<table class="e-rte-table" style="width: 1076.01px; min-width: 0px;"><tbody><tr style="height: 28px;"><td class="" style="vertical-align: top; width: 201.99px;">Kategori </td><td style="vertical-align: top; width: 873.01px;" class="">Camilan</td></tr><tr style="height: 25px;"><td class="" style="vertical-align: top; width: 201.99px;">Waktu memasak</td><td style="vertical-align: top; width: 873.01px;" class="">10 - 15 menit</td></tr><tr><td class="" style="vertical-align: top; width: 201.99px;">Usia </td><td class="" style="vertical-align: top; width: 873.01px;">12 bulan ke atas</td></tr><tr style="height: 24px;"><td class="" style="vertical-align: top; width: 201.99px;">Porsi</td><td style="vertical-align: top; width: 873.01px;" class="">2 porsi</td></tr><tr style="height: 53px;"><td class="" style="vertical-align: top; width: 201.99px;">Fun facts</td><td style="vertical-align: top; width: 873.01px;" class="">Pisang merupakan buah yang tinggi karbohidrat sederhana dan kompleks serta kaya akan vitamin C, kalium dan magnesium yang menunjang sistem imun tubuh. </td></tr><tr><td class="" style="vertical-align: top; width: 201.99px;">﻿﻿Kandungan per porsi</td><td style="vertical-align: top; width: 873.01px;" class="">107 kkal energi16,6 gram karbohidrat2,7 gram lemak4,8 gram protein0,9 mg zat besi0,3 mg seng</td></tr></tbody></table>Bahan:<ul><li>2 lembar roti tawar</li><li>1 buah pisang barangan, belah 2 bagian</li><li>2sdt meses cokelat</li><li>1 butir telur, ambil putihnya</li><li>1 sdt mentega</li></ul>Cara membuat:<ul><li>Gilas roti hingga tipis.</li><li>Beri isian pisang dan 1 sendok teg meses cokelat.</li><li>Gulung hingga rapat dan oleskan putih telur di bagian ujungnya agar menempel.</li><li>Panaskan mentega. Panggang roti dengan api kecil hingga kecokelatan. Angkat.</li><li>Sajikan.</li></ul><div><div>Referensi: Mommyclopedia 89 Resep Makanan Anak 2-5 Tahun oleh Dr. dr. Meta Hanindita, Sp.A(K)</div><div>Ilustrasi foto:&nbsp;Shutterstock</div></div>

Roti Pisang Cokelat

roti-pisang-cokelat

Bayi yang berusia 6 bulan sudah harus mulai mengonsumsi MPASI. Dalam pembuatan MPASI, selain memperhatikan kandungan gizi, MomDad juga harus memperhatikan tekstur, khususnya untuk bayi yang belum tumbuh gigi. Pasalnya, tekstur makanan dapat memengaruhi pertumbuhan gigi, gusi, serta rahang bayi.Oleh karena itu, pemberian makanan yang bertekstur harus dilakukan secara bertahap ya, MomDad. Dimulai dari yang sangat halus, tekstur setengah berserat, hingga tekstur kasar.Waktu yang tepat memberikan makanan bertekstur<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667880299367-72b75b48.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="cute-toddler-child-eating-piece-cake-drinking-juice-home_94707-3909.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Usia 6-9 bulan merupakan ‘periode emas’ bagi bayi untuk diperkenalkan berbagai makanan baru. Pada periode ini, bayi akan menaruh rasa penasaran terhadap berbagai makanan, bahkan terkadang semua benda pun ikut masuk ke dalam mulut. Oleh karena itu, pada usia 6-9 bulan, MomDad harus bisa mengenali sinyal bayi untuk memenuhi rasa penasarannya terhadap makanan baru. Sebab, bayi harus belajar untuk mengenal dan merasakan berbagai tekstur makanan. Bayi yang terus menerus mendapatkan makanan dengan tekstur halus akan cenderung susah atau menolak makanan baru di atas usia 1 tahun.Apabila pertumbuhan giginya belum sempurna, bolehkah diberikan makanan bertekstur?<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667880196094-f94e3e40.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="cute-toddler-child-eating-piece-cake-drinking-juice-home_94707-3909.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Jawabannya boleh. Saat lahir, kemampuan makan bayi hanya memerlukan refleks hisap dan telan saat mengonsumsi ASI atau susu yang masuk ke dalam mulutnya. Selain itu, seiring dengan bertambahnya usia, tekstur MPASI bayi juga perlu ditingkatkan.Dikutip dari situs resmi IDAI, berikut adalah tahapan bayi untuk naik tekstur MPASI:<ul><li style="text-align: justify;">Usia 6-9 bulan</li></ul>Bayi dengan perkembangan normal akan sudah mampu untuk duduk dengan bantuan dan mempertahankan leher tetap tegak. Seiring dengan perluasan rongga mulut dan pergerakan lidah yang semakin kompleks, bayi pada usia ini akan sudah mampu untuk menelan atau melepehkan makanan.Selanjutnya, seiring dengan pertambahan usia, bayi juga akan sudah mampu memindahkan makanan dari satu sisi mulut ke sisi lainnya, dapat menelan makanan dengan tekstur yang lebih kental, duduk sendiri tanpa bantuan. Seiring dengan pertumbuhan gigi seri depan, bayi mulai dapat melakukan gerakan memotong makanan atau menggigit.Tekstur yang direkomendasikan untuk bayi usia 6-9 bulan adalah makanan yang dihaluskan hingga menjadi bubur kental (puree) atau makanan yang dilumatkan (mashed). Kemudian, tekstur ini dapat ditingkatkan menjadi bubur saring halus, dan bubur saring kasar untuk tahap berikutnya.<ul><li style="text-align: justify;">Usia 9-12 bulan</li></ul>Bayi sudah dapat merapatkan bibir ketika disuapi sehingga ia dapat membersihkan makanan yang ada di sendok. Selain itu, dia juga sudah dapat menggigit makanan dengan tekstur yang lebih keras. Tekstur yang dianjurkan pada usia ini adalah cincang halus (minced), cincang kasar (chopped), atau makanan yang dapat dipegang anak (finger foods).<ul><li style="text-align: justify;">Usia 12-24 bulan</li></ul>Bayi sudah dapat beradaptasi dengan segala macam bentuk makanan, namun belum dapat mengunyah secara sempurna. Kemunculan gigi geraham pertama pada usia sekitar 12-18 bulan meningkatkan kemampuannya dalam mengunyah makanan di dalam mulutnya. Pada usia ini, bayi seharusnya sudah dapat mengonsumsi makanan keluarga dengan tekstur yang disesuaikan.Manfaat memberikan makanan bertekstur bagi tumbuh kembang bayi<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667880207099-2feac233.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="asian-baby-boy-eating-food-by-himself_77206-762.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Pemberian tekstur MPASI pada bayi merupakan hal yang sangat penting karena dapat memberikan banyak manfaat, seperti:<ul><li style="text-align: justify;">Dapat menstimulasi untuk mengasah ketrampilan oromotor, yaitu ketrampilan untuk mengunyah dan menelan makanan.</li><li style="text-align: justify;">Merangsang pertumbuhan gigi.</li><li style="text-align: justify;">Kemampuan ini juga turut mempengaruhi kemampuan bicaranya di kemudian hari.</li></ul>Itulah tahapan-tahapan dalam memperkenalkan tekstur MPASI pada si kecil yang perlu MomDad ketahui. Semoga perkembangan si Kecil normal dan bisa naik tekstur sesuai dengan usianya, ya.MomDad mau share informasi atau pertanyaan seputar MPASI dan Laktasi bersama orang tua lainnya? Yuk, ceritakan pengalaman MomDad di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/MPASI-dan-Laktasi" title="https://primaku.page.link/MPASI-dan-Laktasi" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Forum MPASI &amp; Laktasi</a>! Selain itu, MomDad juga bisa bertanya seputar kesehatan si Kecil dan akan dijawab langsung oleh ahli, lho. Sumber foto: Freepik Referensi:<ul><li style="text-align: justify;">Hollis JL, Crozier SR, Inskip HM, Cooper C, Godfrey KM, Robinson SM; Southampton Women’s Survey Study Group. Age at introduction of solid foods and feeding difficulties in child. hood: findings from the Southampton Women's Survey. Br J Nutr. 2016 Aug;116(4):743-50.</li><li style="text-align: justify;">Boulanger AM, Vernet M. Introduction of new food textures during complementary feeding: Observations in France. 2018:25. <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0929693X17304700" title="https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0929693X17304700">https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0929693X17304700 </a></li><li style="text-align: justify;">Delayed introduction of lumpy foods to children during the complementary feeding period affects child's food acceptance and feeding at 7 years of age.</li><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.researchgate.net/publication/23930721_Delayed_introduction_of_lumpy_foods_to_children_during_the_complementary_feeding_period_affects_child's_food_acceptance_and_feeding_at_7_years_of_age" title="https://www.researchgate.net/publication/23930721_Delayed_introduction_of_lumpy_foods_to_children_during_the_complementary_feeding_period_affects_child's_food_acceptance_and_feeding_at_7_years_of_age">https://www.researchgate.net/publication/23930721_Delayed_introduction_of_lumpy_foods_to_children_during_the_complementary_feeding_period_affects_child's_food_acceptance_and_feeding_at_7_years_of_age </a></li><li style="text-align: justify;">Booklet Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (ASI). UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik. IDAI 2018</li><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.researchgate.net/publication/23930721_Delayed_introduction_of_lumpy_foods_to_children_during_the_complementary_feeding_period_affects_child's_food_acceptance_and_feeding_at_7_years_of_age" title="https://www.researchgate.net/publication/23930721_Delayed_introduction_of_lumpy_foods_to_children_during_the_complementary_feeding_period_affects_child's_food_acceptance_and_feeding_at_7_years_of_age">https://www.researchgate.net/publication/23930721_Delayed_introduction_of_lumpy_foods_to_children_during_the_complementary_feeding_period_affects_child's_food_acceptance_and_feeding_at_7_years_of_age </a></li><li style="text-align: justify;">Hollis JL, Crozier SR, Inskip HM, Cooper C, Godfrey KM, Robinson SM; Southampton Women’s Survey Study Group. Age at introduction of solid foods and feeding difficulties in childhood: findings from the Southampton Women's Survey. Br J Nutr. 2016 Aug;116(4):743-50. doi: 10.1017/S0007114516002531. Epub 2016 Jun 30. PMID: 27356464; PMCID: PMC4967354.</li><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.dispensaire.ca/en/posts/risks-introducing-complementary-foods-late/" title="https://www.dispensaire.ca/en/posts/risks-introducing-complementary-foods-late/">https://www.dispensaire.ca/en/posts/risks-introducing-complementary-foods-late/ </a></li><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/pemberian-makanan-pendamping-air-susu-ibu-mpasi" title="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/pemberian-makanan-pendamping-air-susu-ibu-mpasi">https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/pemberian-makanan-pendamping-air-susu-ibu-mpasi </a></li></ul>Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Bayi Belum Punya Gigi Tak Dianjurkan Makanan Bertekstur?

bayi-belum-punya-gigi-tak-dianjurkan-makanan-bertekstur-

Salah satu makanan yang kerap menjadi 'musuh' anak-anak adalah sayur. Padahal, dalam sayuran terkandung banyak nutrisi penting untuk tumbuh kembang, seperti vitamin, mineral, serat, dan lainnya. Lantas, bagaimana jika si Kecil tidak suka makan sayur, perlukah orang tua khawatir?Dampak jika anak jarang makan sayur<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667878975436-ae6841e5.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Tanpa judul(3) (1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Sayur merupakan diet yang penting untuk memberikan asupan serat bagi anak. Guna serat adalah untuk menjaga kesehatan saluran cerna dan membantu mengoptimalkan kekebalan tubuh anak. Kurangnya serat pada anak dapat menimbulkan beberapa keluhan, seperti:<ul><li style="text-align: justify;">Konstipasi (sulit BAB)</li><li style="text-align: justify;">Meningkatkan risiko mengalami penyakit kronik di kemudian hari, misalnya kanker usus ataupun penyakit jantung</li><li style="text-align: justify;">Terjadinya obesitas dan diabetes mellitus tipe 2</li><li style="text-align: justify;">Beberapa sayuran merupakan sumber vitamin C yang penting untuk membantu penyerapan zat besi, dan mempercepat penyembuhan luka. Jadi, itulah sebabnya, penting bagi anak untuk makan sayur-sayuran.</li></ul>Cara memenuhi nutrisi anak bagi yang tidak suka sayur<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667879171657-165c2b24.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="two-sisters-enjoy-eating-together-dining-table_8595-15923.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Penting bagi MomDad untuk memperkenalkan sayur sejak dini pada anak dan berikan contoh yang baik dalam mengonsumsi sayuran. Hal ini dimaksudkan agar menjadi pemicu supaya anak juga mau mengonsumsi sayur.&nbsp;Selain itu, MomDad juga bisa selalu menawarkan sayur di setiap porsi makan anak, namun jangan memaksanya untuk menghabiskannya.Apabila anak sama sekali menolak asupan sayur, alternatif lain yang bisa MomDad lakukan adalah memasukkan sayuran sebagai bahan baku makanan yang diolah agar anak tetap mendapatkan manfaat sayuran meskipun ia tidak mengonsumsinya dalam bentuk utuh secara langsung.Tips agar anak mau makan sayur<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667878990088-2a6e34fa.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="cute-asian-child-girl-eating-broccoli-learning-about-vegetables-with-happiness_7186-1883.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Membuat anak agar mau makan sayur tidak sesulit yang dibayangkan kok MomDad. Hanya saja diperlukan tips-tips khusus. Nah, berikut ini tips yang bisa MomDad lakukan agar si Kecil mau makan sayur:<ul><li style="text-align: justify;">Jadilah contoh di rumah. MomDad bisa memulai makan sayur duluan, yang mana nantinya anak akan meniru untuk memakannya juga.</li><li style="text-align: justify;">Sediakan berbagai variasi sayur di rumah.</li><li style="text-align: justify;">Sajikan setiap porsi makan dengan sayuran hijau atau sayuran berwarna jingga seperti wortel atau labu dalam jumlah sedikit, dibarengi dengan makanan yang digemari anak.</li><li style="text-align: justify;">Berikan sayuran sebagai camilan dan batasi ketersediaan kudapan tinggi kalori atau manis di rumah, seperti: biskuit, coklat, permen, dan lainnya.</li><li style="text-align: justify;">Semangati dan puji anak ketika mau mencoba makan sayuran di piringnya dan jangan menghukum jika tidak mau menghabiskan sayurannya. Hal ini hanya akan memberikan pengalaman negatif bagi anak.</li><li style="text-align: justify;">Ajak anak terlibat saat memasak sayuran.</li><li style="text-align: justify;">Siapkan sayuran dalam bentuk yang menarik, misalnya berwarna-warni, dengan berbagai bentuk, tekstur dan rasa untuk meningkatkan ketertarikan anak akan makanannya.</li><li style="text-align: justify;">Sisipkan sayuran ke dalam makanan yang dimakan anak, misalnya dengan mencampurkan wortel ke dalam bakwan sayur, atau menyisipkan sayuran ke dalam adonan kroket, dan lain sebagainya.</li></ul>Namun, apabila anak tetap tidak mau makan sayur, MomDad bisa segera konsultasi dengan dokter spesialis anak supaya mendapatkan penanganan yang tepat.MomDad punya pertanyaan seputar kondisi si Kecil? Yuk, tanyakan pada ahli di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" title="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Forum Tanya Dokter</a>!&nbsp;Pertanyaan MomDad akan dijawab langsung oleh dokter spesialis anak, lho. Sumber foto: Freepik Referensi:<ul><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://raisingchildren.net.au/toddlers/nutrition-fitness/healthy-eating-habits/vegetables#:~:text=It's%20normal%20for%20children%20to,to%20try%20and%20taste%20vegetables" title="https://raisingchildren.net.au/toddlers/nutrition-fitness/healthy-eating-habits/vegetables#:~:text=It's%20normal%20for%20children%20to,to%20try%20and%20taste%20vegetables">https://raisingchildren.net.au/toddlers/nutrition-fitness/healthy-eating-habits/vegetables#:~:text=It's%20normal%20for%20children%20to,to%20try%20and%20taste%20vegetables </a></li><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.heart.org/en/healthy-living/healthy-eating/eat-smart/nutrition-basics/dietary-recommendations-for-healthy-children" title="https://www.heart.org/en/healthy-living/healthy-eating/eat-smart/nutrition-basics/dietary-recommendations-for-healthy-children">https://www.heart.org/en/healthy-living/healthy-eating/eat-smart/nutrition-basics/dietary-recommendations-for-healthy-children </a></li><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.rch.org.au/kidsinfo/fact_sheets/Nutrition_older_children/" title="https://www.rch.org.au/kidsinfo/fact_sheets/Nutrition_older_children/">https://www.rch.org.au/kidsinfo/fact_sheets/Nutrition_older_children/ </a></li><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/healthy-living/nutrition/Pages/How-to-Get-Your-Child-to-Eat-More-Fruits-and-Veggies.aspx" title="https://www.healthychildren.org/English/healthy-living/nutrition/Pages/How-to-Get-Your-Child-to-Eat-More-Fruits-and-Veggies.aspx">https://www.healthychildren.org/English/healthy-living/nutrition/Pages/How-to-Get-Your-Child-to-Eat-More-Fruits-and-Veggies.aspx </a></li><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/healthy-living/nutrition/Pages/Recommended-Drinks-for-Young-Children-Ages-0-5.aspx" title="https://www.healthychildren.org/English/healthy-living/nutrition/Pages/Recommended-Drinks-for-Young-Children-Ages-0-5.aspx">https://www.healthychildren.org/English/healthy-living/nutrition/Pages/Recommended-Drinks-for-Young-Children-Ages-0-5.aspx </a></li></ul>Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Tips Penuhi Nutrisi Anak yang Enggak Suka Makan Sayur

tips-penuhi-nutrisi-anak-yang-enggak-suka-makan-sayur

Mungkin MomDad pernah mendengar seseorang mengaitkan tubuh atau badan si Kecil yang kurus dengan cacingan. Bahkan, tidak sedikit MomDad yang mengira bahwa memberikan obat cacing ke si Kecil akan membuatnya menjadi gemuk. Nah, benar enggak sih obat cacing bisa bikin anak gemuk?Apa itu cacingan?<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667813699656-82a80c21.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-134812517-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Cacingan menjadi salah satu masalah kesehatan yang sering dialami anak pada periode emas tumbuh kembangnya. Pasalnya, penyakit cacingan bisa mengganggu penyerapan nutrisi di dalam tubuh anak.Dilansir dari situs resmi IDAI, berdasarkan hasil survei, penyakit cacingan banyak terjadi pada anak usia sekolah, yaitu usia 5–14 tahun. Meskipun demikian, kecacingan dapat terjadi pada usia yang lebih dini, ketika anak mulai suka memasukkan tangannya atau berbagai benda lain ke dalam mulut. Penyakit kecacingan dapat ditularkan melalui berbagai cara, diantaranya melalui makanan atau minuman yang tercemar telur cacing atau melalui tanah sehingga penyakit ini juga disebut sebagai soil transmitted helminthiasis.Pengertian obat cacing<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667813469009-fca61dd3.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1140808416-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Salah kaprah mengenai obat cacing dapat membuat anak menjadi gemuk sudah menyebar hingga turun-menurun. Pasalnya, belum ada penelitian yang menyatakan bahwa obat cacing bisa membuat tubuh atau badan anak menjadi gemuk.Namun, obat cacing dapat memperbaiki status gizi anak yang terinfeksi cacingan. Sebab, infestasi cacing dapat menimbulkan berbagai masalah seperti diare, letih lesu akibat kurang darah, dan lemah.Obat cacing adalah obat yang ditujukan untuk mengatasi kecacingan, baik pada anak maupun orang dewasa. Isi atau kandungan di dalam obat cacing adalah zat aktif yang mampu membunuh cacing di dalam tubuh.Beberapa jenis obat cacing yang umum dijumpai adalah mebendazole, albendazole, praziquantel, dan pirantel pamoat yang masing-masing efektif terhadap jenis-jenis cacing tertentu.Jenis-jenis cacing di dalam tubuh<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667813477020-6ef35c4f.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1316752430-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Ada beberapa jenis cacing yang bisa menimbulkan infeksi pada anak, antara lain:Cacing gelangJenis cacing ini masuk ke dalam tubuh manusia berupa telur yang terdapat pada sayuran dan buah yang tidak dibersihkan dengan baik. Cacing gelang dewasa berukuran 20-30 cm dan mampu bertelur 200.000 telur per hari.Cacing ini akan menimbulkan kerusakan pada lapisan usus halus sehingga menyebabkan diare dan mengganggu penyerapan karbohidrat dan protein.Cacing cambukCacing cambuk dewasa mampu bertelur hingga 5.000-10.000 butir perhari. Cacing ini dapat membenamkan kepalanya pada dinding usus besar sehingga menyebabkan luka padausus. Pada infeksi yang berat dapat terjadi diare yang mengandung lendir dan darah.Cacing tambangCacing tambang mampu bertelur 15-20 ribu butir per hari. Larva cacing tambang mampu menembus kulit kaki dan selanjutnya terbawa oleh pembuluh darah ke dalam usus halus, paru dan jantung. Infeksi cacing tambang akan menimbulkan perlukaan usus yang lebih dalam sehingga perdarahan yang terjadi dapat lebih berat dibandingkan infeksi cacing jenis yang lain.Cacing kremiCacing ini berbentuk kecil dan berwarna putih serta bersarang di usus besar. Cacing kremi dewasa akan berpindah ke anus untuk bertelur. Telur inilah yang menimbulkan rasa gatal pada anus. Bila digaruk, telur akan pecah dan larva akan masuk ke dalam dubur. Selain itu, telur dapat bersembunyi pada jari, kuku, menempel pada pakaian, sprei, handuk sehingga dapat menulari orang lain.Waktu tepat untuk konsumsi obat cacing Selain menerapkan gaya hidup yang bersih dan sehat, pencegahan kecacingan dapat dilakukan dengan pemberian obat cacing. Pemberian obat cacing bisa dimulai saat anak berusia 2 tahun. Pada usia ini anak mulai mengeksplorasi lingkungan sekitar, termasuk dengan tanah yang merupakan sumber penularan cacingan. Pemberian obat cacing dapat diulang setiap 6 bulan.Sedangkan, untuk daerah non-endemis, pemberian obat cacing harus diberikan sesuai indikasi dan pemeriksaan dokter dengan hasil pemeriksaan tinja positif ditemukan telur cacing atau cacing.Oleh karena itu, sebaiknya ciptakan pola atau gaya hidup sehat kepada si Kecil dan lakukan pemeriksaan kesehatan ke dokter anak secara rutin. Semoga membantu!MomDad mau share informasi atau pertanyaan seputar MPASI dan Laktasi bersama orang tua lainnya? Yuk, ceritakan pengalaman MomDad di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/MPASI-dan-Laktasi" title="https://primaku.page.link/MPASI-dan-Laktasi" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Forum MPASI &amp; Laktasi</a>! Selain itu, MomDad juga bisa bertanya seputar kesehatan si Kecil dan akan dijawab langsung oleh ahli, lho. Referensi:<ul><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/kapan-balita-perlu-minum-obat-cacing#:~:text=Pemberian%20obat%20cacing%20dapat%20dimulai,diulang%20setiap%206%20bulan%20sekali" title="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/kapan-balita-perlu-minum-obat-cacing#:~:text=Pemberian%20obat%20cacing%20dapat%20dimulai,diulang%20setiap%206%20bulan%20sekali">https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/kapan-balita-perlu-minum-obat-cacing</a></li></ul>Sumber foto: iStockArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Benarkah Obat Cacing Bisa Membuat Anak Gemuk?

benarkah-obat-cacing-bisa-membuat-anak-gemuk-

Ketika menyuapi si Kecil, pernah enggak sih MomDad bertanya-tanya, kapan ia sebaiknya memberikan air putih? Pemberian minum air putih untuk si Kecil saat MPASI tentu tidak sembarang. MomDad perlu tahu waktu yang tepat memberikan air putih pada si Kecil agar tidak menyebabkan gangguan keseahatan. Tanpa panjang lebar lagi, yuk kita simak penjelasan di bawah!Waktu tepat memberikan air putih<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667793545447-66b48bce.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="pexels-photo-4669019.jpeg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Penting untuk memperhatikan pemberian air putih di saat MPASI. Nah, waktu yang tepat untuk memberikan minum pada si Kecil adalah ketika ia selesai makan. Hal ini karena ukuran lambung si Kecil masih terbatas, sehingga kita tidak ingin air putih memenuhi lambungnya. MPASI diperlukan agar si Kecil mendapatkan nutrisi yang tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI, yaitu pada usia sekitar 6 bulan.Jadi, jika MomDad memberikan minum setiap beberapa suap, maka keterbatasan lambung si Kecil akan secara otomatis membuatnya memakan MPASI lebih sedikit. Hal ini dapat memengaruhi kecukupan nutrisi yang ia dapatkan dan berisiko menyebabkan gangguan pertumbuhan.Tentu saja, MomDad dapat mengevaluasi apakah MomDad telah memberikan air putih terlalu banyak, sehingga mengganggu asupan MPASI dengan hasil pemantauan pertumbuhan anak. Anak yang masih tumbuh baik menunjukkan bahwa air putih yang diberikan tidak terlalu banyak. Di sisi lain, anak yang sudah obes mungkin perlu belajar mengonsumsi air putih sejak dini.Apakah si Kecil yang baru memulai MPASI boleh diberi minum air putih?<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667793635115-5852fb75.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Tanpa judul(1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Dikutip dari Pregnancy Birth and Baby, pemberian minum air putih tidak disarankan untuk si Kecil yang masih berusia 0-6 bulan. Tentu saja, ada pengecualian untuk hal ini. Misalnya, pada saat cuaca sangat panas dan si Kecil tampak mengalami dehidrasi. Air putih dalam jumlah tertentu kadang-kadang juga perlu ditambahkan pada anak yang menderita diare namun hanya mendapatkan susu formula.Setelah berusia 6 bulan, si Kecil boleh mulai belajar minum air putih. Takaran air putih untuk bayi berusia 6 bulan pun harus sesuai dengan takaran yang dianjurkan, yaitu sekitar 20-30 ml setelah selesai makan. Secara bertahap, jumlahnya dapat ditingkatkan. Namun, perlu diingat bahwa pemberian minum air putih yang berlebih dapat membuat si Kecil cepat kenyang, sehingga ia akan malas untuk menyusu atau makan MPASI.Jadi, berikan air putih secukupnya dan pastikan si Kecil tidak kekurangan cairan setiap harinya ya, MomDad!MomDad mau share informasi atau pertanyaan seputar MPASI dan Laktasi bersama orang tua lainnya? Yuk, ceritakan pengalaman MomDad di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/MPASI-dan-Laktasi" title="https://primaku.page.link/MPASI-dan-Laktasi" target="_blank">Forum MPASI &amp; Laktasi</a>! Selain itu, MomDad juga bisa bertanya seputar kesehatan si Kecil dan akan dijawab langsung oleh ahli, lho.Sumber foto: PexelsReferensi:<ul><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/healthy-living/nutrition/Pages/Choose-Water-for-Healthy-Hydration.aspx" title="https://www.healthychildren.org/English/healthy-living/nutrition/Pages/Choose-Water-for-Healthy-Hydration.aspx">https://www.healthychildren.org/English/healthy-living/nutrition/Pages/Choose-Water-for-Healthy-Hydration.aspx </a></li><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/healthy-living/nutrition/Pages/Recommended-Drinks-for-Young-Children-Ages-0-5.aspx" title="https://www.healthychildren.org/English/healthy-living/nutrition/Pages/Recommended-Drinks-for-Young-Children-Ages-0-5.aspx">https://www.healthychildren.org/English/healthy-living/nutrition/Pages/Recommended-Drinks-for-Young-Children-Ages-0-5.aspx </a></li><li style="text-align: justify;"><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.pregnancybirthbaby.org.au/when-can-babies-drink-water" title="https://www.pregnancybirthbaby.org.au/when-can-babies-drink-water">https://www.pregnancybirthbaby.org.au/when-can-babies-drink-water </a></li></ul>Artikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Panduan Pemberian Minum Air Putih Saat MPASI

panduan-pemberian-minum-air-putih-saat-mpasi

Bagi Mom yang sedang dalam fase menyusui, tentu ingin memberikan yang terbaik bagi si Kecil. Berbagai cara dilakukan agar ASI melimpah untuk melengkapi kebutuhan bayi. Namun, ada kalanya bayi tiba-tiba mogok menyusu.Kondisi bayi yang mogok menyusu atau nursing strike itu terkadang membuat Mom kebingungan. Si Kecil yang biasanya sebentar-bentar minta ASI, kok tiba-tiba enggak mau menyusu? Nah, untuk menghadapi kondisi ini, yuk lihat beberapa cara berikut ini!Alasan bayi mogok menyusu<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667559415375-614682d0.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1356026401-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Ada beberapa alasan yang membuat bayi tiba-tiba mogok menyusu. Bisa karena bayi yang merasa tidak nyaman karena tumbuh gigi, sakit tenggorokan, atau ada infeksi di dalam mulutnya.&nbsp;Suplai ASI yang kurang atau menetes dengan lambat juga bisa menjadi alasan bayi mogok menyusu karena merasa kurang kenyang. Gangguan jadwal menyusui yang tidak rutin juga bisa membuat bayi bingung dan mogok menyusu..Selain itu, alasan lain juga bisa berasal dari Mom sendiri, misalnya aroma Mom yang berbeda. Bisa karena mengganti parfum, deodoran, atau sabun yang tidak dikenal oleh si Kecil. Hal ini membuatnya kebingungan dan menolak ASI.&nbsp;Cara mengatasi bayi mogok menyusu<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667559407880-609b888c.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1373215297-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> <ul><li style="text-align: justify;">Saat bayi menolak menyusu, Mom memang akan kebingungan. Namun, pastikan bahwa Mom tidak panik dan tetap berusaha menyusuinya. Jika masih gagal, Mom bisa memompa dan menyimpan ASI terlebih dahulu agar ASI tidak menumpuk berlebih. Beberapa cara berikut juga bisa Mom lakukan untuk mengatasi aksi mogok menyusu.</li><li style="text-align: justify;">Usahakan agar Mom tidak stres karena bayi umumnya dapat merasakan mood Mom yang stres yang akan&nbsp; memengaruhi mood bayi.</li><li style="text-align: justify;">Lakukan kontak skin to skin selama mungkin, dan ajaklah bayi berinteraksi dengan lebih akrab, misalnya dengan berbaring bersama bayi, ibu tidak menggunakan busana apapun agar bayi diberi kebebasan meraih dan menyusu dari payudara ibu secara langsung sesuai keinginan dia sendiri.</li><li style="text-align: justify;">Hindari memaksa bayi.</li><li style="text-align: justify;">Susui bayi saat ia mengantuk, misalnya saat ia baru bangun atau saat menjelang waktu tidurnya. Umumnya saat mengantuk, bayi akan lebih mengandalkan insting atau naluri primitifnya. Nah, karena menyusu adalah hal yang naluriah (untuk bertahan hidup), maka biasanya bayi akan lebih kooperatif pada saat mengantuk .&nbsp;</li><li style="text-align: justify;">Ubah atau coba berbagai posisi menyusui.</li><li style="text-align: justify;">Menyusui sembari digendong, misalnya menggunakan sling atau baby carrier.</li><li style="text-align: justify;">Menyusu di tempat yang gelap dan tenang tanpa distraksi.</li><li style="text-align: justify;">Menstimulasi refleks let down sebelum bayi menyusu agar bayi mendapatkan immediate reward saat ia menyusu.</li><li style="text-align: justify;">Mandi bersama bayi untuk meningkatkan bonding serta skin to skin tanpa paksaan menyusu.</li></ul>Nah, itu dia beberapa hal yang bisa Mom lakukan saat si Kecil tiba-tiba mogok menyusu. Satu hal yang pasti, jangan menyerah untuk memberikan ASI eksklusif pada si Kecil ya.&nbsp; MomDad mau share informasi atau pertanyaan seputar MPASI dan Laktasi bersama orang tua lainnya? Yuk, ceritakan pengalaman MomDad di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/MPASI-dan-Laktasi" title="https://primaku.page.link/MPASI-dan-Laktasi" target="_blank">Forum MPASI &amp; Laktasi</a>! Selain itu, MomDad juga bisa bertanya seputar kesehatan si Kecil dan akan dijawab langsung oleh ahli, lho.Sumber foto: iStockArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Si Kecil Mogok Menyusu? Coba Atasi dengan Cara Ini, Mom!

si-kecil-mogok-menyusu--coba-atasi-dengan-cara-ini--mom-

Di artikel sebelumnya, kita sudah membahas seputar neophobia, fase perkembangan normal seorang anak yang memiliki gejala menolak makanan baru.&nbsp;neophobia&nbsp;umumnya mulai terjadi pada usia 1-3 tahun, dan mencapai puncaknya pada usia 2-6 tahun. Perilaku ini seharusnya menurun seiring bertambahnya usia dan kemudian hilang saat anak bertumbuh dewasa.&nbsp;Neofobia dapat menjadi penolakan berkepanjangan dan konsisten terhadap makanan tertentu yang menimbulkan masalah makan berupa&nbsp;food preference.&nbsp;Nah, sebagai orang tua, MomDad perlu tahu nih langkah pencegahan agar si Kecil tidak mengalami&nbsp;neophobia. Yuk, ikuti tips di bawah!Cara mencegah neophobia<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667454120120-94d811a8.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1279514302-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="max-width: 1062px; min-width: 0px; min-height: 0px;">Baca Juga:&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/vh4r" title="https://primaku.page.link/vh4r" target="_blank">Si Kecil Takut Coba Makanan Baru?&nbsp; Waspada Food Neophobia pada Anak!</a>Food neophobia&nbsp;merupakan fase normal perkembangan anak. Faktor yang memengaruhi terjadinya&nbsp;food neophobia&nbsp;dan&nbsp;food preference&nbsp;antara lain paparan makanan pada usia dini, tekanan dalam proses makan, tipe kepribadian,&nbsp;parental feeding styles, dan pengaruh lingkungan.Paparan terhadap rasa sendiri sudah timbul sejak dari kandungan yaitu melalui cairan amnion dan kemudian dilanjutkan dengan ASI, karena rasa makanan yang dimakan ibu juga akan dikenalkan ke bayi yang menyusui.Intervensi perilaku berupa pengenalan makanan baru sejak usia dini merupakan salah satu upaya pencegahan&nbsp;picky eater. Tata laksana&nbsp;picky eater&nbsp;maupun&nbsp;selective eater&nbsp;adalah mengatasi ketidaksukaan terhadap makanan dengan pengenalan sistematik terhadap makanan baru (systematic introduction of new food), menggunakan prinsip berikut:<ul style="margin-bottom: 1rem;"><li style="text-align: justify;">Sajikan makanan dalam porsi kecil.</li><li style="text-align: justify;">Sajikan berbagai makanan yang bervariasi meskipun bukan merupakan makanan yang disukai orang tua.</li><li style="text-align: justify;">Paparkan anak terhadap makanan baru sebanyak 10-15 kali. Penelitian menunjukkan dibutuhkan 10 atau lebih paparan untuk meningkatkan penerimaan terhadap makanan pada anak usia 2 tahun; dan 8-15 kali pada anak usia 4-5 tahun. Pengenalan awal dapat dilakukan dengan menyajikan makanan di piring orang tua.</li><li style="text-align: justify;">Sajikan makanan di meja pada jarak yang terjangkau oleh anak, tanpa menawarkan ke anak. Batita umumnya lebih tertarik mencoba makanan baru bila mereka memegang kendali, namun bila mereka diminta atau disuruh memakan sesuatu, maka umumnya mereka secara spontan akan menolak.</li><li style="text-align: justify;">Berikan contoh makan yang menyenangkan tanpa menawarkan makanan sampai ketakutan anak menghilang dan anak mengekspresikan ketertarikan pada makanan. Semakin banyak orang di sekitar anak yang makan makanan serupa, maka anak akan makin tertarik.</li><li style="text-align: justify;">Jika paparan terhadap makanan menyebabkan anak ingin muntah atau bahkan muntah, hentikan makanan tersebut dan cobalah makanan yang lebih mendekati makanan yang disukai anak.</li><li style="text-align: justify;">Campurlah sedikit makanan baru dengan makanan yang sudah disukai anak dan perlahan-lahan tingkatkan proporsi makanan baru (food chaining).--&gt; contoh apabila anak suka french fries maka MomDad dapat memberikan modifikasi kentang olahan dengan membuat kroket atau perkedel hingga pai ayam. Penelitian menunjukkan food chaining yang dilakukan selama 3 bulan pada anak 1-14 tahun dapat memperbaiki penerimaan makanan anak yang memiliki selektivitas yang ekstrim.</li></ul><div style="text-align: justify;">Nah, itu dia tips yang bisa MomDad lakukan untuk cegah food neophobia pada anak. Selamat mencoba dan semoga berhasil ya, MomDad! MomDad punya pertanyaan seputar kondisi si Kecil? Yuk, tanyakan pada ahli di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" title="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Forum Tanya Dokter</a>!&nbsp;Pertanyaan MomDad akan dijawab langsung oleh dokter spesialis anak, lho. Sumber foto: iStockArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.</div>

Cegah Food Neophobia pada Anak dengan Cara Ini, yuk!

cegah-food-neophobia-pada-anak-dengan-cara-ini--yuk-

Anak menolak makanan baru mungkin hal yang kerap terjadi. Namun, apakah saat MomDad mengenalkan makanan baru anak sering menanggapinya dengan tangisan, amukan, atau teriakan?Jika iya, mungkin saja anak sedang dalam fase perkembangan yang disebut food neophobia. Nah, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai tanda-tanda saat anak mengalami fase ini, yuk simak lebih lanjut!Pengertian neophobia<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667454498111-6a5bdaeb.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-474735668-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Neofobia merupakan fase perkembangan normal seorang anak yang memiliki gejala menolak makanan baru. Fase neofobia sebenarnya merupakan proses mekanisme evolusi survival yang menguntungkan untuk membantu anak menghindari konsumsi substansi beracun saat sang anak sudah memiliki kemampuan mobilitas dan memilih makanannya sendiri tanpa pengawasan orangtua.Neofobia umumnya mulai terjadi pada usia 1-3 tahun, dan mencapai puncaknya pada usia 2-6 tahun. Perilaku ini seharusnya menurun seiring bertambahnya usia dan kemudian hilang saat anak bertumbuh dewasa.&nbsp; &nbsp; &nbsp;Kapan harus waspada?<img src="https://storage.primaku.com/editor/1667454588567-2003e582.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="istockphoto-1367067436-612x612.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1062px; min-height: 0px;"> Baca Juga:&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/7oJe" title="https://primaku.page.link/7oJe" target="_blank">Cegah Food Neophobia pada Anak dengan Cara Ini, yuk!</a>Neofobia dapat menjadi penolakan berkepanjangan dan konsisten terhadap makanan tertentu yang menimbulkan masalah makan berupa food preference.Food preference ini memiliki spektrum mulai dari picky eater sampai selective eater. Picky eater didefinisikan sebagai anak yang menolak makanan tertentu atau pilih-pilih makan, Namun, masih mengonsumsi minimal satu macam dari setiap kelompok makanan, yaitu karbohidrat, protein, sayur atau buah, dan susu.Sementara&nbsp;selective eater adalah anak yang menolak semua jenis makanan dalam kelompok makanan tertentu, misalnya menolak semua makanan sumber protein.Anak dengan picky eater juga umumnya menolak mengonsumsi makanan dalam jumlah yang cukup, dan menolak rasa atau tekstur makanan tertentu. Picky eater dapat merupakan fase normal perkembangan anak, namun selective eater merupakan kondisi patologis.&nbsp;Anak selective eater berisiko mengalami malnutrisi karena hilangnya nutrisi atau asupan dari salah satu golongan makanan tertentu, baik itu makronutriennya dan mikronutriennya. Selective eater merupakan kondisi yang sering terjadi pada gangguan perilaku seperti autistic spectrum disorder, post traumatic feeding disorder, gangguan menelan, keterlambatan oromotor, dan kelainan saluran cerna.Itu dia beberapa hal mengenai food neophobia yang perlu MomDad ketahui. Jika anak memiliki kecenderungan di atas, bisa langsung konsultasikan dengan dokter, ya. Semoga informasi di atas bermanfaat dan membantu MomDad yang anaknya sedang dalam fase ini.MomDad punya pertanyaan seputar kondisi si Kecil? Yuk, tanyakan pada ahli di&nbsp;<a class="e-rte-anchor" href="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" title="https://primaku.page.link/topic-tanya-dokter" target="_blank" style="background-color: rgb(255, 255, 255); font-size: 16px;">Forum Tanya Dokter</a>!&nbsp;Pertanyaan MomDad akan dijawab langsung oleh dokter spesialis anak, lho. Sumber foto: iStockArtikel ini telah ditinjau oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., PhD.

Roti Pisang Cokelat

Roti Pisang Cokelat

Bayi Belum Punya Gigi Tak Dianjurkan Makanan Bertekstur?

Bayi Belum Punya Gigi Tak Dianjurkan Makanan Bertekstur?

Tips Penuhi Nutrisi Anak yang Enggak Suka Makan Sayur

Tips Penuhi Nutrisi Anak yang Enggak Suka Makan Sayur

Benarkah Obat Cacing Bisa Membuat Anak Gemuk?

Benarkah Obat Cacing Bisa Membuat Anak Gemuk?

Panduan Pemberian Minum Air Putih Saat MPASI

Panduan Pemberian Minum Air Putih Saat MPASI

Si Kecil Mogok Menyusu? Coba Atasi dengan Cara Ini, Mom!

Si Kecil Mogok Menyusu? Coba Atasi dengan Cara Ini, Mom!

Cegah Food Neophobia pada Anak dengan Cara Ini, yuk!

Cegah Food Neophobia pada Anak dengan Cara Ini, yuk!

Si Kecil Takut Coba Makanan Baru? Waspada Food Neophobia pada Anak!

Si Kecil Takut Coba Makanan Baru? Waspada Food Neophobia pada Anak!