<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/3a1462554859ed5d69ee23d231e6dc47_1751619108640.png" class="e-rte-image e-imginline" alt="kisah keong mas.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px;"> Dahulu kala, di sebuah kerajaan bernama Daha, hiduplah dua putri raja yang sangat cantik dan baik hati. Putri sulung bernama Dewi Galuh, sedangkan adiknya yang lebih muda bernama Candra Kirana. Mereka hidup rukun hingga suatu hari datang seorang pangeran tampan dari Kerajaan Kahuripan bernama Raden Inu Kertapati yang berniat meminang Candra Kirana.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/56d3aaa1102310cc75fbc1b6b1bc7eedbb_1751619119035.png" class="e-rte-image e-imginline" alt="kisah keong mas_2.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px;"> Melihat adiknya dilamar oleh pangeran, Dewi Galuh merasa iri dan hatinya dipenuhi rasa dengki. Ia pun bersekongkol dengan seorang penyihir jahat untuk menyingkirkan Candra Kirana. Dengan sihirnya, penyihir itu mengubah Candra Kirana menjadi seekor keong emas dan membuangnya ke laut.Tanpa sepengetahuan siapapun, keong emas itu hanyut terbawa ombak dan akhirnya ditemukan oleh seorang nenek tua yang hidup sebatang kara di sebuah gubuk dekat pantai. Sang nenek merasa kasihan dan membawa pulang keong emas itu. Ia menyimpannya dalam tempayan berisi air.Suatu hari, sang nenek pergi ke ladang. Ketika ia kembali, rumahnya sudah rapi, makanan sudah tersedia di atas meja, dan semua pekerjaan rumah telah selesai. Hal ini terjadi berulang-ulang setiap hari. Nenek pun penasaran dan memutuskan untuk mengintip.<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/105af6e8d1083e8e588ce6c3204ab610b10_1751619828533.png" class="e-rte-image e-imginline" alt="kisah keong mas_3.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px;"> Betapa terkejutnya sang nenek saat melihat keong emas berubah menjadi seorang gadis cantik yang tak lain adalah Candra Kirana. Ternyata, keajaiban itu hanya bisa terjadi saat tak ada orang di sekitarnya.Melihat kebaikan dan ketulusan sang nenek, Candra Kirana akhirnya menceritakan semua yang terjadi padanya. Sang nenek berjanji akan menjaga rahasia itu dan terus merawat Candra Kirana.Sementara itu, Raden Inu Kertapati yang kehilangan Candra Kirana terus mencari keberadaan sang putri. Ia menjelajah ke berbagai tempat, hingga akhirnya tiba di desa tempat sang nenek tinggal. Dengan bantuan mimpi dan petunjuk dari seorang pertapa, pangeran menemukan bahwa keong emas itulah Candra Kirana yang selama ini ia cari.Dengan kekuatan cinta dan bantuan pertapa, kutukan penyihir pun dipatahkan. Candra Kirana kembali ke wujud manusia sepenuhnya. Sang penyihir dihukum dan Dewi Galuh diasingkan dari istana.Akhirnya, Candra Kirana dan Raden Inu Kertapati menikah dan hidup bahagia, sedangkan sang nenek diangkat menjadi ibu angkat dan tinggal bersama mereka di istana sebagai balasan atas kebaikan hatinya.

Dongeng: Kisah Keong Mas

dongeng--kisah-keong-mas-1751619887568

Bahan:<ul><li>300 gr tulang sumsum sapi</li><li>1 lembar daun salam</li><li>½ bawang bombay</li><li>2 buah wortel baby</li><li>1 batang seledri</li><li>Air secukupnya&nbsp;</li></ul>Cara membuat:<ol><li>Gunakan tulang sapi bagian sumsum yang bersih, minim lemak dan darah. Cuci hingga bersih, lalu buang bagian lemak berlebih yang menempel pada tulang.</li><li>Rebus tulang dalam air mendidih selama 5–10 menit untuk menghilangkan darah kotor dan sisa lemak. Setelah itu, angkat dan tiriskan.</li><li>Siapkan air secukupnya di dalam slow cooker atau pressure cooker. Masukkan tulang yang telah dibersihkan bersama batang seledri, wortel, bawang bombay, dan daun salam. Masak selama 10 hingga 20 jam hingga sumsum dalam tulang benar-benar keluar, sesuaikan dengan tingkat kekentalan dan rasa yang diinginkan.&nbsp;</li><li>Setelah proses pemasakan selesai, buang lapisan lemak berlebih yang mengapung di permukaan kaldu menggunakan sendok sup.</li><li>Dinginkan kaldu, kemudian tuangkan ke dalam wadah-wadah kecil (kontainer tertutup). Simpan di dalam&nbsp;&nbsp;&nbsp;untuk menjaga kualitasnya. Kaldu dapat bertahan hingga 2 bulan dalam penyimpanan beku.</li><li>Kaldu dapat dicairkan sebelum digunakan dan dimanfaatkan sebagai campuran dalam masakan keluarga atau menu MPASI bayi mulai usia 6 bulan ke atas.</li></ol>

Bumbu MPASI:  Kaldu Sumsum Sapi

bumbu-mpasi---kaldu-sumsum-sapi-1751617670778

Proses toilet training tidak hanya tentang duduk di atas potty dan buang air. Sama seperti mengendarai mobil manual yang butuh koordinasi tangan, kaki, dan pikiran, anak juga harus belajar mengoordinasikan berbagai kemampuan fisik dan kognitif. Ia perlu mengenali tubuh dan fungsinya, memahami sinyal tubuh saat ingin buang air, membayangkan tujuan (yaitu potty), membuat rencana, lalu menjalankannya sampai selesai. Semua ini membutuhkan ingatan, konsentrasi, kemampuan memahami instruksi, serta kemampuan mengungkapkan perasaan. Kesadaran Tubuh (Body Awareness)Langkah awal toilet training biasanya dimulai saat anak mulai bisa merasakan sensasi ingin buang air dan mengaitkannya dengan proses BAB atau BAK. Kemampuan ini biasanya muncul di usia 12–18 bulan. Di masa ini, penting untuk mulai memberi respons verbal saat anak buang air, misalnya dengan menyebutkan bahwa popoknya basah atau kotor, agar anak mulai mengenali pola dalam tubuhnya.Anak juga mungkin mulai merasa tidak nyaman saat popoknya penuh, mencoba melepasnya, atau menolak saat dipakaikan kembali. Di usia dua tahun, banyak anak menunjukkan ketertarikan terhadap bagian tubuh, termasuk alat kelamin, dan mulai menanyakan fungsinya. Ketertarikan ini menunjukkan bahwa anak mulai siap memahami bagaimana tubuh bekerja, termasuk proses buang air. Menggunakan kata-kata sederhana untuk menyebut bagian tubuh dan aktivitasnya akan membantu anak memahami proses ini dan menjadi bagian dari pengalaman belajar. Membiarkan anak duduk di potty lalu secara tidak sengaja BAB, kemudian mendapat apresiasi, bisa menjadi pelajaran yang lebih efektif dibanding penjelasan panjang. Merencanakan dan BertindakSetelah bisa mengenali sensasi tubuh, langkah selanjutnya adalah membayangkan potty saat merasa ingin buang air, lalu merencanakan bagaimana menuju ke sana dan mengingat rencana tersebut sampai selesai. Kemampuan ini membutuhkan keterampilan kognitif seperti berpikir simbolik, pemecahan masalah, dan memori, yang mulai berkembang sejak usia 1 tahun dan menjadi lebih kuat sekitar usia 2 tahun ke atas.Misalnya, saat anak mulai menangis ketika orang tua meninggalkan ruangan di usia sekitar 12 bulan, itu menandakan bahwa ia sudah bisa membayangkan orang tuanya meski tidak terlihat. Ini juga menunjukkan bahwa otak anak mulai mampu membayangkan solusi, termasuk mencari potty ketika merasa ingin buang air.Di usia 2 tahun, anak mungkin mulai membayangkan potty saat merasa ingin BAK atau BAB, dan tahu di mana menemukannya. Namun, ia masih perlu dukungan untuk bisa menghubungkan sinyal tubuh dengan keputusan untuk pergi ke toilet dan menyelesaikan prosesnya tanpa terdistraksi. Kemampuan Berpikir yang Lebih KompleksMenjelang usia 2,5 hingga 3 tahun, kemampuan berpikir anak berkembang lebih kompleks. Memori semakin kuat, sehingga anak bisa mengingat tujuannya saat berjalan ke toilet dan bahkan mengingat pengalaman toilet sebelumnya. Imajinasi juga tumbuh pesat—anak bisa bermain pura-pura dengan boneka yang duduk di potty, misalnya. Namun, imajinasi ini juga bisa menimbulkan rasa takut baru seperti takut bunyi flush atau ketakutan dibuang ke dalam toilet.Anak juga mulai bisa menghentikan aktivitas lain saat merasa ingin buang air, dan tetap fokus menuju potty meskipun ada hal menarik di sekitarnya. Di usia ini, kemampuan verbal sudah cukup matang untuk mengungkapkan rasa takut, bingung, atau meminta bantuan saat mengalami kesulitan.Keberhasilan toilet training tidak hanya bergantung pada kesiapan fisik, tetapi juga kesiapan kognitif dan verbal. Inilah mengapa banyak ahli menyarankan memulai toilet training di usia 2,5 hingga 3 tahun, saat anak lebih mampu berpikir, berencana, dan berkomunikasi. Dengan memberikan stimulasi dan respons sejak dini, proses ini akan terasa lebih alami dan tidak menimbulkan stres, baik bagi anak maupun orang tua. Referensi:&nbsp;<ul><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/toddler/toilet-training/Pages/Cognitive-and-Verbal-Skills-Needed-for-Toilet-Training.aspx?_gl=1*o8u0d0*_ga*NTQyMjEyMjU2LjE3NTAxMzkzNjQ.*_ga_FD9D3XZVQQ*czE3NTA4Mjc5MTAkbzgkZzEkdDE3NTA4Mjc5NzgkajYwJGwwJGgw" title="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/toddler/toilet-training/Pages/Cognitive-and-Verbal-Skills-Needed-for-Toilet-Training.aspx?_gl=1*o8u0d0*_ga*NTQyMjEyMjU2LjE3NTAxMzkzNjQ.*_ga_FD9D3XZVQQ*czE3NTA4Mjc5MTAkbzgkZzEkdDE3NTA4Mjc5NzgkajYwJGwwJGgw" target="_blank">American Academy of Pediatrics. Toilet Training Readiness and Cognitive Development. HealthyChildren.org.&nbsp;</a></li><li>Brazelton, T. B., &amp; Sparrow, J. D. (2004). Toilet Training: The Brazelton Way.</li><li>Schum, T. R., et al. (2002). Sequential Acquisition of Toileting Skills. Pediatrics, 109(3), e48.</li></ul>

Anak Siap Toilet Training? Perhatikan Kemampuan Kognitif & Verbalnya!

anak-siap-toilet-training--perhatikan-kemampuan-kognitif---verbalnya--1751598784928

Menjaga suhu tubuh bayi baru lahir tetap hangat bukan hanya tentang kenyamanan, tapi juga penting untuk mendukung kelangsungan hidup dan tumbuh kembangnya. Bayi baru lahir belum mampu mengatur suhu tubuh secara optimal, sehingga rentan mengalami hipotermia, kondisi ketika suhu tubuh turun di bawah normal. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang tua untuk memahami langkah-langkah sederhana namun esensial dalam menjaga kehangatan tubuh bayi, baik saat memandikan, memakaikan pakaian, hingga menciptakan lingkungan yang tepat di sekitarnya. Panduan Menjaga Bayi Baru Lahir agar Tetap HangatMenjaga kehangatan tubuh bayi baru lahir sangat penting untuk mendukung kestabilan suhu tubuh dan mencegah hipotermia, terutama pada masa awal kehidupan. Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk menjaga suhu tubuh bayi tetap optimal:1. Memandikan Bayi dengan AmanBayi dapat dimandikan dengan air hangat setelah berusia minimal 6 jam, dengan catatan kondisi tubuh bayi stabil. Terdapat dua cara memandikan bayi yang disesuaikan dengan kondisi tali pusat:<ul><li>Sebelum tali pusat lepas, bayi cukup dimandikan dengan cara dilap menggunakan handuk bersih dan air hangat.</li><li>Setelah tali pusat lepas, bayi dapat dimandikan dengan cara dicelupkan ke dalam air hangat. Namun, perlu diperhatikan agar kepala bayi tidak ikut terendam dalam air.</li><li>Saat membersihkan area genital, bersihkan dari arah depan ke belakang menggunakan kapas yang dibasahi air bersih atau handuk basah yang bersih.</li></ul>2. Memastikan Bayi Terlindungi dengan Pakaian yang TepatKenakan pakaian yang sesuai dan selimuti bayi setiap saat, terutama jika berada di lingkungan bersuhu rendah. Jika cuaca dirasa dingin, pakaikan topi, kaos kaki, dan kaos tangan untuk membantu mempertahankan suhu tubuh. Segera ganti pakaian dan popok jika basah, karena pakaian basah dapat membuat bayi kehilangan panas tubuh lebih cepat.3. Perawatan Metode KanguruUntuk bayi dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram, perawatan metode kanguru sangat dianjurkan. Metode ini dilakukan dengan menempatkan bayi dalam posisi tegak di dada ibu atau ayah, kulit bertemu kulit, lalu diselimuti. Cara ini efektif menjaga suhu tubuh bayi, mendukung kestabilan pernapasan dan denyut jantung, serta memperkuat ikatan emosional. Penjelasan lebih lanjut tentang metode ini dapat diberikan oleh bidan, perawat, atau dokter.4. Menyesuaikan Suhu LingkunganPastikan bayi berada di dalam ruangan dengan suhu yang sejuk dan nyaman. Jika menggunakan kipas angin, hindari agar arah angin tidak langsung mengenai tubuh bayi. Bila menggunakan pendingin ruangan (AC), atur suhu ruangan di kisaran 25–26°C. Menjaga kehangatan tubuh bayi bukan hanya soal membalutnya dengan pakaian, tapi juga tentang mengenali kebutuhan fisik dan kondisi lingkungannya secara menyeluruh. Dengan mengikuti panduan di atas, mulai dari cara memandikan, mengganti pakaian basah, hingga menyesuaikan suhu ruangan, MomDad telah berperan besar dalam menjaga kestabilan suhu tubuh si Kecil. Bagi bayi dengan berat badan lahir rendah, metode perawatan kanguru juga menjadi langkah penting yang sangat membantu. Jika ada keraguan atau kekhawatiran, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan ahli.

Panduan Menjaga Newborn agar Suhu Tubuhnya Tetap Hangat

panduan-menjaga-newborn-agar-suhu-tubuhnya-tetap-hangat-1751598578901

Snack BB Booster: Alpukat Mousse

snack-bb-booster--alpukat-mousse-1751518801994

Berat badan (BB) merupakan salah satu parameter pertumbuhan yang paling sensitif untuk menilai kecukupan gizi anak, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan—mulai dari masa kehamilan hingga anak berusia 2  tahun. Pada rentang waktu inilah ± 80 % volume otak dewasa terbentuk, sehingga setiap penambahan atau kekurangan asupan gizi akan berdampak besar terhadap tumbuh kembang jangka panjang. Kecepatan pertambahan BB tercepat terjadi di dalam kandungan, menurun perlahan pada tahun pertama, kemudian stabil pada masa kanak‑kanak hingga kembali meningkat menjelang pubertas. Memahami pola kenaikan BB yang normal dan memantau pertumbuhan secara teratur menjadi kunci bagi orang tua untuk mencegah gangguan gizi maupun risiko obesitas di kemudian hari. Pola Kenaikan Berat Badan NormalBerikut perkiraan laju kenaikan BB normal berdasarkan World Health Organization (WHO Child Growth Standards):<div dir="ltr" style="margin-left:0pt;" align="left"><table style="border:none;border-collapse:collapse;table-layout:fixed;width:451.27559055118115pt"><colgroup><col><col></colgroup><tbody><tr style="height:0pt"><td style="border-left:solid #000000 1pt;border-right:solid #000000 1pt;border-bottom:solid #000000 1pt;border-top:solid #000000 1pt;vertical-align:top;padding:5pt 5pt 5pt 5pt;overflow:hidden;overflow-wrap:break-word;"><span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 700; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Usia</td><td style="border-left:solid #000000 1pt;border-right:solid #000000 1pt;border-bottom:solid #000000 1pt;border-top:solid #000000 1pt;vertical-align:top;padding:5pt 5pt 5pt 5pt;overflow:hidden;overflow-wrap:break-word;"><span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 700; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">Kenaikan BB Rata-Rata</td></tr><tr style="height:0pt"><td style="border-left:solid #000000 1pt;border-right:solid #000000 1pt;border-bottom:solid #000000 1pt;border-top:solid #000000 1pt;vertical-align:top;padding:5pt 5pt 5pt 5pt;overflow:hidden;overflow-wrap:break-word;"><span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">0 - 3 bulan</td><td style="border-left:solid #000000 1pt;border-right:solid #000000 1pt;border-bottom:solid #000000 1pt;border-top:solid #000000 1pt;vertical-align:top;padding:5pt 5pt 5pt 5pt;overflow:hidden;overflow-wrap:break-word;"><span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">750 – 1.000 g per bulan</td></tr><tr style="height:0pt"><td style="border-left:solid #000000 1pt;border-right:solid #000000 1pt;border-bottom:solid #000000 1pt;border-top:solid #000000 1pt;vertical-align:top;padding:5pt 5pt 5pt 5pt;overflow:hidden;overflow-wrap:break-word;"><span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">3 - 6 bulan</td><td style="border-left:solid #000000 1pt;border-right:solid #000000 1pt;border-bottom:solid #000000 1pt;border-top:solid #000000 1pt;vertical-align:top;padding:5pt 5pt 5pt 5pt;overflow:hidden;overflow-wrap:break-word;"><span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">± 600 g per bulan</td></tr><tr style="height:0pt"><td style="border-left:solid #000000 1pt;border-right:solid #000000 1pt;border-bottom:solid #000000 1pt;border-top:solid #000000 1pt;vertical-align:top;padding:5pt 5pt 5pt 5pt;overflow:hidden;overflow-wrap:break-word;"><span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">6 - 9 bulan</td><td style="border-left:solid #000000 1pt;border-right:solid #000000 1pt;border-bottom:solid #000000 1pt;border-top:solid #000000 1pt;vertical-align:top;padding:5pt 5pt 5pt 5pt;overflow:hidden;overflow-wrap:break-word;"><span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">± 450 g per bulan</td></tr><tr style="height:0pt"><td style="border-left:solid #000000 1pt;border-right:solid #000000 1pt;border-bottom:solid #000000 1pt;border-top:solid #000000 1pt;vertical-align:top;padding:5pt 5pt 5pt 5pt;overflow:hidden;overflow-wrap:break-word;"><span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">9 - 12 bulan</td><td style="border-left:solid #000000 1pt;border-right:solid #000000 1pt;border-bottom:solid #000000 1pt;border-top:solid #000000 1pt;vertical-align:top;padding:5pt 5pt 5pt 5pt;overflow:hidden;overflow-wrap:break-word;"><span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">± 225 g per bulan</td></tr><tr style="height:0pt"><td style="border-left:solid #000000 1pt;border-right:solid #000000 1pt;border-bottom:solid #000000 1pt;border-top:solid #000000 1pt;vertical-align:top;padding:5pt 5pt 5pt 5pt;overflow:hidden;overflow-wrap:break-word;"><span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">&gt;12 bulan</td><td style="border-left:solid #000000 1pt;border-right:solid #000000 1pt;border-bottom:solid #000000 1pt;border-top:solid #000000 1pt;vertical-align:top;padding:5pt 5pt 5pt 5pt;overflow:hidden;overflow-wrap:break-word;"><span style="font-size: 12pt; font-family: Arial, sans-serif; color: rgb(0, 0, 0); background-color: transparent; font-weight: 400; font-style: normal; font-variant: normal; text-decoration: none; vertical-align: baseline; white-space: pre-wrap;">150 – 250 g per bulan</td></tr></tbody></table></div><div> </div><div><div>Angka di atas bersifat panduan; setiap anak memiliki variasi individual. Oleh karena itu, penilaian paling akurat tetap menggunakan kurva pertumbuhan WHO.</div><div> </div><div>Pentingnya Kurva Pertumbuhan</div><div>Dengan memplot data BB, panjang badan (PB), dan lingkar kepala (LK) ke dalam kurva BB/U, PB/U, BB/PB atau IMT/U, dan LK/U, MomDad dapat:</div><ul><li><div>Mengetahui apakah anak tumbuh dalam rentang normal (persentil 5–95).</div></li><li><div>Mendeteksi segera bila terjadi weight faltering, yaitu kenaikan BB yang konsisten berada di bawah persentil 5 pada dua kali pengukuran berturut‑turut. Weight faltering berhubungan dengan penurunan kecerdasan rata‑rata 3–4 poin IQ. Jika dibiarkan hingga berlanjut menjadi gizi kurang, gizi buruk, atau stunting, penurunan IQ dapat mencapai ± 15 poin. Oleh karena itu, intervensi nutrisi dan medis harus dilakukan segera.</div></li><li><div>Mengantisipasi pertumbuhan yang terlalu cepat, yang berisiko menimbulkan obesitas dan gangguan metabolik saat dewasa.</div></li></ul><div> </div><div>Kenaikan berat badan yang sesuai kurva pertumbuhan merupakan indikator penting kecukupan gizi dan kesehatan anak. Dengan memantau berat badan secara rutin, serta segera melakukan intervensi gizi dan medis yang tepat, MomDad dapat mencegah dampak jangka panjang seperti stunting, penurunan kecerdasan, atau obesitas. Jadikan kunjungan ke layanan kesehatan untuk penimbangan dan pengukuran sebagai bagian dari rutinitas, karena deteksi dini dan penanganan cepat adalah investasi terbaik bagi masa depan tumbuh kembang si Kecil.</div><div> </div><div>Referensi:</div><ul><li><div>Prawitasari T. Nutritional intervention of children with faltering growth: is it about timing or else. Dipresentasikan pada webinar IDAI 29 Maret 2021.</div></li><li><div>Sjarif DR. Stunting is a silent emergency. Dipresentasikan pada modul nutrisi metabolic IKA FKUI. 11 Sep 2020.</div></li></ul></div><div> </div>

Panduan Kenaikan Berat Badan Rata-Rata Bayi Usia 0-12 Bulan

panduan-kenaikan-berat-badan-rata-rata-bayi-usia-0-12-bulan-1751510687600

Toilet training adalah salah satu tahapan penting dalam perkembangan anak yang sering kali menimbulkan banyak pertanyaan di kalangan orang tua. Salah satu yang cukup umum adalah anggapan bahwa anak laki-laki cenderung lebih lambat dalam mencapai kemandirian menggunakan toilet dibandingkan anak perempuan. Apakah hal ini benar adanya, atau hanya mitos semata? Belajar Menggunakan ToiletToilet training atau latihan menggunakan toilet merupakan proses yang melibatkan kesiapan fisik dan mental anak.<ol><li>Tahap Pertama: Mengenali Sinyal Tubuh</li></ol>Anak perlu terlebih dahulu menyadari sinyal alami dari kandung kemih dan usus besar mereka. Mereka harus belajar mengenali kapan tubuhnya memberikan tanda bahwa sudah saatnya buang air kecil atau besar. Secara umum, anak mulai menunjukkan tanda-tanda kontrol kandung kemih dan usus antara usia 18 hingga 24 bulan.2. Tahap Kedua: Belajar Menggunakan ToiletSetelah anak mulai mengenali sinyal tubuhnya, mereka perlu belajar bagaimana cara menggunakan toilet. Anak harus bisa memahami dan mengikuti instruksi sederhana, seperti duduk atau berdiri dengan nyaman, menurunkan celana dan pakaian dalam sendiri, serta mengenakannya kembali setelah selesai.3. Tahap Ketiga: Kemauan untuk Menggunakan ToiletSetelah anak memiliki kontrol atas kandung kemih dan usus, serta memahami cara menggunakan toilet, langkah selanjutnya adalah kemauan untuk menggunakannya secara mandiri. Tantangan dalam toilet training sering muncul ketika anak secara sadar memilih untuk tidak menggunakan toilet, meskipun secara fisik mereka sudah mampu. Oleh karena itu, penting untuk diingat bahwa setiap anak akan berhasil menggunakan toilet sesuai waktunya masing-masing, tanpa perlu dipaksakan. Kapan Sebaiknya Memulai Toilet Training?<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/a3f129a5581b17348bf53aa0f8cda65e_1751357136453.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="toilet training (1) (1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1459px; min-height: 0px;"> Topik toilet training biasanya mulai dibicarakan pada kunjungan kesehatan rutin anak usia 18 bulan, 2 tahun, 2½ tahun, hingga 3 tahun. Di Amerika Serikat, usia rata-rata dimulainya toilet training adalah antara 2 hingga 3 tahun, dan sebagian besar anak sudah terlatih buang air kecil dan besar secara mandiri saat memasuki usia 4 tahun. Namun, toilet training dapat dimulai lebih awal sesuai kesiapan anak dan keinginan orang tua.Benarkah Anak Laki-Laki Cenderung Lebih Lambat Toilet Training Dibandingkan Anak Perempuan?Secara umum, jenis kelamin bukanlah faktor utama yang menentukan cepat atau lambatnya seorang anak dapat menjalani toilet training secara mandiri. Namun, kecenderungan anak laki-laki balita dan usia prasekolah yang lebih aktif secara fisik dapat menyebabkan proses toilet training berlangsung sedikit lebih lambat.Dua studi populasi berskala besar menunjukkan bahwa, secara rata-rata, anak laki-laki mengalami keterlambatan sekitar 6 bulan dibandingkan anak perempuan dalam hal keterampilan toilet training. Meskipun demikian, hasil studi populasi tidak selalu dapat menggambarkan perkembangan tiap individu secara akurat.Perlu dipahami bahwa ada banyak faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap kesiapan anak untuk menjalani toilet training, seperti keinginan untuk mandiri atau keinginan untuk menyenangkan orang tua. Faktor-faktor tersebut dapat mengatasi hambatan fisik yang mungkin ada.Dengan demikian, perbedaan waktu antara anak laki-laki dan perempuan bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan secara berlebihan. Yang lebih penting adalah memperhatikan kesiapan dan karakteristik unik setiap anak secara individual dalam proses belajar menggunakan toilet. Referensi:&nbsp;<ul><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/tips-tools/ask-the-pediatrician/Pages/is-it-true-boys-usually-toilet-trained-later-than-girls.aspx" title="https://www.healthychildren.org/English/tips-tools/ask-the-pediatrician/Pages/is-it-true-boys-usually-toilet-trained-later-than-girls.aspx" target="_blank">Is it true that boys are usually toilet-trained later than girls? - HealthyChildren.org</a></li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/toddler/toilet-training/Pages/the-right-age-to-toilet-train.aspx" title="https://www.healthychildren.org/English/ages-stages/toddler/toilet-training/Pages/the-right-age-to-toilet-train.aspx" target="_blank">The Right Age to Potty Train - HealthyChildren.org&nbsp;&nbsp;</a></li></ul>

Benarkah Anak Laki-Laki Lebih Lambat Toilet Training?

benarkah-anak-laki-laki-lebih-lambat-toilet-training--1751357298025

Di tengah meningkatnya tuntutan akademik, banyak orang tua menghadapi dilema antara mendorong anak untuk belajar lebih giat atau memastikan ia mendapatkan waktu tidur yang cukup. Padahal, keduanya memiliki peran penting dan saling berkaitan dalam mendukung perkembangan kognitif, emosional, dan fisik anak. Lantas, bagaimana sih menjaga keseimbangan antara tidur dan belajar agar tumbuh kembang anak tetap optimal? Tidur yang Cukup, Fondasi untuk Daya Pikir AnakTidur bukan sekadar waktu untuk beristirahat. Selama tidur, otak anak bekerja aktif memperkuat koneksi saraf, menyusun kembali informasi baru, serta mengonsolidasikan memori. Studi dari American Academy of Pediatrics menyebutkan bahwa tidur malam yang cukup sangat penting untuk keberhasilan akademik, kemampuan fokus, serta regulasi emosi pada anak.National Sleep Foundation juga merekomendasikan anak usia sekolah untuk tidur antara 9–11 jam setiap malam. Kurangnya waktu tidur terbukti dapat menyebabkan gangguan atensi, mudah marah, hingga penurunan performa akademik. Belajar Tanpa Mengorbankan Waktu TidurMeski belajar adalah aktivitas yang penting, waktu belajar yang terlalu panjang dan mengorbankan jam tidur justru bisa menjadi kontraproduktif. Studi dari Sleep Research Society menemukan bahwa pelajar yang mengorbankan tidur untuk belajar mengalami penurunan performa kognitif dan emosional keesokan harinya, meskipun secara total mereka menghabiskan lebih banyak waktu belajar.Anak-anak yang belajar hingga larut malam cenderung mengantuk di pagi hari, sulit fokus saat pelajaran berlangsung, dan kurang memiliki energi untuk berinteraksi secara sosial. Orang tua perlu menyadari bahwa kualitas belajar juga sangat bergantung pada kesiapan mental dan fisik anak, yang salah satunya sangat ditentukan oleh kualitas tidur. Pentingnya Kualitas Tidur, Bukan Hanya DurasiDurasi tidur memang penting, tetapi kualitas tidur juga memegang peran krusial. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), tidur yang berkualitas ditandai dengan tidur yang tidak terputus, cukup dalam, serta membuat tubuh merasa segar setelah bangun. Selama tidur berkualitas, otak anak melakukan konsolidasi informasi, memindahkan memori jangka pendek ke jangka panjang, serta melakukan proses pemulihan sel.Anak-anak yang memiliki pola tidur yang konsisten dan berkualitas lebih mampu mempertahankan konsentrasi, memiliki kontrol emosi yang lebih baik, dan menunjukkan perkembangan kognitif yang lebih optimal dibandingkan mereka yang mengalami gangguan tidur.Menjaga keseimbangan antara tidur dan belajar bukanlah pilihan, melainkan kebutuhan untuk mendukung perkembangan anak secara menyeluruh. MomDad dapat berperan aktif dalam membimbing anak menyusun rutinitas harian yang seimbang, menghindari aktivitas yang bisa mengganggu waktu tidur (seperti penggunaan gadget di malam hari), serta memberikan edukasi tentang manfaat tidur yang cukup.Dengan memberikan waktu tidur yang cukup dan berkualitas, serta mendampingi proses belajar dengan cara yang sehat dan terstruktur, orang tua tidak hanya membantu meningkatkan prestasi akademik anak, tetapi juga mendukung pertumbuhan otak dan kestabilan emosinya. Ingatlah bahwa anak yang cukup tidur adalah anak yang siap untuk belajar dan tumbuh dengan optimal. Referensi:<ul><li>Paruthi S, Brooks LJ, D'Ambrosio C, et al. (2016). Consensus Statement of the American Academy of Sleep Medicine on the Recommended Amount of Sleep for Healthy Children: Methodology and Discussion. Pediatrics, 138(2).</li><li>Beattie L, Kyle SD, Espie CA, Biello SM. (2015). Social interactions, emotion regulation, and sleep: A systematic review and research agenda. Journal of Adolescent Health.</li><li><a class="e-rte-anchor" href="https://www.cdc.gov/sleep/about/?CDC_AAref_Val=https://www.cdc.gov/sleep/about_sleep/how_much_sleep.html" title="https://www.cdc.gov/sleep/about/?CDC_AAref_Val=https://www.cdc.gov/sleep/about_sleep/how_much_sleep.html" target="_blank">About Sleep | Sleep | CDC&nbsp;</a></li></ul><div> </div>

Dongeng: Kisah Keong Mas

Dongeng: Kisah Keong Mas

Bumbu MPASI: Kaldu Sumsum Sapi

Bumbu MPASI: Kaldu Sumsum Sapi

Anak Siap Toilet Training? Perhatikan Kemampuan Kognitif & Verbalnya!

Anak Siap Toilet Training? Perhatikan Kemampuan Kognitif & Verbalnya!

Panduan Menjaga Newborn agar Suhu Tubuhnya Tetap Hangat

Panduan Menjaga Newborn agar Suhu Tubuhnya Tetap Hangat

Snack BB Booster: Alpukat Mousse

Snack BB Booster: Alpukat Mousse

Panduan Kenaikan Berat Badan Rata-Rata Bayi Usia 0-12 Bulan

Panduan Kenaikan Berat Badan Rata-Rata Bayi Usia 0-12 Bulan

Benarkah Anak Laki-Laki Lebih Lambat Toilet Training?

Benarkah Anak Laki-Laki Lebih Lambat Toilet Training?

Kunci Tumbuh Kembang Optimal dengan Menjaga Keseimbangan Tidur & Belajar

Kunci Tumbuh Kembang Optimal dengan Menjaga Keseimbangan Tidur & Belajar