Kehadiran si kecil sebagai anggota baru keluarga tentu menjadi momen yang sangat membahagiakan. Setiap orangtua tentu sangat ingin putra/i nya tumbuh dan berkembang optimal. Kita tahu bahwa setiap anak memiliki kecepatan pencapaian pertumbuhan dan perkembangannya sendiri, tetapi tentu kita ingin bahwa setiap anak mencapainya dalam rentang usia normal dicapainya kemampuan tersebut. Nah kali ini Sahabat PrimaKu akan diajak menilik empat ranah perkembangan bagi bayi usia 0-3 bulan. Yuk siapkan ceklis untuk memantau perkembangan adik! &nbsp;Motor kasarceklis perkembangan:<ul><li>﻿﻿Dapat mengangkat kepala dan dada saat tummy time (kepala dan dada akan semakin tegak ketika bayi makin mendekati usia 3 bulan). Tummy time adalah waktu saat bayi terjaga dan beraktivitas pada posisi tengkurap (di atas perutnya). </li><li>Saat diposisikan tengkurap, bayi berusaha mendorong batang badan ke atas menggunakan lengan</li><li>Dapat menggerakkan lengan dan tungkai bawah melawan gravitasi saat diposisikan terlentang, terutama saat bayi senang/semangat.</li><li>Saat terlentang, bayi dapat mempertahankan kepala di garis tengah tubuh untuk melihat mainan atau wajah orangtua</li></ul>Hati-hati jika:<ul><li>Bayi tampak kesulitan mengangkat kepala di usia 3 bulan </li><li>Lengan dan/ atau tungkai bawah tampak kaku dan hanya sedikit bergerak</li><li>Tangan masih mengepal (tidak dapat membuka telapak tangan)</li><li>Saat diposisikan terlentang, kepala selalu terdorong ke belakang sehingga badan tampak melengkung ke atas seperti busur</li><li>Saat diposisikan berdiri bayi tidak dapat menjejakkan kaki ke alas yang keras di usia 4 bulan (bayi keplek)</li></ul> &nbsp;Motor halusceklis perkembangan::<ul><li>Dapat mengepalkan dan membuka telapak tangan</li><li>Dapat memasukkan tangan ke mulut</li><li>Bayi berusaha meraih mainan yang diletakkan di atas dadanya</li><li>Bayi menggenggam mainan dan menggerakkannya</li></ul>Hati-hati jika:<ul><li>Bayi tidak dapat menggenggam dan memegang mainan di usia 3 bulan</li><li>Bayi tidak berusaha meraih mainan di usia 4 bulan</li><li>Bayi tidak membawa mainan/objek menggunakan tangan ke mulutnya di usia 4 bulan</li></ul>&nbsp;Bahasa &amp; Kognitifceklis perkembangan::﻿﻿<ul><li>Saat terlentang, bayi secara visual dapat mengikuti gerakan mainan/objek yang digerakkan dari sisi ke sisi </li><li>Tampak tertarik memperhatikan wajah orangtua</li><li>Ada kontak mata</li><li>Dapat ditenangkan dengan sentuhan, gerakan, atau suara lembut</li><li>Senang mengeksplorasi berbagai gerakan (diayun, diajak bermain menggerakkan tangan/kaki, bouncing)</li><li>Bayi dapat tersenyum sebagai respon terhadap suara/wajah orangtua</li><li>Mengarahkan kepala ke arah suara</li><li>Cooing (bunyi vokal seperti ooohhh, aahhhh)</li></ul>Hati-hati jika:<ul><li>﻿﻿Bayi tidak dapat mengikuti gerakan objek secara visual</li><li>Sering tampak tidak nyaman atau tidak suka dipeluk</li><li>Tidak menangis saat lapar atau tidak nyaman</li><li>Tidak ada cooing/babbling (mengoceh)</li><li>Bayi babbling namun tidak berusaha menirukan suara orangtua di usia 3-4 bulan</li></ul>&nbsp;Personal sosialceklis perkembangan:﻿﻿<ul><li>Ada senyum sosial atau senyum yang muncul saat berinteraksi dengan orang lain</li><li>Senang bermain dan berinteraksi dengan orang lain</li><li>Bayi semakin komunikatif dengan menggunakan ekspresi wajah atau gerakan tubuh</li><li>Dapat mengikuti ekspresi wajah dan gerakan sederhana seperti menyembur/meniup, dan membuka mulut.</li></ul>Hati-hati jika:<ul><li>Tidak tampak berespon terhadap suara/suara keras </li><li>Tidak ada kontak mata/senyum terhadap orangtua</li><li>tidak ada senyum sosial</li></ul>&nbsp;﻿﻿Bahan bacaan:<ol><li>Altmann T, Hill DL, Shelov SP, Hannemann RE. Caring for Your Baby and Young Child: Birth to Age 5. 7th ed. 2019. New York: Bantam Books</li><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://pathways.org/growth-development/0-3-months/milestones/" title="https://pathways.org/growth-development/0-3-months/milestones/">https://pathways.org/growth-development/0-3-months/milestones/ </a></li><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://healthychildren.org/english/ages-stages/baby/Pages/default.aspx" title="https://healthychildren.org/english/ages-stages/baby/Pages/default.aspx">https://healthychildren.org/english/ages-stages/baby/Pages/default.aspx </a></li><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://healthychildren.org/English/ages-stages/baby/Pages/Developmental-Milestones-3-Months.aspx" title="https://healthychildren.org/English/ages-stages/baby/Pages/Developmental-Milestones-3-Months.aspx">https://healthychildren.org/English/ages-stages/baby/Pages/Developmental-Milestones-3-Months.aspx</a></li></ol>

Cek perkembangan anak 0-3 bulan!

cek-perkembangan-anak-0-3-bulan-

Proses menyusui memang sekilas tampak
natural dan mudah, tetapi sebenarnya<w:sdt sdttag="goog_rdk_0" id="741136635">,</w:sdt>
agar ibu dapat menyusui eksklusif bayi dan berhasil menyusui hingga 2 tahun,
perlu <w:sdt sdttag="goog_rdk_1" id="1964229826">persiapan</w:sdt><w:sdt showingplchdr="t" sdttag="goog_rdk_2" id="-1139880661">&nbsp;</w:sdt>sejak dini. Menurut WHO, diperlukan setidaknya 7 kali
kontak konsultasi laktasi sejak ibu hamil sampai bayi lahir dan menyusui:<o:p></o:p><ul><li class="msonormal">Kontak ke-1: saat hamil<o:p></o:p></li><li class="msonormal">Kontak ke-2: saat melahirkan dan inisiasi
menyusui dini<o:p></o:p></li><li class="msonormal">Kontak ke-3: setelah melahirkan (hari ke
1-3)<o:p></o:p></li><li class="msonormal">Kontak ke-4: 1-2 minggu setelah melahirkan<o:p></o:p></li><li class="msonormal">Kontak ke-5: <w:sdt sdttag="goog_rdk_3" id="1387610394">1&nbsp;</w:sdt>bulan setelah melahirkan/ nifas hari ke-40<o:p></o:p></li><li class="msonormal">Kontak ke-6: 3-4 bulan setelah melahirkan (early infancy)<o:p></o:p></li><li class="msonormal">Kontak ke-7: 6 bulan setelah melahirkan,
saat bayi mulai MPASI</li></ul><w:sdt sdttag="goog_rdk_6"> </w:sdt><w:sdt sdttag="goog_rdk_6" id="1512720224">K</w:sdt>ontak tambahan <w:sdt sdttag="goog_rdk_8" id="2119718252">bisa dilakukan bila</w:sdt><w:sdt showingplchdr="t" sdttag="goog_rdk_9" id="2001381888">&nbsp;</w:sdt>diperlukan<w:sdt sdttag="goog_rdk_10" id="525218515">,</w:sdt> misalnya pada persiapan ibu <w:sdt sdttag="goog_rdk_11" id="438878352">kembali </w:sdt>bekerja, ibu yang menyusui
anak kembar, kondisi ibu dengan low milk supply,
atau kondisi lain yang<w:sdt sdttag="goog_rdk_12" id="-877476970"> membuat</w:sdt>
ibu <w:sdt sdttag="goog_rdk_13" id="-1459951865">me</w:sdt>rasa<w:sdt sdttag="goog_rdk_14" id="1483654464">kan</w:sdt> perlu<w:sdt sdttag="goog_rdk_15" id="-1955002443">nya</w:sdt> dukungan konselor laktasi.<o:p></o:p> Bimbingan Persiapan Menyusui (BPM) sejak
kehamilan bertujuan mempersiapkan kondisi psikis ibu, melakukan pemeriksaan
payudara dan puting, melakukan penyuluhan tentang manfaat ASI dan kerugian susu
formula, manfaat inisiasi menyusui dini (IMD), manfaat rawat gabung, serta
memberikan penyuluhan atau konsultasi gizi ibu hamil. <o:p></o:p> Pada masa menyusui, konsultasi laktasi
bermanfaat untuk membimbing ibu tentang <w:sdt sdttag="goog_rdk_16" id="-319805425">t</w:sdt>eknik
menyusui yang benar, posisi dan perlekatan, perawatan payudara pasca
persalinan, memantau masalah menyusui, konsultasi <w:sdt sdttag="goog_rdk_19" id="-1320038572">k</w:sdt>esehatan ibu dan bayi, serta
persiapan ibu <w:sdt sdttag="goog_rdk_21" id="-162013947">kembali </w:sdt>bekerja.
<o:p></o:p> &nbsp;Daftar bacaan:<o:p></o:p>



































Manajemen Laktasi. Perkumpulan perinatology
Indonesia. Revisi 2019<o:p></o:p>

Sudahkah ibu siap menyusui? Perhatikan waktu rekomendasi dari WHO!

sudahkah-ibu-siap-menyusui--perhatikan-waktu-rekomendasi-dari-who-

Masa remaja adalah masa ketika seorang anak
mengalami percepatan tumbuh dan kembang. Pada masa ini seorang anak memerlukan
nutrisi seimbang untuk mendukung pertumbuhan tulang, hormon, jaringan dan
organ, termasuk otak. Remaja yang sehat dan aktif biasanya memiliki nafsu makan
yang tinggi, sehingga penting sekali untuknya untuk mengkonsumi makanan yang
sehat dan seimbang, serta membatasi makanan yang tinggi garam, gula dan lemak. Saat ini, remaja dapat dengan mudah
mengakses informasi dari berbagai media elektronik. Tanpa bimbingan orangtua,
sangat mudah baginya untuk mengalami information
overload. Berbagai jenis diet kini beredar di media sosial, mulai dari diet
tinggi protein, diet rendah lemak, diet tanpa karbohidrat, diet vegetarian,
dll. Namun, mengeliminasi seluruh kelompok makanan tertentu, seperti misalnya
diet tanpa karbohidrat, atau membatasi kalori yang dimakan terlampau ketat
dapat berakibat negatif dan serius untuk kesehatan remaja. &nbsp;Remaja berdiet untuk berbagai tujuan. Ada
yang merasa harus memenuhi standar tertentu di masyarakat agar dapat diterima,
seperti misalnya konsep bahwa kurus itu cantik, atau badan berotot itu keren.
Ada yang berada dalam kondisi overweight/obesitas dan harus berusaha untuk
mencapai berat badan ideal. Ada yang memang memerlukan diet khusus untuk
menunjang aktivitas fisik, misalnya atlit.&nbsp;
&nbsp;Diet yang baik vs. burukKebiasaan makan yang baik harus memenuhi
nutrisi yang dibutuhkan tubuh untuk dapat menjalankan fungsi hariannya:
mengganti sel yang rusak, bertumbuh, menghasilkan energi, menjalankan fungsi
organ dll. Kebiasaan makan ini harus dapat memenuhi kebutuhan makronutrien
(karbohidrat, protein, lemak) dan mikronutrien (vitamin dan mineral) harian.
Untuk alasan inilah tak seorang pun boleh menjalani diet ekstrim tanpa lemak,
atau rendah/tanpa karbohidrat. Meskipun diet seperti ini tampak menurunkan
berat badan dalam waktu singkat, namun diet ini tidak dapat dipertahankan
jangka panjang. &nbsp;Kebutuhan nutrisi harian seharusnya
dipenuhi 50-60% dari karbohidrat, 10-15% protein, dan 20-30% dari lemak, dengan
memperhatikan batasan asupan garam, gula. Perbanyak konsumsi serat serta
kurangi konsumsi lemak jahat (lihat artikel “lemak sehat pada anak, perlukah
selektif?). Hindari tren “diet” yang mengajarkan kebiasaan buruk seperti
melewatkan sarapan, memakan terlalu sedikit kalori (anoreksia), tidak makan
salah satu jenis kelompok makanan sama sekali, atau memuntahkan makanan setelah
masuk ke lambung (bulimia). &nbsp;Bagaimana cara menurunkan berat badan dengan “sehat”? 
 
<ol style="margin-top:0cm" start="1" type="1">
 <li class="MsoNormal" style="color:black;mso-list:l0 level1 lfo1;border:none;
 mso-padding-alt:31.0pt 31.0pt 31.0pt 31.0pt;mso-border-shadow:yes">Makanlah berbagai jenis makanan yang berasal dari lima kelompok makanan secara bervariasi.&nbsp; </li>
</ol>a.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Karbohidrat: pilihlah sumber karbohidrat yang
merupakan karbohidrat kompleks seperti beras merah, umbi-umbian (kentang, ubi,
singkong, dll), atau yang berasal dari gandum utuh (whole grain), misalnya roti gandum, pasta, oatmeal. Karbohidrat kompleks akan menaikkan kadar gula dalam darah
lebih lambat (indeks glikemik lebih rendah), berada lebih lama di dalam lambung
karena tinggi serat, sehingga membuat seseorang tidak cepat lapar. b.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Protein: makanlah sumber protein yang berasal
dari daging sapi, ayam, ikan, telur serta sumber yang berasal dari tumbuhan
seperti tempe, tahu, kacang-kacangan. c.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Lemak: Pilihlah sumber makanan yang mengandung
lemak sehat (lihat artikel “lemak pada anak, haruskah selektif), dan kurangi
asupan lemak jenuh dan lemak trans. Salah satu caranya adalah dengan memasak
makanan dengan cara direbus, ditim, dipanggang, bukan digoreng, serta
menggunakan minyak zaitun untuk “dressing”
salad dan bukannya mayones. d.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Sayur dan buah: Konsumsilah sayur dan buah
setidaknya lima porsi dalam sehari. Hal ini dapat dipenuhi dengan selalu
menyediakan sayur saat makan besar, serta mengganti snack/kudapan dengan buah-buahan. e.&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp;&nbsp; Produk susu dan turunannya: remaja dapat
mengonsumsi susu untuk memenuhi kebutuhan kalsium hariannya. Pilih jenis
susu/turunan susu yang rendah lemak/tanpa lemak. <ol style="margin-top:0cm" start="2" type="1">
 <li class="MsoNormal" style="color:black;mso-list:l0 level1 lfo1;border:none;
 mso-padding-alt:31.0pt 31.0pt 31.0pt 31.0pt;mso-border-shadow:yes">Olahraga teratur</li>
</ol>Remaja memerlukan
aktivitas fisik dengan intensitas sedang-berat yang teratur, sekitar 60 menit
setiap hari. Dia juga harus melakukan aktivitas yang bersifat menguatkan
otot/tulang setidaknya sebanyak 3 kali seminggu. (lihat artikel “aktivitas
fisik pada anak sekolah dan remaja”)<ol style="margin-top:0cm" start="3" type="1">
 <li class="MsoNormal" style="color:black;mso-list:l0 level1 lfo1;border:none;
 mso-padding-alt:31.0pt 31.0pt 31.0pt 31.0pt;mso-border-shadow:yes">Batasi asupan gula, garam, dan lemak harian.</li>
</ol>Remaja perlu
membatasi asupan fast food, junk food,
makanan/minuman ringan (keripik kentang, soda, soft drink, boba milk tea, dsb) dan makanan-makanan manis yang
membuat mereka rentan memiliki pola makan tidak sehat. Pilihlah air putih
sebagai ganti minuman bersoda atau minuman bergula lainnya. <ol style="margin-top:0cm" start="4" type="1">
 <li class="MsoNormal" style="color:black;mso-list:l0 level1 lfo1;border:none;
 mso-padding-alt:31.0pt 31.0pt 31.0pt 31.0pt;mso-border-shadow:yes">Jangan lewatkan sarapan: penelitian menunjukkan bahwa anak yang
 tidak melewatkan sarapan memiliki performa yang lebih baik di sekolah,
 makan lebih sedikit sepanjang hari, dan berisiko lebih rendah untuk
 mengalami overweight.</li>
 <li class="MsoNormal" style="color:black;mso-list:l0 level1 lfo1;border:none;
 mso-padding-alt:31.0pt 31.0pt 31.0pt 31.0pt;mso-border-shadow:yes">Perhatikan porsi makan: berhentilah ketika kenyang, dan hindari
 mengudap karena tekanan sosial, “lapar mata”, ataupun menggunakan makanan
 sebagai pelampiasan emosi, seperti makan makanan manis ketika sedang
 marah, sedih atau sekadar “bad mood”.
 Porsi makan di restoran fast food
 memiliki porsi yang lebih besar daripada kebutuhan.</li><li class="MsoNormal" style="border: none;">Hindari memakan suplemen/obat khusus untuk menurunkan berat badan, kecuali setelah berkonsultasi dengan dokter! </li>
</ol><div> </div><div><div>Tanda bahaya “diet” pada remaja:</div><ul><li><div>tetap berdiet sekalipun berat badan normal</div></li><li><div>makan sembunyi-sembunyi, dan merasa “bersalah” saat makan</div></li><li><div>setiap saat memikirkan makanan</div></li><li><div>membatasi aktivitas sosial dan menghindari orang-orang dekat seperti keluarga dengan alasan makanan atau harus berolahraga</div></li><li><div>takut akan makanan</div></li><li><div>selalu menggunakan baju longgar untuk menyembunyikan tubuh yang terlampau kurus</div></li><li><div>memuntahkan makanan setelah menyantapnya</div></li><li><div>menggunakan obat-obatan atau laksatif untuk menurunkan berat badan</div></li><li><div>tubuh lemas, sering pusing, dan tidak bertenaga akibat tidak mau makan</div></li></ul><div> </div><div>Daftar bacaan:</div><ol><li><div>Gavin ML. The deals with diets.&nbsp;<a classname="e-rte-anchor" href="https://kidshealth.org/en/teens/dieting.html" title="https://kidshealth.org/en/teens/dieting.html" style="text-align: inherit;">https://kidshealth.org/en/teens/dieting.html</a></div></li><li>Dieting: Information for teens. Paediatr Child Health. 2004;9(7):495-508. doi:10.1093/pch/9.7.495</li><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2720872/" title="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2720872/">https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2720872/</a></li><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.aboutkidshealth.ca/Article?contentid=638&amp;language=English" title="https://www.aboutkidshealth.ca/Article?contentid=638&amp;language=English">https://www.aboutkidshealth.ca/Article?contentid=638&amp;language=English</a></li><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.nidirect.gov.uk/articles/healthy-eating-teenagers" title="https://www.nidirect.gov.uk/articles/healthy-eating-teenagers">https://www.nidirect.gov.uk/articles/healthy-eating-teenagers</a></li></ol></div>

Remaja diet, boleh tidak sih?

remaja-diet--boleh-tidak-sih-

Membentuk body image yang sehat pada remaja Body image, atau kadang-kadang diterjemahkan sebagai citra diri, adalah bagaimana seseorang mempersepsikan atau mencitrakan tubuhnya bila dibandingkan dengan gambaran atau kriteria tubuh ideal di dalam benaknya, 'Kriteria' ini mungkin sesuai atau tidak sesuai dengan kenyataan yang dihadapinya saat ini. Pada masa remaja, yang merupakan masa transisi dari masa anak ke masa dewasa, terjadi berbagai perubahan fisik, kognitif, dan emosional. Masa transisi ini sering mengakibatkan masalah body image atau citra diri. Remaja merasa tubuhnya tidak ideal. Mereka tidak nyaman, tidak puas dan tidak bahagia dengan bentuk dan ukuran tubuhnya.&nbsp; Bagaimanakah persepsi body image yang sehat bagi remaja?Body image yang sehat sangatlah penting. Remaja harus merasa bahagia, nyaman, dan dapat menerima tubuhnya. Rasa percaya diri dan kesehatan jiwa akan tercapai apabila remaja juga memiliki persepsi yang baik mengenai makan, makanan, dan aktivitas fisik. Body image yang sehat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti keluarga, perlakuan lingkungan atau teman sebaya, media sosial, latar belakang budaya, dan lain-lain. Perubahan yang terjadi akibat pubertas juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi body image. Selama masa pubertas, tubuh remaja mengalami berbagai perubahan fisik yang terjadi bersamaan dengan keinginan remaja untuk diterima oleh lingkungannya.&nbsp; Bagaimana peran orangtua dalam pembentukan body image yang sehat?Tentu saja banyak yang bisa Ayah/Ibu lakukan, yaitu:Ajak bicara anak dan dengarkan pendapat serta perasaan mereka﻿﻿Ayah/Ibu dapat mengajak anak berdiskusi mengenai perubahan bentuk tubuh selama masa pubertas. Tanyakan pada anak mengenai kekhawatiran atau ketakutannya akan perubahan bentuk tubuhnya. Jika anak mengalami kebingungan, berikan dukungan dan pastikan ia mengerti bahwa perubahan yang terjadi adalah bagian dari pertumbuhan yang normal. Diskusi mengenai gambaran tubuh di media sosial juga penting untuk dilakukan. Beberapa iklan maupun tayangan menimbulkan gambaran ideal yang tidak realistis bagi remaja. Ayah/Ibu dapat menjelaskan bahwa gambaran ideal di media bukan merupakan gambaran yang harus terjadi di kehidupan nyata.&nbsp; Fokus pada anak sebagai manusia seutuhnya﻿﻿Pujilah anak untuk kemampuan dan pencapaiannya, bukan untuk penampilan atau bentuk tubuhnya. Ayah/Ibu dapat mendorong anak agar puas dan bangga terhadap prestasi atau hal-hal yang tidak berkaitan dengan penampilan fisik, seperti selera humor, prestasi sekolah, atau keterampilan lain. Usahakan untuk memberikan afirmasi positif tentang apa yang dapat dilakukan tubuh mereka dan bukannya tentang bagaimana tubuh mereka terlihat. Misalnya, Ayah/Ibu dapat memuji kemampuan anak untuk melempar bola sangat jauh atau melompat tinggi, bukan memuji otot mereka yang besar.&nbsp; Menjadi panutan/role model yang positif terkait citra diriTunjukkan bahwa Ayah/Ibu juga merasa nyaman dengan bentuk tubuh yang dimiliki. Beberapa hal positif yang dapat dilakukan adalah membuat pola makan sehat dan olahraga menjadi bagian dalam pola hidup keluarga, mengapresiasi hal-hal lain selain penampilan, mengusahakan tidak berkomentar mengenai bentuk tubuh orang lain, dan tidak menggoda atau mengejek orang lain terkait penampilan maupun bentuk tubuhnya.&nbsp; Beberapa tanda anak tidak nyaman dan khawatir mengenai penampilan atau bentuk tubuhnya adalah:<ul><li>Mengatakan dirinya jelek</li><li>Membandingkann penampilan atau bentuk tubuhnya dengan anak lain terus menerus</li><li>Enggan keluar rumah karena penampilannya</li><li>Terobsesi untuk kurus</li><li>Menghabiskan banyak waktu untuk bercermin</li><li>Mengaitkan makan dan makanan dengan rasa bersalah atau malu</li></ul> Jika anak mengatakan ingin makan dengan porsi atau komposisi yang berbeda, atau ingin melakukan lebih banyak olahraga, Ayah/Ibu dapat mendukung dan memastikan bahwa alasan untuk melakukan hal-hal tersebut adalah alasan yang wajar dan sehat. Apabila anak menunjukkan tanda-tanda stress atau khawatir berlebihan mengenai bentuk tubuhnya, ajaklah ia menemui praktisi kesehatan.&nbsp; Daftar bacaan:Voelker DK, Reel JJ, Greenleaf C. Weight status and body image perceptions in adolescents: current perspectives. Adolesc Health Med Ther. 2015;6:149-58.<div> </div>

Membentuk Body Image yang sehat pada remaja

membentuk-body-image-yang-sehat-pada-remaja

Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) adalah suatu gangguan perilaku yang meliputi gangguan perhatian, hiperaktivitas, dan impulsivitas yang mengakibatkan masalah dalam berbagai situasi. GPPH merupakan salah satu gangguan pada anak yang dapat mengakibatkan masalah di sekolah, masalah pertemanan serta masalah interaksi orangtua-anak. GPPH juga meningkatkan tendensi perilaku berisiko di masa remaja, seperti penggunaan zat terlarang dan tembakau. Seorang anak dapat didiagnosis dengan GPPH apabila memenuhi syarat-syarat di bawah ini:<ol><li>Gejala muncul terus menerus selama setidaknya 6 bulan </li><li>Jumlah minimal gejala yang muncul adalah 6 gejala</li><li>Gejala muncul setidaknya di 2 tempat, seperti di rumah dan di sekolah (untuk menyingkirkan kemungkinan perilaku situasional)</li><li>Gejala menyebabkan masalah dalam hal sosial maupun akademik</li><li>Gejala bukan merupakan bagian dari gangguan perkembangan atau masa sulit seorang anak</li></ol> Beberapa gejala yang mengarah pada GPPH antara lain adalah:<ol><li>Sulit mempertahankan perhatian atau pada kegiatan sekolah maupun aktivitas permainan</li><li>Tampak tidak mendengarkan bila diajak bicara</li><li>Tidak dapat mengikuti perintah dan sering gagal menyelesaikan pekerjaan sekolah atau tugas rumah</li><li>Berantakan, sulit mengorganisasikan barang maupun mengerjakan tugas secara sekuensial</li><li>Mudah teralihkan</li><li>Tidak dapat duduk diam atau sering meninggalkan tempat duduknya pada situasi yang mengharuskan duduk dalam waktu lama (contoh: duduk diam di kelas)</li><li>Berlari atau memanjat pada waktu dan tempat yang tidak sesuai</li><li>Sering memotong percakapan</li></ol> Kapan sebaiknya melakukan pemeriksaan terhadap GPPH? Skrining atau penapisan terhadap GPPH dapat dilakukan mulai usia 3 tahun. Ayah atau ibu dapat membawa anak mengunjungi dokter anak terdekat untuk mengevaluasi tumbuh kembang sekaligus melakukan skrining terhadap GPPH. Untuk anak yang usianya sudah lebih besar, ayah/ibu dapat memperhatikan perilaku anak di rumah, di sekolah, dan pada saat berinteraksi dengan sesama anak maupun orang dewasa. Apabila ayah/ibu memiliki kekhawatiran anak memiliki GPPH, segera konsultasikan dengan dokter anak. Daftar bacaan:1.	Chang LY, Wang MY, Tsai PS. Diagnostic accuracy of rating scales for attention-deficit/hyperactivity disorder: a meta-analysis. Pediatrics. 2016;137:1-13.2.	Substance Abuse and Mental Health Services Administration. DSM-5 changes: implications for child serious emotional disturbance. Didapat dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519708/" title="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519708/">https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519708/ </a>

Skrining Hiperaktivitas: kapan diperlukan?

skrining-hiperaktivitas--kapan-diperlukan-

Sejak dua bulan terakhir, beberapa sekolah telah menyelenggarakan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) secara terbatas dengan menerapkan protokol kesehatan. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah mengeluarkan beberapa pernyataan dan rekomendasi terkait dengan kebijakan pembukaan sekolah ini sejak bulan Mei 2020.&nbsp; Berdasarkan anjuran IDAI pada saat itu, pembukaan sekolah dapat dilakukan dengan memerhatikan situasi COVID-19 di Indonesia. IDAI juga menyarankan agar kegiatan belajar tatap muka ditunda setidaknya hingga bulan Desember 2020. Pada bulan Desember 2020, IDAI menyarankan bahwa keputusan pembukaan sekolah untuk pembelajaran tatap muka dapat berbeda antar daerah dengan mempertimbangkan situasi setempat. Pemerintah daerah disarankan untuk berkonsultasi dengan dinas kesehatan setempat dan juga organisasi profesi kesehatan. Seiring dengan situasi dan penyebaran COVID-19 saat ini, pada bulan April 2021 IDAI menghimbau bahwa PTM belum direkomendasikan. Apabila sekolah tetap akan dibuka untuk kegiatan PTM, maka angka positif kasus COVID-19 di daerah tersebut harus berada di bawah angka 5% dengan menurunnya tingkat kematian. IDAI juga merekomendasikan beberapa persyaratan baik bagi penyelenggara pendidikan, orangtua dan juga peserta didik dalam menjalankan PTM. Mengapa rekomendasi IDAI selalu berubah?&nbsp;﻿﻿Karena rekomendasi IDAI dibuat berdasarkan pengetahuan terkini mengenai COVID-19. IDAI berupaya melakukan pembaharuan rekomendasi berdasarkan data ilmiah dan situasi penyebaran COVID-19 saat ini, demi mengurangi risiko penularan COVID-19 pada anak, mengupayakan strategi pencegahan terbaik guna mencegah kesakitan dan kematian, khususnya pada kelompok usia anak.&nbsp; Lalu bagaimana rekomendasi IDAI terbaru mengenai pembelajaran tatap muka?&nbsp;<ol><li>IDAI menyatakan bahwa anak akan mendapatkan lebih banyak manfaat dari pembelajaran tatap muka, sehingga upaya untuk kembali ke sekolah secara aman harus menjadi prioritas utama semua pihak&nbsp;</li><li>Vaksinasi terhadap seluruh warga sekolah merupakan hal yang wajib dilakukan</li><li>Penggunaan masker dengan benar wajib dikenakan saat berkegiatan di luar rumah</li><li>Jarak antar siswa saat berada di dalam kelas minimal 1,8 meter</li><li>Seluruh warga sekolah yang menunjukkan gejala terkait COVID-19 wajib melakukan tes usap (swab)&nbsp;sesuai indikasi</li></ol> Untuk rekomendasi lengkap dari IDAI mengenai pembelajaran tatap muka terbaru beserta panduan untuk orangtua dan pengasuh, <a class="e-rte-anchor" href="https://drive.google.com/uc?id=1OroJiFvuCkIB9EMsq2zBKKHiZW_WdK78" title="https://drive.google.com/uc?id=1OroJiFvuCkIB9EMsq2zBKKHiZW_WdK78" target="_blank">silahkan download dokumen pada link ini.</a> Mari kita langsungkan pembelajaran tatap muka yang aman bagi anak-anak kita!<div> </div>

Aman belajar tatap muka, ikuti saran IDAI terbaru!

aman-belajar-tatap-muka--ikuti-saran-idai-terbaru-

Mengompol atau yang disebut dengan enuresis pada dunia medis adalah keluarnya urin secara tidak sadar terutama pada malam hari. Mengompol pada anak merupakan masalah yang sering dihadapi orangtua. Anak belajar untuk mengontrol keinginan untuk berkemih ketika mereka sudah dapat merasakan dan menyadari bahwa kandung kemihnya penuh. Pada umumnya hal tersebut berkembang saat anak menginjak usia 4 tahun. Kontrol kandung kemih saat tidur pada malam hari pada umumnya baru terjadi setelah itu, sekitar usia 5-7 tahun. Sekitar 16% anak masih mengompol pada usia 5 tahun. Anak laki-laki cenderung lebih sering mengompol dibandingkan anak perempuan. Saat anak sudah berusia 7 tahun, masih ada sebagian kecil anak yang mengompol di malam hari. Bagi sebagian besar anak, mengompol dapat berhenti sendiri tanpa membutuhkan terapi apapun. Namun terkadang orangtua merasa khawatir mengenai adanya masalah medis yang mendasari anak masih mengompol. Mengapa anak masih mengompol?<ul><li>Kandung kemih anak berkembang lebih lambat dibandingkan anak lainnya</li><li>Kandung kemih hanya mampu menampung sejumlah kecil urin</li><li>Riwayat keluarga mengompol</li><li>Masalah hormon yang mengatur produksi urin</li><li>Ada masalah medis lainnya (konstipasi, gangguan tidur, diabetes mellitus, diabetes insipidus, penyakit ginjal kronik dan infeksi saluran kemih, masalah kesehatan jiwa, dll)</li></ul> Kapan anak yang masih mengompol harus dibawa ke dokter?<ul><li>Anak masih mengompol setelah usia 7 tahun </li><li>Anak mengompol kembali setelah lebih dari beberapa bulan tidak mengompol di malam hari</li><li>Mengompol disertai nyeri berkemih, rasa haus yang tidak lazim, warna urin pink atau merah, feses keras, mengorok, atau kaki bengkak</li></ul>﻿﻿Apa yang perlu dipahami oleh orangtua?<ul><li>Mengompol adalah masalah umum pada anak yang masih dapat berlangsung hingga anak berusia 7 tahun</li><li>Mengompol dapat berhenti sendiri pada sebagian besar anak</li><li>Mengompol bukan salah anak dan anak tidak perlu dihukum karena mengompol</li><li>Anak perlu diajarkan untuk berkemih secara rutin di siang hari dan sebelum tidur</li><li>Hindari minuman manis atau mengandung kafein terutama di malam hari</li><li>Anak perlu dibantu untuk pergi ke toilet di malam hari</li><li>Popok sekali pakai atau celana tatur dapat membuat anak malas bangun dan pergi ke kamar mandi sehingga penggunaannya benar-benar harus dihentikan paling lambat saat anak berusia 8 tahun</li><li>Setelah anak mengompol, ajak anak ke kamar mandi untuk berganti pakaian bersih.</li><li>Anak perlu diajak berpartisipasi membersihkan tempat tidurnya di pagi hari termasuk mengganti sprei</li><li>Jangan mengolok-olok atau membandingkan anak dengan saudaranya terkait mengompol</li></ul> Daftar bacaan:<ol><li>Drutz JE, Tu ND. Patient education: bedwetting in children (beyond the basis). Diunduh dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.uptodate.com/contents/bedwetting-in-children-beyond-the-basics" title="https://www.uptodate.com/contents/bedwetting-in-children-beyond-the-basics">https://www.uptodate.com/contents/bedwetting-in-children-beyond-the-basics </a></li><li>Mayo Clinic. Bed wetting. Diunduh dari <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/bed-wetting/symptoms-causes/syc-20366685" title="https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/bed-wetting/symptoms-causes/syc-20366685">https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/bed-wetting/symptoms-causes/syc-20366685 </a></li><li>Baird DC, Seehusen DA, Bode DV. Enuresis in children: a case-based approach. Am Fam Physician. 2014;90:560-8.</li></ol>