Memberikan batasan screen time pada anak memiliki beberapa alasan yang penting untuk mendukung kesejahteraan fisik, mental, dan sosial. Sebab, paparan screen time yang terlalu lama, dapat berdampak pada kesehatan, seperti kesehatan mata, kualitas tidur, konsentrasi, hingga pengembangan sosial dan emosional anak. Screen time terbukti secara kuat berkaitan dengan kegemukan, asupan nutrisi yang tidak sehat, dan kualitas hidup.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/739ae7ba107610dcc6cb2510771f4f1016106_1704778430922.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="screen time (2).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Peningkatan durasi screen time pada anak juga berhubungan dengan terjadinya masalah tidur pada anak yang dapat menjadi faktor timbulnya externalizing problem pada anak [1]. Externalizing problem pada anak merupakan perilaku yang dapat berdampak pada langsung atau tidak langsung pada orang lain seperti perilaku agresif, berbohong, membangkang, tidak patuh, berbohong, mencuri, dan kurangnya kendali diri. Sementara itu, masalah internalizing problem pada anak merupakan masalah seperti kecemasan, depresi, menarik diri dari interaksi sosial, gangguan makan, dan kecenderungan untuk bunuh diri [2]. Munculnya externalizing problem pada anak mungkin disebabkan oleh jenis tayangan yang kurang mendidik pada anak sehingga perilaku tersebut dianggap normal oleh anak. oleh sebab itu sangat diperlukan peran orang tua dalam mendampingi dan mengawasi jenis tontonan anak.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/779acdcf5f81f48ddf710e16a762c934f_1704778413577.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="screen time (3).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Berdasarkan rekomendasi dari World Health Organization (2020), batasan screen time pada anak berdasarkan usia meliputi:<ul><li>Anak hingga usia 1 tahun tidak direkomendasikan untuk memiliki screen time﻿﻿</li><li>Anak usia 2-4 tahun durasi screen time tidak lebih dari 1 jam</li><li>Anak usia 5-17 tahun durasi screen time tidak lebih dari 2 jam</li></ul>﻿﻿Sementara American Academy of Child &amp; Adolescent Psychiatry, 2020 [3], menyatakan bahwa:<ul><li style="font-size: 12pt;">Bayi hingga usia 18 bulan dibatasi penggunaan screen time hanya untuk komunikasi dengan menggunakan video</li><li style="font-size: 12pt;">Anak usia 18-24 bulan penggunaan screen time hanya untuk menonton tayangan edukasi bersama pengasuh</li><li style="font-size: 12pt;">Anak usia 2-5 tahun screen time dibatasi 1 jam untuk hari biasa dan hingga 3 jam pada hari libur</li></ul>Dengan memberikan batasan screen time yang seimbang, orang tua dapat membantu menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak dengan lebih baik.Referensi:<ol><li>Kahn, M., Schnabel, O., Gradisar, M., Rozen, G. S., Slone, M., Atzaba-Poria, N., Tikotzky, L., &amp; Sadeh, A. (2021). Sleep, screen time and behavior problems in preschool children: an actigraphy study. European Child and Adolescent Psychiatry, 30(11), 1793–1802.</li><li>Kochanova, K., Pittman, L. D., &amp; Mcneela, L. (2021). Parenting Stress and Child Externalizing and Internalizing Problems Among Low-Income Families : Exploring Transactional Associations. Child Psychiatry &amp; Human Development, 0123456789.</li><li>American Academy of Child &amp; Adolescent Psychiatry. (2020). Screen Time and Children.</li></ol>

Batasan Pemberian Screen Time pada Anak berdasarkan Usia

batasan-pemberian-screen-time-pada-anak-berdasarkan-usia-1704778516519

&nbsp;Saat anak mulai sekolah, tas adalah salah satu perlengkapan yang perlu dimiliki untuk membawa buku dan peralatan sekolah lainnya. Seringkali, peralatan sekolah yang dibawa anak terlalu banyak, sehingga menyebabkan tas menjadi terlalu berat. MomDad perlu memperhatikan soal ini, karena tas yang terlalu berat bisa berdampak buruk pada anak, lho. Yuk, simak penjelasan lengkapnya di bawah ini! Dampak Anak Membawa Tas Terlalu Berat<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/f587e1d774d8629aeced9f2ad0155a104_1704709660236.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="tas berat.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1457px; min-height: 0px;"> Beban tas yang terlalu berat dapat menyebabkan postur tubuh anak menjadi buruk yang berisiko menyebabkan cedera muskuloskeletal, serta dapat menimbulkan rasa nyeri baik di bahu, punggung, maupun leher.Posisi strap yang tidak tepat, terlalu tipis, atau memiliki ujung tajam juga dapat menekan bahu dan menyebabkan rasa kesemutan, kebas, dan kelemahan pada ekstremitas tubuh anak [1].Selain itu, tas yang terlampau berat juga akan mempengaruhi postur dan gaya berjalan anak, sehingga membuat mereka lebih rentan mengalami trauma atau cedera ketika menaiki kendaraan, tangga atau kondisi lain yang memerlukan anak menjaga keseimbangannya.&nbsp; Untuk memastikan beban tas yang dibawa anak sesuai, MomDad perlu mengetahui anjuran berikut:<ul><li>Tas sebaiknya tidak memiliki berat lebih dari 15% berat badan anak dan beban terbesar seharusnya berada di area kurvatura atau lengkung punggung bawah anak. Bagian terendah berada di lengkung tersebut dan panjangnya hingga mencapai 2,5-5 cm di bawah bahu. Hindari juga menaruh tas dengan bagian terendah lebih dari 10 cm di bawah pusar.</li><li>Jika anak tampak harus membungkuk untuk menanggung beban tas, maka artinya beban tersebut terlalu berat.</li><li>Letakkan benda-benda yang paling berat di titik terdekat dengan tubuh, misalnya buku atau laptop di area tas terbesar dan sebarkan beban lainnya secara seimbang di sisi kiri dan kanan tas.</li><li>Gunakan kedua sisi cantelan bahu (shoulder straps) agar distribusi beban seimbang di kedua bahu anak, dan jika terdapat strap di area dada atau pinggang, kencangkan agar beban tersebut berada dekat dengan tubuh anak [2].</li></ul> Nah, agar terhindar dari risiko buruk bagi tubuh, selalu perhatikan barang bawaan anak dan pastikan agar tas yang dibawa tidak terlalu berat ya.&nbsp; Sumber foto: FreepikReferensi:<ol><li><a class="e-rte-anchor" href="https://kidshealth.org/en/parents/backpack.html" title="https://kidshealth.org/en/parents/backpack.html" target="_blank">Backpack Safety (for Parents) - Nemours KidsHealth</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/safety-prevention/at-play/Pages/Backpack-Safety.aspx" title="https://www.healthychildren.org/English/safety-prevention/at-play/Pages/Backpack-Safety.aspx" target="_blank">Backpack Safety - HealthyChildren.org</a></li></ol>

Jangan Biarkan Anak Bawa Tas Terlalu Berat, Ini Dampaknya!

jangan-biarkan-anak-bawa-tas-terlalu-berat--ini-dampaknya--1704709737550

Toilet training merupakan sebuah proses di mana seorang anak diajarkan untuk menggunakan toilet secara mandiri, terutama untuk buang air kecil dan besar. Proses ini melibatkan pembiasaan anak dengan toilet, penggunaan pot atau toilet sesuai kemampuan anak, serta memahami konsep mengenai kapan dan bagaimana menggunakan toilet. Kesiapan anak untuk melakukan toilet training bisa dilihat dari kematangan fisik dan psikologis yang umumnya muncul mulai usia 18 bulan hingga 2,5 tahun.Nah, dalam penerapannya, orang tua kerap melakukan kesalahan yang membuat toilet training tidak berjalan lancar. Kesalahan apa saja sih yang sebaiknya dihindari saat menerapkan toilet training?&nbsp; 1.Memaksa AnakToilet training harus diperlakukan seperti tonggak perkembangan lain, seperti berjalan, berlari, berbicara, membaca dan lain-lain. Pastikan anak siap untuk diajari toilet training, misalnya ketika ia dapat berkomunikasi dengan baik, mengerti rasa ingin BAK atau BAB, menunjukkan keinginan untuk mandiri, mampu mengurus diri sendiri secara sederhana misalnya mengenakan celana atau menurunkan celana, dan mengikuti perintah sederhana. Memaksa anak akan menyebabkan tekanan negatif yang berakibat penolakan toilet training, bahkan anak cenderung menghindar untuk BAB dan BAK di toilet. 2. Hindari Memulai Toilet Training saat Ada “Peristiwa Besar”Kehadiran adik atau anggota keluarga baru, perceraian, pernikahan, mulai masuk sekolah, liburan, dan lain-lain adalah waktu yang tidak tepat untuk memulai toilet training. Jadi, tunggulah sampai ritme normal keseharian kembali sebelum memulai toilet training pada anak. 3. Reaksi Berlebihan terhadap “Kecelakaan”MomDad perlu mengingat bahwa toilet training adalah bagian normal kehidupan dan mengajari anak toilet training juga sejatinya mengajarkan mereka suatu proses alami dan kecelakaan adalah hal yang umum terjadi. Reaksi berlebihan ketika anak tidak dapat memenuhi harapan dapat membuatnya merasa malu sehingga dapat mengakibatkan anak semakin menolak ataupun semakin sering ngompol atau BAB tidak pada tempatnya. Ajari anak untuk bertanggung jawab, misalnya dengan mengajaknya membersihkan bekas urin atau BAB dan menyemangatinya untuk menggunakan toilet di kesempatan berikutnya.&nbsp;&nbsp; 4. Menggunakan Pakaian yang Terlampau “Ribet”Gunakanlah pakaian yang dapat dilepaskan dan digunakan anak semandiri mungkin. Misalnya celana karet, celana pendek elastis, atau rok merupakan pilihan saat anak mulai toilet training. 5. Ekspektasi terhadap AnakUmumnya seorang anak akan menguasai kemampuan berkemih sebelum mampu menguasai kemampuan BAB dan kemampuannya untuk tetap kering saat malam hari timbul setelah ia menguasai kedua hal sebelumnya. Anak yang masih ngompol di malam hari hingga usia 4 tahun sebenarnya masih merupakan hal yang normal. American Academy of Pediatrics menyatakan bahwa penyebabnya adalah kemampuan buli-buli anak mungkin belum cukup untuk menampung urin sepanjang malah dan anak belum mampu untuk merasakan ketika ia “ingin” BAK, pergi ke toilet dan menyelesaikan proses tersebut.&nbsp; Toilet training merupakan langkah besar dalam perkembangan anak dan dapat memerlukan waktu yang bervariasi untuk setiap anak. Setiap anak berkembang dengan kecepatan yang berbeda, jadi tidak ada waktu yang pasti untuk memulai atau menyelesaikan proses ini. Sumber foto: FreepikReferensi: Lyndsey Gabri, MD. Common Mistakes of Potty Training. <a class="e-rte-anchor" href="https://www.verywellfamily.com/the-donts-of-potty-training-290225#" title="https://www.verywellfamily.com/the-donts-of-potty-training-290225#" target="_blank">Very Well Family</a>. January 21, 2020.&nbsp;

5 Kesalahan Toilet Training yang Perlu Orang Tua Hindari

5-kesalahan-toilet-training-yang-perlu-orang-tua-hindari-1704707652190

Anak yang rewel kerap dikaitkan dengan tantrum. Padahal tidak semua anak rewel dapat dikatakan tantrum. Mungkin saja ia mengalami sensory meltdown. Tantrum dan sensory meltdown melekat pada anak, namun keduanya memiliki ciri dan penanganan yang berbeda. Nah, agar MomDad dapat mengatasi tantrum dan sensory meltdown dengan cara yang tepat, kenali perbedaan keduanya, yuk! Perbedaan Tantrum dan Sensory MeltdownTantrum dan sensory meltdown adalah dua kondisi perilaku yang tampak mirip, tetapi ada perbedaan mendasar antara keduanya. Tantrum biasanya terjadi sebagai respons emosional terhadap ketidakpuasan atau ketidaksetujuan. Anak mungkin melempar dirinya ke tanah, menangis, berteriak, atau bahkan memukul sebagai upaya untuk mengekspresikan frustrasi atau meminta perhatian. Sementara sensory meltdown berkaitan erat dengan respons terhadap stimulus sensorik yang berlebihan atau terlalu intens. Ini bukanlah upaya untuk mengendalikan atau memanipulasi situasi, tetapi lebih merupakan respons terhadap overstimulasi sensorik. Well, untuk menangkap gambaran lebih jelas, berikut ciri anak tantrum dan sensory meltdown:<div dir="ltr" style="margin-left:1.5pt;" align="left"><table style="border:none;border-collapse:collapse;"><colgroup><col width="298"><col width="300"></colgroup><tbody><tr style="height:0pt"><td style="border-left:solid #000000 1pt;border-right:solid #000000 1pt;border-bottom:solid #000000 1pt;border-top:solid #000000 1pt;vertical-align:top;padding:5pt 5pt 5pt 5pt;overflow:hidden;overflow-wrap:break-word;"><span style="font-size:11pt;font-family:Arial,sans-serif;color:#000000;background-color:transparent;font-weight:700;font-style:normal;font-variant:normal;text-decoration:none;vertical-align:baseline;white-space:pre;white-space:pre-wrap;">Tantrum</td><td style="border-left:solid #000000 1pt;border-right:solid #000000 1pt;border-bottom:solid #000000 1pt;border-top:solid #000000 1pt;vertical-align:top;padding:5pt 5pt 5pt 5pt;overflow:hidden;overflow-wrap:break-word;" class=""><span style="font-size: 11pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 700; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Sensory Meltdown</td></tr><tr style="height:0pt"><td style="border-left:solid #000000 1pt;border-right:solid #000000 1pt;border-bottom:solid #000000 1pt;border-top:solid #000000 1pt;vertical-align:top;padding:5pt 5pt 5pt 5pt;overflow:hidden;overflow-wrap:break-word;"><span style="font-size:11pt;font-family:Arial,sans-serif;color:#000000;background-color:transparent;font-weight:400;font-style:normal;font-variant:normal;text-decoration:none;vertical-align:baseline;white-space:pre;white-space:pre-wrap;">Mengendalikan Emosi</td><td style="border-left:solid #000000 1pt;border-right:solid #000000 1pt;border-bottom:solid #000000 1pt;border-top:solid #000000 1pt;vertical-align:top;padding:5pt 5pt 5pt 5pt;overflow:hidden;overflow-wrap:break-word;"><span style="font-size:11pt;font-family:Arial,sans-serif;color:#000000;background-color:transparent;font-weight:400;font-style:normal;font-variant:normal;text-decoration:none;vertical-align:baseline;white-space:pre;white-space:pre-wrap;">Tidak dapat mengendalikan emosi</td></tr><tr style="height:0pt"><td style="border-left:solid #000000 1pt;border-right:solid #000000 1pt;border-bottom:solid #000000 1pt;border-top:solid #000000 1pt;vertical-align:top;padding:5pt 5pt 5pt 5pt;overflow:hidden;overflow-wrap:break-word;"><span style="font-size:11pt;font-family:Arial,sans-serif;color:#000000;background-color:transparent;font-weight:400;font-style:normal;font-variant:normal;text-decoration:none;vertical-align:baseline;white-space:pre;white-space:pre-wrap;">Berkaitan dengan sesuatu yang tidak dituruti atau ditolak</td><td style="border-left:solid #000000 1pt;border-right:solid #000000 1pt;border-bottom:solid #000000 1pt;border-top:solid #000000 1pt;vertical-align:top;padding:5pt 5pt 5pt 5pt;overflow:hidden;overflow-wrap:break-word;"><span style="font-size:11pt;font-family:Arial,sans-serif;color:#000000;background-color:transparent;font-weight:400;font-style:normal;font-variant:normal;text-decoration:none;vertical-align:baseline;white-space:pre;white-space:pre-wrap;">Disebabkan karena kelelahan, stimulasi berlebihan, kecemasan, atau ketakutan</td></tr><tr style="height:0pt"><td style="border-left:solid #000000 1pt;border-right:solid #000000 1pt;border-bottom:solid #000000 1pt;border-top:solid #000000 1pt;vertical-align:top;padding:5pt 5pt 5pt 5pt;overflow:hidden;overflow-wrap:break-word;"><span style="font-size:11pt;font-family:Arial,sans-serif;color:#000000;background-color:transparent;font-weight:400;font-style:normal;font-variant:normal;text-decoration:none;vertical-align:baseline;white-space:pre;white-space:pre-wrap;">Berhenti ketika anak "menang"</td><td style="border-left:solid #000000 1pt;border-right:solid #000000 1pt;border-bottom:solid #000000 1pt;border-top:solid #000000 1pt;vertical-align:top;padding:5pt 5pt 5pt 5pt;overflow:hidden;overflow-wrap:break-word;"><span style="font-size:11pt;font-family:Arial,sans-serif;color:#000000;background-color:transparent;font-weight:400;font-style:normal;font-variant:normal;text-decoration:none;vertical-align:baseline;white-space:pre;white-space:pre-wrap;">Tidak ingin melakukan apapun</td></tr><tr style="height:0pt"><td style="border-left:solid #000000 1pt;border-right:solid #000000 1pt;border-bottom:solid #000000 1pt;border-top:solid #000000 1pt;vertical-align:top;padding:5pt 5pt 5pt 5pt;overflow:hidden;overflow-wrap:break-word;"><span style="font-size:11pt;font-family:Arial,sans-serif;color:#000000;background-color:transparent;font-weight:400;font-style:normal;font-variant:normal;text-decoration:none;vertical-align:baseline;white-space:pre;white-space:pre-wrap;">Dapat dialihkan ke hal lain</td><td style="border-left:solid #000000 1pt;border-right:solid #000000 1pt;border-bottom:solid #000000 1pt;border-top:solid #000000 1pt;vertical-align:top;padding:5pt 5pt 5pt 5pt;overflow:hidden;overflow-wrap:break-word;"><span style="font-size:11pt;font-family:Arial,sans-serif;color:#000000;background-color:transparent;font-weight:400;font-style:normal;font-variant:normal;text-decoration:none;vertical-align:baseline;white-space:pre;white-space:pre-wrap;">Tidak dapat dialihkan</td></tr><tr style="height:0pt"><td style="border-left:solid #000000 1pt;border-right:solid #000000 1pt;border-bottom:solid #000000 1pt;border-top:solid #000000 1pt;vertical-align:top;padding:5pt 5pt 5pt 5pt;overflow:hidden;overflow-wrap:break-word;"><span style="font-size:11pt;font-family:Arial,sans-serif;color:#000000;background-color:transparent;font-weight:400;font-style:normal;font-variant:normal;text-decoration:none;vertical-align:baseline;white-space:pre;white-space:pre-wrap;">Mungkin mencari perhatian dari orang lain</td><td style="border-left:solid #000000 1pt;border-right:solid #000000 1pt;border-bottom:solid #000000 1pt;border-top:solid #000000 1pt;vertical-align:top;padding:5pt 5pt 5pt 5pt;overflow:hidden;overflow-wrap:break-word;"><span style="font-size:11pt;font-family:Arial,sans-serif;color:#000000;background-color:transparent;font-weight:400;font-style:normal;font-variant:normal;text-decoration:none;vertical-align:baseline;white-space:pre;white-space:pre-wrap;">Merasa kewalahan</td></tr></tbody></table></div> Nah, karena tantrum dan sensory meltdown memiliki perbedaan mendasar, maka respons MomDad pun harus berbeda. Cara mendekati anak tantrum meliputi validasi emosi. Sedangkan cara untuk mendekati anak dengan sensory meltdown adalah:<ul><li>Tenangkan anak</li><li>Pindahkan anak ke lokasi yang tenang dan sepi</li><li>Ajarkan anak untuk menarik napas dalam</li><li>Tegaskan ke anak bahwa semua baik-baik saja</li><li>Hindari menghukum anak</li></ul> Cara Mencegah Sensory Meltdown<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/a52be693015112a8418677f8d4e69f76_1704448607749.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="tantrum_2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;"> Sensory meltdown berhubungan dengan input sensori berlebihan yang diterima anak atau input sensori tersebut belum dapat ditoleransi anak dengan baik. Amati apa yang biasanya memicu anak kita mengalami sensory meltdown, apakah dalam bentuk kebisingan, lalu Lalang orang, terlalu banyak pilihan, terlalu banyak stimulasi diberikan bersamaan, hingga diburu-buru. Hindari apa yang memicu sensory meltdown tersebut dan pastikan MomDad tetap tenang saat menghadapi si Kecil.&nbsp; Referensi:<ul><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.spd.org.sg/managing-tantrums-and-meltdowns/" title="https://www.spd.org.sg/managing-tantrums-and-meltdowns/" target="_blank">Managing Tantrums and Meltdowns - SPD</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://nfcenter.wustl.edu/tantrums-vs-sensory-meltdowns/#:~:text=A%20tantrum%20is%20a%20controlled,or%20something%20in%20their%20environment" title="https://nfcenter.wustl.edu/tantrums-vs-sensory-meltdowns/#:~:text=A%20tantrum%20is%20a%20controlled,or%20something%20in%20their%20environment" target="_blank">Tantrums vs. Sensory Meltdowns | Neurofibromatosis Center | Washington University in St. Louis.</a></li></ul>

Anak Rewel? Kenali Perbedaan Tantrum vs Sensory Meltdown

anak-rewel--kenali-perbedaan-tantrum-vs-sensory-meltdown-1704448752928

Screen time kerap dijadikan ‘senjata’ para orang tua agar anak tidak rewel. Hal ini memang tidak dilarang, namun MomDad tetap perlu memperhatikan batasan pemberian screen time pada anak. WHO memberikan rekomendasi dalam hal regulasi screen time tidak dengan cara hanya mengkhususkan pembatasannya saja. Namun, regulasi screen time merupakan bagian integral yang komprehensif dari rekomendasi WHO untuk regulasi aktivitas fisik, sedentary, dan tidur pada anak. Nah, berikut rekomendasi regulasi aktivitas fisik, sedentary, dan tidur untuk anak menurut WHO (2014):Bayi &lt; 1 TahunRegulasi aktivitas fisik:<ul><li style="font-size: 12pt;">Aktif secara fisik beberapa kali sehari dalam berbagai cara, terutama melalui permainan interaktif di atas lantai. Semakin banyak, semakin baik.</li><li style="font-size: 12pt;">Untuk anak yang belum mampu bergerak secara mobile, diperlukan aktivitas fisik aktif dalam posisi tengkurap setidaknya 30 menit dalam sepanjang hari dari saat anak bangun tidur.</li></ul>Regulasi aktivitas sedentary: <ul><li style="font-size: 12pt;">Jangan menahan anak lebih dari 1 jam untuk setiap waktu tertentu, misal ketika berada di kereta bayi, kursi bayi, atau digendong).</li><li style="font-size: 12pt;">Screen time tidak direkomendasikan. Kegiatan sedentary (tidak hanya bergerak) hanya dalam bentuk mendengarkan MomDad membacakan cerita.</li></ul>Regulasi tidur: <ul><li style="font-size: 12pt;">Memiliki rasa tidur yang berkualitas selama 14-17 jam (usia 0-3 bulan) atau 12-15 jam (4-11 bulan), termasuk tidur siang.</li></ul>Anak Usia 1-2 Tahun Regulasi aktivitas fisik:<ul><li style="font-size: 12pt;">Luangkan setidaknya 180 menit untuk berbagai jenis aktivitas fisik, dengan intensitas sedang sampai berat, yang tersebar sepanjang hari. Semakin banyak, lebih baik.</li></ul>Regulasi aktivitas sedentary:<ul><li style="font-size: 12pt;">Jangan menahan anak lebih dari 1 jam untuk setiap waktu tertentu, misal ketika berada di kereta bayi, kursi bayi, atau digendong) atau duduk dalam waktu yang lama.</li><li style="font-size: 12pt;">Anak berusia 1 tahun: screen time sedentary, seperti menonton TV atau video, bermain game komputer, tidak dianjurkan.</li><li style="font-size: 12pt;">Anak berusia 2 tahun: screen time sedentary tidak boleh lebih dari 1 jam. Lebih sedikit, lebih baik.</li><li style="font-size: 12pt;">Kegiatan sedentary (tidak banyak bergerak) hanya dalam bentuk mendengarkan MomDad membacakan cerita.</li></ul>Regulasi tidur: <ul><li style="font-size: 12pt;">Memiliki 11-14 jam tidur dengan kualitas yang baik, termasuk tidur siang dengan pola tidur dan waktu bangun yang reguler.</li></ul>Anak Usia 3-4 Tahun ﻿﻿Regulasi aktivitas fisik:<ul><li style="font-size: 12pt;">Luangkan setidaknya 180 menit untuk berbagai jenis aktivitas fisik dengan intensitas apapun, di mana setidaknya 60 menit adalah aktivitas fisik intensitas sedang hingga kuat, yang tersebar sepanjang hari. Semakin banyak, lebih baik.</li></ul>Regulasi aktivitas sedentary: <ul><li style="font-size: 12pt;">Jangan menahan anak lebih dari 1 jam untuk setiap waktu tertentu, misal ketika berada di kereta bayi) atau duduk di waktu yang lama.</li><li style="font-size: 12pt;">Waktu screen time sedentary tidak boleh lebih dari 1 jam. Lebih sedikit, lebih baik.</li><li style="font-size: 12pt;">Kegiatan sedentary (tidak banyak bergerak) hanya dalam bentuk mendengarkan MomDad membacakan cerita.</li></ul>Regulasi tidur:<ul><li style="font-size: 12pt;">Memiliki 10-13 jam tidur dengan kualitas yang baik, termasuk tidur siang dengan pola tidur dan waktu bangun yang reguler.</li><li style="font-size: 12pt;">﻿﻿Mengintegrasikan screen time yang terkendali dengan aktivitas fisik yang seimbang dapat membantu menciptakan gaya hidup yang sehat bagi anak-anak. Peran MomDad sangat penting dalam mengawasi dan membimbing si Kecil untuk menggunakan teknologi dengan bijak sambil memastikan mereka tetap aktif secara fisik.</li></ul>Referensi: Buku Prosiding Simposium Nasional Ikatan Dokter Anak Indonesia, Integrated Approach to Improve Growth and Development in Children, 2020

Rekomendasi Regulasi Aktivitas Fisik & Screen Time berdasarkan Usia Anak

rekomendasi-regulasi-aktivitas-fisik---screen-time-berdasarkan-usia-anak-1704441703008

Di sebuah kota kecil yang penuh warna, hiduplah tiga sahabat kecil bernama Aria, Bima, dan Cinta. Mereka adalah anak-anak yang penuh semangat dan selalu mencari petualangan. Saat malam tahun baru menjelang, ketiganya merencanakan sesuatu yang istimewa untuk memulai tahun baru dengan keceriaan."Bagaimana kalau kita pergi ke Taman Keajaiban malam ini?" usul Aria sambil tersenyum."Ya! Di sana pasti penuh kejutan dan keajaiban," sahut Bima dengan antusias.Tanpa pikir panjang, ketiganya bergegas mengenakan pakaian penuh warna dan membawa topi. Mereka pun melangkah keluar rumah dan melihat kota yang dipenuhi dengan lampu berwarna dan hiasan tahun baru.Tiba di Taman Keajaiban, mereka dikejutkan oleh cahaya gemerlap dan musik riang yang memenuhi udara. Taman itu seperti dunia dongeng yang penuh kegembiraan."Penasaran apa yang ada di sini?" tanya Cinta dengan mata berbinar.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/e03803c0e5e9cfb923210739ba991fb9a_1704430964592.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="dongeng anak (4).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Mereka menjelajahi taman itu, menemui atraksi yang menakjubkan. Ada roda berwarna yang berputar-putar, bunga-bunga bercahaya, dan permainan seru yang membuat hati mereka berdebar-debar.Tiba-tiba, seekor burung kecil terbang mendekati mereka. Burung itu bernama Kejora, penjaga keajaiban di Taman Keajaiban."Selamat datang, anak-anak! Aku tahu kalian mencari petualangan," sapa Kejora dengan suara lembut.Kejora membimbing mereka ke atas bukit kecil di tengah taman. Di sana, ketiganya melihat pemandangan yang memukau: langit malam yang dipenuhi kembang api berwarna-warni."Kembang api ini adalah harapan dan impian untuk tahun baru kita. Setiap warna mewakili kegembiraan, cinta, dan petualangan baru," kata Kejora.Anak-anak itu tersenyum bahagia sambil menikmati pertunjukan kembang api yang indah. Mereka berjanji untuk menjalani tahun baru dengan keberanian, keceriaan, dan persahabatan yang tulus.Saat memasuki tahun baru, Aria, Bima, dan Cinta pulang dengan hati penuh sukacita. Mereka tahu bahwa tahun baru adalah awal dari petualangan baru yang menunggu mereka di setiap sudut kehidupan. Setiap tahun, mereka memutuskan untuk kembali ke Taman Keajaiban demi merayakan keajaiban baru yang akan datang selanjutnya. Mereka pun berjanji untuk tetap bersama sebagai sahabat agar bisa merasakan suka cita hingga dewasa kelak.

Dongeng Anak: Petualangan 3 Sahabat di Taman Keajaiban

dongeng-anak--petualangan-3-sahabat-di-taman-keajaiban-1704431018467

Pada suatu malam yang cerah di Desa Ceria, ada kabar gembira yang terdengar di seluruh desa. Tahun baru sudah hampir tiba, dan penduduk desa bersiap-siap untuk merayakannya dengan pesta yang spektakuler.Di balik bukit hijau dan lembah yang sunyi, hiduplah seorang anak kecil bernama Raihan. Raihan selalu penasaran dengan bagaimana desa merayakan tahun baru. Hari itu, dia memutuskan untuk mengeksplorasi dan menemukan jawabannya sendiri.Raihan melangkah melintasi hutan bambu yang bergerak karena angin sepoi-sepoi. Dia berjalan dengan semangat dan melihat cahaya berwarna-warni memancar di kejauhan. Setelah beberapa saat, dia tiba di desa yang dipenuhi dengan keramaian dan tawa riang.Desa Ceria sudah bersiap untuk pesta besar. Lampu-lampu berwarna bersinar di sepanjang jalan, dan panggung besar didirikan di tengah desa. Orang-orang sibuk berlalu-lalang, menghiasi desa dengan balon berwarna-warni dan menggantungkan kembang api di langit.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/ae1941cdb335d35569b67f47beaa73ad_1703777496185.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="dongeng anak.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Raihan bergabung dengan anak-anak lainnya yang sedang mempersiapkan pertunjukan untuk malam itu. Mereka berlatih menari dan menyanyi dengan semangat. Di sudut desa, ada meja makan besar yang dipenuhi dengan makanan lezat dari seluruh penjuru desa.Saat malam tiba, langit mulai berubah gelap, dan kembang api yang menakjubkan mulai menyala. Suara tawa dan sorakan riang mengisi udara. Anak-anak melompat-lompat dengan sukacita, dan orang dewasa bersatu dalam kebahagiaan.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/3beb572467ad5bdf10df9cb1062172f234_1703777567505.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="dongeng anak (2).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Pada saat lonceng berdenting untuk menandai pergantian tahun, semua orang di Desa Ceria bersatu tangan dan menyanyikan lagu selamat tahun baru. Mereka mengucapkan harapan dan cita-cita untuk tahun yang baru.Raihan menyadari bahwa perayaan tahun baru bukan hanya tentang kembang api yang berkilauan. Lebih dari itu, tahun baru adalah tentang kebersamaan, cinta, dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.Dengan hati yang penuh sukacita, Raihan bergabung dalam tarian dan menyadari bahwa pesta tahun baru adalah saat yang istimewa yang membuat semua orang bersatu, tanpa memandang usia, warna kulit, atau latar belakang. Di Desa Ceria, setiap tahun baru adalah kisah kebahagiaan yang akan dikenang oleh semua penduduk desa.Sumber foto: iStock

Dongeng Anak: Pesta Kembang Api di Desa Ceria

dongeng-anak--pesta-kembang-api-di-desa-ceria-1703777644850

Posyandu adalah singkatan dari "Pos Pelayanan Terpadu," yang merupakan program kesehatan yang berbasis masyarakat dan didukung oleh pemerintah Indonesia. Selain menjadi tempat untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar, Posyandu juga menjadi akses untuk mendukung program perbaikan gizi yang digalakkan pemerintah. Nah, tak hanya satu, posyandu memiliki berbagai jenis dan manfaat berbeda, lho. Yuk, kenali lebih lanjut jenis-jenisnya! Manfaat Posyandu<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/29a1f20f586b406e827eeefe9acf45b2_1703401833773.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="posyandu (1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat yang dibantu para petugas kesehatan. Kegiatan posyandu umumnya berhubungan dengan kesehatan keluarga dan keluarga berencana.Manfaat posyandu adalah memberikan layanan kesehatan ibu dan anak, KB, imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare. Layanan kesehatan ibu yang diberikan antara lain adalah pemeriksaan kehamilan dan nifas, pelayanan gizi, dan imunisasi TT (tetanus toksoid) untuk ibu hamil.Sedangkan untuk layanan kesehatan anak meliputi penimbangan dan pemantauan berat badan, imunisasi, penyediaan oralit, dan pelayanan gizi. Ada pula pelayanan keluarga berencana yang meliputi pelayanan kontrasepsi dan penyuluhan keluarga berencana (KB).Mengenal Jenis Posyandu&nbsp;<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/b37415f47ce6eb982ed10d5c38ecd2e56_1703401854772.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="posyandu.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1203px; min-height: 0px;"> Posyandu dibagi berdasarkan tingkat kemandiriannya, menjadi:<ul><li style="font-size: 12pt;">Posyandu Pratama (warna merah): Posyandu yang belum mempunyai kegiatan rutin dan masih memiliki jumlah kader aktif yang terbatas.</li><li style="font-size: 12pt;">Posyandu Madya (warna kuning): Posyandu yang melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dan mempunyai kader aktif minimal 5 orang, namun posyandu ini baru mencapai cakupan program utama di bawah 50%.</li><li style="font-size: 12pt;">Posyandu Purnama (warna hijau): Posyandu yang melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dan memiliki jumlah kader aktif minimal 5 orang. Cakupan program utama posyandu purnama sudah mencapai minimal 50%, disertai program tambahan.</li><li style="font-size: 12pt;">Posyandu Mandiri (warna biru): Posyandu yang sudah melakukan kegiatan secara teratur mencakup 50% KK (kepala keluarga) serta mulai melakukan program Dana Sehat.&nbsp;</li></ul>​Nah, itu dia manfaat dan jenis Posyandu yang perlu diketahui oleh MomDad. Semakin menambah wawasan dan memahami betapa pentingnya peran Posyandu bagi perkembangan kesehatan generasi mendatang Indonesia, bukan?Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Batasan Pemberian Screen Time pada Anak berdasarkan Usia

Batasan Pemberian Screen Time pada Anak berdasarkan Usia

Jangan Biarkan Anak Bawa Tas Terlalu Berat, Ini Dampaknya!

Jangan Biarkan Anak Bawa Tas Terlalu Berat, Ini Dampaknya!

5 Kesalahan Toilet Training yang Perlu Orang Tua Hindari

5 Kesalahan Toilet Training yang Perlu Orang Tua Hindari

Anak Rewel? Kenali Perbedaan Tantrum vs Sensory Meltdown

Anak Rewel? Kenali Perbedaan Tantrum vs Sensory Meltdown

Rekomendasi Regulasi Aktivitas Fisik & Screen Time berdasarkan Usia Anak

Rekomendasi Regulasi Aktivitas Fisik & Screen Time berdasarkan Usia Anak

Dongeng Anak: Petualangan 3 Sahabat di Taman Keajaiban

Dongeng Anak: Petualangan 3 Sahabat di Taman Keajaiban

Dongeng Anak: Pesta Kembang Api di Desa Ceria

Dongeng Anak: Pesta Kembang Api di Desa Ceria

Tak Hanya Satu, Kenali Jenis Posyandu beserta Manfaatnya!

Tak Hanya Satu, Kenali Jenis Posyandu beserta Manfaatnya!