KIPI (kejadian ikutan pasca imunisasi) mengacu pada segala kejadian medis yang terjadi setelah pemberian vaksin, yang mungkin berhubungan atau tidak berhubungan dengan vaksin itu sendiri. KIPI dapat berupa reaksi ringan atau berat, dan memerlukan pemantauan serta penanganan yang tepat. Menurut badan kesehatan dunia (WHO), ada 5 jenis KIPI yang umum terjadi, antara lain:<ul><li>Reaksi yang terkait produk vaksin: KIPI yang diakibatkan atau dicetuskan oleh satu atau lebih komponen yang terkandung di dalam produk vaksin.</li><li>Reaksi yang terkait cacat mutu vaksin: KIPI yang disebabkan atau dicetuskan oleh satu atau lebih cacat mutu produk vaksin, termasuk alat pemberian vaksin yang disediakan oleh produsen.</li><li>Reaksi terkait kekeliruan prosedur imunisasi: KIPI yang disebabkan oleh cara penanganan vaksin yang tidak memadai, penulisan resep atau prosedur pemberian vaksin yang sebetulnya dapat dihindari.</li><li>Reaksi kecemasan terkait imunisasi: KIPI ini terjadi akibat kecemasan pada waktu pemberian imunisasi.</li><li>Kejadian koinsidens: KIPI ini disebabkan oleh hal-hal di luar produk vaksin, kekeliruan imunisasi atau kecemasan akibat imunisasi. Contoh: demam yang timbul bersamaan dengan pemberian imunisasi, padahal sebenarnya disebabkan oleh penyakit lain. Misalnya, pada saat dibawa ke pelayanan kesehatan untuk mendapatkan imunisasi, bayi tertular selesma dari pengunjung lain yang juga datang ke tempat pelayanan kesehatan tersebut. Kejadian koinsiden mencerminkan keadaan yang pada saat tersebut terjadi di masyarakat.</li></ul>Perlu diketahui bahwa tidak semua anak yang divaksin akan mengalami KIPI. Sebagian besar anak menerima vaksin tanpa masalah serius. Namun, ada beberapa kriteria kelompok yang berisiko mengalami KIPI, yaitu:<ul><li>Jika anak mengalami reaksi buruk setelah vaksinasi, segera laporkan ke Pokja KIPI daerah untuk penanganan cepat dan Pokja (kelompok kerja) KIPI pusat menggunakan formulir yang tersedia.</li><li>Untuk bayi dengan berat lahir rendah, jadwal imunisasinya sama dengan bayi cukup bulan, namun perlu perhatikan hal berikut:<ul><li>Titer kekebalan pasif dari ibu lebih rendah daripada bayi cukup bulan.</li><li>Jika berat bayi sangat kecil (&lt;1000 gram), imunisasi ditunda hingga berat bayi mencapai 2000 gram atau berumur 2 bulan.</li><li>Untuk bayi berat lahir rendah atau bayi prematur, Imunisasi hepatitis B diberikan saat bayi berumur 1bulan atau lebih, atau jika BB mencapai 2000 gramkecuali jika ibu diketahui HbsAg positif.</li><li>Jika bayi masih dirawat setelah berumur 2 bulan, vaksin polio diberikan secara suntikan (IPV) untuk mencegah penyebaran virus polio melalui tinja.</li></ul></li><li>Pasien imunokompromais, yaitu mereka yang memiliki sistem kekebalan lemah akibat penyakit atau pengobatan (kemoterapi, kortikosteroid jangka panjang), tidak boleh menerima vaksin hidup. Imunisasi tetap bisa diberikan jika dosis kortikosteroid kecil dan jangka pendek. Jika anak mendapat kortikosteroid sistemik dosis tinggi (2 mg/kg berat badan/hari atau prednison 20 mg/hari selama 14 hari), imunisasi ditunda. Imunisasi diberikan 1 bulan setelah penghentian kortikosteroid atau 3 bulan setelah kemoterapi selesai. </li><li>Untuk penerima human immunoglobulin, vaksin virus hidup diberikan 3 bulan setelah pengobatan untuk menghindari gangguan respon imun.</li></ul>Meskipun sebagian besar anak tidak mengalami KIPI yang serius setelah vaksinasi, penting untuk waspada dan siap mengambil tindakan jika diperlukan. Vaksinasi tetap merupakan salah satu cara paling efektif untuk melindungi anak-anak dari berbagai penyakit menular yang berbahaya.MomDad dapat berkonsultasi seputar dengan Dokmin PrimaKu melalui WhatsApp di nomor&nbsp;<span style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; --tw-rotate: 0; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-pan-x: ; --tw-pan-y: ; --tw-pinch-zoom: ; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-gradient-from-position: ; --tw-gradient-via-position: ; --tw-gradient-to-position: ; --tw-ordinal: ; --tw-slashed-zero: ; --tw-numeric-figure: ; --tw-numeric-spacing: ; --tw-numeric-fraction: ; --tw-ring-inset: ; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-color: rgb(59 130 246 / 0.5); --tw-ring-offset-shadow: 0 0 #0000; --tw-ring-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow-colored: 0 0 #0000; --tw-blur: ; --tw-brightness: ; --tw-contrast: ; --tw-grayscale: ; --tw-hue-rotate: ; --tw-invert: ; --tw-saturate: ; --tw-sepia: ; --tw-drop-shadow: ; --tw-backdrop-blur: ; --tw-backdrop-brightness: ; --tw-backdrop-contrast: ; --tw-backdrop-grayscale: ; --tw-backdrop-hue-rotate: ; --tw-backdrop-invert: ; --tw-backdrop-opacity: ; --tw-backdrop-saturate: ; --tw-backdrop-sepia: ; --tw-contain-size: ; --tw-contain-layout: ; --tw-contain-paint: ; --tw-contain-style: ; font-weight: 700; font-size: 16px;">0877-8688-881. Selain itu, MomDad juga bisa melakukan&nbsp;<span style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; --tw-rotate: 0; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-pan-x: ; --tw-pan-y: ; --tw-pinch-zoom: ; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-gradient-from-position: ; --tw-gradient-via-position: ; --tw-gradient-to-position: ; --tw-ordinal: ; --tw-slashed-zero: ; --tw-numeric-figure: ; --tw-numeric-spacing: ; --tw-numeric-fraction: ; --tw-ring-inset: ; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-color: rgb(59 130 246 / 0.5); --tw-ring-offset-shadow: 0 0 #0000; --tw-ring-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow-colored: 0 0 #0000; --tw-blur: ; --tw-brightness: ; --tw-contrast: ; --tw-grayscale: ; --tw-hue-rotate: ; --tw-invert: ; --tw-saturate: ; --tw-sepia: ; --tw-drop-shadow: ; --tw-backdrop-blur: ; --tw-backdrop-brightness: ; --tw-backdrop-contrast: ; --tw-backdrop-grayscale: ; --tw-backdrop-hue-rotate: ; --tw-backdrop-invert: ; --tw-backdrop-opacity: ; --tw-backdrop-saturate: ; --tw-backdrop-sepia: ; --tw-contain-size: ; --tw-contain-layout: ; --tw-contain-paint: ; --tw-contain-style: ; font-weight: 700; font-size: 16px;"><a class="e-rte-anchor" href="https://dash-backoffice.primaku.com/Seseorang%20dikatakan%20lanjut%20usia%20(lansia)%20ketika%20menginjak%20usia%2060%20tahun.%20Umumnya,%20usia%20lanjut%20dihubungkan%20dengan%20tingginya%20angka%20mortalitas%20dan%20morbiditas.%20Usia%20lanjut%20dapat%20memengaruhi%20beberapa%20aspek%20kehidupan,%20diantaranya%20terjadi%20perubahan%20fisik,%20biologis,%20psikologis,%20dan%20sosial%20sebagai%20akibat%20proses%20penuaan%20atau%20munculnya%20penyakit%20degeneratif.%20Kerentanan%20individu%20lansia%20terhadap%20beberapa%20penyakit%20disebabkan%20oleh%20karena%20menurunnya%20imunitas,%20sehingga%20membutuhkan%20vaksinasi.%20Nah,%20vaksinasi%20apa%20saja%20sih%20yang%20dibutuhkan%20para%20lansia?%20Berikut%20anjuran%20menurut%20PAPDI%202023!%20%20Vaksin%20Influenza%20Siapa%20pun%20bisa%20terkena%20flu,%20bahkan%20orang%20sehat.%20Masalah%20serius%20terkait%20flu%20bisa%20terjadi%20pada%20usia%20berapapun,%20tetapi%20beberapa%20orang%20memiliki%20risiko%20lebih%20tinggi%20untuk%20alami%20komplikasi%20serius%20terkait%20flu%20jika%20mereka%20sakit,%20termasuk%20orang%20dewasa%20yang%20berusia%2065%20tahun%20ke%20atas,%20orang%20dari%20segala%20usia%20dengan%20kondisi%20medis%20kronis%20tertentu%20(seperti%20diabetes,%20asma,%20atau%20penyakit%20jantung),%20wanita%20hamil,%20dan%20anak-anak%20kecil.%20%20Cara%20terbaik%20dan%20langkah%20paling%20penting%20untuk%20mencegah%20flu%20adalah%20dengan%20mendapatkan%20vaksin%20flu%20setiap%20tahun.%20CDC%20merekomendasikan%20bahwa%20semua%20orang%20berusia%206%20bulan%20ke%20atas%20perlu%20mendapatkan%20vaksin%20flu%20setiap%20tahun.%20Vaksin%20flu%20dapat%20mengurangi%20penyakit%20flu,%20kunjungan%20ke%20dokter,%20dan%20absensi%20kerja%20atau%20sekolah%20akibat%20flu,%20serta%20mencegah%20rawat%20inap%20terkait%20flu.%20%20Vaksin%20Zooster%20Vaksin%20zoster,%20atau%20sering%20disebut%20vaksin%20herpes%20zoster,%20adalah%20vaksin%20yang%20diberikan%20untuk%20mencegah%20herpes%20zoster%20(cacar%20ular%20atau%20shingles)%20pada%20orang%20dewasa,%20terutama%20mereka%20yang%20berusia%2050%20tahun%20ke%20atas.%20Herpes%20zoster%20disebabkan%20oleh%20virus%20varicella-zoster,%20virus%20yang%20sama%20yang%20menyebabkan%20cacar%20air%20(chickenpox).%20Setelah%20seseorang%20sembuh%20dari%20cacar%20air,%20virus%20ini%20tetap%20berada%20di%20dalam%20tubuh%20dalam%20keadaan%20tidak%20aktif%20dan%20dapat%20aktif%20kembali%20sebagai%20herpes%20zoster%20di%20kemudian%20hari.%20%20Vaksin%20Pneumokokal%20Polisakarida%20Vaksin%20pneumokokal%20polisakarida%20(PPSV23),%20juga%20dikenal%20sebagai%20Pneumovax%2023,%20adalah%20vaksin%20yang%20dirancang%20untuk%20melindungi%20lansia%20dari%20infeksi%20yang%20disebabkan%20oleh%20bakteri%20Streptococcus%20pneumoniae.%20Bakteri%20ini%20dapat%20menyebabkan%20berbagai%20penyakit%20serius,%20seperti%20pneumonia,%20meningitis,%20dan%20bakteremia%20(infeksi%20darah).%20%20Vaksinasi%20untuk%20lansia%20adalah%20langkah%20pencegahan%20penting%20yang%20membantu%20melindungi%20mereka%20dari%20penyakit%20menular%20yang%20dapat%20menyebabkan%20komplikasi%20serius%20atau%20kematian.%20Dengan%20memastikan%20lansia%20mendapatkan%20vaksinasi%20yang%20diperlukan,%20kita%20dapat%20membantu%20mereka%20tetap%20sehat,%20aktif,%20dan%20mandiri%20lebih%20lama.%20%20MomDad%20dapat%20berkonsultasi%20seputar%20dengan%20Dokmin%20PrimaKu%20melalui%20WhatsApp%20di%20nomor%200877-8688-881.%20Selain%20itu,%20MomDad%20juga%20bisa%20melakukan%20Booking%20Vaksin%20dewasa%20di%20PrimaKu%20dan%20mendapatkan%20berbagai%20promo%20menarik%20di%20setiap%20transaksi%20vaksin,%20lho.%20%20Referensi:%20https://satgasimunisasipapdi.com/jadwal-imunisasi-dewasa/" title="Seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) ketika menginjak usia 60 tahun. Umumnya, usia lanjut dihubungkan dengan tingginya angka mortalitas dan morbiditas. Usia lanjut dapat memengaruhi beberapa aspek kehidupan, diantaranya terjadi perubahan fisik, biologis, psikologis, dan sosial sebagai akibat proses penuaan atau munculnya penyakit degeneratif. Kerentanan individu lansia terhadap beberapa penyakit disebabkan oleh karena menurunnya imunitas, sehingga membutuhkan vaksinasi. Nah, vaksinasi apa saja sih yang dibutuhkan para lansia? Berikut anjuran menurut PAPDI 2023! Vaksin Influenza Siapa pun bisa terkena flu, bahkan orang sehat. Masalah serius terkait flu bisa terjadi pada usia berapapun, tetapi beberapa orang memiliki risiko lebih tinggi untuk alami komplikasi serius terkait flu jika mereka sakit, termasuk orang dewasa yang berusia 65 tahun ke atas, orang dari segala usia dengan kondisi medis kronis tertentu (seperti diabetes, asma, atau penyakit jantung), wanita hamil, dan anak-anak kecil. Cara terbaik dan langkah paling penting untuk mencegah flu adalah dengan mendapatkan vaksin flu setiap tahun. CDC merekomendasikan bahwa semua orang berusia 6 bulan ke atas perlu mendapatkan vaksin flu setiap tahun. Vaksin flu dapat mengurangi penyakit flu, kunjungan ke dokter, dan absensi kerja atau sekolah akibat flu, serta mencegah rawat inap terkait flu. Vaksin Zooster Vaksin zoster, atau sering disebut vaksin herpes zoster, adalah vaksin yang diberikan untuk mencegah herpes zoster (cacar ular atau shingles) pada orang dewasa, terutama mereka yang berusia 50 tahun ke atas. Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella-zoster, virus yang sama yang menyebabkan cacar air (chickenpox). Setelah seseorang sembuh dari cacar air, virus ini tetap berada di dalam tubuh dalam keadaan tidak aktif dan dapat aktif kembali sebagai herpes zoster di kemudian hari. Vaksin Pneumokokal Polisakarida Vaksin pneumokokal polisakarida (PPSV23), juga dikenal sebagai Pneumovax 23, adalah vaksin yang dirancang untuk melindungi lansia dari infeksi yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae. Bakteri ini dapat menyebabkan berbagai penyakit serius, seperti pneumonia, meningitis, dan bakteremia (infeksi darah). Vaksinasi untuk lansia adalah langkah pencegahan penting yang membantu melindungi mereka dari penyakit menular yang dapat menyebabkan komplikasi serius atau kematian. Dengan memastikan lansia mendapatkan vaksinasi yang diperlukan, kita dapat membantu mereka tetap sehat, aktif, dan mandiri lebih lama. MomDad dapat berkonsultasi seputar dengan Dokmin PrimaKu melalui WhatsApp di nomor 0877-8688-881. Selain itu, MomDad juga bisa melakukan Booking Vaksin dewasa di PrimaKu dan mendapatkan berbagai promo menarik di setiap transaksi vaksin, lho. Referensi: https://satgasimunisasipapdi.com/jadwal-imunisasi-dewasa/ " target="_blank" style="--tw-border-spacing-x: 0; --tw-border-spacing-y: 0; --tw-translate-x: 0; --tw-translate-y: 0; --tw-rotate: 0; --tw-skew-x: 0; --tw-skew-y: 0; --tw-scale-x: 1; --tw-scale-y: 1; --tw-pan-x: ; --tw-pan-y: ; --tw-pinch-zoom: ; --tw-scroll-snap-strictness: proximity; --tw-gradient-from-position: ; --tw-gradient-via-position: ; --tw-gradient-to-position: ; --tw-ordinal: ; --tw-slashed-zero: ; --tw-numeric-figure: ; --tw-numeric-spacing: ; --tw-numeric-fraction: ; --tw-ring-inset: ; --tw-ring-offset-width: 0px; --tw-ring-offset-color: #fff; --tw-ring-color: rgb(59 130 246 / 0.5); --tw-ring-offset-shadow: 0 0 #0000; --tw-ring-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow: 0 0 #0000; --tw-shadow-colored: 0 0 #0000; --tw-blur: ; --tw-brightness: ; --tw-contrast: ; --tw-grayscale: ; --tw-hue-rotate: ; --tw-invert: ; --tw-saturate: ; --tw-sepia: ; --tw-drop-shadow: ; --tw-backdrop-blur: ; --tw-backdrop-brightness: ; --tw-backdrop-contrast: ; --tw-backdrop-grayscale: ; --tw-backdrop-hue-rotate: ; --tw-backdrop-invert: ; --tw-backdrop-opacity: ; --tw-backdrop-saturate: ; --tw-backdrop-sepia: ; --tw-contain-size: ; --tw-contain-layout: ; --tw-contain-paint: ; --tw-contain-style: ;">Booking Vaksin</a>&nbsp;dewasa di PrimaKu dan mendapatkan berbagai promo menarik di setiap transaksi vaksin, lho. Referensi: Sri Rezeki S. Hadinegoro. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. Sari Pediatri, Vol. 2, No.1 Juni 2000: 2-10.

Kriteria Kelompok yang Berisiko Mengalami KIPI

kriteria-kelompok-yang-berisiko-mengalami-kipi-1718253255757

Seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) ketika menginjak usia 60 tahun. Umumnya, usia lanjut dihubungkan dengan tingginya angka mortalitas dan morbiditas. Usia lanjut dapat memengaruhi beberapa aspek kehidupan, diantaranya terjadi perubahan fisik, biologis, psikologis, dan sosial sebagai akibat proses penuaan atau munculnya penyakit degeneratif. Kerentanan individu lansia terhadap beberapa penyakit disebabkan oleh karena menurunnya imunitas, sehingga membutuhkan vaksinasi. Nah, vaksinasi apa saja sih yang dibutuhkan para lansia? Berikut anjuran menurut PAPDI 2023!Vaksin InfluenzaSiapa pun bisa terkena flu, bahkan orang sehat. Masalah serius terkait flu bisa terjadi pada usia berapapun, tetapi beberapa orang memiliki risiko lebih tinggi untuk alami komplikasi serius terkait flu jika mereka sakit, termasuk orang dewasa yang berusia 65 tahun ke atas, orang dari segala usia dengan kondisi medis kronis tertentu (seperti diabetes, asma, atau penyakit jantung), wanita hamil, dan anak-anak kecil.Cara terbaik dan langkah paling penting untuk mencegah flu adalah dengan mendapatkan vaksin flu setiap tahun. CDC merekomendasikan bahwa semua orang berusia 6 bulan ke atas perlu mendapatkan vaksin flu setiap tahun. Vaksin flu dapat mengurangi penyakit flu, kunjungan ke dokter, dan absensi kerja atau sekolah akibat flu, serta mencegah rawat inap terkait flu.Vaksin ZoosterVaksin zoster, atau sering disebut vaksin herpes zoster, adalah vaksin yang diberikan untuk mencegah herpes zoster (cacar ular atau shingles) pada orang dewasa, terutama mereka yang berusia 50 tahun ke atas. Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella-zoster, virus yang sama yang menyebabkan cacar air (chickenpox). Setelah seseorang sembuh dari cacar air, virus ini tetap berada di dalam tubuh dalam keadaan tidak aktif dan dapat aktif kembali sebagai herpes zoster di kemudian hari.Vaksin Pneumokokal PolisakaridaVaksin pneumokokal polisakarida (PPSV23), juga dikenal sebagai Pneumovax 23, adalah vaksin yang dirancang untuk melindungi lansia dari infeksi yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae. Bakteri ini dapat menyebabkan berbagai penyakit serius, seperti pneumonia, meningitis, dan bakteremia (infeksi darah).Vaksinasi untuk lansia adalah langkah pencegahan penting yang membantu melindungi mereka dari penyakit menular yang dapat menyebabkan komplikasi serius atau kematian. Dengan memastikan lansia mendapatkan vaksinasi yang diperlukan, kita dapat membantu mereka tetap sehat, aktif, dan mandiri lebih lama.MomDad dapat berkonsultasi seputar dengan Dokmin PrimaKu melalui WhatsApp di nomor 0877-8688-881. Selain itu, MomDad juga bisa melakukan <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/bookvaksin" title="Seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) ketika menginjak usia 60 tahun. Umumnya, usia lanjut dihubungkan dengan tingginya angka mortalitas dan morbiditas. Usia lanjut dapat memengaruhi beberapa aspek kehidupan, diantaranya terjadi perubahan fisik, biologis, psikologis, dan sosial sebagai akibat proses penuaan atau munculnya penyakit degeneratif. Kerentanan individu lansia terhadap beberapa penyakit disebabkan oleh karena menurunnya imunitas, sehingga membutuhkan vaksinasi. Nah, vaksinasi apa saja sih yang dibutuhkan para lansia? Berikut anjuran menurut PAPDI 2023! Vaksin Influenza Siapa pun bisa terkena flu, bahkan orang sehat. Masalah serius terkait flu bisa terjadi pada usia berapapun, tetapi beberapa orang memiliki risiko lebih tinggi untuk alami komplikasi serius terkait flu jika mereka sakit, termasuk orang dewasa yang berusia 65 tahun ke atas, orang dari segala usia dengan kondisi medis kronis tertentu (seperti diabetes, asma, atau penyakit jantung), wanita hamil, dan anak-anak kecil. Cara terbaik dan langkah paling penting untuk mencegah flu adalah dengan mendapatkan vaksin flu setiap tahun. CDC merekomendasikan bahwa semua orang berusia 6 bulan ke atas perlu mendapatkan vaksin flu setiap tahun. Vaksin flu dapat mengurangi penyakit flu, kunjungan ke dokter, dan absensi kerja atau sekolah akibat flu, serta mencegah rawat inap terkait flu. Vaksin Zooster Vaksin zoster, atau sering disebut vaksin herpes zoster, adalah vaksin yang diberikan untuk mencegah herpes zoster (cacar ular atau shingles) pada orang dewasa, terutama mereka yang berusia 50 tahun ke atas. Herpes zoster disebabkan oleh virus varicella-zoster, virus yang sama yang menyebabkan cacar air (chickenpox). Setelah seseorang sembuh dari cacar air, virus ini tetap berada di dalam tubuh dalam keadaan tidak aktif dan dapat aktif kembali sebagai herpes zoster di kemudian hari. Vaksin Pneumokokal Polisakarida Vaksin pneumokokal polisakarida (PPSV23), juga dikenal sebagai Pneumovax 23, adalah vaksin yang dirancang untuk melindungi lansia dari infeksi yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae. Bakteri ini dapat menyebabkan berbagai penyakit serius, seperti pneumonia, meningitis, dan bakteremia (infeksi darah). Vaksinasi untuk lansia adalah langkah pencegahan penting yang membantu melindungi mereka dari penyakit menular yang dapat menyebabkan komplikasi serius atau kematian. Dengan memastikan lansia mendapatkan vaksinasi yang diperlukan, kita dapat membantu mereka tetap sehat, aktif, dan mandiri lebih lama. MomDad dapat berkonsultasi seputar dengan Dokmin PrimaKu melalui WhatsApp di nomor 0877-8688-881. Selain itu, MomDad juga bisa melakukan Booking Vaksin dewasa di PrimaKu dan mendapatkan berbagai promo menarik di setiap transaksi vaksin, lho. Referensi: https://satgasimunisasipapdi.com/jadwal-imunisasi-dewasa/ " target="_blank">Booking Vaksin</a> dewasa di PrimaKu dan mendapatkan berbagai promo menarik di setiap transaksi vaksin, lho.Referensi: <a classname="e-rte-anchor" href="https://satgasimunisasipapdi.com/jadwal-imunisasi-dewasa/" title="https://satgasimunisasipapdi.com/jadwal-imunisasi-dewasa/">https://satgasimunisasipapdi.com/jadwal-imunisasi-dewasa/</a>

Lansia Juga Butuh Vaksinasi, Ini Rekomendasinya!

lansia-juga-butuh-vaksinasi--ini-rekomendasinya--1718775164597

Terdapat berbagai macam reaksi setelah anak diimunisasi. Mulai dari yang paling umum, demam hingga terjadi pembengkakkan pada kulit. Kulit anak yang bengkak setelah imunisasi mungkin membuat MomDad khawatir, khususnya jika tidak ditangani secara tepat. Sebenarnya, normal gak sih kulit anak bengkak setelah imunisasi dan bagaimana penanganannya? Reaksi KIPI yang NormalVaksin apa pun dapat menimbulkan reaksi merugikan, yang diklasifikasikan sebagai lokal, sistemik, atau alergi. Reaksi lokal (misalnya bengkak, nyeri, kemerahan) biasanya merupakan reaksi yang paling ringan dan paling umum terjadi. Reaksi sistemik (misalnya demam, gelisah, kehilangan nafsu makan) lebih jarang terjadi dibandingkan reaksi lokal, dan reaksi alergi parah (misalnya anafilaksis) adalah jenis reaksi yang paling jarang terjadi [1].Salam sebuah studi [2] campuran tahun 2015 tentang KIPI dengan vaksin pentavalen pada anak usia &lt;1 tahun, melaporkan timbulnya pembengkakan, kemerahan, nyeri, demam ringan, demam tinggi, mengantuk, kehilangan kesadaran, nafsu makan, lekas marah, muntah, dan menangis terus-menerus. Nyeri adalah reaksi yang paling umum, diikuti oleh sifat lekas marah. Sementara dalam studi cross-sectional [3] pada tahun 2013-2015 yang membandingkan efek samping vaksin pentavalen dan DPT pada bayi sehat berusia 2-6 bulan, menemukan bahwa vaksin pentavalen memiliki catatan KIPI yang lebih banyak dibandingkan vaksin DPT. Demam tinggi merupakan reaksi paling banyak terjadi pada vaksin DPT, sedangkan reaksi lokal ringan paling banyak terjadi pada vaksin pentavalen.&nbsp; Tips Menghilangkan Bengkak setelah ImunisasiAda beberapa cara yang bisa MomDad lakukan untuk menghilangkan bengkak pada si Kecil, seperti berikut ini:<ul><li>Kompres dingin</li></ul>Cara yang paling mudah dilakukan untuk mengurangi bengkak pasca imunisasi adalah dengan mengompres dingin pada bengkak. Kompres dingin bisa meminimalisir peradangan dan kerusakan pembuluh darah penyebab kemerahan.&nbsp; MomDad bisa mengompres dengan kain kasa yang dicelupkan ke air dingin. Sebaiknya tidak lebih dari 20 menit, ya.&nbsp;<ul><li>Memberikan obat pereda nyeri</li></ul>Jika setelah dikompres si Kecil masih rewel dan merasa tidak nyaman, coba untuk memberikan obat pereda nyeri. Namun, obat yang diberikan pastikan sudah sesuai dengan anjuran dokter, ya.<ul><li>Memberikan lebih banyak asupan cairan</li></ul>Bengkak pada imunisasi bisa saja disertai demam. Walaupun itu merupakan hal yang umum terjadi, tapi sebaiknya MomDad memberikan lebih banyak asupan cairan agar si Kecil tidak semakin dehidrasi. Dehidrasi bisa menyebabkan suhu tubuh bayi meningkat, untuk perlu memberi asupan cairan yang cukup. Jika bayi sudah bisa minum air putih maka MomDad bisa memberikannya. Namun, jika bayi masih bergantung pada ASI, maka memberi ASI pun tidak masalah. Selain itu, jus buah atau kuah dalam MPASI bayi juga bisa membantu menambah asupan cairan dalam tubuhnya. Secara keseluruhan, pembengkakan ringan setelah imunisasi adalah bagian dari respons tubuh yang normal terhadap vaksin. Namun, penting untuk memantau kondisi anak dan menghubungi dokter jika ada gejala yang mengkhawatirkan.Selalu pantau jadwal imunisasi anak dan lakukan <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/bookvaksin" title="https://primaku.page.link/bookvaksin" target="_blank">Booking Vaksin</a> di PrimaKu untuk dapatkan berbagai diskon di setiap transaksi. MomDad juga bisa konsultasi dengan Dokmin melalui WhatsApp di nomor 0877-8688-881 sebelum melakukan vaksinasi. Referensi:<ul><li>Update: vaccine side effects, adverse reactions, contraindications, and precautions. Recommendations of the Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP) MMWR Recomm Rep. 1996;45(RR-12):1–35.</li><li>Karami M, Ameri P, Bathaei J, Berangi Z, Pashaei T, Zahiri A, et al. Adverse events following immunization with pentavalent vaccine: experiences of newly introduced vaccine in Iran. BMC Immunol. 2017;18(1):42.&nbsp;</li><li>Khazaei Z, Moradi G, Zahraei SM, Gouya MM, Goodarzi E, Yaghini F, et al. The comparison of the adverse events of pentavalent vaccine and DPT vaccine in 2–6 months infants in Iran: a national study. Ann Glob Health. 2020;86(1):11.&nbsp;</li></ul>

Kulit Anak Bengkak setelah Imunisasi, Normalkah?

kulit-anak-bengkak-setelah-imunisasi--normalkah--1717656740511

Meski telah diwajibkan oleh pemerintah, masih ada orang tua yang memutuskan untuk tidak memberikan imunisasi pada anaknya. Salah satu penyebabnya karena para orang tua mungkin mendapat informasi yang salah atau menyesatkan tentang vaksin melalui media sosial, internet, atau sumber-sumber tidak resmi lainnya. Padahal, jika anak tidak diimunisasi, maka bisa memberikan dampak jangka panjang untuk masa depannya, seperti penjelasan berikut.Anak Lebih Rentan Alami Sakit BeratAnak yang tidak menerima imunisasi lengkap dan tepat waktu akan lebih rentan mengalami berbagai penyakit yang seharusnya bisa dicegah dengan imunisasi, seperti hepatitis, TBC, batuk rejan, dan difteri. Selain itu, risiko komplikasi pada anak juga rentan terjadi. Misalnya saat anak terkena campak, kemungkinan ia juga akan mengalami komplikasi seperti diare, pneumonia, kebutaan, dan malnutrisi.Menyebarkan Penyakit Menular ke Anggota KeluargaAnak yang sedang sakit dan tidak menerima imunisasi lebih berisiko menularkan penyakit ke orang lain di sekitar, khususnya anggota keluarga. Begitupun sebaliknya, anak yang tidak diimunisasi lebih berisiko tertular penyakit.Orang dewasa merupakan sumber infeksi utama pertusis (batuk rejan) pada balita. Penyakit ini bahkan dapat menyebabkan kematian pada bayi. Imunisasi tidak hanya melindungi diri anak, tetapi juga orang tua dan anggota keluarga lain, tetapi juga orang-orang di lingkungan sekitar yang mungkin kesulitan mendapatkan akses vaksinasi.Membutuhkan Biaya Tinggi untuk BerobatKejadian sakit dan komplikasi penyakit membutuhkan biaya tinggi dan perawatan yang memakan waktu. Pasien difteri misalnya, membutuhkan rawat inap segera di fasilitas kesehatan yang mampu menangani penyakit ini beserta komplikasi-komplikasinya. Pasien akan ditempatkan di ruang isolasi dan diberikan obat-obatan khusus. Penyakit campak rata-rata memerlukan hingga 15 hari perawatan, termasuk rata-rata kehilangan lima atau enam hari kerja atau sekolah bagi karyawan atau pelajar. Orang dewasa yang terkena hepatitis, rata-rata tidak bisa bekerja selama satu bulan. Sementara&nbsp; bayi yang terlahir dengan sindrom rubela kongenital (SRK), ia akan membutuhkan pengobatan seumur hidup dan bantuan, serta terapi medis yang membutuhkan biaya tinggi.Risiko Penurunan Harapan HidupAnak yang tidak diimunisasi secara lengkap dapat memengaruhi penurunan harapan hidup. Sebaliknya, jika anak diimunisasi lengkap hingga berusia 5 tahun, maka dapat meningkatkan angka harapan hidup. Data menunjukkan bahwa anak yang tidak menerima imunisasi lengkap lebih mungkin tertular berbagai penyakit saat masih kanak-kanak, sehingga angka harapan hidupnya pun menurun.Mobilitas TerbatasBeberapa negara mensyaratkan imunisasi lengkap bagi warga asing yang hendak berkunjung. Jika tidak diimunisasi, anak dapat kehilangan kesempatan untuk&nbsp; mengenyam pendidikan di negara-negara ini.Selain itu, saat ini sudah semakin banyak sekolah yang mencantumkan ‘imunisasi lengkap’ sebagai syarat pendaftaran. Tujuannya agar semua anak dan warga sekolah terlindung dari penyakit yang dapat dicegah oleh vaksin. Dengan demikian, anak dapat menikmati hak belajarnya secara penuh di sekolah dengan aman.Secara keseluruhan, tidak memberikan imunisasi kepada anak tidak hanya membahayakan kesehatan anak tersebut, tetapi juga berpotensi membahayakan kesehatan masyarakat luas. Oleh karena itu, imunisasi merupakan langkah penting dalam menjaga kesehatan individu dan masyarakat. Selalu pantau jadwal imunisasi anak dan lakukan <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/bookvaksin" title="https://primaku.page.link/bookvaksin" target="_blank">Booking Vaksin</a> di PrimaKu untuk dapatkan berbagai diskon di setiap transaksi. MomDad juga bisa konsultasi dengan Dokmin melalui WhatsApp di nomor 0877-8688-881 sebelum melakukan vaksinasi.Referensi: UNICEF 2021

Anak Tidak Diimunisasi? Awas, Dampaknya Bisa Begini!

anak-tidak-diimunisasi--awas--dampaknya-bisa-begini--1717583753621

MomDad, tau gak sih? Ternyata asma merupakan penyakit saluran pernapasan kronis yang kalo nggak ditangani dengan tepat bisa menyebabkan kematian, lho! 😱Mengingat angka kematiannya cukup tinggi, PrimaKu bersama AstraZeneca ingin mengedukasi MomDad semua akan betapa pentingnya deteksi dini asma pada balita. Momin jamin ilmunya sangat bermanfaat.&nbsp;Yuk, saksikan tayangan ulang webinar nya!

Kenali Prediksi Asma pada Balita | PrimaKu x AstraZeneca

kenali-prediksi-asma-pada-balita---primaku-x-astrazeneca-1717399114356

Imunisasi dibutuhkan oleh setiap anak untuk mencegah penyakit mematikan. Imunisasi sesuai jadwal juga dianjurkan untuk memastikan bahwa vaksin diberikan pada usia ketika sistem kekebalan anak paling responsif dan dapat membentuk imunitas yang optimal terhadap penyakit. Namun, ada beberapa kondisi di mana imunisasi perlu ditunda. Dalam kondisi apa saja sebaiknya imunisasi anak ditunda? 1. Sakit kronikSebaiknya, tunda imunisasi jika Si Kecil menderita penyakit kronis, seperti kanker. Sebab, reaksi imunisasi, seperti demam, dapat menyulitkan diagnosis dan penanganan terhadap penyakit kronis. Gejala penyakit dapat disalahartikan sebagai reaksi tubuh terhadap imunisasi. Konsultasikan dengan dokter yang merawat mengenai kapan anak boleh mendapatkan imunisasi. 2. Alergi&nbsp;Jika si Kecil punya riwayat reaksi alergi yang berat setelah imunisasi, sebaiknya tunda imunisasi. Konsultasikan dengan ahli mengenai kondisi ini sebelum membuat jadwal ulang imunisasi. 3. Demam TinggiAnak yang alami demam tinggi, yaitu lebih dari 38,3 derajat celcius, sebaiknya perlu menunda imunisasi. Demam tinggi dapat membuat dokter kesulitan mendeteksi jika terjadi reaksi tertentu setelah anak diimunisasi. 4. Melemahnya Sistem Kekebalan TubuhMenurunnya sistem kekebalan tubuh biasanya dialami anak yang menjalani kemoterapi atau pengobatan tertentu setelah transplantasi, atau anak yang baru saja mengalami infeksi virus seperti campak Sakit Ringan yang Masih Diperbolehkan ImunisasiAnak yang sedang mengalami sakit ringan umumnya masih boleh diimunisasi. Pasalnya, sakit ringan yang dialami anak tidak akan memengaruhi respons tubuh terhadap imunisasi. Pemberian imunisasi justru membangun perlindungan terhadap penyakit pada anak yang sakit ringan seperti halnya pada anak yang sehat.Umumnya, anak dengan kondisi berikut ini masih boleh mendapat imunisasi:<ul><li>Demam ringan, kurang dari 38 derajat Celcius</li><li>Infeksi telinga atau otitis media</li><li>Diare ringan</li><li>Batuk atau pilek</li><li>Sedang mengonsumsi antibiotik</li></ul> Meskipun vaksinasi biasanya aman untuk anak dengan penyakit ringan, penting untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum imunisasi. Dokter dapat menilai kondisi kesehatan anak secara keseluruhan dan memberikan rekomendasi terbaik. MomDad juga bisa melakukan konsultasi sebelum si Kecil imunisasi dengan Dokmin melalui WhatsApp di nomor 0877-8688-881. Selalu pantau jadwal imunisasi si Kecil dan lakukan <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/bookvaksin" title="https://primaku.page.link/bookvaksin" target="_blank">Booking Vaksin</a> melalui PrimaKu untuk dapatkan berbagai promo setiap bulannya. Referensi: Tunda Imunisasi Anak jika Ia Mengalami Ini&nbsp;

Tunda Imunisasi jika Anak Alami Hal Ini

tunda-imunisasi-jika-anak-alami-hal-ini-1716909120794

Sebagian dari Mom mungkin masih banyak yang mempertanyakan, apakah ibu hamil boleh vaksin? Vaksin selama kehamilan dianjurkan karena dapat melindungi ibu hamil dan bayi dalam kandungan serta bayi baru lahir dari penyakit menular. Vaksinasi selama kehamilan dengan vaksin yang tidak aktif atau pasif terhadap influenza, tetanus, dan pertusis efektif, aman, dan dapat ditoleransi dengan baik. Nah, agar Mom dan si Kecil di dalam kandungan tetap terlindungi dari penyakit, berikut deretan vaksin yang dibutuhkan oleh ibu hamil.Vaksin Td/Tdap (Tetanus, Difteri, Pertusis) Beberapa bulan pertama kehidupannya adalah saat bayi berada pada risiko terbesar tertular pertusis dan mengalami komplikasi infeksi yang parah dan berpotensi mengancam jiwa. Untuk membantu melindungi bayi pada masa paling rentan ini, Mom harus mendapatkan toksoid tetanus, toksoid difteri yang dikurangi, dan vaksin pertusis aselular (Tdap) untuk setiap kehamilan. Waktu yang optimal untuk vaksin Tdap adalah antara usia kehamilan 27 dan 36 minggu (sebaiknya pada awal periode ini) untuk memaksimalkan respons antibodi ibu dan transfer antibodi pasif ke bayi.Vaksin Influenza Influenza lebih mungkin menyebabkan penyakit parah pada wanita hamil dan nifas dibandingkan pada wanita yang tidak hamil. Perubahan sistem kekebalan tubuh, jantung, dan paru-paru selama kehamilan membuat ibu hamil lebih rentan terkena penyakit parah akibat influenza. Vaksinasi telah terbukti mengurangi risiko infeksi saluran pernafasan akut terkait flu pada wanita hamil sekitar setengahnya.Vaksin COVID-19Ibu hamil perlu mendapatkan vaksin COVID-19 dengan dosis pertama pada trimester kedua kehamilan. Pemberian dosis kedua dilakukan sesuai dengan interval dan jenis vaksinnya. Waktu efektif pemberian vaksinasi COVID-19 pada ibu hamil adalah pada kehamilan usia 13-33 minggu.&nbsp;Vaksin Hepatitis BHepatitis B adalah infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B dan terjadi di seluruh dunia. Pada bayi dan anak-anak, dua sumber utama penularan adalah penularan dari ibu yang terinfeksi atau tinggal di rumah yang terinfeksi. Vaksinasi hepatitis B pada ibu hamil dapat menjadi salah satu cara mencegah infeksi hepatitis B pada bayi sebelum vaksin hepatitis B dapat diberikan dan memberikan perlindungan pada bayi.&nbsp;Vaksin Hepatitis ATak hanya hepatitis B, vaksin hepatitis A juga dianjurkan untuk ibu hamil, khususnya jika Mom memiliki riwayat penyakit hati kronis. Vaksin hepatitis A yang tidak aktif direkomendasikan selama masa kehamilan 0-6 bulan, hanya jika manfaatnya lebih besar daripada potensi risikonya.&nbsp;Saat ini di PrimaKu sudah bisa bisa, lho vaksin untuk dewasa. Mom bisa cek vaksin apa saja yang tersedia di PrimaKu dan melakukan <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/bookvaksin" title="https://primaku.page.link/bookvaksin" target="_blank">Booking Vaksin</a> di klinik terdekat. MomDad juga bisa menikmati berbagai promo menguntungkan setiap bulannya. Jangan ragu hubungi Dokmin untuk konsultasi sebelum vaksin melalui nomor WhatsApp di 0877-8688-881.Referensi:<ul><li>Marianne Röbl-Mathieu , Dr. med., Ariane Kunstein , Dr. med., Johannes Liese , Prof. Dr. med., Thomas Mertens , Prof. Dr. med., dan Michael Wojcinski , Dr. med. Vaccination in Pregnancy. Dtsch Arztebl Int. 2021 Apr; 118(15): 262–268.</li><li>Ussanee S Sangkomkamhang,corresponding author Pisake Lumbiganon, Malinee Laopaiboon, and Cochrane Pregnancy and Childbirth Group. Hepatitis B vaccination during pregnancy for preventing infant infection. Cochrane Database Syst Rev. 2014 Nov; 2014(11): CD007879.</li><li>Yueyuan Zhao, Hui Jin, Xuefeng Zhang, Bei Wang, and Pei Liua. Viral hepatitis vaccination during pregnancy. Hum Vaccin Immunother. 2016 Apr; 12(4): 894–902.</li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.cdc.gov/vaccines/pregnancy/hcp-toolkit/flu-vaccine-pregnancy.html" title="https://www.cdc.gov/vaccines/pregnancy/hcp-toolkit/flu-vaccine-pregnancy.html" target="_blank">Influenza (Flu) Vaccine and Pregnancy | CDC&nbsp;</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.cdc.gov/vaccines/pregnancy/hcp-toolkit/flu-vaccine-pregnancy.html" title="https://www.cdc.gov/vaccines/pregnancy/hcp-toolkit/flu-vaccine-pregnancy.html" target="_blank">Tdap (Pertussis) Vaccine and Pregnancy | CDC</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.cdc.gov/vaccines/pregnancy/hcp-toolkit/flu-vaccine-pregnancy.html" title="https://www.cdc.gov/vaccines/pregnancy/hcp-toolkit/flu-vaccine-pregnancy.html" target="_blank">Vaksinasi Covid-19 pada Ibu Hamil</a></li><li></li><li>Jadwal Imunisasi Dewasa Rekomendasi Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI Tahun 2021</li></ul>

Deretan Vaksin yang Dibutuhkan oleh Ibu Hamil

deretan-vaksin-yang-dibutuhkan-oleh-ibu-hamil-1720141578291

Imunitas anak yang belum sesempurna orang dewasa, membuatnya lebih rentan terserang penyakit. Apabila salah satu anggota keluarga sakit, risiko tertular lebih besar pada anak. Kalau anak sudah sakit, tak hanya repot, biaya yang akan dikeluarkan MomDad pun tidak sedikit. Makanya, menjaga imunitas anak sangatlah penting agar ia tak mudah sakit. Demi melindungi si Kecil dari berbagai macam penyakit, MomDad perlu memulainya dari hal kecil terlebih dahulu. Nah, coba yuk, terapkan 5 hal sederhana berikut agar anak nggak gampang sakit: <ul><li>Upayakan pemberian ASI eksklusif dalam 6 bulan pertama kehidupan yang diteruskan hingga anak berusia setidaknya 2 tahun. ASI mengandung zat hidup yang berfungsi memberikan kekebalan bagi bayi yang mengonsumsinya.</li><li>Budayakan cuci tangan setiap kali akan memberikan makan atau minum bagi bayi. Anak yang lebih besar dapat dilatih untuk mencuci tangan sebelum dan setelah makan atau setelah bermain dari luar rumah.</li><li>Makan makanan bergizi. Upayakan pemberian makanan dengan kandungan gizi lengkap dan berasal dari sumber yang bervariasi. Pemberian makanan bergizi akan menunjang status gizi anak, serta secara tidak langsung berperan dalam status imunitas anak.</li><li>Cukup tidur. Selain makan makanan bergizi, tidur yang cukup juga menunjang pertumbuhan dan perkembangan yang baik. Tidur yang cukup mengaktifkan hormon-hormon yang diperlukan, dan memelihara status imunitas anak.</li><li>Lengkapi vaksinasi. Vaksin mencegah anak dari penyakit yang dapat dicegah oleh imunisasi, sehingga penting sekali melengkapi vaksinasi agar anak terhindar dari penyakit-penyakit tersebut. Selalu cek jadwal vaksin si Kecil di aplikasi PrimaKu dan lakukan <a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/bookvaksin" title="https://primaku.page.link/bookvaksin" target="_blank">Booking Vaksin</a> di klinik terdekat. Tak hanya bermanfaat bagi kesehatan si Kecil, MomDad juga bisa menikmati berbagai promo menguntungkan setiap bulannya. Biaya vaksin anak pun jadi lebih murah, deh! Jangan ragu hubungi Dokmin untuk konsultasi sebelum vaksin melalui nomor WhatsApp di 0877-8688-881.</li></ul>Dengan menerapkan langkah-langkah di atas, MomDad dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh si Kecil dan mengurangi risiko mereka terkena penyakit.

Kriteria Kelompok yang Berisiko Mengalami KIPI

Kriteria Kelompok yang Berisiko Mengalami KIPI

Lansia Juga Butuh Vaksinasi, Ini Rekomendasinya!

Lansia Juga Butuh Vaksinasi, Ini Rekomendasinya!

Kulit Anak Bengkak setelah Imunisasi, Normalkah?

Kulit Anak Bengkak setelah Imunisasi, Normalkah?

Anak Tidak Diimunisasi? Awas, Dampaknya Bisa Begini!

Anak Tidak Diimunisasi? Awas, Dampaknya Bisa Begini!

Kenali Prediksi Asma pada Balita | PrimaKu x AstraZeneca

Kenali Prediksi Asma pada Balita | PrimaKu x AstraZeneca

Tunda Imunisasi jika Anak Alami Hal Ini

Tunda Imunisasi jika Anak Alami Hal Ini

Deretan Vaksin yang Dibutuhkan oleh Ibu Hamil

Deretan Vaksin yang Dibutuhkan oleh Ibu Hamil

Terapkan 5 Hal Ini agar Anak Nggak Gampang Sakit!

Terapkan 5 Hal Ini agar Anak Nggak Gampang Sakit!