Mengenal Perkembangan Sosial Emosional Anak di Usia Dini
Author: Annasya
Editor: dr. Lucyana Alim Santoso, Sp.A
Topik: 3-5 Tahun, Parenthood, Article, Tantrum, Parenting
Sosioemosional anak merujuk pada perkembangan anak dalam aspek sosial dan emosional. Ini mencakup kemampuan anak untuk berinteraksi dengan orang lain, mengelola emosi, memahami dan merespons perasaan sendiri dan orang lain. Pembelajaran sosioemosional pada anak memiliki sejumlah manfaat yang penting untuk tumbuh kembang. Nah, gimana sih cara untuk mengelola emosi anak? Yuk, simak penjelasannya di bawah!
Perkembangan Sosioemosional pada Anak Usia Dini
Perkembangan sosioemosional pada usia dini merupakan pondasi penting untuk perkembangan dan pembelajaran seumur hidup anak. Perkembangan sosial merujuk pada kemampuan anak untuk menciptakan dan mempertahankan hubungan yang baik dengan orang dewasa dan anak lain. Perkembangan emosional adalah kemampuan anak untuk mengekspresikan, menyadari, dan mengatur emosi mereka sendiri. Kesehatan mental anak usia dini sejatinya adalah perkembangan kemampuan sosioemosional seorang anak[1].
Orang tua dapat melihat tanda perkembangan sosioemosional anak sesuai usia dengan ciri sebagai berikut:[7]
- Usia 2 bulan: Menangis saat kebutuhan tidak dipenuhi dan mulai bisa tersenyum
- Usia 4 bulan: Menangis karena lelah, lapar, dan saat merasa sakit
- Usia 6 bulan: Mulai sadar akan orang-orang di sekitarnya dan bisa merespon
- Usia 9 bulan: Mulai bisa menunjukkan kecemasan dan menangis ketika berada di antara orang-orang yang tidak ia kenal
- Usia 12 bulan: Mulai interaktif dengan orang-orang sekitar
Cara Mengajarkan Anak Mengenal Emosi
MomDad dapat mengajarkan anak mengenal emosi sesuai usia dengan cara [2,3,4]:
- Batita (bawah tiga tahun)
Pada usia batita, anak sudah dapat merasakan emosi namun belum memahami cara mengungkapkannya. MomDad dapat membantu anak memahami apa yang mereka rasakan dengan cara memberi nama pada emosi tersebut. Beberapa contoh yang dapat dilakukan di antaranya:
- Ketika MomDad melihat anak menunjukkan suatu emosi, berikan nama dan bicarakan hal itu, misalnya: "Wah, kakak senyumnya lebar sekali, tampaknya kakak sedang senang ya?” atau “Muka adik muram sekali. Adik sedih ya karena tidak bisa bermain bersama ibu?”
- Tunjukkan juga dengan kata-kata apabila emosi tersebut muncul pada diri orang lain, misalnya “Paman sedang sedih karena tidak bisa bertemu dengan kakek.”
- Ajak anak bermain permainan boneka tangan, menyanyi, membaca, dan permainan sensori lain.
Anak prasekolah dan usia sekolah
Pada usia ini kemampuan anak untuk mengenal dan mengekspresikan emosi akan semakin terlatih seiring dengan kesempatan untuk mempraktekannya. Beberapa hal yang dapat MomDad lakukan untuk membantu anak usia ini, di antaranya:
- Bicarakan tentang tokoh dan karakter dari buku, film atau tontonan anak, misalnya “Kak, lihat deh wajah Barney, mukanya sedih, dan bahunya turun, pasti dia sedang kecewa.”
- Bacalah buku tentang emosi bersama anak. Buku untuk membantu anak pada usia ini contohnya seri “When I’m feeling” karya Trace Moroney, yang mengisahkan berbagai emosi beserta perasaan yang mungkin timbul saat seorang anak mengalami emosi tersebut (misalnya, merasa mual dan ingin muntah saat sedang cemas, dan lain-lain)
- Tunjukkan kepada anak bagaimana MomDad mengetahui apa yang sedang MomDad rasakan lewat perilaku, misalnya “Kak, tadi kakak lihat tidak, pada waktu ibu memecahkan gelas, ibu berteriak dengan keras. Apakah itu juga yang kakak lakukan ketika kakak berbuat salah dan merasa marah?”
- Bantu anak untuk menyadari emosi dari gelagat tubuhnya, misalnya: “Kamu tampak cemas nak, apakah kamu merasa seperti ada kupu-kupu terbang di dalam perutmu?”
- Permainan yang dapat membantu anak mengekspresikan emosi pada usia ini dapat berupa permainan sensori, menggambar, melukis, boneka tangan, menari.
- Lakukan aktivitas yang bermain dengan berbagai emosi, seperti misalnya menggunakan kartu untuk menentukan “mimik takut” atau “senang” dan mengajak anak mengikutinya.
- MomDad juga dapat mengajarkan anak untuk menenangkan diri, misalnya dengan menghitung sampai 10 atau mengambil napas dalam.
- Sarankan juga beberapa tindakan yang dapat dilakukan untuk mengekspresikan emosi kuat, seperti pelukan saat sedih, meremas bantal kuat-kuat saat marah, dan lain-lain.
- Saat anak sedang benar-benar marah atau kesal, mungkin mereka akan bersikap yang tidak pantas, misalnya dengan berteriak-teriak atau membanting barang, dan lain-lain. Penting bagi MomDad untuk menenangkan anak dan mengingatkan bahwa semua emosi dapat diterima, tetapi tidak semua perilaku dapat diterima.
Suatu penelitian di Kroasia menemukan bahwa anak perempuan memiliki kemampuan perkembangan sosioemosional yang lebih tinggi dibandingkan anak laki-laki, dan umumnya lebih dapat mengekspresikan perasaan mereka, berbagi, membantu teman, dan memperhatikan perasaan orang lain[5].
Cara Mendukung Anak yang Mengalami Kesulitan dalam Perkembangan Sosioemosional
Istilah “Play is the work of the child” adalah benar adanya. Pasalnya, saat bermain seorang anak dapat mengembangkan seluruh ranah perkembangannya, tak terkecuali perkembangan emosinya. Lewat bermain, seorang batita akan belajar tentang “big emotions” seperti malu, rasa bersalah, frustrasi, kecewa, dan lain-lain. MomDad dapat memfasilitasi perkembangan emosi seorang anak lewat permainan yang dapat mengasah kemampuan ini seperti permainan boneka tangan, bernyanyi, membaca, dan permainan “kotor” atau yang berantakan (messy play) [6].
Batita dapat merasakan berbagai emosi besar, tetapi ia belum dapat mengungkapkan dengan kata-kata. Ketika bermain, seorang anak memiliki kesempatan bereksplorasi, mengekspresikan perasaan tersebut, serta belajar untuk meregulasinya. MomDad dapat membantu dengan membuat batita menyadari perasaannya, menamai perasaan tersebut, dan mencari penyebabnya. Misalnya ketika melihat seorang batita yang tampak murung ketika saat mainannya rusak, orangtua dapat berkata “Kamu kelihatan sedih karena mainanmu rusak. Tidak apa dik, yuk kita coba perbaiki.”
Ingat bahwa anak akan mengamati cara kita mengekspresikan emosi dan cara kita mengekspresikan emosi dan mengatur emosi akan menjadi contoh bagi mereka tentang bagaimana mengelola emosi dengan baik. Ketika MomDad dapat merespon anak batita yang sedang tantrum dengan ketenangan dan pengertian, hal itu akan memberi dampak besar bagi mereka.
Frustasi dapat menjadi emosi atau perasaan baru yang ia rasakan pada periode ini. Anak dapat mengungkapkannya dengan cara berteriak, atau memukul ketika tidak mendapatkan apa yang ia inginkan. Anak pada usia ini tidak memahami mengapa mereka tidak bisa mendapatkan apa yang mereka mau sekarang juga, dan dapat menjadi agak “bossy” ketika mereka menginginkan sesuatu. Pada usia ini juga, seorang anak akan merasakan perasaan tidak senang atau sulit ketika mereka harus berhenti bermain dan berpindah aktivitas (misalnya anak yang tidak mau pulang dari taman karena masih ingin bermain). Karena pada usia ini mereka masih sulit untuk mengontrol emosi dan rasa frustrasi mereka, maka tantrum akan sering dijumpai [6].
Mendekati usia 3 tahun, mayoritas batita akan mulai merasakan perasaan bersalah, atau rasa malu. MomDad dapat membantu mereka dengan mendengarkan secara atentif dan memberikan peneguhan atau keyakinan bahwa apa yang mereka rasakan adalah wajar, dan membantu mereka memahami apa yang mendasari perasaan tersebut [6].
Berikut adalah ide bermain untuk mendukung perkembangan emosi anak [6]:
- Bermain bersama dan berbagi dengan anak lain
- Permainan imajinatif seperti boneka tangan, bermain pura-pura
- Permainan lewat lagu dan gerakan misalnya lagu “jika kau suka hati tepuk tangan”
- Messy play menggunakan pasir, lumpur, atau cat warna. Anak dapat meremas, menggambar berbagai ekspresi wajah yang sesuai dengan suasana hatinya saat itu
- Membaca buku yang bertemakan perasaan yang dialami anak, misalnya buku yang bercerita tentang apa yang dirasakan karakternya ketika marah, kecewa, sedih, frustrasi, dan lain-lain.
- Outdoor play di taman atau ruang terbuka dapat menjadi sarana seorang anak untuk mengekspresikan emosinya, misalnya dengan melompat, berguling, berteriak, berlari dan lain-lain.
- Biarkan anak memimpin permainan, dan bantulah ia saat ia merasakan emosi yang belum dapat dikelola sendiri (kekecewaan, malu, dan lain-lain).
Perkembangan sosioemosional anak sangat penting karena memberikan dasar bagi kesejahteraan sosial dan emosional mereka di masa depan. Yuk, terapkan cara di atas untuk membangun perkembangan sosioemosional yang sehat pada si Kecil!
Referensi:
- Social and Emotional Development. US Departement of Health & Human Services.
- Understanding and managing emotions: children and teenagers
- Toddler emotions: learning & play ideas | Raising Children Network
- Time-in: helping toddlers calm down | Raising Children Network
- Mia Masnjak Kalčik. GENDER DIFFERENCES IN SOCIAL EMOTIONAL DEVELOPMENT AND PHYSICAL ACTIVITY LEVEL IN PRESCHOOL CHILDREN. 8th International Scientific Conference on Kinesiology, 2017.
- Social and emotional skills at different ages