<p>Imunisasi merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan seorang anak. Berbagai penyakit telah terbukti dapat dicegah dengan imunisasi sehingga pemberian imunisasi merupakan hal yang wajib diperhatikan oleh orangtua.</p>
<p>Untuk mendapatkan perlindungan optimal, imunisasi harus diberikan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Ada imunisasi yang cukup diberikan satu kali, seperti BCG, ada pula yang harus diulang, seperti DPT dan hepatitis B. Namun ada kalanya pemberian imunisasi terpaksa terhambat oleh berbagai hal, seperti ketersediaan vaksin atau anak mengalami sakit. Lalu, apa yang harus dilakukan bila ada imunisasi yang terlambat atau terlewat?</p>
<p>Hal pertama yang harus dilakukan adalah segera membawa si kecil menemui dokternya dan melaporkan bahwa ada imunisasi yang terlewat atau terlambat. Imunisasi yang terlewat atau terlambat tersebut dapat segera diberikan selama kondisi anak sehat dan tidak ada kondisi medis khusus yang membuat anak tidak dapat menerima imunisasi.</p>
<p>Apabila imunisasi yang terlambat merupakan imunisasi dengan dosis ganda, maka jarak pemberian antar dosis sesuai dengan anjuran jarak pemberian sebenarnya, seperti imunisasi DPT yang diberikan setiap 4-8 minggu. Apabila dosis imunisasi pertama sudah diberikan tepat waktu namun dosis berikutnya terlambat, maka dosis pertama tidak perlu diulang dan dosis kedua dapat segera diberikan. Namun, ada pula imunisasi yang memiliki batas maksimal usia pemberian, seperti imunisasi Rotavirus. Apabila belum diberikan imunisasi BCG saat usia anak sudah lebih dari 3 bulan, diperlukan pemeriksaan bernama uji tuberkulin terlebih dahulu.</p>
<p>Untuk mencegah terlambat atau terlewatnya pemberian imunisasi, orangtua dapat selalu berdiskusi dengan dokter mengenai jadwal imunisasi berikutnya. Selain jenis imunisasi yang harus diberikan, waktu pemberian imunisasi juga penting untuk diingat. Jadwal pemberian imunisasi IDAI terbaru dapat dilihat pada aplikasi PRIMAKU disertai dengan pengingat jadwal pemberian. Mari pastikan imunisasi anak kita sudah lengkap!</p>
<p>&nbsp;--</p>
<p>Penulis:</p>
<p>Dini Mirasanti (PrimaKu), Madarina Julia (PrimaKu, ed)</p>
<p>&nbsp;</p>
<p>Referensi:</p>
<ol>
<li>Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Ed.5. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2014.</li>
</ol>

Terlambat Imunisasi, harus bagaimana?

terlambat-imunisasi--harus-bagaimana-

<p>Pandemi COVID-19 tidak hanya berdampak pada kesehatan anak Indonesia, namun juga mempengaruhi perkembangan anak, terutama dalam hal dihentikannya proses pembelajaran tatap muka (PTM) sejak Maret 2020 lalu.&nbsp;</p>
<p>Upaya stimulasi optimal memang menjadi sorotan di tengah pandemi yang sudah berlangsung hampir 1,5 tahun ini. Pasalnya, semenjak ditutupnya sekolah kegiatan belajar mengajar lebih banyak menerapkan metode pembelajaran jarak jauh, yang tidak dapat menggantikan seratus persen apabila sekolah dilakukan tatap muka. Ketika belajar tatap muka di sekolah, anak mendapatkan berbagai informasi, pengalaman sosial, kesempatan, pembelajaran, serta aktivitas yang sangat memperkaya kemampuan motorik, psikososial dan kognitifnya.&nbsp;Di satu sisi, pembukaan sekolah untuk kegiatan belajar tatap muka berisiko tinggi untuk menjadi sumber penularan COVID-19, namun terdapat berbagai laporan bahwa selama pandemi anak berisiko putus sekolah, mengalami stress, dan berbagai ancaman lain yang berdampak pada kesejahteraan anak.</p>
<p>IDAI mendukung kegiatan belajar mengajar secara jarak jauh sejak bulan Mei 2020. Berdasarkan anjuran IDAI pada saat itu, pembukaan sekolah dapat dilakukan dengan memerhatikan situasi COVID-19 di Indonesia. Pada bulan Desember 2020, IDAI menyarankan bahwa keputusan pembukaan sekolah untuk pembelajaran tatap muka dapat berbeda antar daerah dengan mempertimbangkan situasi setempat. Pemerintah daerah disarankan untuk berkonsultasi dengan dinas kesehatan setempat dan juga organisasi profesi kesehatan. Seiring dengan situasi dan penyebaran COVID-19 saat ini, pada bulan April 2021 IDAI menghimbau bahwa PTM belum direkomendasikan. Apabila sekolah tetap akan dibuka untuk kegiatan PTM, maka angka positif kasus COVID-19 di daerah tersebut harus berada di bawah angka 5% dengan menurunnya tingkat kematian. Saran tersebut masih berlaku saat ini, terutama dalam keadaan jumlah kasus meningkat pesat dan banyak terjadi kematian akibat COVID-19.</p>
<p>Apabila keadaan memenuhi syarat epidemiologi untuk dinyatakan cukup aman, IDAI merekomendasikan beberapa persyaratan baik bagi penyelenggara pendidikan, orangtua dan juga peserta didik dalam menjalankan PTM. Beberapa syarat tersebut antara lain adalah kelengkapan vaksinasi, penyediaan sarana cuci tangan di sekolah, pengaturan jam masuk, pencegahan kerumunan di sekolah, dan pemetaan siswa dan orang tua yang memiliki komorbid. Sekolah juga disarankan melakukan swab berkala bagi para guru dan tenaga pengajar lain serta memiliki tim pelacakan kontak <em>(tracing)</em> dan alur mitigasi bila ada yang terkonfirmasi positif. Untuk sekolah yang berasrama, siswa dan guru disarankan tidak keluar masuk lokasi asrama dan sekolah dan tidak diperkenankan adanya orang atau pihak luar yang keluar masuk asrama selain dari waktu yang telah ditentukan pihak sekolah. Orangtua atau wali yang datang berkunjung juga disarankan sudah melakukan tes PCR SARS-COV-2.</p>
<p>Mengingat bahwa pandemi COVID-19 ini belum dapat diperkirakan waktu berakhirnya, maka IDAI juga menyarankan agar sekolah menyediakan fasilitas blended learning sehingga orangtua dapat memilih apakah anak akan mengikuti pembelajaran jarak jauh atau tatap muka. Inovasi juga perlu dilakukan pihak sekolah seperti belajar di alam, taman, lapangan, atau lokasi lain yang berupa ruangan terbuka.</p>
<p>Orangtua yang menyetujui anaknya untuk mengikuti PTM wajib menjaga disiplin penggunaan masker dan juga melatih anak untuk disiplin menggunakan masker saat berada di lingkungan sekolah. Etika batuk, etika bersin, serta kesadaran untuk mencuci tangan juga merupakan hal yang harus diajarkan orangtua kepada anak sebelum memulai PTM. Apabila anak mengalami gejala demam, batuk, pilek, bersin, muntah ataupun diare, orangtua wajib tanggap memberi tahu pihak sekolah dan segera melakukan pemeriksaan terhadap anak tersebut.</p>
<p>Berbagai rekomendasi IDAI mengenai pembukaan sekolah di masa pandemi dapat dilihat <a href="https://www.idai.or.id/tentang-idai/pernyataan-idai/rekomendasi-ikatan-dokter-anak-indonesia-mengenai-pembukaan-sekolah-di-masa-pandemi" target="_blank" rel="noopener">di sini</a>.</p>
<p>&nbsp;</p>
<p>penulis:</p>
<p>Dini Mirasanti (PrimaKu), Madarina Julia (PrimaKu, ed)</p>
<p>&nbsp;</p>
<p>Bahan bacaan:</p>
<ol>
<li>Anjuran Ikatan Dokter Anak Indonesia mengenai kegiatan belajar mengajar di masa pandemi COVID-19 (30 Mei 2020)</li>
<li>Pendapat Ikatan Dokter Anak Indonesia mengenai rencana transisi pembelajaran tatap muka (1 Desember 2020)</li>
<li>Rekomendasi IDAI mengenai pembukaan sekolah di masa pandemi (pemutakhiran 27 April 2021)</li>
</ol>

Sekolah tatap muka mulai, sudah siapkah kita?

sekolah-tatap-muka-mulai--sudah-siapkah-kita-

<p>Apakah bunda memiliki bayi prematur, dan saat ini sedang bingung kapan bayi prematur harus diimunisasi? Apakah aman jika bayi prematur diimunisasi? Temukan jawabannya disini yuk bund!</p>
<h2>Imunisasi untuk bayi Prematur</h2>
<p>Bayi prematur dapat diimunisasi sesuai usia kronologisnya (lihat artikel tentang usia koreksi vs. usia kronologis ), yaitu usia sesungguhnya bayi terlahir di dunia ini. Tentu saja jika kondisi bayi stabil dan baik. Misalnya, jika bayi normal dapat diimunisasi DPT pada usia 2 bulan, atau paling cepat pada usia 6 minggu, maka bayi prematur juga dapat diimunisasi DPT pada usia kronologis 2 bulan, mengikuti jadwal imunisasi IDAI 2020.</p>
<h2>Perhatian khusus untuk vaksin Hepatitis B&nbsp;</h2>
<p>Pada bayi prematur dengan berat lahir &lt; 2000 gram, imunisasi hepatitis B sebaiknya ditunda hingga usia bayi mencapai 1 bulan atau berat badan mencapai 2000 gram. Hal ini karena di bawah usia kronologis 1 bulan, respon imun yang dihasilkan untuk imunisasi tersebut belum adekuat.</p>
<p>Namun, jika ibu bayi berstatus HBsAg positif, maka bayi prematur harus mendapat imunisasi Hepatitis B DAN hepatitis B imunoglobulin (HBIg) dalam 12 jam pertama kehidupan. Apabila bayi prematur &lt; 2000 gram diimunisasi hepatitis B, maka dosis yang diberikan saat lahir ini tidak dianggap dosis primer, sehingga harus diulang kembali saat usia 1 bulan atau bersamaan dengan vaksin DTP combo.&nbsp;</p>
<p>Bayi prematur rentan mengalami komplikasi akibat infeksi/penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, sehingga imunisasi sesuai jadwal rekomendasi menjadi sangat penting. Ibu tidak perlu mengkhawatirkan keamanan vaksin untuk bayi prematur karena vaksin yang tersedia saat ini aman diberikan untuk bayi cukup bulan maupun bayi prematur. Risiko terjadinya efek samping terkait vaksin tidak berbeda antara bayi prematur dengan bayi cukup bulan. Pada beberapa jenis vaksin, kekebalan yang dihasilkan tubuh bayi prematur pasca imunisasi memang tidak setinggi pada bayi cukup bulan, namun tetap menghasilkan kadar antibodi yang protektif.</p>
<p>Jadi jangan ragu lagi untuk segera melakukan imunisasi bayi prematur sesuai jadwal ya bunda! Yuk kita lindungi anak-anak kita dari penyakit yang sudah ada pencegahannya!</p>
<p>&nbsp;</p>
<h2>Daftar bacaan:</h2>
<ol>
<li>Gagneur A, Pinquier D, Quach C. Immunization of preterm infants. Hum Vaccin Immunother.&nbsp;2015 Nov; 11(11): 2556&ndash;2563.</li>
<li>https://www.healthychildren.org/English/safety-prevention/immunizations/Pages/Immunizations-For-Preterm-Babies.aspx</li>
<li>Saari TN. Immunization of preterm and low birth weight infants. American Academy of Pediatrics Clinical Report. Pediatrics 2003;112;193</li>
</ol>

Galau Imunisasi Bayi Prematur

galau-imunisasi-bayi-prematur

<p>Isolasi mandiri saat ini masih menjadi tata laksana kasus covid terkonfirmasi tanpa gejala dan gejala ringan, kasus suspek dan probabel covid dengan gejala ringan. Saat isolasi mandiri perlu pengukuran dan pencatatan suhu, denyut nadi dan saturasi oksigen dua kali sehari pukul 7 pagi, dan 19 malam. Orangtua juga perlu menyimpan nomor kontak tenaga kesehatan yang dapat dihubungi jika dijumpai tanda-tanda bahaya selama isolasi mandiri.</p>
<p>&nbsp;</p>
<p>Apa saja tanda bahaya yang perlu diwaspadai?</p>
<ul>
<li>Demam terus menerus</li>
<li>Anak tampak sesak dengan napas cuping hidung (hidung kembang kempis saat bernapas), dan tarikan dinding dada</li>
<li>Napas cepat dan tampak cekungan dinding dada, hidung kembang kempis
<ul>
<li>0-2 bulan: &gt; 60x/menit</li>
<li>2-12 bulan: &gt; 50x/menit</li>
<li>1-5 tahun: &gt; 40x/menit</li>
<li>Di atas 5 tahun: &gt; 30x/menit</li>
</ul>
</li>
<li>Saturasi oksigen &lt; 95%</li>
<li>Anak muntah/diare berulang, disertai tanda-tanda dehidrasi
<ul>
<li>Buang air kecil berkurang/jarang</li>
<li>Mata tampak cekung dan kering</li>
<li>Tidak keluar air mata ketika menangis</li>
<li>Bibir dan bagian dalam mulut tampak kering</li>
</ul>
</li>
<li>Anak tampak lemas dan tangan/kaki teraba dingin</li>
<li>Asupan anak sangat berkurang/ anak tidak mau menyusu</li>
<li>Penurunan kesadaran/sulit dibangunkan</li>
<li>Kejang</li>
</ul>
<p>&nbsp;</p>
<p>Pada anak telah dijumpai manifestasi berat yang mengenai berbagai organ, atau yang biasa disebut MISC (multisystem inflammatory syndrome in children). Pada kondisi ini, justru gejala klasik seperti batuk/pilek jarang dijumpai. Namun orang tua perlu waspada apabila terdapat demam &sup3; 3 hari, dengan disertai tanda seperti ruam, mata merah, mulut/bibir merah, lidah stroberi, kemerahan pada telapak tangan dan kaki, pada perabaan telapak tangan/kaki terasa basah dan dingin, dan jika dijumpai keterlibatan saluran cerna berupa muntah atau diare.</p>
<p>&nbsp;</p>
<p>Jika orangtua menjumpai tanda-tanda di atas, segera bawa anak ke fasilitas kesehatan terdekat atau hubungi nomor tenaga kesehatan&nbsp; agar tata laksana si kecil tidak terlambat.</p>
<p>&nbsp;</p>
<p>Referensi:&nbsp;</p>
<ol>
<li>Ikatan Dokter Anak Indonesia. Buku diary panduan isolasi mandiri anak. 28 Juni 2021</li>
<li>Buku Pedoman tatalaksana covid-19. Edisi ke-3. Desember 2020 Diterbitkan oleh 5 organisasi profesi: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)</li>
</ol>

Tanda bahaya COVID-19 pada anak

tanda-bahaya-covid-19-pada-anak

<p>Halo Sahabat PrimaKu!</p>
<p>Kalau bicara soal demam pada anak, pasti Sahabat PrimaKu punya pengalaman pribadi masing-masing menghadapi kondisi demam si kecil. Mungkin ada yang kebingungan saat pertama kali anak demam mendadak saat bangun pagi, atau panik ketika anak mulai tidak mau makan atau menggigil. Apa saja sih penyakit yang umumnya menyebabkan demam pada anak? Apakah ada pertolongan pertama yang bisa dilakukan kalau anak demam?</p>
<p>Untuk membantu masyarakat mengenali kondisi demam dan pertolongan pertama pada anak, PrimaKu bersama Taisho membuat 7 video edukasi untuk membantu mengingatkan Mama-Mama Indonesia menghadapi demam pada anak. Jadi disimak baik-baik ya videonya!</p>
<h3>1. Ingat Mama, telapak tangan bukan alat ukur demam!</h3>
<p><iframe src="https://www.youtube.com/embed/fKXWxf__jZo" width="560" height="315" frameborder="0" allowfullscreen="allowfullscreen"></iframe></p>
<p>&nbsp;</p>
<h3>2. Ingat Mama, kenali gejala demam berdarah!</h3>
<p><iframe src="https://www.youtube.com/embed/jPwdFNs_H-g" width="560" height="315" frameborder="0" allowfullscreen="allowfullscreen"></iframe></p>
<p>&nbsp;</p>
<h3>3. Ingat Mama, kenali demam COVID19 pada anak!</h3>
<p><iframe src="https://www.youtube.com/embed/JgVLHLlDzZM" width="560" height="315" frameborder="0" allowfullscreen="allowfullscreen"></iframe></p>
<p>&nbsp;</p>
<h3>4. Ingat Mama, kenali demam tumbuh gigi anak!</h3>
<p><iframe src="https://www.youtube.com/embed/7PxhJOp_xsU" width="560" height="315" frameborder="0" allowfullscreen="allowfullscreen"></iframe></p>
<p>&nbsp;</p>
<h3>5. Ingat Mama, kenali demam anak pasca imunisasi!</h3>
<p><iframe src="https://www.youtube.com/embed/fhZuymJrn_w" width="560" height="315" frameborder="0" allowfullscreen="allowfullscreen"></iframe></p>
<p>&nbsp;</p>
<h3>6. Ingat Mama, kenali kejang demam pada anak!</h3>
<p><iframe src="https://www.youtube.com/embed/FqKBDRds5Ko" width="560" height="315" frameborder="0" allowfullscreen="allowfullscreen"></iframe></p>
<p>&nbsp;</p>
<h3>7. Ingat Mama, lakukan ini Ketika anak demam!</h3>
<p><iframe src="https://www.youtube.com/embed/5HT8QJl_MiU" width="560" height="315" frameborder="0" allowfullscreen="allowfullscreen"></iframe></p>
<p>&nbsp;</p>
<p>Jadi kalau anak demam, tidak perlu bingung lagi Sahabat PrimaKu, tinggal diingat-ingat lagi videonya ya.</p>
<p>Semoga informasinya bermanfaat ya, Salam Sehat PrimaKu!</p>
<p>&nbsp;</p>
<p><em>------&nbsp;</em></p>
<p><em>Artikel dan rangkaian video edukasi masyarakat ini diproduksi sebagai bentuk kerjasama PrimaKu bersama Taisho.</em></p>
<p><em>&nbsp;</em></p>

Ingat Mama, Kenali Tanda-Tanda Demam pada Anak!

ingat-mama--kenali-tanda-tanda-demam-pada-anak-

<p><img src="https://primaku.com/app/images/mengurangiresikoobesitasanak.jpg" alt="Infografis PrimaKu - H4H 4" width="400" height="1527" /></p>
<p>&nbsp;</p>
<p>------&nbsp;</p>
<p><em>Infografis ini diproduksi sebagai bentuk kerjasama PrimaKu bersama Hydration for Health.</em></p>
<p><em>Untuk mengunduh gambar infografis, silahkan klik <a href="http://bit.ly/2NHi2JT" target="_blank" rel="noopener">di sini</a>.</em></p>
<p><em>Untuk informasi lebih lanjut mengenai pengaruh air di kesehatan, kunjungi halaman <a href="http://www.hydrationforhealth.com" target="_blank" rel="noopener">www.hydrationforhealth.com</a>.</em></p>

[INFOGRAFIS] Hidrasi Sehat Mengurangi Risiko Obesitas Pada Anak

-infografis--hidrasi-sehat-mengurangi-risiko-obesitas-pada-anak

<p>Narasumber: dr. Titis Prawitasari, Sp.A(K)</p>
<p>&nbsp;</p>
<p>Hidrasi sehat adalah jumlah atau volume air yang cukup sesuai kebutuhan untuk hidup sehat. Terjadinya dehidrasi dapat mengakibatkan berbagai masalah bagi tubuh dan berpengaruh terhadap kesehatan anak misalnya menganggu metabolisme tubuh sehingga meningkatkan risiko terjadinya obesitas pada anak.</p>
<p>Obesitas anak merupakan epidemi global. Berdasarkan data UNICEF, WHO dan World Bank pada laporannya di tahun 2018, prevalensi overweight atau kelebihan berat badan pada anak usia di bawah 5 tahun (balita) di seluruh dunia diperkirakan mencapai 38 juta anak atau sekitar 5,6% dari jumlah total populasi. Sekitar 17 juta di antaranya dialami oleh anak-anak yang berada di wilayah Asia.</p>
<p>Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar selama 10 tahun terakhir, terdapat sedikit penurunan prevalensi overweight dan obesitas pada balita, yaitu dari 11,9% pada tahun 2013 menjadi 8,0% pada 2018. Sedangkan obesitas pada anak di atas 15 tahun justru meningkat hampir dua kali lipat dalam kurun waktu 2007-2018. Walaupun hasil ini harus diartikan dengan hati-hati, mengingat data yang ada merupakan gabungan antara data anak dan dewasa.</p>
<p>&nbsp;</p>
<h2>Pengaruh Obesitas pada Anak</h2>
<p>Pertambahan berat badan yang berlebihan pada masa kanak-kanak merupakan masalah bagi kesehatan karena dapat menetap hingga dewasa kelak. Disisi lain perilaku dan gaya hidup sehat dengan membiasakan pemberian makanan yang sehat serta konsumsi air minum yang cukup merupakan salah satu tindakan kunci untuk pencegahan obesitas.</p>
<p>Muckelbauer, dkk menunjukkan bahwa program hidrasi sehat di sekolah dasar, dengan meningkatkan penyediaan failitas akses air minum di sekolah dan juga pemberian edukasi tentang hidrasi sehat merupakan strategi yang efisien untuk menurunkan risiko kelebihan berat badan sebesar 31% di kelompok yang diteliti.</p>
<p>Dampak jangka panjang obesitas sering dikaitkan dengan terjadinya penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, diabetes, tekanan darah tinggi serta penyakit metabolik lainnya</p>
<p>&nbsp;</p>
<h2>Konsumsi Air Penting untuk Mencegah Obesitas Anak</h2>
<p>Salah satu faktor penyebab obesitas pada anak adalah pola makan atau minum yang tidak sehat seperti makanan atau minuman dengan kalori yang berlebihan, tinggi kandungan lemak jenuh dan minuman tinggi gula yang apabila dikonsumsi terlalu sering akan menyebabkan obesitas pada anak.</p>
<p>Beberapa studi membuktikan bahwa konsumsi minuman non-kalori yaitu air putih memberikan beberapa manfaat seperti:</p>
<ol>
<li>Mengurangi penambahan berat badan.</li>
<li>Meningkatkan oksidasi lemak dan memberi rasa kenyang.</li>
<li>Mencegah anak memilih minuman lain yang tinggi kalori.</li>
</ol>
<p>&nbsp;</p>
<h2>Berapa Jumlah Air Minum yang Dibutuhkan Anak Setiap Harinya?</h2>
<p>Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) tahun 2019 adalah sebagai berikut :</p>
<ul>
<li>Usia 1-3 tahun: 920 ml atau sekitar 4-5 gelas per hari</li>
<li>Usia 4-6 tahun: 1160 atau sekitar 6 gelas per hari</li>
<li>Usia 7-12 tahun: 1320 ml atau sekitar 7 gelas per hari</li>
</ul>
<p>Kebutuhan di atas adalah kebutuhan cairan minimal dari minuman, dan bisa lebih tergantung dari aktivitas, iklim, kondisi tubuh, dll.</p>
<p>&nbsp;</p>
<h2>Menentukan Air Minum yang Berkualitas</h2>
<p>Selain memperhatikan jumlah air yang dikonsumsi, pemilihan sumber air minum yang berkualitas untuk mendukung hidrasi sehat pada anak juga sangat penting.</p>
<p>Berdasarkan syarat yang ditetapkan dalam Permenkes no. 492 tahun 2010, ciri air minum yang baik adalah: tidak berbau, tidak berwarna (jernih), tidak berasa, dan tidak mengandung zat berbahaya bagi tubuh.</p>
<p>Orangtua sangat besar peranannya untuk menjamin sumber air minum untuk anak sudah sesuai dengan persyaratan di atas serta berkualitas</p>
<p>&nbsp;</p>
<h2>Tips Hidrasi Sehat untuk Mengurangi Risiko Obesitas</h2>
<h3>a. Pola makan seimbang:</h3>
<ol>
<li>Menu makanan sesuai anjuran usia.</li>
<li>Hindari makanan/minuman yang mengandung kadar gula yang tinggi.&nbsp;</li>
</ol>
<h3>b. Cukupi hidrasi sehat dengan mengonsumsi air minum secara rutin:</h3>
<ul>
<li>1-3 tahun: 5 gelas</li>
<li>4-6 tahun: 6 gelas</li>
<li>7-12 tahun: 7 gelas</li>
</ul>
<p>Untuk mendukung anak supaya minum dapat diberikan botol minuman berkarakter yang menarik dan lucu, sehingga membuat anak lebih tertarik.</p>
<h3>c. Mendorong anak untuk selalu beraktivitas dan bergerak sesuai usianya:</h3>
<ol>
<li>Berolahraga</li>
<li>Bermain</li>
<li>Membantu kegiatan Ibu</li>
</ol>
<p>Batasi dan ingatkan jika anak duduk dan bermain gadget terlalu lama serta pastikan anak memiliki waktu tidur yang cukup.</p>
<p>&nbsp;</p>
<p><strong>Referensi:</strong></p>
<ol>
<li>Pardede, S., Hardinsyah, Santoso, B., &amp; Siregar, P. (2019). Hidrasi Sehat. Centra Communications.</li>
<li>Rosinger AY, Bethancourt H, Francis LA. Association of Caloric Intake From Sugar-Sweetened Beverages With Water Intake Among US Children and Young Adults in the 2011-2016 National Health and Nutrition Examination Survey. JAMA Pediatr. 2019; 173(6):602-604.</li>
<li>Benton, et al. The Effect of the Consumption of Water on the Memory and Attention of Children. 2009.</li>
<li>Edmonds, et al. Should Children Drink More Water? The Effects of Drinking Water on Cognition on Children. 2009.</li>
<li>Khan, et al. A 4-d Water Intake Intervention Increases Hydration and Cognitive Flexibility among Preadolescent Children. 2019</li>
<li>US Department of Health and Human Services, US Department of Agriculture. 2015-2020 Dietary Guidelines for Americans. 8th ed. http://health.gov/dietaryguidelines/2015/guidelines/. Published December 2015. Accessed September 15, 2018.</li>
<li>Malik VS, Popkin BM, Bray GA, Despr&eacute;s J-P, Hu FB. Sugar-sweetened beverages, obesity, type 2 diabetes mellitus, and cardiovascular disease risk. Circulation. 2010;121(11):1356-1364. doi:10.1161/CIRCULATIONAHA.109.876185</li>
<li>Wang YC, Ludwig DS, Sonneville K, Gortmaker SL. Impact of change in sweetened caloric beverage consumption on energy intake among children and adolescents. Arch Pediatr Adolesc Med. 2009;163(4):336-343. doi:10.1001/archpediatrics.2009.23</li>
<li>Schwartz AE, Leardo M, Aneja S, Elbel B. Effect of a school-based water intervention on child body mass index and obesity. JAMA Pediatr. 2016;170(3):220-226. doi:10.1001/jamapediatrics.2015.3778</li>
<li>National Center for Health Statistics. National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES): MEC In-Person Dietary Interviewers Procedures Manual. https://wwwn.cdc.gov/nchs/data/nhanes/2015-2016/manuals/2016_MEC_In-Person_Dietary_Interviewers_Procedu res_Manual.pdf. Published January 2016. Accessed September 1, 2018.</li>
<li>Gibson RS. Principles of Nutritional Assessment. New York, NY: Oxford University Press; 2005.</li>
<li>Rosinger A, Herrick K, Gahche J, Park S. Sugar-sweetened beverage consumption among US youth, 2011-2014. National Center for Health Statistics Data Brief 271. https://www.cdc.gov/nchs/data/databriefs/db271.pdf. Published January 2017. Accessed September 15, 2018.</li>
<li>Idai.co.id.&rsquo;Kebutuhan air pada anak&rsquo;. https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/kebutuhan-air-pada-anak. 26 oktober 2016.25 Sept 2020.</li>
<li>Permenkes Nomor 492/MENKES/PER/IV/2010</li>
<li>Permenkes Nomor 28 Tahun 2019 Tentang Angka yang Dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia.</li>
<li>de Onis M, Blossner M, Borghi E. Global prevalence and trends of overweight and obesity among preschool children. Am J Clin Nutr. 2010;92(5):1257-1264.</li>
<li>Muckelbauer R, Barbosa CL, Mittag T, Burkhardt K, Mikelaishvili N, Muller-Nordhorn J. Association between water consumption and body weight outcomes in children and adolescents: A systematic review. Obesity. 2014;22(12):2462-2475</li>
<li>Malik VS, Hu FB. Sugar-Sweetened Beverages and Cardiometabolic Health: An Update of the Evidence. Nutrients. 2019;11(8),1840.</li>
<li>Liang Y, Hou D, Zhao X, Wang L, Hu Y, Liu J, Cheng H, et al. Childhood obesity affects adult metabolic syndrome and diabetes. Endocrine. 2015;50(1):87-92</li>
<li>Leung CW, DiMatteo SG, Gosliner WA, Ritchie LD. Sugar-Sweetened Beverage and Water Intake in Relation to Diet Quality in U.S. Children. Am J Prev Med. 2018;54(3):394-402.</li>
</ol>
<p>&nbsp;</p>
<p>------&nbsp;</p>
<p><em>Artikel ini diproduksi sebagai bentuk kerjasama PrimaKu bersama Hydration for Health. Untuk informasi lebih lanjut mengenai pengaruh air di kesehatan, kunjungi halaman <a href="http://www.hydrationforhealth.com" target="_blank" rel="noopener">www.hydrationforhealth.com</a>.</em></p>

Hidrasi Sehat Mengurangi Risiko Obesitas Pada Anak

hidrasi-sehat-mengurangi-risiko-obesitas-pada-anak

<p><img src="https://primaku.com/app/images/hidrasisehat.jpg" alt="Infografis PrimaKu - H4H 3" width="400" height="1176" /></p>
<p>&nbsp;</p>
<p><em>------&nbsp;</em></p>
<p><em>Infografis ini diproduksi sebagai bentuk kerjasama PrimaKu bersama Hydration for Health.</em></p>
<p><em>Untuk mengunduh gambar infografis, silahkan klik <a href="http://bit.ly/3aDlvCE" target="_blank" rel="noopener">di sini.</a></em></p>
<p><em>Untuk informasi lebih lanjut mengenai pengaruh air di kesehatan, kunjungi halaman <a href="http://www.hydrationforhealth.com" target="_blank" rel="noopener">www.hydrationforhealth.com</a>.</em></p>

Terlambat Imunisasi, harus bagaimana?

Terlambat Imunisasi, harus bagaimana?

Sekolah tatap muka mulai, sudah siapkah kita?

Sekolah tatap muka mulai, sudah siapkah kita?

Galau Imunisasi Bayi Prematur

Galau Imunisasi Bayi Prematur

Tanda bahaya COVID-19 pada anak

Tanda bahaya COVID-19 pada anak

Ingat Mama, Kenali Tanda-Tanda Demam pada Anak!

Ingat Mama, Kenali Tanda-Tanda Demam pada Anak!

[INFOGRAFIS] Hidrasi Sehat Mengurangi Risiko Obesitas Pada Anak

[INFOGRAFIS] Hidrasi Sehat Mengurangi Risiko Obesitas Pada Anak

Hidrasi Sehat Mengurangi Risiko Obesitas Pada Anak

Hidrasi Sehat Mengurangi Risiko Obesitas Pada Anak

[INFOGRAFIS] Hidrasi Sehat Mendukung Performa Fisik Pada Anak

[INFOGRAFIS] Hidrasi Sehat Mendukung Performa Fisik Pada Anak