberikan dukungan atau dorongan yang sesuai agar anak semakin bersemangat dalam melatih kemandiriannya. Karena itu, simak tips mendorong anak mandiri sesuai usia dan tahapan perkembangannya, yuk!Usia 0-1 tahunPada usia ini, bayi memerlukan rasa aman dan kasih sayang dari MomDad. Ketika bayi menangis untuk mengatakan ia membutuhkan sesuatu, entah itu lapar, kedinginan, atau merasa tidak nyaman, orang tualah yang harus mampu mengetahui penyebab dan menjawab kebutuhannya. Hal ini diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan bayi kepada orang tua dan lingkungan sekitar.Di usia ini, orang tua dapat mengajak bayi berinteraksi, seperti bermain dengan melihat cermin, cilukba, dan memberikan benda untuk digenggam. Saat bayi sudah bisa memegang makanan padat atau finger food, MomDad juga dapat mendorong bayi untuk makan sendiri. Bayi juga sudah dapat dilatih minum dari gelas dan memegangnya sendiri.Begitu juga ketika bermain, biarkan bayi bereksplorasi, dan jangan terburu-buru untuk “turun tangan” kecuali bayi memintanya atau menunjukkan tanda-tanda frustasi. Pada usia 9 bulan, bayi juga sudah dapat diajari isyarat sosial seperti melambaikan tangan atau bertepuk tangan.Usia di atas 1 tahunDi usia ini, anak sudah mulai dapat diajari kebiasaan sehari-hari di rumah. Dia juga sudah dapat dilibatkan dalam kegiatan keluarga sehari-hari. MomDad bisa menunjukkan cara melepas pakaian, membersihkan lantai, menyiram tanaman, menggunakan sendok, minum sendiri, menyikat gigi sendiri, membantu pekerjaan rumah, dan lain-lain.Bermain dengan boneka juga merupakan ide bagus, karena anak dapat belajar meninabobokan, memberi makan atau minum, atau menyisir boneka sembari bermain. Ajari juga anak tentang tanggung jawab, misalnya jika ia menumpahkan air atau minuman, ajaklah ia untuk membersihkan tumpahan tersebut bersama-sama.Pada usia ini anak juga sudah mampu memilih. Agar ia lebih bersemangat, serta untuk menghindari “power struggle” saat melakukan kegiatan harian, libatkan ia dalam prosesnya. Misalnya, daripada memaksa anak untuk mandi atau berpakaian, tawarkanlah 2-3 pilihan dengan bertanya, "Adik mau mandi dulu baru makan, atau makan dulu baru mandi?" atau “Adik mau pakai baju biru atau kuning?”, dan lain sebagainya. Jangan lupa melatih anak untuk menyatakan keinginan tanpa harus menangis atau tantrum.Usia di atas 2 tahunDoronglah anak untuk melakukan kegiatan yang sudah dapat ia lakukan mandiri sebelumnya. Pada usia ini, kemampuannya untuk mengikuti perintah dan rutinitas semakin kompleks. Anak sudah mulai bisa diajari memakai baju sendiri, memakai sepatu saat ingin keluar rumah, menggantung baju atau jas hujan di pintu, membantu merapikan meja makan, membereskan makanannya sendiri setelah makan, dan lain-lain.Untuk kegiatan yang lebih kompleks dan melibatkan beberapa tahap, orang tua dapat menyederhanakan dengan membaginya menjadi beberapa langkah. Misalnya, daripada mengatakan, “Ayo bereskan mainan kemudian kita ke taman dan gunakan sepatumu!”, orang tua dapat memecahnya menjadi, "Yuk sekarang kita bereskan dulu mainannya!", setelah selesai, anak dapat diajak ke rak sepatu untuk mengenakan sepatu sendiri, dan kemudian mengajaknya berjalan-jalan.Penting dalam setiap kegiatan kemandirian yang sedang dilatihkan, MomDad memberikan kesempatan anak untuk mencobanya sendiri. Tahan untuk menawarkan bantuan ketika ia tampak kesulitan, atau ketika anak memintanya. Dengan menahan diri untuk tidak tergesa-gesa menolong, orang tua telah mendorong kemampuan anak untuk memecahkan masalah dan berpikir kreatif.Jika anak berhasil melaksanakan suatu kegiatan atau tugas secara mandiri, berikanlah pujian yang spesifik dan sesuai, misalnya daripada mengatakan “Anak pintar”, lebih baik mengatakan “Wah, hebat ya adik sudah bisa memakai sepatu sendiri!”. Pujian spesifik seperti ini akan membuat anak berfokus pada kemampuan yang sudah bisa ia raih dan mendorong semangatnya untuk menguasai kemampuan baru.Apabila anak sedang dalam fase “mogok” untuk melakukan rutinitas yang sebenarnya mampu ia lakukan, meski telah dibujuk berbagai cara, orang tua harus tetap tenang. Orang tua harus tetap bersikap penuh kasih sayang, namun tegas, tanpa perlu memarahi anak. Misalnya, ketika anak menolak menggosok gigi di malam hari, MomDad dapat membantunya dengan mengatakan, “Dik, ibu bantu ya menggosok gigi kamu? Ibu akan membuka mulut kamu, memegang tanganmu, dan membantumu menyekanya, sekalipun ibu tahu kamu tidak suka, supaya gigi adik tidak bolong dan adik jadi sakit gigi.”Setiap anak memiliki kecepatan masing-masing dalam mempelajari suatu keahlian, termasuk dalam mempelajari kemandirian. Tugas orang tua adalah membimbing, mengajari, dan mendampingi anak dalam setiap prosesnya, serta memberikan pujian dan dorongan yang ia butuhkan. Setiap anak pada dasarnya selalu ingin tahu dan ingin belajar, kita hanya perlu memberikan lingkungan yang kaya dan “menantang” untuk mengembangkan kemandirian anak-anak sesuai potensi dan usianya.Yuk, download aplikasi PrimaKu karena ada banyak artikel menarik seputar tumbuh kembang anak lainnya yang bermanfaat untuk MomDad. Pastikan juga MomDad&nbsp;follow&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">@official.primaku</a>&nbsp;di Instagram, ya!&nbsp; Reference:<ul><li style="text-align: left;">Sambo CM. Memupuk kemandirian batita (bagian 1). <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/memupuk-kemandirian-batita-bagian-1" title="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/memupuk-kemandirian-batita-bagian-1">https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/memupuk-kemandirian-batita-bagian-1 </a></li><li style="text-align: left;">Sambo CM. Memupuk kemandirian batita (bagian 2). <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/memupuk-kemandirian-batita-bagian-2" title="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/memupuk-kemandirian-batita-bagian-2">https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/memupuk-kemandirian-batita-bagian-2 </a></li></ul>Sumber foto: PexelsArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Tips Mengajarkan Anak untuk Lebih Mandiri Sesuai Usianya

tips-mengajarkan-anak-untuk-lebih-mandiri-sesuai-usianya

Dari sekian banyak milestones&nbsp;perkembangan si Kecil, kemampuan toilet training menjadi tantangan tersendiri bagi MomDad. Menurut Stanford Children’s Healt, toilet training merupakan pelatihan toilet yang mengajarkan anak untuk mengenali sinyal tubuh mereka untuk buang air kecil dan buang air besar. Kemampuan anak untuk buang air sendiri di toilet merupakan salah satu tahap tumbuh kembangnya yang penting menuju kemandirian. Nah, supaya si Kecil dapat 'lulus' toilet training, ada beberapa hal yang patut MomDad perhatikan. Apa saja? Yuk, simak penjelasannya di bawah!Mengajarkan toilet training pada anakSebenarnya, tidak ada patokan usia yang pasti untuk memulai toilet training pada anak. Namun, pada umumnya, kesiapan toilet training bisa dilihat dari kematangan fisik dan psikologis yang timbul pada usia 18 bulan sampai 2,5 tahun. Well, saat mengajarkannya toilet training, MomDad dapat melakukan:1. Pastikan anak sudah siap untuk belajar toilet training. Tanda bahwa ia sudah siap antara lain:<ul><li style="text-align: justify;">Menunjukkan rasa tertarik untuk belajar, misalnya mengikuti MomDad ke kamar mandi</li><li style="text-align: justify;">Mampu mengembalikan benda-benda ke tempat asalnya</li><li style="text-align: justify;">Mampu berkata “tidak” untuk menolak</li><li style="text-align: justify;">Mampu berjalan dan duduk dengan baik</li><li style="text-align: justify;">Mampu menyampaikan rasa ingin buang air</li><li style="text-align: justify;">Mampu melepas dan mengenakan pakaiannya</li></ul>2. Sediakan waktu khusus di rumah selama beberapa hari untuk memulai toilet training. Hindari bepergian di saat si Kecil sedang memulai toilet training.3. Ajari si Kecil untuk buang air kecil di waktu-waktu tertentu, seperti bangun tidur, sebelum tidur, dan setelah makan.4. Mulai kenakan celana kain di siang hari. Kenali buang air saat tidur mungkin baru akan muncul sekitar setahun setelah si Kecil mampu menahan buang air di siang hari.5. Kenali isyarat atau perilaku si Kecil saat ingin buang air, baik kecil maupun besar.6. Berikan pujian bila si Kecil berhasil buang air di toilet.7. Jangan lupa berikan contoh bagaimana menggunakan toilet mulai dari menggunakan toilet hingga mencuci tangan setelah selesai buang air.Semoga informasi di atas bermanfaat dan si Kecil bisa segera 'lulus' toilet training ya.&nbsp;Selamat mencoba, MomDad!&nbsp;Yuk, download aplikasi PrimaKu karena ada banyak artikel menarik seputar tumbuh kembang anak lainnya yang bermanfaat untuk MomDad. Pastikan juga MomDad follow <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a> di Instagram, ya!&nbsp;Reference:<ul><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/toilet-training" title="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/toilet-training">https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/toilet-training </a></li><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=toilet-training-90-P02300" title="https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=toilet-training-90-P02300">https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=toilet-training-90-P02300 </a></li></ul>Sumber foto: PexelsArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

7 Cara Mengajarkan si Kecil agar 'Lulus' Toilet Training

7-cara-mengajarkan-si-kecil-agar--lulus--toilet-training

Kegiatan menyusui menjadi momen yang bisa meningkatkan bonding antara ibu dan bayi. Namun, proses menyapih tentu tidak semudah membalik telapak tangan. Prosesnya terkadang akan diwarnai dengan drama. Oleh karena itu, ibu pun perlu mempersiapkan mental dan fisik agar proses menyapih berjalan dengan baik. Lalu, sebenarnya kapan sih waktu yang tepat untuk menyapih si Kecil?Waktu yang tepat untuk menyapihOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar bayi yang baru lahir mendapatkan ASI eksklusif selama 6 bulan penuh. Sementara Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menganjurkan agar Mom menyusui si Kecil hingga usianya 2 tahun. Namun, kapan persisnya Mom harus menyapih anak, tergantung pada kesiapan Mom maupun si Kecil.Pola menyusui bisa diikuti dengan <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/ru2D" title="https://primaku.page.link/ru2D" target="_blank">proses menyapih secara alami</a> saat bayi menginjak usia 6 bulan, yaitu ketika si Kecil mulai memasuki masa MPASI. Mulai usia ini, sumber nutrisi utama bayi secara bertahap berganti dari ASI menjadi makanan yang secara reguler ia konsumsi setiap harinya. Karena itu, biasanya bayi yang sudah MPASI sedikit demi sedikit tidak lagi mencari susu karena sudah kenyang dengan asupan makanan yang ia dapatkan.Namun, ibu tentunya juga bisa menentukan sendiri kapan harus menyapih anak. Hal ini akan terasa sulit, namun bisa dilakukan dengan mempersiapkannya lebih dulu. Proses menyapih dapat memakan waktu beberapa hari, minggu, bahkan bulan. Menyusui adalah hubungan yang intim antara ibu dan anak, sehingga saat menyapih, tidak hanya anak yang harus siap dilepaskan dari hubungan tersebut, tetapi juga ibunya. Jangan bandingkan situasi Mom dengan ibu lainnya karena setiap orang memiliki kondisi yang berbeda-beda.Kondisi yang tidak diperbolehkan untuk menyapihProses menyapih sebaiknya dilakukan secara bertahap dan jangan langsung berhenti saat itu juga. Proses menyapih sebaiknya dimulai dengan mengurangi intensitas menyusui dalam beberapa minggu atau bulan. Dengan begitu, suplai ASI Mom pun akan berkurang secara bertahap dan mencegah terjadinya pembengkakan.Namun, Mom perlu mempertimbangkan untuk menyapih jika:Si Kecil memiliki alergi makananJika si Kecil memiliki alergi terhadap makanan tertentu, sebaiknya tunda menyapih hingga usia anak lebih dari satu tahun. Penelitian mengungkapkan bahwa memberikan anak makanan yang berisiko alergi saat masih menyusu ASI eksklusif akan menurunkan risiko alerginya. Untuk hal ini, Mom perlu berkonsultasi dulu dengan dokter, ya.Si Kecil kurang sehatJika si Kecil sedang kurang sehat atau tumbuh gigi, tunda menyapih hingga anak kembali sehat. Mom juga perlu menunda proses menyapih jika kondisi Mom sedang kurang sehat. Mom dan si Kecil akan bisa menyesuaikan diri dengan perubahan jika keduanya berada dalam kondisi yang baik.Terjadinya perubahan besarHindari proses menyapih jika terjadi perubahan besar, misalnya pindah rumah yang menyebabkan keadaan belum stabil. Lakukan proses menyapih jika keadaan sudah lebih stabil dan keluarga tidak dalam kondisi stres.Perlu diingat, proses menyapih memerlukan waktu yang cukup panjang bagi sebagian orang. Jika si Kecil masih sulit untuk disapih, coba lagi dalam satu atau dua bulan ke depan, ya.Jika MomDad ingin tahu informasi menarik lainnya, pantau terus artikel terbaru kami melalui aplikasi PrimaKu atau website <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/" title="https://primaku.com/" target="_blank">primaku.com</a>. Jangan lupa juga follow Instagram <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a>, ya.Suka dengan tips di atas? Yuk, like, save, dan share artikelnya!Sumber foto: PexelsArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.<div style="text-align: justify;"> </div>

Kapan Waktu yang Tepat untuk Menyapih si Kecil?

kapan-waktu-yang-tepat-untuk-menyapih-si-kecil-

Menyusui si Kecil menjadi momen berharga bagi setiap ibu, karena dapat memperkuat bonding ibu dan anak. Namun, saat memasuki usia 2 tahun, masa pemberian ASI pun akan berakhir dan si Kecil pun siap belajar untuk disapih. Selama proses menyapih, MomDad mungkin menemukan beberapa kendala atau hambatan yang membuat si Kecil belum bisa lepas dari ASI. Untuk menghadapi hal itu, yuk coba lakukan tips berikut agar sukses menyapih si Kecil!Putuskan kapan Mom akan mulai menyapih anakKetika ingin menyapih, kesiapan tidak hanya datang dari si Kecil, tetapi juga Mom. Sapihlah si Kecil saat ibu dan anak sama-sama sudah siap, tidak mutlak saat anak berusia tepat 2 tahun. Kesiapan Mom sebagai seorang ibu didasari oleh komitmen yang kuat. Kebanyakan, ibu tidak tega melihat anaknya menangis, sehingga langsung ‘luluh’ dan akhirnya kembali menyusui si Kecil. So, mulai sekarang, putuskan dan bulatkan tekad kapan Mom akan mulai menyapih si Kecil.Mulailah dengan mengurangi frekuensi anak menyusu di siang hariSaat menyapih si Kecil, mulailah dengan mengurangi frekuensi menyusui. Susui si Kecil saat ia memintanya, namun jangan menawarkannya saat tidak meminta. Cara lain, jika si Kecil meminta menyusu, MomDad dapat menundanya sementara waktu dengan mengatakan, “nanti ya. Tunggu sebentar.”Berikan distraksiUntuk mengalihkan perhatiannya pada susu, MomDad dapat menawarkan camilan favoritnya maupun kegiatan lain yang menyenangkan. Dengan begitu, si Kecil akan menikmati kegiatannya dan melupakan permintaannya untuk menyusu.Buat ritual baruGantilah rutinitas yang ada di rumah. Misalnya, jika si Kecil selalu menyusu saat hendak tidur, MomDad dapat membuat rutinitas baru sebelum tidur. Bacakan buku cerita atau nyanyikan lagu Nina Bobo.Berikan pengertianBeberapa minggu sebelum mulai menyapih, ajaklah ia bicara mengenai rencana MomDad ingin menyapihnya. Berikan pengertian secara berulang pada anak bahwa sudah waktunya ia disapih.&nbsp;Sebagai contoh, “Kak, kakak kan sudah besar. Nanti habis ulang tahun ke-2, minum susunya dari gelas ya. Bukan dari Mama lagi.” Selain itu, MomDad bisa gunakan gambar nyata, seperti misalnya bayi yang menyusu pada ibunya dan anak besar yang minum dari gelas dan sedotan.&nbsp;Perlu dicatat, sebaiknya jangan membohongi si Kecil dengan menggunakan lipstik, brotowali, atau bahkan obat merah untuk mewarnai payudara atau membuat rasanya berbeda ya, MomDad. Lakukanlah penyapihan dengan cinta dan kenyamanan bagi kedua pihak. Yuk, kita sama-sama menjadi orang tua lebih baik untuk si Kecil.Selamat mencoba MomDad!Jika ingin tahu lebih banyak mengenai tips menarik lainnya, pantau terus ya artikel terbaru kami melalui aplikasi PrimaKu atau website <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/" title="https://primaku.com/" target="_blank">primaku.com</a>. Jangan lupa juga follow <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a> di Instagram.Suka dengan tips di atas? Yuk, like, save, dan share artikelnya!Sumber foto: iStockReferensi: Mommyclopedia Panduan Lengkap Merawat Batita oleh dr. Meta Hanindita, Sp.A: Gramedia Juni 2020Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.<div style="text-align: justify;"> </div>

Ingin Sukses Menyapih si Kecil? Yuk, Lakukan Hal Ini, MomDad!

ingin-sukses-menyapih-si-kecil--yuk--lakukan-hal-ini--momdad-

Apakah MomDad pernah atau sering mengatakan ‘jangan’ saat memberi tahu atau melarang si Kecil? Jika iya, mulai sekarang, hindari kata 'jangan' ya pada si Kecil, karena dapat berpengaruh pada psikologinya.&nbsp;Menurut para ahli, kata ‘jangan’ memiliki dampak buruk, seperti dapat membuat anak jadi ragu dan bertanya-tanya dalam mengambil keputusan atau bertindak. Maka dari itu, alih-alih kata 'jangan', MomDad dapat menggunakan kata-kata berikut saat melarang si Kecil!Gunakan alternatif instruksi, bukan laranganSaat melarang anak, alih-alih mengatakan, “jangan lakukan A”, lebih baik diganti dengan “yuk, kita coba B”, atau bisa juga “yuk, taruh mainannya pelan-pelan yaa, daripada “jangan dibanting ya..”We do good when we feel goodHindari melabeli si Kecil dengan mengatakan “nggak boleh main air terus ya, dasar kamu anak nakal”, lebih baik katakan “main air memang seru ya, tapi sekarang waktunya makan malam, nanti kamu keburu ngantuk pas jam tidur.”Ajak si Kecil mencari solusi bersamaSi Kecil mungkin terlalu asyik bermain, sehinga suka lupa waktu. Daripada mengatakan “jangan main terus dek, sudah waktunya pulang”, MomDad bisa menggantinya dengan “mama tau main di taman seru banget ya, tapi sekarang kita harus pulang, nanti adik mau main apa ya di rumah yang seru juga?”Gunakan empati saat menentukan batasanTentukan batasan anak menggunakan empati. Daripada mengatakan “Kakak nggak boleh ya mukul adik, kamu kan lebih besar jadi harus mengalah dong!” lebih baik mengatakan “kakak kesal banget ya karena adik merebut mainan kakak? Tapi memukul itu sakit lho Kak, yuk mama bantu kakak ngomong ke adik supaya tidak mengulangi lagi.”Tawarkan pilihanDaripada MomDad mengatakan “jangan pakai baju merah ya, Kak”, coba diganti dengan memberikan tawaran seperti “kakak mau pergi pakai baju biru atau hijau?”Jadi, mulai sekarang coba yuk gunakan kata-kata alternatif ‘jangan’ untuk mendidik si Kecil. Selamat mencoba MomDad!Jika MomDad ingin tahu tips menarik lainnya, pantau terus artikel terbaru kami melalui aplikasi PrimaKu atau website <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/" title="https://primaku.com/" target="_blank">primaku.com</a>. Jangan lupa juga follow Instagram <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a>, ya.Suka dengan tips di atas? Yuk, like, save, dan share artikelnya!Refrensi:<ul><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.fatherly.com/love-money/why-i-never-say-no-to-my-kids" title="https://www.fatherly.com/love-money/why-i-never-say-no-to-my-kids">https://www.fatherly.com/love-money/why-i-never-say-no-to-my-kids </a></li><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://karacarrero.com/parenting-without-saying-no/" title="https://karacarrero.com/parenting-without-saying-no/">https://karacarrero.com/parenting-without-saying-no/ </a></li></ul>Sumber Foto: PexelsArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Jadi Orang Tua Lebih Baik, Ini Alternatif Kata 'Jangan' Saat Melarang Anak

jadi-orang-tua-lebih-baik--ini-alternatif-kata--jangan--saat-melarang-anak

Kehadiran buah hati tak sekadar memberi kebahagiaan tersendiri bagi para orang tua, tapi juga tanggung jawab tanpa henti di mana MomDad perlu memastikan kebutuhan mereka terpenuhi. Selain kebutuhan nutrisi, dalam fase mendidik anak, MomDad juga perlu mempersiapkan diri agar buah hati mendapatkan pengajaran yang tepat.Fase usia emas atau umur 0-5 tahun adalah masa terpenting karena di masa ini perkembangan otak buah hati MomDad begitu pesat, sehingga orang tua perlu memperhatikan berbagai hal yang mereka ajarkan dan tunjukkan pada si kecil. Agar si Kecil tumbuh menjadi pribadi yang baik, pastikan MomDad mengajarkan berbagai hal berikut di fase usia emas mereka, ya!Limpahi anak dengan kasih sayang<img src="https://storage.primaku.com/editor/1657432093223-38023a49.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1281879948-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Pada fase emas, MomDad sebaiknya memberikan perhatian menyeluruh pada buah hati, selain itu limpahan kasih sayang juga patut diberikan. Tak hanya sikap MomDad pada anak, tapi juga berikan lingkungan yang penuh kasih sayang, seperti tak ragu menunjukan rasa sayang maupun apresiasi antara MomDad di depan anak. Tak sekadar kasih sayang dalam bentuk kedekatan fisik, MomDad juga bisa mengenalkan anak pada pentingnya rasa kasih sayang antara sesama makhluk hidup, baik pada manusia, hewan maupun tumbuhan. Dengan begitu buah hati akan memiliki jiwa mengasihi karena melihat orang tua yang kerap menunjukkan sikap tersebut.&nbsp;Dekatkan anak pada pendidikan agamaTak kalah penting mendekatkan buah hati pada pendidikan agama juga bisa menjadi fondasi penting saat nanti ia masuk dalam lingkungan pertemanan. Pendidikan agama akan membuatnya memiliki batasan serta pandangan antara hal baik dan buruk.&nbsp;Kenali kegemaran anak<img src="https://storage.primaku.com/editor/1657432125002-a6293f87.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="tumuh kembang anak.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Pada fase emas pertumbuhan kenalkan buah hati pada berbagai aktivitas dan perhatikan kegiatan mana yang lebih menarik baginya. Namun, tetap jadikan berbagai kegiatan ini sebagai aktivitas yang menyenangkan dan bukan paksaan. Dengan mengenalkan berbagai kegiatan pada buah hati, ia dengan sendirinya akan menemukan mana hal yang digemari.&nbsp;Mendahulukan pembentukan sikapPenting untuk menanamkan berbagai sikap positif pada buah hati di fase emas sebelum MomDad mengarahkannya pada pendidikan sekolah seperti berhitung atau membaca. Hal seperti membiasakan membuang sampah pada tempatnya, mengenalkan norma kesopanan, hingga sikap kejujuran jadi hal dasar yang perlu dipahami buah hati. Tentunya berbagai hal ini akan diikuti sang buah hati jika MomDad menunjukkan sikap yang sama, mengingat anak akan selalu meniru apa yang dilakukan orang tuanya.&nbsp;Tumbuhkan rasa percaya diri dan ajak berdiskusi<img src="https://storage.primaku.com/editor/1657432171590-209f417d.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1216917662-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Di fase emas, ajarkan anak untuk berani bersikap dan berpendapat. Sesederhana mengajak anak untuk memesan menu saat membeli makanan kesukaannya atau membayar di kasir.&nbsp;Selain itu MomDad juga bisa berdiskusi pada buah hati saat ia dihadapkan pada pilihan. Dengan bersikap layaknya pada sesama orang dewasa, MomDad akan mengasah sikap anak untuk percaya diri dan mengungkapkan pendapat karena si Kecil akan merasa apa yang ia kemukakan juga didengar. Selain itu, ia pun akan mengetahui alasan ketika keinginannya tak dapat terpenuhi, alih-alih sekadar kata ‘tidak boleh’ dari MomDad.Itu dia berbagai hal yang bisa diajarkan saat anak berada pada fase emas. Tentunya masih ada berbagai hal penting lain yang bisa disesuaikan dengan pandangan hidup MomDad. Untuk mengetahui berbagai hal seputar tumbuh kembang anak pastikan untuk selalu update artikel dari PrimaKu baik melalui app maupun website <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/" title="https://primaku.com/" target="_blank">primaku.com</a>!<div style="text-align: justify;">Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D. </div>

MomDad, Ini Ragam Cara Mendidik Anak di Usia Emas!

momdad--ini-ragam-cara-mendidik-anak-di-usia-emas-

Saat ini tak sedikit orang tua yang memberikan gadget pada anaknya dengan tujuan agar anak tidak rewel dan menangis. Meskipun saat ini sudah zaman teknologi, namun screen time pada anak tetap harus dibatasi ya, MomDad. Screen time adalah waktu yang digunakan untuk menggunakan komputer, menonton televisi, ataupun bermain video games. Berbagai ahli menganjurkan screen time tidak lebih dari 2 jam setiap hari untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun. Agar anak tidak kecanduan bermain gawai, MomDad bisa mengajak anak melakukan berbagai aktivitas menarik. Apa saja, ya?Piknik<img src="https://storage.primaku.com/editor/1657431274908-d1b9be2e.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="children-s-day-little-boy-blowing-soap-bubbles-park-cute-toddler-boy-playing-with-soap-bubbles-summer-field-hands-up-happy-childhood-concept-authentic-lifestyle-image.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Tidak perlu jauh-jauh keluar kota, MomDad bisa mengajak anak piknik di halaman rumah. Gelar tikar atau karpet dan bawa makanan serta minuman ringan sehat yang disukai anak. Ajak anak bergembira bersama layaknya piknik sungguhan. Kalau tidak memungkinkan, MomDad bisa membuat tenda di ruang keluarga. Bahkan, kalau perlu menginap di dalamnya, seperti ketika camping sungguhan.Mencuci mainan<img src="https://storage.primaku.com/editor/1657431269665-b470bb35.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1226753715-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Aktivitas menyenangkan lainnya yang bisa MomDad lakukan untuk mengurangi screen time anak yaitu mengajaknya mencuci mainan-mainannya. Sambil mencuci mainan, MomDad juga bisa mengajaknya bermain air dan sabun. Buatlah gelembung sabun menggunakan tangan sendiri. Anak-anak pun akan tertarik untuk ikut membuatnya. Perlu diingat ya, MomDad, sebaiknya gunakan sabun yang aman untuk anak. Jangan gunakan deterjen yang bersifat keras di kulit karena akan bisa berbahaya bagi anak jika tertelan atau terkena matanya.Memasak<img src="https://storage.primaku.com/editor/1657431465105-36901251.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1205684256-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Kegiatan lain yang tidak kalah mengansyikkan adalah mengajak anak memasak bersama. Tidak perlu membuat makanan yang sulit, MomDad bisa mencoba menu yang mudah dan tidak menggunakan alat-alat yang bisa berbahaya bagi anak. Misalnya dengan membuat kue-kue kering yang pengerjaannya melibatkan anak. Biarkan anak mengaduk adonan, namun tetap diawasi. Selain melatih kesabaran anak, memasak juga bisa menstimulasi kreativitas anak, lho!Menyanyi dan menari<img src="https://storage.primaku.com/editor/1657431321157-960d47e7.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="mother-daughter-playing-triangle.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Kegiatan ini mungkin menjadi yang paling mudah karena pada dasarnya anak-anak suka mendengarkan musik dan menari. MomDad bisa menyalakan musik dan menyambungkannya ke pengeras suara. Pilih lagu-lagu anak yang menyenangkan dan ajak ia untuk menari bersama. Selain mengasyikkan, aktivitas ini juga sekaligus mengajak anak untuk banyak bergerak sehingga menyehatkan tubuh.Membaca buku, mewarnai, dan membuat kerajinan tangan<img src="https://storage.primaku.com/editor/1657431401529-884b779f.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1255058084-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Jika MomDad sudah terbiasa membacakan buku pada anak sejak kecil, tentunya kegiatan ini bisa sangat menyenangkan. Pilihlah buku-buku cerita bergambar agar anak betah melihatnya. Selain itu, MomDad juga bisa mengajaknya mewarnai gambar, atau membuat kerajinan tangan. Gunakan alat dan bahan sederhana, misalnya playdough.Nah, itu dia beberapa kegiatan yang bisa orang tua lakukan untuk mengurangi screen time pada anak. Kalau MomDad sendiri biasanya melakukan kegiatan apa saja, nih?Jika ingin tahu tips parenting lainnya, MomDad bisa membaca artikel melalui aplikasi PrimaKu atau website <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.com/" title="https://primaku.com/" target="_blank">primaku.com</a>. Ikuti juga Instagram <a class="e-rte-anchor" href="https://www.instagram.com/official.primaku/" title="https://www.instagram.com/official.primaku/" target="_blank">@official.primaku</a> ya!Suka dengan penjelasan di atas? Jangan ragu like, save, dan share artikelnya!Sumber foto: iStockArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.