<table class="e-rte-table" style="text-align: inherit; background-color: unset; width: 1059.33px; min-width: 0px;"><tbody><tr><td class="" style="width: 24.3626%;">Nama Kegiatan</td><td style="width: 75.543%;" class="">Bermain Lompat-Lompatan</td></tr><tr><td class="" style="width: 24.3626%;">Usia</td><td class="" style="width: 75.543%;">2-3 tahun</td></tr><tr style="height: 28px;"><td class="" style="width: 24.3626%;">Ranah Perkembangan​</td><td class="" style="width: 75.543%;">Motorik kasar </td></tr></tbody></table>Cara Bermain: <ul><li>Posisikan si Kecil di atas kursi kecil atau permukaan yang lebih tinggi dari tempat MomDad. Arahkan ia melompat dengan kedua kaki.</li><li>Bisa juga dilakukan di kolam renang. Posisikan ia berdiri di ujung kolam renang, tekuk lututnya lalu berikan instruksi untuk melompat ke arah MomDad yang berada di dalam kolam.&nbsp;</li><li>Pastikan kegiatan melompat dilakukan dengan pengawasan orang dewasa.</li></ul>Referensi: Panduan Tumbuh Kembang dan Stimulasi Anak Usia 0 - 5 Tahun oleh Rumah Dandelion

Stimulasi Motorik Kasar: Bermain Lompat-Lompatan

stimulasi-motorik-kasar--bermain-lompat-lompatan-1693723808230

Banyak hal yang perlu diperhatikan saat memiliki bayi, terlebih bagi MomDad yang baru memiliki anak pertama. Salah satu yang jarang diketahui oleh MomDad adalah kebiasaan tidur bayi. Inilah sebabnya, banyak orang tua yang merasa kerepotan saat harus terjaga di malam hari. Terkadang MomDad sudah merasa lelah, namun bayi masih belum menunjukkan tanda-tanda mengantuk.Nah, ada beberapa kebiasaan tidur bayi yang harus MomDad ketahui untuk membantu memprediksi polanya. Yuk, simak!Siklus tidur bayi<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/d5e9f13a47c79f3726a716a350c75b09_1693562680556.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-09-01T170432.290.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Umumnya bayi mudah tidur dalam siklus 50-60 menit. Setiap siklus terdiri dari tidur aktif dan tidur dalam. Bayi bergerak dan mengerang selama fase tidur aktif dan tidur lelap saat fase tidur dalam. Bayi muda biasanya tertidur lelap di siang hari dan akibatnya bangun dengan segar di malam hari. Hal tersebut kadang membuat pusing MomDad karena harus terjaga sepanjang malam. Namun, tidak perlu khawatir karena dI usia 2-3 bulan bayi mulai membentuk pola tidur siang dan malam. Artinya, bayi lebih banyak tidur saat malam hari dan dapat mulai diajarkan konsep pagi dan malam hari.Tidur terlalu lama tidak baikUntuk bayi yang baru lahir, tidur terlalu banyak juga tidak baik, lho! Memang, bayi membutuhkan waktu tidur setidaknya 8 jam dalam satu waktu tidur, namun bayi juga perlu dibangunkan untuk diberi ASI. Beberapa bayi bisa terbangun sendiri ketika merasa lapar, namun kalau bayi tidur terlalu lama, yaitu lebih dari 3 jam, MomDad harus membangunkannya untuk memberikan ASI.Pola tidur berbeda tergantung usia bayi<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/235e1eb50fbc6a379cff5694e99a23f8_1693562693184.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-09-01T170402.003.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Untuk bayi yang baru lahir sebenarnya tidak memerlukan suasana yang tenang untuk mudah terlelap. Hal ini karena saat di dalam kandungan pun, bayi sudah terbiasa mendengar suara-suara dari tubuh ibu.Semakin besar usia bayi, bayi akan belajar untuk tetap terjaga, terutama jika ada hal menarik yang sedang terjadi atau bayi sedang berada di tempat yang terang atau berisik.Pola tidur saat bayi mulai merangkakPola tidur bayi dapat berubah jika mereka sudah dapat berpindah tempat (misal: sudah merangkak atau berjalan). Biasanya di usia 6 bulan ke atas, bayi mulai tidur dengan ritme waktu yang sama, pada siang dan malam hari. Bayi bisa dua hingga tiga kali tidur siang dan tidur malam selama 9 hingga 11 jam.Namun, ada beberapa bayi juga yang memiliki pola tidur abstrak. Biasanya bayi akan rewel saat makan atau saat menginginkan sesuatu yang merupakan tanda kalau dirinya ngantuk.Pola tidur saat bayi mengalami separation anxiety<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/571bf162b6e88d9cf5447561ed41a9cb_1693562703523.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-09-01T170415.955.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> Separation anxiety merupakan kondisi di mana bayi mengalami rasa takut atau cemas saat harus berpisah dengan sesuatu atau seseorang. Di usia saat bayi mengalami separation anxiety, bayi dapat menolak tidur dan bangun lebih sering di malam hari. Seiring bertambahnya usia bayi, hal ini akan berangsur-angsur menghilang.Nah, itu dia beberapa kebiasaan bayi saat tidur yang sebaiknya MomDad ketahui. Semakin bertambahnya usia, bayi akan mulai membentuk pola tidur yang lebih teratur. Jika sekarang MomDad merasa kesusahan untuk mengikuti ritme tidurnya, MomDad bisa bergantian untuk menjaga si Kecil saat malam hari, ya!Referensi:<ul><li style="text-align: left;">Raising Children (31-03-2021). Suitable for 2-12 months, Baby sleep: 2-12 months <a classname="e-rte-anchor" href="https://raisingchildren.net.au/babies/sleep/understanding-sleep/sleep-2-12-months" title="https://raisingchildren.net.au/babies/sleep/understanding-sleep/sleep-2-12-months">https://raisingchildren.net.au/babies/sleep/understanding-sleep/sleep-2-12-months </a></li><li style="text-align: left;">Pregnancy, Birth and Baby. Diakses pada 2023. Baby sleep patterns by age&nbsp;<a classname="e-rte-anchor" href="https://www.pregnancybirthbaby.org.au/sleep-patterns-for-babies" title="https://www.pregnancybirthbaby.org.au/sleep-patterns-for-babies">https://www.pregnancybirthbaby.org.au/sleep-patterns-for-babies</a></li><li style="text-align: left;">Stanford Children’s Health. Diakses pada 2023. Newborn Sleep Patterns&nbsp;<a classname="e-rte-anchor" href="https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=newborn-sleep-patterns-90-P02632" title="https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=newborn-sleep-patterns-90-P02632">https://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=newborn-sleep-patterns-90-P02632</a></li></ul>

Ini 5 Kebiasaan Bayi saat Tidur yang Perlu MomDad Kenali!

ini-5-kebiasaan-bayi-saat-tidur-yang-perlu-momdad-kenali--1693563177836

Memberikan susu dengan botol pada anak sebenarnya boleh dilakukan karena pasti ada momen dimana tidak bisa memberikan ASI secara langsung dari payudara. Namun, terlalu membiasakan anak minum dari botol dapat memberikan dampak buruk juga, lho. Oleh sebab itu, anak perlu disapih dari botol. AAP menganjurkan penyapihan dilakukan sejak anak mulai menerima makanan padat dan selesai maksimal pada usia 12 bulan. American of Pediatric Dentistry menyarankan penyapihan maksimal 15 bulan. Sebab, jika dilakukan di atas usia 18 bulan, umumnya anak sudah terlalu terikat dan proses penyapihan akan semakin sulit [1,2,3].<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/2104aded1e106108c7dacba6a139f944717_1693553146129.jpg" class="e-rte-image e-imginline e-resize" alt="BeFunky-collage - 2023-09-01T132338.368.jpg" width="auto" height="auto" style="max-width: 1063px; font-size: 16px; min-width: 0px; min-height: 0px;"> Usia anak memulai MPASI adalah waktunya memperkenalkan anak untuk minum dari cup atau gelas [1]. MomDad bisa mengajarkan anak untuk minum dari gelas ketika waktu makan. Lakukan juga transisi perlahan dari botol ke gelas, misalnya dengan mengubah media minum botol menjadi gelas pada siang hari terlebih dahulu kemudian berangsur-angsur hingga malam.Cara lain, MomDad dapat menggunakan sippy cup sebagai alat bantu proses transisi dari botol ke gelas. Kurangi pemberian botol saat naptime atau bedtime dan berikan kenyamanan bagi anak melalui cara lain seperti memeluk, memeluk boneka, atau menyanyikan lagu pengantar tidur dan lain-lain. Pada saat makan, MomDad dapat mulai menawarkan gelas dan mengisinya dengan ASI atau susu formula (jika anak menolak minum air putih) agar anak lebih tertarik untuk mencoba meminumnya.Anak yang terlambat disapih dari botol memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami berat badan berlebih (obesitas), anemia defisiensi besi, karies gigi, serta proses penyapihan yang menjadi semakin sulit [1,3].Apa sih tahapan selanjutnya jika anak berhasil disapih dari botol? Seperti poin-poin yang sudah dijelaskan sebelumnya, keduanya dilakukan secara bersamaan, sehingga transisi terjadi secara bertahap yaitu anak lama kelamaan akan “melupakan” botol dan minum dari gelas.Proses menyapih anak dari botol pasti tidak akan mudah, tetapi perlu MomDad lakukan agar anak tidak ‘keterusan’ minum dari botol dan malah berdampak buruk bagi kondisi kesehatannya. Goodluck dalam menyapih anak MomDad!Referensi:<ol><li style="text-align: left;">American Academy of Pediatrics. (7/3/2023). From Bottle to Cup: Helping Your Child Make a Healthy Transition. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/feeding-nutrition/Pages/Discontinuing-the-Bottle.aspx" title="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/feeding-nutrition/Pages/Discontinuing-the-Bottle.aspx">https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/baby/feeding-nutrition/Pages/Discontinuing-the-Bottle.aspx </a></li><li style="text-align: left;">American Academy of Pediactrics (2023). Weaning From the Bottle. <a classname="e-rte-anchor" href="https://doi.org/10.1542/ppe_schmitt_279" title="https://doi.org/10.1542/ppe_schmitt_279">https://doi.org/10.1542/ppe_schmitt_279 </a></li><li style="text-align: left;">Bably MB, Laditka SB, Paul R, Racine EF. Age of Bottle Cessation and BMI-for-Age Percentile among Children Aged Thirty-Six Months Participating in WIC. Child Obes. 2022 Apr;18(3):197-205. doi: 10.1089/chi.2021.0119. Epub 2021 Sep 22. PMID: 34551266.</li></ol>﻿

Kapan Anak Perlu Disapih Botol?

kapan-anak-perlu-disapih-botol--1693553296568

Budaya bilingual semakin lama semakin banyak dijumpai pada keluarga-keluarga di Indonesia. Ada yang berbicara bahasa daerah di rumah, namun berbicara bahasa Indonesia baku di luar rumah. Atau sebaliknya orang tua mengajak anak berbicara bahasa Indonesia di rumah, dan menggunakan bahasa asing ketika bersekolah. Penelitian tentang manfaat bilingualisme semakin banyak dipublikasikan dan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang sering diajukan oleh Sahabat PrimaKu. Kali ini kita akan membahas mitos vs fakta tentang bilingualisme. Yuk, scroll ke bawah!<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/5522b94f9a102996fe523d67a71069a18d_1693551541943.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="BeFunky-collage - 2023-09-01T114016.403.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1063px; min-height: 0px;"> 1. Mitos: Bayi atau anak yang terpajan dengan lingkungan bilingual akan mengalami keterlambatan (delay) bahasa atau bicara.Fakta: Anak di keluarga yang bilingual memiliki perkembangan bahasa yang setara dengan anak di keluarga non bilingual. Kata spesifik pertama akan dijumpai sekitar usia 1 tahun (misalnya: mama, papa spesifik). Menjelang usia 2 tahun, seorang anak akan mampu mengatakan frasa dua kata seperti: “mau minum”, “minta makan”. Dalam perkembangannya, anak dalam keluarga bilingual mungkin tampak mencampur dua bahasa di dalam satu kalimat (misalnya mencampur bahasa Indonesia dan Inggris dalam kalimat yang sama saat berkomunikasi) dan hal ini wajar terjadi. Namun, seiring berjalannya waktu anak akan dapat membedakan dan menggunakan kedua bahasa tersebut sendiri-sendiri. Jumlah total kata (dari kedua bahasa) yang dapat diucapkan anak bilingual akan sama dengan total kata yang dapat diucapkan oleh anak non bilingual. Contoh: seorang anak bilingual mungkin dapat mengucapkan 5 kata bahasa Indonesia dan 5 kata bahasa Inggris di usia yang sama dengan anak non bilingual yang dapat mengucapkan 10 kata bahasa Indonesia.2. Mitos: Berbicara dua bahasa kepada anak dapat mengakibatkan gangguan (disorder) bicara atau bahasa.Fakta: Seorang anak yang mengalami gangguan bicara atau bahasa akan menunjukkan gejala dikedua bahasa yang diucapkan, tetapi hal ini tidak disebabkan oleh bilingualisme.3. Mitos: Belajar dua bahasa akan membuat anak bingungFakta: Anak bilingual seringkali didapati mencampur dua bahasa sekaligus dalam satu kalimat, dan hal ini tidak berarti bahwa mereka bingung. Kondisi tersebut normal dijumpai, dan pada usia sekitar 4 tahun anak akan dapat membedakan kedua bahasa tersebut, tetapi percampuran bahasa masih dapat terjadi sesekali. Seiring berjalannya waktu, mereka akan belajar menggunakan kedua bahasa tersebut secara terpisah.4. Mitos: Anak dengan gangguan bahasa atau bicara akan kesulitan belajar bahasa kedua.Fakta: Anak dengan gangguan bahasa atau bicara dapat mengalami kesulitan saat mempelajari bahasa kedua, tetapi penelitian yang ada membuktikan banyak juga, kok yang sukses mempelajarinya.5. Mitos: Anak bilingual akan mengalami masalah akademis saat masuk sekolah.Fakta: Pemilihan sekolah yang menerapkan pembelajaran bilingual sangat bergantung pada usia anak. Misalnya, bersekolah di tempat yang menggunakan bahasa asing sepenuhnya di dalam kelas dapat bermanfaat untuk anak dengan usia dini. Namun untuk anak yang lebih besar seperti sekolah menengah atas, instruksi di dalam kelas sebaiknya menggunakan bahasa yang mereka gunakan sehari-hari, sembari mereka mempelajari bahasa baru. Penelitian yang ada menunjukkan anak bilingual memiliki kemampuan problem solving skills, multitasking skill, dan fleksibilitas kognitif yang lebih baik.6. Mitos: Jika seorang anak tidak mempelajari bahasa kedua saat usia dini, maka ia tidak akan pernah menjadi fasih dalam bahasa tersebut.Fakta: Meskipun periode emas perkembangan bahasa adalah di tahun-tahun pertama kehidupan, namun orang dewasa maupun anak yang lebih besar dapat mempelajari bahasa kedua dan menjadi fasih juga.7. Mitos: Jika anak tidak memiliki kefasihan setara untuk kedua bahasa maka anak tersebut tidak benar-benar bilingual.Fakta: Banyak orang dengan kemampuan bahasa bilingual memiliki bahasa dominan yang dapat berubah seiring waktu, tergantung seberapa sering bahasa tersebut digunakan. Penggunaan bahasa secara terus menerus dan teratur, baik untuk berbicara, membaca, dan menulis akan memampukan anak (dan orang dewasa) menguasai bahasa tersebut dalam jangka p​anjang.Jadi, apakah MomDad ingin si Kecil menguasai dua bahasa sekaligus atau cukup dengan satu bahasa saja?Referensi:<ul><li style="text-align: left;">Heinlein KB, Williams CL. Bilingualism in the Early Years: What the Science Says. Learn Landsc. 2013 ; 7(1): 95–112.</li><li style="text-align: left;">American Academy of Pediatrics and American Speech-Language-Hearing Association. (5/19/2017). 7 Myths and Facts About Bilingual Children Learning Language. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/gradeschool/school/Pages/7-Myths-Facts-Bilingual-Children-Learning-Language.aspx" title="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/gradeschool/school/Pages/7-Myths-Facts-Bilingual-Children-Learning-Language.aspx">https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/gradeschool/school/Pages/7-Myths-Facts-Bilingual-Children-Learning-Language.aspx</a></li><li style="text-align: left;">The Hanen Centre. Bilingualism in Young Children: Separating Fact from Fiction. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.hanen.org/Helpful-Info/Articles/Bilingualism-in-Young-Children--Separating-Fact-fr.aspx" title="https://www.hanen.org/Helpful-Info/Articles/Bilingualism-in-Young-Children--Separating-Fact-fr.aspx">https://www.hanen.org/Helpful-Info/Articles/Bilingualism-in-Young-Children--Separating-Fact-fr.aspx </a></li><li style="text-align: left;">Nationwide Children's (December 14, 2017). Teaching Kids a Second Language: Can It Cause a Speech Delay? <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.nationwidechildrens.org/family-resources-education/700childrens/2017/12/teaching-kids-a-second-language-can-it-cause-a-speech-delay" title="https://www.nationwidechildrens.org/family-resources-education/700childrens/2017/12/teaching-kids-a-second-language-can-it-cause-a-speech-delay">https://www.nationwidechildrens.org/family-resources-education/700childrens/2017/12/teaching-kids-a-second-language-can-it-cause-a-speech-delay </a></li></ul>Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. Dr. Madarina Julia, Sp.A (K), MPH., Ph.D

Anak Bilingual Berisiko Telat Bicara?

anak-bilingual-berisiko-telat-bicara--1693553038997

<table class="e-rte-table" style="text-align: inherit; background-color: unset; width: 1059.33px; min-width: 0px;"><tbody><tr><td class="" style="width: 274.144px;">Nama Kegiatan</td><td style="width: 784.445px;" class="">Mari Melukis dengan Balon </td></tr><tr><td class="" style="width: 274.144px;">Usia</td><td style="width: 784.445px;" class="">3-4 tahun </td></tr><tr><td class="" style="width: 274.144px;">Ranah Perkembangan​</td><td style="width: 784.445px;" class="">Kognitif dan motor halus. </td></tr></tbody></table>​Bahan:﻿﻿<ul><li style="font-size: 12pt;">Balon 6 warna</li><li style="font-size: 12pt;">Palet cat</li><li style="font-size: 12pt;">Selembar kertas berukuran besar</li><li style="font-size: 12pt;">Cat warna (sesuaikan dengan warna balon)</li></ul>Cara Bermain:<ul><li style="font-size: 12pt;">Tuang cat warna ke dalam palet cat.</li><li style="font-size: 12pt;">Celupkan balon yang sudah ditiup ke dalam palet cat sesuai dengan warnanya.</li><li style="font-size: 12pt;">Tempelkan balon pada kertas.</li></ul>Referensi: <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.learning4kids.net" title="https://www.learning4kids.net">https://www.learning4kids.net </a>

Stimulasi Kognitif: Melukis dengan Balon

stimulasi-kognitif--melukis-dengan-balon-1693540471950

<table class="e-rte-table" style="text-align: inherit; background-color: unset; width: 1059.33px; min-width: 0px;"><tbody><tr><td class="" style="width: 33.9943%;">Nama Kegiatan</td><td style="width: 65.9112%;" class="">Bermain Puzzle Kayu </td></tr><tr><td class="" style="width: 33.9943%;">Usia</td><td style="width: 65.9112%;" class="">6-12 bulan</td></tr><tr><td class="" style="width: 33.9943%;">Ranah Perkembangan​</td><td style="width: 65.9112%;" class="">Problem solving, motor halus, dan kognitif. </td></tr></tbody></table>​Bahan:﻿﻿<ul><li style="font-size: 12pt;">Puzzle kayu</li></ul>Cara Bermain:<ul><li style="font-size: 12pt;">Ajarkan si Kecil bermain puzzle kayu dengan mengarahkan tangannya.</li><li style="font-size: 12pt;">Tepuk tangan jika si Kecil berhasil mencocokkan puzzle kayu.</li></ul>Sumber:&nbsp;<a classname="e-rte-anchor" href="https://www.parents.com/baby/development/growth/11-fun-activities-for-babies-6-to-12-months/" title="https://www.parents.com/baby/development/growth/11-fun-activities-for-babies-6-to-12-months/">https://www.parents.com/baby/development/growth/11-fun-activities-for-babies-6-to-12-months/ </a>

Stimulasi Problem Solving: Puzzle Kayu

stimulasi-problem-solving--puzzle-kayu-1693539656336

Bayi prematur dapat diimunisasi sesuai usia kronologisnya, yaitu usia sesungguhnya bayi terlahir di dunia ini. Tentu saja jika kondisi bayi stabil dan baik. Misalnya, jika bayi normal dapat diimunisasi DPT pada usia 2 bulan, atau paling cepat pada usia 6 minggu, maka bayi prematur juga dapat diimunisasi DPT pada usia kronologis 2 bulan, mengikuti jadwal imunisasi IDAI 2020. Namun, ada perhatian khusus saat anak diberikan vaksin hepatitis B.Pada bayi prematur dengan berat lahir &lt; 2000 gram, imunisasi hepatitis B sebaiknya ditunda hingga usia bayi mencapai 1 bulan atau berat badan mencapai 2000 gram. Hal ini karena di bawah usia kronologis 1 bulan, respon imun yang dihasilkan untuk imunisasi tersebut belum adekuat.Namun, jika ibu bayi berstatus HBsAg positif, maka bayi prematur harus mendapat imunisasi Hepatitis B dan hepatitis B imunoglobulin (HBIg) dalam 12 jam pertama kehidupan. Apabila bayi prematur &lt; 2000 gram diimunisasi hepatitis B, maka dosis yang diberikan saat lahir ini tidak dianggap dosis primer, sehingga harus diulang kembali saat usia 1 bulan atau bersamaan dengan vaksin DTP combo.Bayi prematur rentan mengalami komplikasi akibat infeksi/penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, sehingga imunisasi sesuai jadwal rekomendasi menjadi sangat penting. Ibu tidak perlu mengkhawatirkan keamanan vaksin untuk bayi prematur karena vaksin yang tersedia saat ini aman diberikan untuk bayi cukup bulan maupun bayi prematur. Risiko terjadinya efek samping terkait vaksin tidak berbeda antara bayi prematur dengan bayi cukup bulan. Pada beberapa jenis vaksin, kekebalan yang dihasilkan tubuh bayi prematur pasca imunisasi memang tidak setinggi pada bayi cukup bulan, namun tetap menghasilkan kadar antibodi yang protektif.Jadi jangan ragu lagi untuk segera melakukan imunisasi bayi prematur sesuai jadwal ya, MomDad. Yuk, kita lindungi si Kecil dari penyakit yang sudah ada pencegahannya!Daftar bacaan:<ul><li style="text-align: left;">Gagneur A, Pinquier D, Quach C. Immunization of preterm infants. Hum Vaccin Immunother. 2015 Nov; 11(11): 2556–2563.</li><li style="text-align: left;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/safety-prevention/immunizations/Pages/Immunizations-For-Preterm-Babies.aspx" title="https://www.healthychildren.org/English/safety-prevention/immunizations/Pages/Immunizations-For-Preterm-Babies.aspx">https://www.healthychildren.org/English/safety-prevention/immunizations/Pages/Immunizations-For-Preterm-Babies.aspx </a></li><li style="text-align: left;">Saari TN. Immunization of preterm and low birth weight infants. American Academy of Pediatrics Clinical Report. Pediatrics 2003;112;193</li></ul>

Anak Lahir Prematur? Perhatikan saat Berikan Vaksin Ini!

anak-lahir-prematur--perhatikan-saat-berikan-vaksin-ini--1693477343014

Vaksinasi sangat penting dilakukan bagi bayi untuk mencegah berbagai penyakit, termasuk yang mematikan. Sayangnya, di luar sana masih ada yang menganggap bahwa vaksin anak tidak penting, bahkan berbahaya. Ada yang percaya bahwa vaksin dapat menimbulkan autisme hingga merugikan anak di masa depan. Well, agar MomDad tidak ‘termakan’ oleh hoax, berikut mitos dan fakta seputar vaksinasi yang perlu diketahui!1. Mitos: Higiene dan sanitasi yang baik cukup dalam memberantas penyakit – vaksin tidak penting.Fakta: Penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi dapat menyerang kembali apabila program vaksinasi dihentikan. Sementara perbaikan kebersihan, cuci tangan, dan air bersih dapat membantu melindungi kita dari penyakit infeksi, banyak penyakit infeksi yang tetap menyebar seberapa pun bersihnya seseorang. Jika orang-orang tidak divaksinasi, penyakit yang tidak biasa ditemukan seperti campak dan polio , dapat dengan cepat timbul kembali.2. Mitos: Vaksin memiliki beberapa kerugian dan efek samping jangka panjang yang belum diketahui. Vaksinasi bahkan bisa fatal. Fakta: Vaksin itu aman. Kebanyakan reaksi vaksin bersifat minor dan sementara, seperti nyeri pada tempat penyuntikan atau lengan atau demam ringan. Masalah kesehatan serius atau berat sangat jarang terjadi dan diinvestigasi dan dimonitor secara ketat. Orang-orang jauh lebih berisiko untuk sakit parah akibat terinfeksi penyakit-penyakit yang sebenarnya dapat dicegah dengan vaksin daripada karena divaksin.&nbsp;3. Mitos: Vaksin kombinasi difteri, tetanus, dan pertusis (batuk rejan) dan vaksin polio menyebabkan sindrom kematian bayi mendadak (Sudden Infant Death Syndrome/ SIDS).Fakta: Tidak ada hubungan sebab-akibat antara pemberian vaksin dengan kematian mendadak pada bayi, namun demikian, vaksin mulai diberikan pada masa ketika bayi dapat mengalami SIDS. Dengan kata lain, kejadian SIDS hanya kebetulan dengan vaksinasi dan akan tetap terjadi bila tidak divaksinasi. Penting untuk diingat bahwa 4 penyakit ini termasuk penyakit yang mengancam jiwa dan bayi-bayi yang tidak divaksinasi berisiko tinggi untuk mengalami cacat berat sampai kematian.4. Mitos: Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi hampir dieradikasi di negara saya sehingga tidak ada alasan untuk divaksinasi.Fakta: Walaupun penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi sudah jarang di banyak negara, agen infeksius yang menyebabkan penyakit tersebut masih tetap beredar di beberapa bagian di dunia. Agen-agen ini dapat menyebar melewati batas geografis dan menginfeksi siapa pun yang belum terlindungi.&nbsp;5. Mitos: Penyakit-penyakit masa kanak-kanak yang dapat dicegah dengan imunisasi hanya salah satu musibah yang wajar terjadi dalam hidup.&nbsp;Fakta: Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi tidak harus menjadi “takdir”. Penyakit seperti campak, gondongan, dan rubela merupakan penyakit serius dan dapat menyebabkan komplikasi yang serius baik pada dewasa maupun anak-anak, termasuk pneumonia, radang otak, kebutaan, diare, infeksi telinga, sindrom rubela kongenital (jika seorang wanita hamil terinfeksi rubela pada trimester pertama), dan kematian. Semua penyakit dan penderitaan yang terjadi ini dapat dicegah dengan vaksin. Kegagalan dalam memberikan vaksin membuat anak-anak rentan terhadap penyakit yang seharusnya tidak perlu.6. Mitos: Memberikan lebih dari 1 vaksin dalam waktu yang bersamaan dapat meningkatkan risiko timbulnya efek samping yang berbahaya, yang dapat membebani sistem imun anak tersebut.Fakta: Bukti ilmiah menunjukkan bahwa memberikan beberapa vaksin pada waktu yang bersamaan tidak berpengaruh pada sistem imun anak tersebut. Anak-anak yang terpapar oleh beberapa ratus zat asing yang dapat memicu respons imun setiap hari. Keuntungan dari menerima beberapa vaksin sekaligus adalah mengurangi jumlah kunjungan, sehingga menghemat waktu dan uang, serta anak-anak pun lebih pasti mendapatkan vaksinasi yang dianjurkan sesuai jadwal. Vaksinasi kombinasi seperti MMR (measles-mumps-rubella/campak-gondongan-rubela) berarti mendapat suntikan yang lebih sedikit.7. Mitos: Influenza hanya penyakit sepele dan vaksinnya tidak terlalu efektif.Fakta: Influenza lebih dari sekedar penyakit yang sepele. Influenza merupakan penyakit serius yang menyebabkan 300.000 - 500.000 kematian di seluruh dunia tiap tahunnya. Vaksin influenza mencegah kita terserang flu berat dan menularkan kepada orang lain. Menghindari flu berarti menghindari biaya besar yang harus dikeluarkan untuk berobat dan kehilangan waktu bekerja atau sekolah.8. Mitos: Lebih baik kebal melalui penyakit daripada vaksin.Fakta: Vaksin berinteraksi dengan sistem imun tubuh kita untuk menghasilkan respons imun yang sama dengan respons imun infeksi alamiah, tetapi vaksin tidak dapat menyebabkan sakit atau membuat seseorang menderita komplikasi. Kebalikannya, dampak yang didapat dari infeksi alamiah Haemophilus influenzae tipe b (Hib) adalah retardasi mental, dari rubela berupa cacat bawaan lahir, dari virus hepatitis B berupa kanker hati, atau kematian akibat campak.9. Mitos: Vaksin mengandung merkuri yang berbahaya.Fakta: Thiomersal adalah bahan organik, senyawa yang mengandung merkuri yang ditambahkan ke beberapa vaksin sebagai pengawet. Thiomersal telah digunakan secara luas sebagai pengawet vaksin multidosis. Tidak ada bukti yang menunjukan jumlah thiomersal dalam vaksin berisiko pada kesehatan.10. Mitos: Vaksin menyebabkan autisme.Fakta: Pada tahun 1998 sebuah studi sempat menghebohkan masyarakat akibat pernyataan yang menyatakan terdapat hubungan antara vaksin MMR dengan autisme. Namun pada akhirnya studi ini salah dan ditarik oleh jurnal yang menerbitkannya. Sayangnya, publikasi ini terlanjur membuat publik panik dan membuat cakupan imunisasi menurun yang diikuti dengan kejadian luar biasa dari campak, rubela, dan gondongan. Ditekankan bahwa tidak ada bukti yang menunjukkan hubungan antara vaksin MMR dengan autisme.Nah, itulah 10 mitos dan fakta yang kerap dipercaya oleh orang tua. Semoga setelah membaca penjelasan di atas, MomDad tidak ragu lagi ya untuk memberikan si Kecil vaksinasi demi tumbuh kembang yang optimal.&nbsp;

Stimulasi Motorik Kasar: Bermain Lompat-Lompatan

Stimulasi Motorik Kasar: Bermain Lompat-Lompatan

Ini 5 Kebiasaan Bayi saat Tidur yang Perlu MomDad Kenali!

Ini 5 Kebiasaan Bayi saat Tidur yang Perlu MomDad Kenali!

Kapan Anak Perlu Disapih Botol?

Kapan Anak Perlu Disapih Botol?

Anak Bilingual Berisiko Telat Bicara?

Anak Bilingual Berisiko Telat Bicara?

Stimulasi Kognitif: Melukis dengan Balon

Stimulasi Kognitif: Melukis dengan Balon

Stimulasi Problem Solving: Puzzle Kayu

Stimulasi Problem Solving: Puzzle Kayu

Anak Lahir Prematur? Perhatikan saat Berikan Vaksin Ini!

Anak Lahir Prematur? Perhatikan saat Berikan Vaksin Ini!

Mitos vs Fakta seputar Vaksinasi yang Kerap Dipercaya

Mitos vs Fakta seputar Vaksinasi yang Kerap Dipercaya