Bayi yang menggunakan popok sepanjang waktu, sering kali mengalami ruam popok atau diaper rash. Ruam popok terjadi karena kulit terus menerus bergesekan dengan popok yang basah karena menampung urine bayi. Umumnya, bayi mengalami ruam di sekitar bokong, paha, atau lipatan paha.&nbsp;Kondisi ini kerap terjadi meskipun MomDad sudah membersihkan bokong dan mengganti popok secara teratur. Salah satu cara yang bisa mengatasi hal ini adalah dengan menggunakan krim anti ruam popok. Namun, MomDad perlu jeli memilihkan krim tersebut agar tetap efektif mengatasi masalah kulit ini. Yuk, simak beberapa tipsnya!Perhatikan kandungan<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667535321192-8a1c8d98.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1058226224-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Krim anti ruam popok biasanya diberikan saat bayi sudah mengalami masalah kulit tersebut. Padahal, Mom dianjurkan untuk mengoleskan krim tersebut setiap ganti popok, lho. Nah, untuk memilih krim yang tepat MomDad perlu memilih mana yang efektif melindungi kulit bayi.&nbsp;Terdapat dua jenis krim ruam, yaitu produk berbasis petroleum dan produk berbasis zink. Krim berbasis petroleum cukup untuk mengatasi ruam ringan, namun bila ruam cenderung berat, lebih baik gunakan krim berbasis zink oksida.Hindari penggunaan produk yang mengandung kamfer, fenol, baking soda, salisilat atau difenhidramin karena dapat bersifat toksik bagi bayi. Produk dengan pewangi juga tidak direkomendasikan karena dapat menyebabkan iritasi.MomDad juga bisa memilih krim yang mengandung antibakteri agar bisa melindungi kulit bayi dari gesekan popok, kotoran, dan bakteri. Nah, akan lebih baik juga jika MomDad memilih produk yang berasal dari bahan-bahan alami.&nbsp;&nbsp;Cara pengaplikasian yang tepat<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667535334375-3c198925.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1301315402-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Di negara tropis yang lembap, penggunaan popok yang menampung urine memang tidak selalu dianjurkan digunakan secara rutin, karena banyak bayi yang kulitnya sangat rentan terhadap kelembapan, sehingga sangat mudah mengalami ruam popok. Namun, apabila si Kecil mengalami ruam popok,&nbsp;MomDad bisa mengoleskan krim setiap kali mengganti popok. Krim ini berfungsi sebagai pelindung yang melapisi kulit dari gesekan popok. Nah, berikut beberapa cara pengaplikasian yang tepat:<ul><li style="text-align: justify;">Bersihkan area bokong dengan sabun yang tidak mengandung pewangi</li><li style="text-align: justify;">Keringkan kulit hingga benar-benar kering</li><li style="text-align: justify;">Oleskan krim tipis-tipis namun meliputi seluruh area yang mengalami ruam</li><li style="text-align: justify;">Sering-seringlah mengganti popok bayi</li><li style="text-align: justify;">Tidak perlu membersihkan krim sebelum mengganti popok</li><li style="text-align: justify;">Tunggulah 1-2 menit sampai area ruam benar-benar kering sebelum memakaikan popok kembali</li><li style="text-align: justify;">Krim ruam popok bisa digunakan 2-3 kali per hari atau setiap bayi digantikan popok. Pastikan kulit bayi benar-benar kering sebelum mengoleskan krim dan memakaikan popok kembali, sebab daerah lembab memicu pertumbuhan bakteri.</li></ul>Nah, itu dia beberapa cara memilih krim ruam popok dan cara pengaplikasiannya. Sesekali, MomDad boleh lho membiarkan si Kecil tidak menggunakan popok agar kulitnya bisa bebas ‘bernapas’.Apabila punya pertanyaan atau rekomendasi seputar krim untuk ruam popok, MomDad bisa&nbsp;share&nbsp;ke orang tua lainnya di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/produk-rekomendasi" title="https://primaku.page.link/produk-rekomendasi" target="_blank">Forum Produk Rekomendasi</a>.&nbsp;Selain itu, MomDad juga bisa bertanya seputar kesehatan si Kecil dan akan dijawab langsung oleh ahli, lho!Sumber foto: iStockArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Si Kecil Alami Ruam Popok? Ini Tips Memilih Krim yang Tepat!

si-kecil-alami-ruam-popok--ini-tips-memilih-krim-yang-tepat-

TB atau tuberkulosis tak hanya diderita oleh orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Bahkan, saat ini ada lebih dari 500 ribu kasus TB pada anak di seluruh dunia. Di artikel sebelumnya, PrimaKu sudah membahas mengenai penyebab TB pada anak dan beberapa gejalanya. Karena itu, kali ini PrimaKu akan membahas mengenai kapan MomDad harus curiga anak terkena TB dan bagaimana pencegahannya.Kapan harus curiga anak terkena TB?<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667456526977-e4a0c28b.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="boy-with-mask-posing-white-background.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Seperti yang sudah disebutkan pada artikel sebelumnya, ada beberapa gejala TB pada anak yang perlu diwaspadai. Namun, gejala-gejala tersebut sangat tidak spesifik. Meskipun begitu, MomDad tetap arus curiga jika terhadap kemungkinan anak terkena TB. Karena itu, MomDad harus membawa anak ke dokter untuk dilakukan evaluasi TB, jika ditemukan beberapa gejala seperti berikut:<ul><li style="text-align: justify;">Ada anggota keluarga atau orang serumah yang menderita TB aktif (sakit TB) baik sudah atau sedang berobat ataupun belum diobati.</li><li style="text-align: justify;">Bergejala (<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/TG86" title="https://primaku.page.link/TG86" target="_blank">lihat artikel sebelumnya</a>) dan terutama tinggal di pemukiman padat penduduk, walaupun tidak ada kontak TB yang jelas pada keluarga inti.</li><li style="text-align: justify;">Memiliki keluhan demam dan batuk tidak kunjung sembuh meskipun anak sudah dibawa berobat berkali-kali, serta sudah diberikan terapi standar.</li><li style="text-align: justify;">Memiliki anggota keluarga yang terdiagnosis HIV (human immunodeficiency virus), baik ayah maupun ibu.</li></ul>Untuk mengetahui apakah anak benar terkena TB atau tidak, berikut beberapa pemeriksaan yang perlu dijalani:<ul><li style="text-align: justify;">Mantoux test</li><li style="text-align: justify;">Rontgen dada</li><li style="text-align: justify;">IGRA (interferon gamma release assay)</li></ul>Catatan: yang perlu diingat oleh orang tua adalah gejala TB pada anak seringkali tidak khas, dan dokter dapat meminta beberapa pemeriksaan tambahan untuk menegakkan diagnosis TBC.Pengobatan bergantung pada organ yang terkena, maka rejimen pengobatan TB pada anak berbeda-beda. Jika yang terkena adalah paru-paru, maka obat anti tuberkulosis (OAT) akan diberikan kepada anak selama total 6 bulan. Penting diingat bahwa OAT harus diminum terus menerus selama 6 bulan, untuk mencegah terjadinya resistensi OAT (kuman kebal terhadap obat).Upaya pencegahan<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667456592576-b680e117.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1367828305-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Pengobatan TB memang membutuhkan waktu yang panjang. Karena itu, lebih baik mencegah daripada mengobati. Ada beberapa cara yang bisa MomDad lakukan sejak dini, salah satunya menerapkan pola hidup bersih dan sehat di lingkungan rumah. Ajarkan juga anak untuk selalu:<ul><li style="text-align: justify;">Mencuci tangan sesering mungkin</li><li style="text-align: justify;">Menutup hidup dan mulut saat batuk atau bersin menggunakan tisu atau bagian dalam siku</li><li style="text-align: justify;">Menggunakan peralatan makan atau minum dan benda-benda pribadi yang berbeda antar anggota keluarga</li><li style="text-align: justify;">Jangan lupa juga untuk selalu membuka jendela rumah atau kamar untuk memastikan sirkulasi dan ventilasi udara yang baik.</li></ul>Yuk, terapkan tips di atas agar si Kecil senantiasa terhindar dari segala penyakit, termasuk tuberkulosis!MomDad punya pertanyaan seputar kondisi si Kecil? Yuk, tanyakan pada ahli di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" title="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Forum Tanya Dokter</a>!&nbsp;Pertanyaan MomDad akan dijawab langsung oleh dokter spesialis anak, lho. Sumber foto: iStockArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Langkah Sederhana untuk Cegah Tuberkulosis pada Anak 

langkah-sederhana-untuk-cegah-tuberkulosis-pada-anak-

Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Melansir laman Kementerian Kesehatan RI, Indonesia sendiri menempati posisi ketiga di dunia setelah India dan Cina dengan 824 ribu kasus dan kematian 93 ribu per tahun atau setara dengan 11 kematian per jam. Bahkan, sedikitnya terdapat 500 ribu lebih kasus TB pada anak di seluruh dunia. Karena itu, yuk, ketahui tentang penyakit TB pada anak lewat artikel ini!Penyebab TB pada anak<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667382269411-2d3502ef.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1334961207-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Tuberkulosis atau TB merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini tak hanya menyerang paru-paru, tetapi juga otak, usus, ginjal, dan berbagai organ lainnya di dalam tubuh manusia.Anak-anak yang terkena penyakit ini biasanya tertular oleh orang dewasa yang menderita TB aktif melalui percikan dahak yang keluar saat batuk, bicara, bersin, atau bernyanyi. Percikan dahak yang mengandung bakteri tersebut jika terhirup dan masuk ke paru-paru akan menyebabkan infeksi TB.Namun, tidak semua orang yang terkena percikan TB pasti sakit. Ada tiga kemungkinan yang bisa terjadi, antara lain:<ul><li style="text-align: justify;">Orang yang tertular tetap sehat; biasanya karena memiliki sistem kekebalan tubuh yang baik dan dalam kondisi kesehatan yang prima.</li><li style="text-align: justify;">Terinfeksi tapi tidak sakit; disebut TB laten. Orang dengan TB laten biasanya tidak menunjukkan gejala dan tidak menularkannya ke orang lain.</li><li style="text-align: justify;">Sakit TB</li></ul>Gejala TB pada anak<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667382450084-7fb6ea15.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-530200287-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Sebagai orang tua, MomDad perlu untuk selalu mengawasi kesehatan si buah hati. Tidak seperti orang dewasa penderita TB yang gejalanya berupa batuk lebih dari tiga minggu, gejala TB pada anak sangat tidak spesifik. Biasanya tergantung dari organ mana yang terkena, tapi lebih sering adalah paru-paru.Berikut gejala TB pada anak yang perlu MomDad perhatikan:<ul><li style="text-align: justify;">Demam lebih dari 2 minggu</li><li style="text-align: justify;">Batuk lebih dari 3 minggu</li><li style="text-align: justify;">Tidak nafsu makan</li><li style="text-align: justify;">Berat badan turun atau sulit naik</li><li style="text-align: justify;">Pembesaran kelenjar getah bening</li></ul>Namun, tidak semua tanda harus muncul karena sifat penyakit ini yang kronik, di mana banyak kasus terjadi saat anak sudah dibawa berobat berulang kali, namun tak kunjung membaik. Jika TB sampai mengenai otak, seorang anak dapat mengalami kejang, mata juling, demam terus menerus, bahkan kaku seluruh tubuh. Jika terkena usus, gejalanya bisa berupa kembung, sulit BAB, berat badan turun atau sulit naik, bahkan diare.Lalu, kapan MomDad harus curiga jika anak terkena TB? Nantikan di artikel bagian kedua, ya!MomDad punya pertanyaan seputar kondisi si Kecil? Yuk, tanyakan pada ahli di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" title="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Forum Tanya Dokter</a>!&nbsp;Pertanyaan MomDad akan dijawab langsung oleh dokter spesialis anak, lho. Sumber foto: iStockArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Waspada Tuberkulosis pada Anak, Kenali Gejalanya!

waspada-tuberkulosis-pada-anak--kenali-gejalanya-

Anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, biasanya diberikan makanan apa saja yang membuatnya lahap. Salah satunya makanan manis yang sebagian besar merupakan makanan kesukaan anak-anak.Makanan manis memang dibutuhkan tubuh untuk diolah menjadi energi. Namun, jika berlebihan, makanan manis bisa merusak gigi dan meningkatkan risiko anak mengidap diabetes, lho! Lantas, berapa asupan gula anak yang normal tiap harinya? Simak penjelasannya berikut!Batas normal asupan gula pada anak dalam sehari<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667373446451-1009ce54.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1392942199-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Organisasi kesehatan dunia (WHO) merekomendasikan pembatasan asupan gula bebas (gula tambahan) kurang dari 10% kalori total harian, dan jika memungkinkan pembatasan hingga 5% kalori harian. Mudahnya, jika rata-rata anak usia 1 tahun memerlukan 1000 kalori per hari, maka asupan gula tidak boleh melebihi 100 kalori per hari.1 gram gula setara dengan 4 kalori, sehingga 100 kalori dari gula setara dengan 25 gram gula atau 6,25 sendok teh gula. JIka batasan yang ingin diambil adalah 5% maka konsumsi maksimalnya sekitar 12 gram gula setara 3 sdt gula per harinya. Asupan gula tambahan umumnya didapatkan dari makanan dan minuman manis yang dikonsumsi anak, sehingga penting bagi orang tua untuk selalu membaca label makanan dan memperhatikan kandungan gula per sajinya. Asupan gula tambahan dari minuman manis perlu dibatasi karena umumnya hanya mengandung empty calories, yaitu tidak mengandung nilai gizi namun padat kalori, dan umumnya tidak mengenyangkan.Perbedaan takaran asupan gula di setiap usia<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667373354901-0d694048.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-929702070-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Sebenarnya, aturan yang telah dikeluarkan WHO untuk membatasi asupan gula bebas tidak melebihi 10% total kalori harian (dan jika memungkinkan &lt; 5%) dapat diterapkan ke segala usia, termasuk bayi dan balita.ESPGHAN (European Society for Pediatric Gastroenterology Hepatology and Nutrition) merekomendasikan asupan gula total harian tidak melebihi 5% kebutuhan harian. Gula total yang dimaksud disini adalah gula yang ditambahkan ke makanan atau minuman maupun gula yang secara alami terdapat dalam makanan (naturally occuring sugar), misalnya dalam madu, jus buah, maupun sari buah.<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667373008713-8e737607.png" class="e-rte-image e-imginline" alt="gulaee3.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Sumber: <a classname="e-rte-anchor" href="www.espghan.org" title="www.espghan.org">www.espghan.org </a>American Heart Association (AHA) juga merekomendasikan agar anak usia 2 tahun ke atas dan dewasa mengkonsumsi tidak lebih dari 25 gram (6,25 sendok teh) gula tambahan per hari, dan tidak lebih dari 8 oz (250 ml) minuman bergula per minggu. Gula tambahan tidak boleh menjadi kebiasaan pada anak di atas 2 tahun.American Academy of Pediatrics juga menyatakan bahwa anak-anak harus membatasi asupan jus buah sebagai upaya mengurangi asupan gula, yakni: tidak mengonsumsi jus buah pada anak &lt; 1 tahun, tidak lebih dari 125 ml/hari pada anak 1-3 tahun, tidak lebih dari 125-175 ml/hari untuk 4-6 tahun dan tidak lebih dari 250 ml/hari pada anak 7-18 tahun. Selain itu, AAP juga merekomendasikan agar anak dan remaja menghindari semua minuman bergula sebagai konsumsi rutin, misalnya “energy drinks” atau sports drinks yang mengandung karbohidrat, dan sebaliknya meminum air untuk menghilangkan dahaga.Tips membatasi asupan gula pada anak<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667373301267-63b0174e.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1133918895-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Melihat adanya risiko yang mengancam kesehatan anak jika mengonsumsi gula berlebih, akan lebih baik bagi kita untuk membatasi asupan gula berlebih pada anak. Ada beberapa cara yang bisa MomDad lakukan, seperti berikut ini:<ul><li style="text-align: justify;">Bacalah label makanan dengan teliti karena banyak makanan dan minuman mengandung gula tambahan atau sirup yang ditambahkan ke dalamnya. Gula tambahan ini dapat memiliki berbagai nama diantaranya: brown sugar, corn sweetener, corn syrup, dextrose, fructose, glucose, high-fructose corn syrup, honey, lactose, malt syrup, maltose, molasses, raw sugar, dan sucrose. Saat ini banyak produsen telah memberikan label yang jelas pada kemasan terkait kandungan gula di dalamnya yang dapat tampak pada gambar di bawah ini:</li></ul><img src="https://storage.primaku.com/editor/1667373039002-4abce667.png" class="e-rte-image e-imginline" alt="gula 2.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Sumber: <a classname="e-rte-anchor" href="www.healthychildren.org" title="www.healthychildren.org">www.healthychildren.org </a><ul><li style="text-align: justify;">Sediakan dan biasakan anak minum air putih untuk menghilangkan rasa haus, serta asupan susu sesuai usianya. HIndari atau batasi asupan soda, minuman olahraga, teh manis, kopi yang diberi pemanis. dan minuman jus buah.</li><li style="text-align: justify;">Batasi asupan jus buah. AAP telah merekomendasikan Batasan maksimal jus buah sesuai usia yaitu: tidak mengonsumsi jus buah pada anak &lt; 1 tahun, tidak lebih dari 125 ml/hari pada anak 1-3 tahun, tidak lebih dari 125-175 ml/ hari untuk 4-6 tahun dan tidak lebih dari 250 ml/hari pada anak 7-18 tahun</li><li style="text-align: justify;">Jika anak ingin makan makanan manis berikan buah potong segar</li></ul>Tips atasi anak yang konsumsi gula berlebih<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667373363320-372312b3.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1131421526-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Memberi makanan manis pada anak sebenarnya boleh-boleh saja, tapi jangan berlebihan tiap harinya. Namun, jika anak sudah mengonsumsi secara berlebihan, ada beberapa hal yang bisa MomDad lakukan seperti berikut ini:<ul><li style="text-align: justify;">Berikan contoh dengan membatasi konsumsi gula harian</li><li style="text-align: justify;">Sediakan dan ajak anak untuk minum air putih di jeda waktu antara jam makan atau snack</li><li style="text-align: justify;">Berikan opsi “manis” yang lebih sehat, misalnya dengan mengganti biskuit menjadi buah potong atau yoghurt saat waktu makan snack</li><li style="text-align: justify;">Batasi minuman manis, misalnya memberikan Batasan hanya boleh mengonsumsi 1 kali dalam seminggu</li></ul>Nah, itu dia batas asupan gula pada anak yang perlu diketahui MomDad agar anak terjauh dari penyakit diabetes. Sekarang, MomDad bisa lebih waspada jika anak mengonsumsi gula berlebih, ya.MomDad mau share informasi atau pertanyaan seputar MPASI dan Laktasi bersama orang tua lainnya? Yuk, ceritakan pengalaman MomDad di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/MPASI-dan-Laktasi" title="https://primaku.page.link/MPASI-dan-Laktasi" target="_blank">Forum MPASI &amp; Laktasi</a>! Selain itu, MomDad juga bisa bertanya seputar kesehatan si Kecil dan akan dijawab langsung oleh ahli, lho.Sumber foto: iStockArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Asupan Gula yang Dianjurkan pada Anak untuk Cegah Diabetes

asupan-gula-yang-dianjurkan-pada-anak-untuk-cegah-diabetes

Selain berat badan, kondisi kepala bayi saat lahir juga menjadi hal penting yang dapat menandakan kondisi bayi normal. Namun, apabila kondisi kepala bayi lebih kecil dari ukuran normal, maka dapat dikatakan bayi tersebut mengalami mikrosefali. Lantas, apa sih penyebab mikrosefali? Sebelum membahas lebih lanjut, yuk kita ketahui dulu apa itu mikrosefali! Pengertian mikrosefali<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667215965540-ce4d56aa.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-675896500-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Mikrosefali adalah suatu kondisi dimana bayi memiliki ukuran kepala yang jauh lebih kecil dibandingkan dengan bayi lain pada usia dan jenis kelamin yang sama. Ukuran atau lingkar kepala merupakan hal penting untuk memantau pertumbuhan otak bayi.Bayi dikatakan mengalami mikrosefali apabila lingkar kepalanya berukuran lebih kecil daripada seharusnya. Hal ini ditunjukkan dengan lingkar kepala yang berada di bawah -2SD pada kurva Nellhaus.Bila lingkar kepala bayi terlalu kecil untuk usia dan jenis kelaminnya, atau tidak tumbuh bertambah besar dengan kecepatan yang sesuai, MomDad harus waspada. Kemungkinan hal ini ada masalah dalam perkembangan otak bayi.Mikrosefali dapat muncul sejak lahir, namun dapat pula muncul di kemudian hari ketika pertumbuhan kepala melambat dibanding usianya.Penyebab mikrosefali<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667216039137-edfd491f.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1034881334-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Baca Juga:&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/n444" title="https://primaku.page.link/n444" target="_blank">Ketahui Perkembangan Lingkar Kepala Normal pada Bayi</a>Mikrosefali disebabkan karena perkembangan otak bayi yang tidak normal. Gangguan ini bisa terjadi ketika bayi masih ada di dalam kandungan atau setelah dilahirkan. Nah, MomDad bisa mengetahui penyebab mikrosefali secara umum dengan mengetahui beberapa tanda berikut ini:<ul><li style="text-align: justify;">Infeksi masa kehamilan, seperti toksoplasma (parasit yang ditemukan pada daging yang tidak matang), rubella, herpes, sifilis, sitomegalovirus, HIV, dan zika.</li><li style="text-align: justify;">Paparan terhadap bahan kimia yang bersifat toksik, seperti merkuri, alkohol, radiasi, atau rokok.</li><li style="text-align: justify;">Adanya masalah pada proses persalinan maupun pada periode neonatal (28 hari pertama kehidupan), seperti trauma atau kondisi kekurangan oksigen pada saat lahir (hipoksemia-iskemia).</li><li style="text-align: justify;">Kelainan genetik, seperti sindrom down</li><li style="text-align: justify;">Kurang gizi yang berat pada masa janin</li></ul>Meskipun demikian, ternyata banyak kasus mikrosefali yang tidak memiliki penyebab yang jelas.Kapan mikrosefali dapat terdeteksi?<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667216142320-7cfbe2be.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-950367804-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Baca Juga:&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/o8Sp" title="https://primaku.page.link/o8Sp" target="_blank">MomDad, Ini lho Pentingnya Pengukuran Lingkar Kepala dan Ubun-Ubun Bayi</a>Secara umum, mikrosefali bisa mulai terdeteksi pada akhir trimester kedua kehamilan atau sekitar usia kehamilan 28 minggu melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG). Pada saat bayi lahir, lingkar kepala juga harus diukur untuk melihat ukuran kepala bayi.IDAI merekomendasikan lingkar kepala diukur setiap bulan pada tahun pertama, setiap 3 bulan pada tahun kedua, dan setiap 6 bulan pada usia 3-5 tahun. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah pertumbuhan lingkar kepala bayi berjalan normal sesuai dengan usia dan jenis kelaminnya atau justru berisiko mikrosefalus.Bayi dengan mikrosefali pada awalnya mungkin tidak menunjukkan gejala apapun. Namun, seiring berjalannya waktu, mikrosefali dapat menyebabkan terjadi epilepsi, palsi serebral, gangguan belajar, masalah penglihatan dan pendengaran. Pada beberapa kasus, anak dengan mikrosefali tidak memiliki masalah lain.Cara mengatasi mikrosefaliMikrosefali merupakan suatu kondisi kelainan yang terjadi seumur hidup. tidak ada terapi khusus untuk mikrosefali. Pengobatan mikrosefali tergantung kepada penyebabnya.&nbsp;Ukuran kepala juga harus dipantau secara berkala agar kita dapat mendeteksi mikrosefali lebih dini untuk memastikan tumbuh kembang anak tetap optimal.Oleh karena itu, jangan lupa untuk ukur kepala bayi MomDad secara berkala ya dan hindari penyebab umum terjadinya mikrosefali.MomDad mau&nbsp;share&nbsp;informasi atau pertanyaan seputar tumbuh kembang bersama orang tua lainnya? Yuk, ceritakan pengalaman MomDad di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/tumbuh-kembang" title="https://primaku.page.link/tumbuh-kembang" target="_blank" style="text-decoration-line: underline; background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Forum Tumbuh Kembang</a>! Selain itu, MomDad juga bisa bertanya seputar kesehatan si Kecil dan akan dijawab langsung oleh ahli, lho. Sumber:<ul><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/microcephaly" title="https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/microcephaly">https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/microcephaly </a></li><li style="text-align: justify;">UKK Neurologi IDAI. Pemantauan Ukuran Lingkar Kepala dan Ubun-Ubun Besar</li><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/pentingnya-pengukuran-lingkar-kepala-dan-ubun-ubun-besar" title="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/pentingnya-pengukuran-lingkar-kepala-dan-ubun-ubun-besar">https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/pentingnya-pengukuran-lingkar-kepala-dan-ubun-ubun-besar </a></li></ul>Sumber foto: iStockArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Pantau Perkembangan Lingkar Kepala Bayi untuk Cegah Mikrosefali

pantau-perkembangan-lingkar-kepala-bayi-untuk-cegah-mikrosefali

Pemberian makanan yang mengandung vitamin dan mineral menjadi salah satu cara untuk mendongkrak imunitas dan metabolisme si Kecil, seperti vitamin C, vitamin D, dan Zinc. Namun, dalam pemberiannya, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) memberikan saran batasan maksimal untuk vitamin dan mineral hariannya. Nah, untuk&nbsp;mempermudah MomDad, kali ini PrimaKu akan membagikan beberapa makanan dengan vitamin dan mineral yang bermanfaat untuk menjaga imunitas si Kecil dalam tabel di bawah ini. Yuk, simak!Fungsi dan sumber vitamin<img src="https://storage.primaku.com/editor/1666932971535-817cce52.png" class="e-rte-image e-imginline" alt="vitamin.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Setelah mengetahui berbagai vitamin dan mineral diatas, apakah boleh mengonsumsinya sebanyak mungkin supaya bisa memproteksi atau bahkan meningkatkan imunitas serta metabolisme si Kecil? Jawabannya, tentu saja tidak MomDad. Tidak semua yang dikonsumsi berlebihan berarti baik dan sudah ada takaran yang dianjurkan.Bersadarkan Permenkes 2019, pemenuhan kebutuhan vitamin dan mineral harian yang dianjurkan untuk menjaga imunitas dan metabolisme tercantum seperti dibawah ini:<img src="https://storage.primaku.com/editor/1666933151583-ebdfd1da.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="vitaminn.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> <img src="https://storage.primaku.com/editor/1666933158863-43ddaa52.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="vitamin 2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> <img src="https://storage.primaku.com/editor/1666933173252-b95de022.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="vitamin 3.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Kesimpulannya, konsumsilah makanan yang bervariasi dari lima kelompok makanan, diantaranya:<ul><li style="text-align: justify;">Sumber protein (daging sapi, ayam, ikan dan telur)</li><li style="text-align: justify;">Biji-bijian atau grain (sereal, gandum, roti dan nasi)</li><li style="text-align: justify;">Produk olahan susu atau dairy</li><li style="text-align: justify;">Sayur-sayuran</li><li style="text-align: justify;">Buah-buahan</li></ul>Jika itu semua dikonsumsi, maka kecukupan kebutuhan vitamin dan mineral harian sudah terpenuhi dan mendapatkan berbagai mikronutrien yang penting untuk menunjang sistem imunitas dan metabolisme tubuh. Jadi, MomDad tidak usah panik yaa untuk membeli semua multivitamin lainnya.MomDad mau&nbsp;share&nbsp;informasi atau pertanyaan seputar tumbuh kembang bersama orang tua lainnya? Yuk, ceritakan pengalaman MomDad di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/tumbuh-kembang" title="https://primaku.page.link/tumbuh-kembang" target="_blank" style="text-decoration-line: underline; background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Forum Tumbuh Kembang</a>! Selain itu, MomDad juga bisa bertanya seputar kesehatan si Kecil dan akan dijawab langsung oleh ahli, lho. Referensi:<ul><li style="text-align: justify;">Gombart AF, Pierre A, Maggini S. A Review of Micronutrients and the Immune System–Working in Harmony to Reduce the Risk of Infection. Nutrients. 2020 Jan; 12(1): 236.</li><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__28_Th_2019_ttg_Angka_Kecukupan_Gizi_Yang_Dianjurkan_Untuk_Masyarakat_Indonesia.pdf" title="http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__28_Th_2019_ttg_Angka_Kecukupan_Gizi_Yang_Dianjurkan_Untuk_Masyarakat_Indonesia.pdf">http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__28_Th_2019_ttg_Angka_Kecukupan_Gizi_Yang_Dianjurkan_Untuk_Masyarakat_Indonesia.pdf </a></li></ul>Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Ini Anjuran Asupan Vitamin dan Fungsinya untuk Metabolisme Anak!

ini-anjuran-asupan-vitamin-dan-fungsinya-untuk-metabolisme-anak-

Bayi atau anak-anak tuh rentan banget mengalami infeksi saluran pernapasan, lho. Penyebabnya beragam, namun salah satunya dipicu oleh paparan asap rokok.Hayoo, coba dicek deh, si Kecil masih sering terpapar asap rokok nggak? 🚭

Kenali Pemicu, Bahaya, dan Cara Penanganan ISPA pada Anak

kenali-pemicu--bahaya--dan-cara-penanganan-ispa-pada-anak

Perut kembung mungkin sudah biasa dialami orang tua. Namun, nyatanya anak-anak juga bisa mengalami hal yang sama, lho. Saat mengalami perut kembung, anak pasti merasa tidak nyaman, hingga rewel dan tidak mau makan.&nbsp;Nah, untuk itu orang tua perlu tahu apa saja yang jadi penyebab perut kembung pada anak. Dengan begitu, penanganan yang tepat bisa segera diberikan untuk mengatasi perut kembung pada anak. Yuk, simak penjelasannya berikut ini!Penyebab perut kembung pada anak<img src="https://storage.primaku.com/editor/1666855696975-a5db2a11.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-980889130-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Perut anak yang membuncit bisa terjadi pada berbagai macam penyakit, bergantung pada apa yang membuat perut membuncit. Melalui pemeriksaan, dokter dapat mengetahui apakah isi perut itu cairan, benda padat, atau udara. Bila isinya cairan penyakitnya mungkin di usus, bila benda padat mungkin ada organ dalam seperti ginjal atau hati yang membesar atau bahkan tumor, bila isinya udara maka ini biasanya berhubungan dengan urusan saluran cerna. Masyarakat biasa menyebutnya sebagai kembung, istilah kedokterannya meteorismus.<ul><li style="text-align: justify;">Banyak menelan udara</li></ul>Bayi yang sering menangis atau batuk, misalnya, akan banyak menelan udara. Demikian pula bayi akan banyak menelan udara bila teknik menyusuinya salah; puting kurang pas di mulut bayi atau dot tidak penuh dengan susu tetapi berisi udara.<ul><li style="text-align: justify;">Pembentukan gas berlebih dalam usus</li></ul>Hal ini bisa terjadi karena adanya fermentasi makanan yang tidak diserap oleh bakteri usus yang berlebihan. Jadi, bisa terjadi pada anak dengan gangguan pencernaan dan penyerapan makanan atau terjadi infeksi yang menyebabkan pertumbuhan bakteri usus yang berlebihan. Bisa pula terjadi karena mengonsumsi makanan yang flatugenik ( membentuk gas) secara berlebihan, seperti ubi, keju, kol, sawi, dan sejenisnya.<ul><li style="text-align: justify;">Akumulasi gas di dalam usus yang melemah atau lumpuh</li></ul>Akumulasi gas di dalam usus bisa pula terjadi karena peristaltik usus melemah. Contohnya, pada kekurangan kalium yang sering terjadi pasca diare, atau karena pemberian obat yang dapat melemahkan peristaltik usus. Melemahnya peristaltic usus juga bisa terjadi pada penyakit berat.<ul><li style="text-align: justify;">Sumbatan usus menghalangi pengeluaran gas</li></ul>Sumbatan usus dapat menghalangi pengeluaran gas melalui anus, akibatnya terjadi akumulasi gas dan anak mengalami kembung. Pada kasus sumbatan usus, anak harus dirujuk ke dokter untuk melihat apakah terdapat kelainan yang memerlukan pembedahan. Kadang kala sembelit yang lama pun dapat menimbulkan perut kembung. Pada kasus kembung yang memerlukan tindakan bedah, biasanya ditemukan pula gejala lain, seperti nyeri perut yang hebat, muntah menetap, muntah hijau dan sembelit.Pada bayi sebelum berusia 2 bulan kembung sering terjadi karena intoleransi laktosa. Asupan susu yang banyak tetapi kadar enzim pencernaannya dalam usus belum sempurna, akibatnya terjadi fermentasi susu yang tidak diserap usus yang menghasilkan gas yang berlebihan. Hal ini pula yang dapat memberikan gejala kolik pada bayi.Kembung sering pula terjadi pada anak yang kurang gizi, biasanya akibat kombinasi gangguan pencernaan, pertumbuhan bakteri usus yang berlebihan, dan gangguan peristaltik usus akibat kekurangan elektrolit.Kembung dapat pula terjadi bila kita sampai ke daerah yang tinggi. Pada kondisi ini sebagian gas yang terlarut dalam darah, terutama gas nitrogen, akan berdifusi ke saluran usus. Oleh karena itu di daerah yang tinggi, seperti puncak gunung kita akan sering kentut dan bisa kembung.Sebagai kesimpulan, kembung dapat disebabkan berbagai penyakit. Oleh karena itu, bawalah anak ke dokter untuk mendeteksi penyebabnya dan mendapat pengobatan yang memadai ya, MomDad.&nbsp;&nbsp;MomDad punya pertanyaan seputar kondisi si Kecil? Yuk, tanyakan pada ahli di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" title="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Forum Tanya Dokter</a>!&nbsp;Pertanyaan MomDad akan dijawab langsung oleh dokter spesialis anak, lho.Sumber foto: FreepikArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.&nbsp;<div style="text-align: justify;"></div>

Si Kecil Alami Ruam Popok? Ini Tips Memilih Krim yang Tepat!

Si Kecil Alami Ruam Popok? Ini Tips Memilih Krim yang Tepat!

Langkah Sederhana untuk Cegah Tuberkulosis pada Anak

Langkah Sederhana untuk Cegah Tuberkulosis pada Anak

Waspada Tuberkulosis pada Anak, Kenali Gejalanya!

Waspada Tuberkulosis pada Anak, Kenali Gejalanya!

Asupan Gula yang Dianjurkan pada Anak untuk Cegah Diabetes

Asupan Gula yang Dianjurkan pada Anak untuk Cegah Diabetes

Pantau Perkembangan Lingkar Kepala Bayi untuk Cegah Mikrosefali

Pantau Perkembangan Lingkar Kepala Bayi untuk Cegah Mikrosefali

Ini Anjuran Asupan Vitamin dan Fungsinya untuk Metabolisme Anak!

Ini Anjuran Asupan Vitamin dan Fungsinya untuk Metabolisme Anak!

Kenali Pemicu, Bahaya, dan Cara Penanganan ISPA pada Anak

Kenali Pemicu, Bahaya, dan Cara Penanganan ISPA pada Anak

Kenali Berbagai Penyebab Perut Kembung pada Anak

Kenali Berbagai Penyebab Perut Kembung pada Anak