Salah satu milestone dalam tumbuh kembang bayi adalah mampu duduk tegak. Kemampuan bayi untuk duduk tegak memiliki banyak manfaat penting dalam perkembangan fisik, motorik, sosial, dan kognitif. Saat bayi belajar duduk tegak, otot-otot inti, punggung, leher, dan paha mereka harus bekerja sama untuk menjaga keseimbangan. Hal ini membantu mengembangkan kekuatan otot-otot tersebut dan mempersiapkan bayi untuk mencapai tonggak motorik lainnya, seperti merangkak dan berdiri. <img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/cdb731662f6275a12c0d84def35d106b7_1692777146501.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-08-23T145156.384.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Kemampuan bayi untuk duduk tegak berkembang secara bertahap dan dapat bervariasi antara satu bayi dengan bayi lainnya. Secara umum, bayi mulai menunjukkan tanda-tanda kemampuan untuk duduk tegak sekitar usia 4 hingga 7 bulan. Apabila bayi belum bisa duduk tegak pada jangka usia tertentu, kemungkinan dapat disebabkan oleh beberapa hal, seperti:<ul><li style="text-align: justify;">Otot bayi belum cukup kuat untuk menyokong tubuhnya (leher, torso, dan punggung), hal ini dapat dihindari dengan mempraktekkan tummy time pada bayi.</li><li style="text-align: justify;">Belum mempunyai kontrol kepala yang cukup untuk duduk tegak.</li><li style="text-align: justify;">Keterlambatan perkembangan motorik kasar.</li><li style="text-align: justify;">Hipotonia; lemahnya otot pada bayi, kondisi ini dapat diatasi dengan terapi fisik dan okupasi serta stimulasi sensori.</li><li style="text-align: justify;">Arthrogryposis; kondisi di mana bayi memiliki sendi yang kaku dan/atau tidak dapat bergerak sebagaimana seharusnya.</li></ul>Perlu diingat bahwa setiap bayi berkembang dengan kecepatan yang berbeda. Ada bayi yang mungkin mengembangkan kemampuan untuk duduk tegak lebih awal atau lebih lambat dari perkiraan tersebut. Jika MomDad memiliki kekhawatiran tentang perkembangan motorik si Kecil, penting untuk berkonsultasi dengan dokter.Referensi:<ul><li style="text-align: left;">What to Expects (July 12, 2021). When Your Baby Will Sit Up — With Your Help and Alone. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.whattoexpect.com/first-year/sit-up/" title="https://www.whattoexpect.com/first-year/sit-up/">https://www.whattoexpect.com/first-year/sit-up/ </a></li><li style="text-align: left;">Cleveland Clinic (12/29/2021). Hypotonia in Babies. <a classname="e-rte-anchor" href="https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22223-hypotonia-in-babies" title="https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22223-hypotonia-in-babies">https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22223-hypotonia-in-babies </a></li><li style="text-align: left;">Johns Hopkins Medicine. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/arthrogryposis" title="https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/arthrogryposis">https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/arthrogryposis </a></li></ul>﻿﻿

Anakku Belum Bisa Duduk Tegak, Kenapa ya?

anakku-belum-bisa-duduk-tegak--kenapa-ya--1692777215423

Ketika melihat pertumbuhan anak yang terhambat, sebagai orang tua, MomDad pasti berusaha mencari tahu sumber masalahnya, mulai dari asupan nutrisi, stimulasi, hingga pola makan. Namun, setelah mencoba mengoreksi, sebenarnya tidak ada yang salah dalam merawat si Kecil. Lantas, apa dong penyebab tumbuh kembang si Kecil terhambat?Apakah MomDad pernah mendengar istilah silent disease? Silent disease adalah penyakit yang berpotensi menghambat pertumbuhan anak (growth faltering) apabila tidak ditangani. Silent disease dapat menyebabkan bertambahnya kebutuhan energi, sehingga mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan anak.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/40e832672b664e0819748aeef818aaed_1692629469403.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-08-21T215059.361.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> BB anak yang tidak naik dapat dikaitkan dengan silent disease. Sebab, tubuh memerlukan energi lebih untuk memperbaiki kondisi akibat silent disease. Apabila penyakit tidak ditangani dan tidak diimbangi dengan penambahan kalori yang masuk, akan terjadi defisit kalori yang menyebabkan stagnasi atau bahkan berat badan kurang.Di luar silent disease, BB anak tidak naik dapat juga diakibatkan karena asupan nutrisi yang kurang memadai, baik secara kualitas maupun kuantitas. Dapat pula disebabkan masalah malabsorpsi atau penyerapan zat gizi yang terganggu.Penyakit apa saja sih yang bisa dikategorikan dalam silent disease? Nah, ada beberapa penyakit yang bisa dikategorikan dalam silent disease, di antaranya [1]:<ul><li style="text-align: justify;">Penyakit jantung kronik</li><li style="text-align: justify;">Penyakit paru-paru kronik</li><li style="text-align: justify;">Anemia kronik</li><li style="text-align: justify;">Infeksi kronik, seperti tuberkulosis</li><li style="text-align: justify;">Penyakit ginjal kronik</li><li style="text-align: justify;">Keganasan</li></ul>Nah, apakah silent disease bisa diketahui gejalanya?&nbsp;Pada anak dengan berat badan stagnan atau kurang, dapat dilakukan observasi terhadap asupan nutrisi dan volume makanan, serta tinggi dan berat badan anak dari waktu ke waktu.Apabila tidak ada masalah soal asupan nutrisi, dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan darah maupun urine, serta pemeriksaan khusus apabila anak menunjukkan gejala penyakit yang spesifik.Jika si Kecil mengalami beberapa gejala di atas, MomDad perlu segera memeriksakan kondisi anak agar tahu apa penyebabnya sehingga bisa segera diatasi dengan tepat oleh dokter.Referensi:&nbsp;American Academy of Pediatrics (05/31/2022). Growth Faltering in Newborns and Infants. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.aap.org/en/patient-care/newborn-and-infant-nutrition/growth-faltering-in-newborns-and-infants/" title="https://www.aap.org/en/patient-care/newborn-and-infant-nutrition/growth-faltering-in-newborns-and-infants/">https://www.aap.org/en/patient-care/newborn-and-infant-nutrition/growth-faltering-in-newborns-and-infants/</a>

Awas Silent Disease, Penyebab Tumbuh Kembang Anak Terhambat

awas-silent-disease--penyebab-tumbuh-kembang-anak-terhambat-1692629643807

Kenaikan berat badan merupakan parameter pertumbuhan yang cukup sensitif untuk melihat kecukupan nutrisi si Kecil. Masa 1000 hari pertama kehidupan merupakan waktu-waktu krusial karena 80% volume otak dewasa terbentuk pada fase ini. Banyak orang tua yang khawatir berat badan anaknya tidak naik di tengah tumbuh kembang anak yang terus berjalan. Berbagai mitos seputar berat badan pun kerap menghantui para orang tua. Biar tidak termakan hoax, simak mitos vs faktanya berikut, yuk!1. Mitos: Anak yang gemuk adalah anak yang sehat.Fakta: Berat badan yang sehat pada anak tidak selalu berarti gemuk. Kesehatan anak melibatkan faktor-faktor seperti pola makan seimbang, aktivitas fisik, dan perkembangan fisik serta psikologis secara keseluruhan.2. Mitos: Anak yang kurus adalah anak yang tidak sehat.Fakta: Keturunan, metabolisme, dan pola makan anak bisa mempengaruhi berat badannya. Anak yang kurus tidak selalu tidak sehat, tetapi perlu diperhatikan asupan nutrisi dan pertumbuhannya.3. Mitos: Anak harus diminta makan lebih banyak agar gemuk.Fakta: Memaksa anak makan lebih banyak bisa menyebabkan masalah pola makan yang tidak sehat. Penting untuk mengajarkan anak tentang makanan sehat dan membiarkan mereka mengatur nafsu makan mereka sendiri.4. Mitos: Makan malam membuat anak gemuk.Fakta: Pentingnya waktu makan dan keseimbangan nutrisi lebih penting daripada hanya makan malam. Yang penting adalah menghindari camilan berlebihan dan menjaga porsi makan secara umum.5. Mitos: Anak harus selalu menghabiskan makanannya.Fakta: Memaksa anak untuk menghabiskan makanan bisa menyebabkan masalah pola makan yang buruk. Penting untuk menghormati nafsu makan mereka dan mengajarkan mereka tentang porsi yang sehat.6. Mitos: Anak Tidak Boleh Makan Camilan.Fakta: Camilan sehat dalam porsi yang tepat dapat menjadi bagian dari pola makan anak. Penting untuk memilih camilan yang mengandung nutrisi dan tidak berlebihan.Setelah mengetahui mitos dan fakta di atas, semoga rasa penasaran MomDad terjawab, ya.&nbsp;Referensi:<ul><li style="text-align: left;">American Academy of Pediatrics (AAP): "HealthyChildren.org - Nutrition": <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/gradeschool/nutrition/Pages/default.aspx" title="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/gradeschool/nutrition/Pages/default.aspx">https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/gradeschool/nutrition/Pages/default.aspx </a></li><li style="text-align: left;">Centers for Disease Control and Prevention (CDC): "Healthy Weight - Facts About Childhood Obesity": <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.cdc.gov/healthyweight/children/index.html" title="https://www.cdc.gov/healthyweight/children/index.html">https://www.cdc.gov/healthyweight/children/index.html</a></li></ul>

Mitos vs Fakta seputar Berat Badan Anak

mitos-vs-fakta-seputar-berat-badan-anak-1692180636456

Stunting adalah kondisi ketika pertumbuhan fisik dan perkembangan anak terhambat karena kekurangan gizi dan nutrisi selama periode penting pertumbuhan, terutama pada dua tahun pertama kehidupan (1.000 hari). Jika anak stunting di 1000 hari pertama, MomDad harus segera perbaiki sebelum berusia 2 tahun. Lantas, bagaimana kalau sudah lewat dari 2 tahun? Stunting bisa diperbaiki, namun hasilnya tidak sebaik di 2 tahun pertama.Ciri-ciri stunting pada anak<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/6c39cf702a42b930d62c319c454d5ae7_1692083534102.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-07-23T111452.887.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Perlu diingat bahwa MomDad tidak bisa sembarangan mendiagnosa buah hati mengalami stunting hanya karena kondisi tubuhnya kecil. Ada standar baku pengukuran tinggi badan menurut usia yang telah dibuat WHO. Untuk itu, MomDad perlu berkonsultasi dengan dokter anak terlebih dulu, ya.Namun, MomDad juga perlu mewaspadai gejala atau ciri-ciri stunting yang mungkin muncul pada anak yang telah dirilis oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), seperti:<ul><li style="font-size: 12pt;">Anak berbadan lebih pendek untuk anak seusianya</li><li style="font-size: 12pt;">Proporsi tubuh cenderung normal tetapi anak tampak lebih muda atau kecil untuk usianya</li><li style="font-size: 12pt;">Berat badan rendah untuk anak seusianya</li><li style="font-size: 12pt;">Pertumbuhan tulang dan gigi tertunda</li><li style="font-size: 12pt;">Anak mudah terserang penyakit</li></ul>Mengatasi stunting pada anak<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/f587f00ccd491da0e9188e247ffe652d_1692083626733.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-08-07T180920.378.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Jika si Kecil mengalami stunting, cara terbaik yang bisa MomDad lakukan adalah segera membawanya ke dokter. Walaupun stunting bisa memengaruhi kondisi anak hingga ia dewasa, namun tetap bisa diatasi. Untuk itu, Kemenkes RI merekomendasikan pola asuh yang tepat, seperti memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan hingga 2 tahun. Berikan juga MPASI yang optimal, yakni mengandung 4-7 jenis makanan, seperti kacang-kacangan, umbi-umbian, produk olahan susu, daging atau telur serta sumber protein lain, hingga buah dan sayur yang mengandung banyak vitamin.Pola makan keluarga juga menjadi salah satu faktor mengatasi stunting pada anak. MomDad juga harus terbiasa mengonsumsi makanan yang sehat dan bergizi demi mendukung pertumbuhan si Kecil secara optimal.Perlu diingat bahwa stunting tidak terjadi secara tiba-tiba. Anak yang stunting pasti diawali oleh weight faltering atau kenaikan berat badan yang tidak adekuat atau berat badan (BB) seret. Kenaikan BB yg tidak adekuat ini jika dibiarkan bisa menjadi stunting. Makanya, MomDad harus benar-benar aware dengan rutin meninimbang BB, ukur panjang anak, memeriksa kurva pertumbuhan secara tepat.Untuk mencegah stunting, mulailah dengan inisiasi menyusui dini (IMD) setidaknya 1 jam setelah bayi dilahirkan. Dilanjutkan dengan ASI eksklusif selama 6 bulan, kemudian pemberian MPASI di usia 6 bulan dengan beberapa strategi, salah satunya MPASI adekuat.Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Anakku Terlanjur Stunting, Harus Gimana?

anakku-terlanjur-stunting--harus-gimana--1692083707380

Selain berat badan, MomDad juga perlu melakukan pemantauan panjang dan tinggi badan anak. Dua hal ini ternyata berbeda, lho! Pengukuran panjang badan dilakukan pada bayi dan anak berusia kurang dari 2 tahun dalam posisi berbaring, sedangkan tinggi badan diukur pada anak berusia 2 tahun atau lebih dalam posisi berdiri tegak. Nah, jika MomDad ingin memantau panjang dan tinggi badan si Kecil, perhatikan cara di bawah ini, yuk!Cara mengukur panjang badan anak<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/11a8fbc4c069c497c410510f44c7021e50_1692076281586.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-07-20T170629.429.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Pengukur panjang badan atau infantometer perlu diletakkan di permukaan datar yang stabil dan cukup luas, seperti di atas meja. Pengukuran panjang badan hendaknya dilakukan oleh dua orang. Bayi dan anak yang akan diukur panjang badannya sebaiknya dalam keadaan tenang, menggunakan pakaian tipis atau boleh tanpa pakaian, tidak menggunakan alas kaki, dan rambut tidak diikat.Letakkan bayi dalam posisi telentang dan puncak kepala menempel pada ujung pengukur yang tidak bergerak (headboard). Apabila rambut anak tebal, dekatkan sedemikian rupa hingga tidak ada jarak sedikit pun antara headboard dengan puncak kepala. Posisikan kepala anak agar lurus dan mata menghadap tegak lurus ke atas, kemudian fiksasi posisi ini dengan memegangi kepala anak.Dalam keadaan tenang, baringkan anak dalam posisi lurus, pundak menyentuh papan, lutut lurus, dan tulang belakang tidak membengkok. Rapatkan ujung pengukur yang bergerak (footboard) hingga menempel tegak lurus dengan telapak kaki. Jari-jari kaki harus lurus mengarah ke atas. Setelah itu, baca dan catat hasil pengukuran.Cara mengukur tinggi badan anak<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/b641a51046cf12910d4b5c72fccffefe5_1692076243426.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-07-20T170648.241.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Pengukuran tinggi badan dilakukan dalam posisi anak berdiri tanpa alas kaki dan rambut tidak diikat. Minta anak untuk berdiri tegak dan melihat lurus ke depan. Punggung, pantat, dan tumit bagian belakang anak menempel pada tiang pengukur. Rapatkan pengukur sampai menempel di puncak kepala. Lalu, bacalah dan catat hasil pengukuran.​Pada anak, tinggi badan yang diukur saat berdiri lebih pendek 0,7 cm dibanding panjang badan yang diukur saat berbaring. Hal ini pun telah diantisipasi dalam pembuatan kurva pertumbuhan WHO. Dengan demikian, apabila anak yang berusia kurang dari 2 tahun diukur tinggi badannya dalam posisi berdiri, hasil pengukuran tersebut perlu ditambah 0,7 cm sebelum data dimasukkan ke aplikasi PrimaKu atau diplot ke kurva pertumbuhan WHO.Sebaliknya, apabila anak berusia lebih dari 2 tahun diukur panjang badannya dalam posisi berbaring, maka hasil pengukurannya perlu dikurangi 0,7 cm sebelum dimasukkan ke aplikasi PrimaKu atau diplot ke kurva pertumbuhan WHO. Jadwal pengukuran panjang atau tinggi badan yang optimal sesuai saran Kementerian Kesehatan adalah tiap 3 bulan hingga usia 2 tahun, kemudian tiap 6 bulan hingga usia 6 tahun. Setelah itu, setidaknya ukur tinggi badan sekali dalam setahun untuk mengetahui pertumbuhan tinggi badan anak.Nah, itu dia cara mengukur panjang dan tinggi badan anak. Apakah MomDad sudah secara rutin melakukan pengukuran panjang dan tinggi badan anak?&nbsp;Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.

Jangan Keliru, Begini Cara Mengukur Tinggi & Panjang Badan Anak!

jangan-keliru--begini-cara-mengukur-tinggi---panjang-badan-anak--1692076453054

Kenaikan berat badan merupakan parameter pertumbuhan yang cukup sensitif untuk melihat kecukupan nutrisi si kecil. Masa 1000 hari pertama kehidupan merupakan waktu-waktu krusial karena 80% volume otak dewasa terbentuk pada fase ini. Kecepatan pertumbuhan paling tinggi terjadi di dalam kandungan, kemudian menurun secara bertahap di tahun pertama kehidupan, sampai mencapai kecepatan konstan di masa kanak-kanak, yang kemudian dilanjutkan dengan lonjakan di masa pubertas.&nbsp;<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/79793a4d342adbf7db5210cd7bdba865d_1691728762671.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-08-11T110609.527.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Penting bagi orang tua untuk mengetahui kenaikan berat badan normal seorang anak. Di tahun pertama, kenaikan berat badan di 3 bulan pertama adalah sekitar 750-1000 gram/bulan, kemudian di bulan ke-3 sampai 6 bulan kenaikan berat badan 600 gram/bulan, bulan ke-6 sampai 9 bulan kenaikan berat badan sekitar 450 gram/bulan, dan di bulan ke-9 sampai usia 12 bulan kenaikannya adalah sekitar 225 gram/bulan. Setelah mencapai masa kanak-kanak, maka laju pertumbuhan melambat dan kenaikan berat badan 150-250 gram/bulan.Namun, angka-angka tersebut hanyalah patokan kasar. Penilaian kenaikan berat badan yang paling tepat adalah dengan menggunakan kurva pertumbuhan. Dengan kurva pertumbuhan, kita dapat menilai apakah anak tumbuh terlalu cepat atau terlalu lambat. Pertumbuhan yang terlalu lambat, mungkin akan merugikan. Namun, pertumbuhan yang terlalu cepat juga bisa merugikan di kemudian hari.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/d27febcd24bee2137e7926f4ae8bb5c6_1691728770894.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-08-11T110205.156.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;">Kondisi berat badan yang naik lambat, atau kenaikan yang berada di bawah persentil 5 tabel kenaikan berat badan WHO dua kali berturut-turut disebut sebagai weight faltering. Weight faltering dikaitkan dengan penurunan IQ sebesar 3-4 poin. Tata laksana segera dan adekuat diperlukan agar kondisi weight faltering tidak sampai jatuh ke gizi kurang atau gizi buruk, atau bahkan sampai ke stunting, karena akan menurunkan IQ lebih jauh 15 poin. Namun, tidak hanya diperlukan pemantauan kurva BB/U, evaluasi yang dilakukan pun seharusnya meliputi, paling tidak, empat indikator pertumbuhan (BB/U, PB/U, BB/PB atau IMT/U dan LK/U).*&nbsp; &nbsp;&nbsp;Evaluasi weight faltering pada seorang anak meliputi asuhan nutrisi pediatrik, dan evaluasi penyakit penyerta/mendasar yang dapat menyebabkan sulitnya berat badan naik, misalnya tuberkulosis, anemia, infeksi saluran kemih, penyakit refluks gastroesofageal, alergi susu sapi, dan lain sebagainya. Tata laksana harus disesuaikan dengan penyebab dan memenuhi kebutuhan energi agar anak dapat tumbuh kembang secara optimal.*Note:<ul><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">BB/U: berat badan terhadap umur</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">PB/U: panjang badan terhadap umur</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">BB/PB: berat badan menurut panjang badan</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">IMT/U: indeks massa tubuh terhadap umur</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">LK/U: lingkar kepala terhadap umur</li></ul>Referensi:<ul><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Prawitasari T. Nutritional intervention of children with faltering growth: is it about timing or else. Dipresentasikan pada webinar IDAI 29 Maret 2021</li><li style="text-align: justify; font-size: 12pt;">Sjarif DR. Stunting is a silent emergency. Dipresentasikan pada modul nutrisi metabolic IKA FKUI. 11 Sep 2020</li></ul>

Gimana kalau Berat Badan Anak Nggak Naik?

gimana-kalau-berat-badan-anak-nggak-naik--1691728890676

Beberapa waktu lalu, kita sudah membahas seputar gangguan pertumbuhan yang rentan dialami anak. Selain pertumbuhan, anak juga bisa alami gangguan perkembangan, lho. Berbeda dengan pertumbuhan yang berkaitan dengan penambahan berat, tinggi, dan lain-lain, gangguan perkembangan mencakup perubahan yang lebih luas dan kompleks pada anak, termasuk aspek fisik, sosial, emosional, kognitif, dan bahasa. Lantas, gangguan pertumbuhan apa sih yang bisa dialami anak?Keterlambatan bicara dan bahasa<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/678e8a6f841ec0b411082b6ba35f73bf9_1691406570846.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-08-07T180817.194.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Secara teknis, definisi keterlambatan bicara-bahasa adalah apabila dijumpai kemampuan bahasa 1,5-2 kali simpang baku di bawah rerata nilai normal pemeriksaan standar atau usia perkembangan tertinggal 25% atau lebih dari usia kronologis. Definisi tersebut mungkin terdengar rumit, MomDad mungkin lebih mudah memahami contoh berikut: anak usia 2 tahun belum mampu mengucapkan 1 kata bermakna atau kemampuan bicara anak usia 2 tahun setara dengan kemampuan bicara anak usia 1 tahun.&nbsp;Gangguan bicara-bahasa merupakan bagian dari gangguan komunikasi, yaitu gangguan kemampuan anak untuk menerima, mengerti, atau menyampaikan suatu pesan baik secara verbal maupun non-verbal. Gangguan komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi gangguan pendengaran, gangguan bahasa, gangguan proses bicara, dan gangguan kelancaran bicara. Sedangkan gangguan proses bicara terdiri dari gangguan fonasi, resonansi, artikulasi, dan motorik.&nbsp;Berikut penjelasan mengenai gangguan proses bicara:<ul><li style="text-align: justify;">Gangguan fonasi adalah gangguan dalam intonasi atau penekanan nada. Penyebabnya antara lain adalah laringitis akut, adanya nodul atau polip padapita suara, dan kelumpuhan pita suara.</li><li style="text-align: justify;">Gangguan resonansi dapat disebabkan oleh adanya celah pada langit-langit atau pembesaran adenoid.</li><li style="text-align: justify;">Gangguan artikulasi dapat disebabkan oleh sumbing bibir dan langit-langit, adanya gangguan bahasa, masalah kognitif, atau palsi serebral.</li><li style="text-align: justify;">Gangguan bicara motorik adalah gangguan kejelasan bicara yang disebabkan oleh masalah persarafan yang mempengaruhi perencanaan dan koordinasi gerak, termasuk gerak organ bicara, misalnya karena kelumpuhan pada otot-otot bicara.</li></ul>Sementara gangguan kelancaran bicara terdiri antara lain:<ul><li style="text-align: justify;">Gagap (stuttering) yang merupakan masalah ketidaklancaran bicara dalam bentuk pengucapan kata maupun aliran kalimat yang dapat dialami anak-anak maupun dewasa.</li><li style="text-align: justify;">Ada pula gangguan berbahasa, terdiri dari gangguan bahasa reseptif (bahasa pemahaman), gangguan bahasa ekspresif (bahasa ucapan), maupun kesulitan belajar. Gangguan bicara bahasa dapat pula terjadi pada kondisi khusus, seperti pada spektrum autism, gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH/ADHD), palsi serebral, dan sumbing bibir.</li></ul>Gangguan makan<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/1dbb3ee584d716a1064fc4cd4416c1bb_1691406581363.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-08-07T180834.500.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Dalam proses tumbuh kembang anak, MomDad mungkin menemukan hambatan saat memberikan asupan nutrisi atau gangguan makan. Dikutip dari halaman IDAI, gangguan makan yang dapat terjadi pada anak antara lain:Inappropriate feeding practice: masalah makan yang disebabkan oleh perilaku makan yang salah ataupun pemberian makanan yang tidak sesuai dengan usia. Penyebab&nbsp;inappropriate feeding practice&nbsp;perlu ditelusuri lebih lanjut, primer ataukah sekunder.<ul><li style="text-align: justify;">Small eaters: terminologi yang dipakai untuk anak dengan keluhan makan sedikit, status gizi kurang, dan feeding rules benar.</li><li style="text-align: justify;">Picky eater: didefinisikan sebagai anak yang menolak makanan tertentu atau pilih-pilih makan, namun masih mengonsumsi minimal satu macam dari setiap kelompok makanan, yaitu karbohidrat, protein, sayur atau buah, dan susu</li><li style="text-align: justify;">Selective eater: anak yang menolak semua jenis makanan dalam kelompok makanan tertentu, misalnya menolak semua makanan sumber protein.</li></ul>Well, itulah jenis-jenis gangguan perkembangan yang dapat dialami anak. Untuk memastikan anak berkembang dengan baik, MomDad perlu melakukan stimulasi sesuai usia dan konsultasikan pada ahli apabila terjadi redflag atau keterlambatan perkembangan.Referensi:<ul><li style="text-align: justify;">Makalah “Stunting in Indonesian Children”, oleh DR.Dr.Hartono Gunardi,Sp.A(K) dalam Simposium Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan : A New Concept in Pediatric Clinical Practice, bulan Februari 2016 di Hotel Borobudur.</li><li style="text-align: justify;">Rekomendasi Pendekatan Diagnosis dan Tata Laksana Masalah Makan pada Batita di Indonesia, UKK dan Penyakit Metabolik, 2014</li><li style="text-align: justify;">Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar, Kemenkes RI, 2014</li></ul>Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.