Setiap orang tua tentu berharap anak tumbuh sehat dan berkembang optimal, salah satunya dengan mencapai tinggi badan yang ideal. Pertumbuhan tinggi badan anak bukan hanya dipengaruhi oleh faktor genetik saja, tetapi juga oleh faktor nutrisi, kesehatan, dan lingkungan. Lantas, bagaimana cara mengetahui apakah tinggi badan anak sudah sesuai dengan standar pertumbuhan?Pentingnya Pertumbuhan Tinggi Badan﻿﻿﻿﻿Tinggi badan anak bukanlah sekadar ukuran tubuh, melainkan cerminan kesehatan dan perkembangan anak jangka panjang. Pertumbuhan tinggi badan yang optimal menunjukkan bahwa anak mendapatkan nutrisi yang cukup, hormon pertumbuhan bekerja dengan baik, dan tidak ada gangguan kesehatan yang menghambat pertumbuhannya. Selain itu, tinggi badan yang sesuai dengan usia juga dapat mempengaruhi kepercayaan diri anak saat berinteraksi dengan teman sebaya.﻿﻿Masa pertumbuhan panjang atau tinggi badan tercepat seorang anak terjadi dua kali dalam kehidupannya, yaitu pada 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK), yang dinilai sejak awal kehamilan hingga usia 2 tahun dan pada saat dia memasuki usia pubertas.Pada masa 1000 HPK, juga terjadi pembentukan otak dan organ penting lainnya. Pada masa ini, selain mengukur panjang atau tinggi badan, anak juga harus diukur lingkar kepalanya secara berkala. Potensi tinggi badan dan pertumbuhan otak janin, bayi atau anak sangat bergantung kepada kecukupan nutrisi yang didapat selama masa ini. Adanya gangguan pertumbuhan yang tidak terdeteksi dan tidak diintervensi menyebabkan efek jangka panjang yang dapat menurunkan kualitas hidupnya [1].Maka dari itu, pemenuhan nutrisi yang diimbangi dengan pemantauan pertumbuhan anak secara teratur sangat penting dilakukan karena dapat menjadi indikasi kondisi kesehatan dan gizi anak [2],Tinggi Badan Anak yang Ideal Menurut Usia<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/448651db13b0c12791277d3fca153629_1725242075417.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="tinggi badan anak.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px;"> Sebenarnya, tidak pernah ada patokan tunggal yang dapat menentukan berapa tinggi badan anak seharusnya. Hal ini karena tinggi badan ideal suatu populasi atau suatu kelompok masyarakat, bersifat dinamis. Tinggi badan yang dikatakan ‘normal’ oleh kakek-nenek kita, mungkin dianggap terlalu pendek oleh anak-cucu kita. Hal ini karena ada fenomena yang disebut sebagai secular trend in growth. Bahkan, bangsa yang dianggap tertinggi di dunia pun, bangsa Belanda, masih naik terus tinggi badannya setiap ganti generasi.Jadi, kapan anak dianggap terlalu pendek (atau terlalu tinggi)? Para ahli mengadopsi konsep statistik untuk menjawab pertanyaan ini. Bila kita mengukur tinggi badan suatu kelompok masyarakat (sekelompok manusia atau anak), kita akan menganggap manusia atau anak tersebut terlalu pendek apabila dia berada pada posisi 2,5% terpendek dibandingkan yang lain, dan sebagai terlalu tinggi bila dia berada pada 2,5% tertinggi. Mereka yang berada pada 95% di tengah-lah yang dianggap sebagai mempunyai tinggi badan normal. Dalam ilmu statistik, batas 2,5% terpendek ini ada pada garis -2 pada grafik, sedangkan 2,5% tertinggi ada pada garis 2 (atau +2) pada grafik. Lihat gambar grafik pertumbuhan berikut.Pertanyaan berikutnya, kepada kelompok masyarakat yang mana tinggi badan anak kita akan dibandingkan?Kebanyakan negara maju mempunyai grafik pertumbuhan untuk menilai tinggi badan anak-anak di negaranya. Amerika Serikat, China, Jepang dan semua negara Eropa mempunyai grafik pertumbuhan nasionalnya. Membuat grafik pertumbuhan tidak murah karena harus mengukur cukup banyak anak dalam berbagai usia dan dari kedua jenis kelamin sehingga hanya beberapa negara yang cukup kaya seperti Singapura, Korea, Saudi Arabia, dan Uni Emirat Arab yang juga mempunyai grafik pertumbuhan nasionalnya sendiri.Sejak sekitar tahun 2007, Indonesia memutuskan untuk menggunakan grafik pertumbuhan standar yang dikembangkan oleh WHO, yaitu WHO Child Growth Standards 2006. Grafik ini memperlihatkan rentang tinggi badan yang normal untuk anak berdasarkan usia dan jenis kelamin.WHO Child Growth Standards 2006 adalah standar pertumbuhan anak yang dikembangkan oleh WHO dari hasil pengukuran anak-anak di 6 negara: Amerika Serikat, Norwegia, Brazil, Oman, Ghana dan India. Pada saat dibuat, grafik ini diharapkan dapat menjadi standar bagaimana seharusnya seorang anak tumbuh. Namun, karena adanya secular trend in growth, grafik yang dibuat hampir 20 tahun yang lalu ini dianggap terlalu pendek untuk menilai tinggi badan anak-anak di kebanyakan negara Eropa dan Amerika.Sampai saat ini, karena belum mempunyai grafik pertumbuhan nasional yang disepakati oleh semua pihak, Indonesia masih menggunakan WHO Child Growth Standards 2006. Grafik ini diadopsi untuk digunakan pada buku KIA yang digunakan untuk menilai pertumbuhan dan perkembangan balita di Indonesia. Meskipun tidak sepenuhnya ideal, dengan grafik pertumbuhan ini diharapkan dokter dan MomDad dapat melihat apakah pertumbuhan anak sesuai dengan usianya. Dengan pemantauan rutin menggunakan grafik ini, MomDad dapat mendeteksi dini jika ada masalah pertumbuhan dan dapat segera mendapatkan penanganan yang tepat. Lantas apakah tinggi badan si Kecil sudah ideal? Yuk, simak grafik di bawah ini!Grafik Kurva Panjang Badan/ Tinggi Badan Anak Perempuan Berdasarkan Usia 0-5 Tahun [3]<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/5d1a46103c1590356fc4e4ec8e8267f2a_1725242110112.png" class="e-rte-image e-imginline" alt="Screenshot 2024-08-26 at 09.21.25.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px;"> Grafik Kurva Panjang Badan/ Tinggi Badan Anak Laki-Laki Berdasarkan Usia 0-5 Tahun [3]<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/a10371ecb710905110c2437c311a80d73bc_1725242129717.png" class="e-rte-image e-imginline" alt="Screenshot 2024-08-26 at 09.21.38.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px;"> Perlu MomDad ketahui, panjang badan diukur pada posisi tidur telentang untuk anak usia 0-2 tahun dan setelah usia 2 tahun, tinggi badan diukur sebagai tinggi berdiri. Untuk dapat menginterpretasikan angka tersebut, MomDad bisa mengacu pada penjelasan berikut [4]:<ol><li>Panjang atau tinggi badan anak di atas garis 3. Anak dalam kelompok ini berperawakan tubuh terlalu tinggi. Hal ini sangat mungkin tidak normal, kecuali apabila MomDad juga mempunyai tinggi badan yang sangat tinggi, lebih tinggi daripada kebanyakan orang di dunia. Anak yang tumbuh terlalu cepat berisiko berhenti tumbuh lebih cepat sehingga berisiko mempunyai tinggi badan dewasa yang justru lebih pendek Yang harus diwaspadai pada anak yang terlalu tinggi adalah kemungkinan terjadinya pubertas dini. Mengacu pada konsep statistik yang sekilas disampaikan di atas, tinggi badan di atas 3 yang ‘normal’ mungkin hanya terjadi pada 0,5% anak.</li><li>Panjang atau tinggi badan anak di atas 2. Panjang atau tinggi badan di atas garis 2 yang normal, mungkin terjadi pada sekitar 2,5% anak. Hal ini pada umumnya terjadi pada anak yang mempunyai MomDad yang mempunyai tinggi badan yang relatif tinggi juga. Seperti pada kelompok yang terlalu tinggi di atas, MomDad harus waspada kemungkinan terjadinya pubertas dini apabila tinggi badan anak pada kurva cenderung naik terus.</li><li>Panjang atau tinggi badan anak antara -2 dan 2. Ini adalah tinggi badan yang secara statistik dianggap normal. Panjang atau tinggi badan ini diharapkan terjadi pada 95% masyarakat.</li><li>Panjang atau tinggi badan anak di bawah -2. Anak yang mempunyai panjang atau tinggi badan di bawah -2 dianggap berperawakan pendek. Ada banyak penyebab perawakan pendek, seperti misalnya berat badan lahir yang terlalu kecil, berpenyakit kronis, tidak mendapatkan asupan zat gizi yang cukup, dan berbagai kelainan hormon atau genetik. Namun MomDad juga perlu tahu bahwa tinggi badan yang pendek ini mungkin hanyalah variasi normal, seperti misalnya karena MomDad juga relatif pendek atau kecepatan pertumbuhan yang relatif lambat. Constitutional delay of growth terjadi pada anak yang mengalami kecepatan tumbuh yang lambat tetapi nantinya akan berhenti tumbuh pada usia yang lebih tua sehingga dia akan mencapai tinggi dewasa yang tidak pendek. Anak-anak yang mengalami hal ini biasanya mempunyai orang tua yang juga mengalami hal ini dahulunya.</li></ol>Begitu rumitnya interpretasi hasil pengukuran tinggi badan sehingga apabila MomDad ragu-ragu apakah tinggi badan si Kecil masih dapat dianggap normal, segera berkonsultasilah kepada dokter.Cara Mengoptimalkan Pertumbuhan Anak<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/e64136107243eb3cb5f4e5c77a12c015a_1725242220175.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="tinggi badan anak-2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px;"> Untuk membantu anak mencapai tinggi badan yang optimal, MomDad dapat melakukan beberapa hal berikut ini:<ol><li>Melakukan kunjungan secara teratur ke dokter atau pusat pelayanan kesehatan lainnya untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan anak, dengan frekuensi yang disarankan [1]. Panjang atau tinggi badan sebaiknya diukur dengan frekuensi sebagai berikut, kecuali bila ada masalah sehingga dokter meminta diukur lebih sering.</li></ol><ul><li>Setiap bulan sampai usia 1 tahun</li><li>Setiap 3 bulan sampai usia 3 tahun</li><li>Setiap 6 bulan sampai usia 6 tahun&nbsp;1 tahun sekali pada tahun-tahun berikutnya</li></ul>Hasil pengukuran berkala ini sangat penting untuk membuat diagnosis kemungkinan penyebab masalah pertumbuhan bila suatu saat memang ditemukan masalah. Jangan lupa, hasil pengukuran berkala harus ditulis pada grafik pertumbuhan sehingga segera dapat diinterpretasikan apakah pertumbuhan anak masih normal.2.&nbsp;Pemberian ASI eksklusif hingga usia 6 bulan. ASI adalah nutrisi terbaik untuk bayi karena mengandung zat gizi dan zat kekebalan yang dibutuhkan bayi. Pada bayi usia kurang dari 3 bulan, perlambatan pertumbuhan yang terjadi sebagian besar disebabkan oleh proses menyusui yang kurang tepat [5].3. Pemberian MPASI saat anak berusia 6-24 bulan dengan tahapan tekstur sesuai usia dan adekuat, yaitu harus memenuhi kebutuhan energi, protein, dan mikronutrien agar pertumbuhannya optimal [6].4. Tidur yang cukup dan berkualitas sangat penting bagi pertumbuhan anak-anak, terutama karena hormon pertumbuhan diproduksi secara optimal saat tidur malam. Anak-anak usia sekolah membutuhkan sekitar 9-11 jam tidur setiap malam untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan yang sehat. Kurang tidur dapat menghambat produksi hormon pertumbuhan, sehingga berpotensi mengganggu proses pertumbuhan anak secara keseluruhan. Pastikan anak-anak mendapatkan tidur yang cukup agar mereka dapat mencapai potensi pertumbuhan maksimal mereka​ [7].5. Lengkapi jadwal imunisasi sesuai usia, terutama imunisasi dasar. Penelitian menunjukkan bahwa imunisasi berperan penting dalam mendukung pertumbuhan yang baik pada bayi. Bayi yang mendapatkan imunisasi lengkap cenderung tumbuh lebih sehat karena terlindungi dari penyakit berbahaya. Sebaliknya, bayi yang tidak diimunisasi lebih rentan terhadap infeksi tertentu, yang dapat berdampak negatif pada status gizi dan pertumbuhannya. Hal ini karena sistem kekebalan tubuh yang kuat dan terjaga memiliki kaitan erat dengan pertumbuhan optimal pada bayi [8].Memantau pertumbuhan tinggi badan anak secara teratur dan memberikan dukungan yang tepat sangat penting untuk memastikan mereka tumbuh sehat. Dengan perhatian yang baik pada nutrisi, tidur, dan imunisasi, MomDad dapat membantu anak mencapai potensi pertumbuhan optimal mereka. Pastikan untuk selalu berkonsultasi dengan dokter untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan si Kecil, ya!<a href="https://bit.ly/BookingVaksinMitraPrimaKu" target="_blank"><img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/881efea3ddc7a0104e833f9fa3e0824b0_1725242269912.png" class="e-rte-image e-imginline e-resize" alt="CTA-Artikel.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1202px; min-height: 0px; max-height: 538px;"></a> Ingin si Kecil tumbuh sehat dan optimal? Yuk, bantu lengkapi vaksinasinya dengan melakukan booking vaksin di PrimaKu! Pastikan si Kecil mendapat perlindungan terbaik dengan vaksinasi sesuai usia dan kebutuhannya. Psst, untuk setiap booking yang dilakukan di semua klinik partner PrimaKu, MomDad bisa mendapatkan produk nutrisi gratis untuk mendukung pertumbuhan si Kecil, lho! Jadi, jangan lewatkan kesempatan ini dan siapkan masa depan sehat untuk si Kecil.Artikel ini telah divalidasi oleh Prof. dr. Madarina Julia, Sp.A(K), MPH., Ph.D.<p style="margin-bottom: 0px; font-style: normal; font-variant-caps: normal; font-stretch: normal; line-height: normal; font-family: &quot;Helvetica Neue&quot;; font-size-adjust: none; font-kerning: auto; font-variant-alternates: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-numeric: normal; font-variant-east-asian: normal; font-variant-position: normal; font-variant-emoji: normal; font-feature-settings: normal; font-optical-sizing: auto; font-variation-settings: normal;">﻿Referensi: 1. IDAI. 2016. Pentingnya Memantau Pertumbuhan dan Perkembangan Anak (Bagian 1) <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/pentingnya-memantau-pertumbuhan-dan-perkembangan-anak-bagian-1" title="https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/pentingnya-memantau-pertumbuhan-dan-perkembangan-anak-bagian-1">https://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/pentingnya-memantau-pertumbuhan-dan-perkembangan-anak-bagian-1 </a>2. UNICEF. 2017. Data to Transform Government Health Programs <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.unicef.org/innovation/stories/height-length-measurement-to-transform-health-programs" title="https://www.unicef.org/innovation/stories/height-length-measurement-to-transform-health-programs">https://www.unicef.org/innovation/stories/height-length-measurement-to-transform-health-programs </a>3. WHO. 2024. Weight-for-length/height<a classname="e-rte-anchor" href="https://www.who.int/tools/child-growth-standards/standards/weight-for-length-height" title="https://www.who.int/tools/child-growth-standards/standards/weight-for-length-height">https://www.who.int/tools/child-growth-standards/standards/weight-for-length-height </a>4. Anak Indonesia Sehat. Kurva Pertumbuhan WHO<a classname="e-rte-anchor" href="https://anakindonesiasehat.com/pertumbuhan/kurva-pertumbuhan-who/" title="https://anakindonesiasehat.com/pertumbuhan/kurva-pertumbuhan-who/">https://anakindonesiasehat.com/pertumbuhan/kurva-pertumbuhan-who/ </a>5. IDAI. 2013. ASI Sebagai Pencegah Malnutrisi pada Bayi&nbsp;https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/asi-sebagai-pencegah-malnutrisi-pada-bayi6. IDAI. 2018. Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI)<a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/pemberian-makanan-pendamping-air-susu-ibu-mpasi" title="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/pemberian-makanan-pendamping-air-susu-ibu-mpasi">https://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/pemberian-makanan-pendamping-air-susu-ibu-mpasi </a>7. National Library of Medicine. 2023. Complex relationship between growth hormone and sleep in children: insights, discrepancies, and implications<a classname="e-rte-anchor" href="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10847528/" title="https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10847528/">https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC10847528/ </a>8. Research Gate. 2020. HUBUNGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR DENGAN TUMBUH KEMBANG BAYI (0-1 TAHUN)<a classname="e-rte-anchor" href="https://www.researchgate.net/publication/343159060_HUBUNGAN_PEMBERIAN_IMUNISASI_DASAR_DENGAN_TUMBUH_KEMBANG_BAYI_0-1_TAHUN" title="https://www.researchgate.net/publication/343159060_HUBUNGAN_PEMBERIAN_IMUNISASI_DASAR_DENGAN_TUMBUH_KEMBANG_BAYI_0-1_TAHUN">https://www.researchgate.net/publication/343159060_HUBUNGAN_PEMBERIAN_IMUNISASI_DASAR_DENGAN_TUMBUH_KEMBANG_BAYI_0-1_TAHUN </a>

Yakin Tinggi Badan si Kecil Normal? Yuk, Ketahui Standar Pertumbuhannya!

yakin-tinggi-badan-si-kecil-normal--yuk--ketahui-standar-pertumbuhannya--1725247246965

Hai MomDad! Tahu nggak, kalau protein itu salah satu nutrisi paling penting buat tubuh, terutama untuk mendukung tumbuh kembang si Kecil. Kekurangan protein bisa berdampak serius, lho! Pertumbuhan anak bisa terhambat dan bahkan bisa menyebabkan malnutrisi. Makanya, penting banget untuk memastikan si Kecil mendapatkan asupan protein yang cukup dari MPASI-nya. Jadi, seberapa penting sih protein? Dampak Kekurangan Protein bagi AnakKekurangan protein bisa menyebabkan malnutrisi energi protein (MEP). MEP ini terjadi ketika kebutuhan protein dan energi si Kecil nggak terpenuhi. Biasanya, ini disebabkan karena asupan yang kurang atau kebutuhan tubuh yang meningkat. Gejala Kekurangan Protein:<ol><li>Malnutrisi Energi Protein Ringan hingga Sedang: Anak mungkin tampak kurus, tapi nggak terlalu kelihatan. Gejalanya cenderung ringan.</li><li>Malnutrisi Energi Protein Berat: Ada 3 bentuk klinis, yaitu:</li></ol><ul><li>Kwashiorkor: Anak tampak bengkak, perutnya membuncit, dan kakinya membesar. Kulitnya bisa muncul bercak cokelat yang mudah terkelupas, dan rambutnya mudah rontok.</li><li>Marasmus: Anak sangat kurus, tulang-tulangnya terlihat jelas, kulitnya keriput, dan rambutnya mirip rambut jagung.</li><li>Marasmik-kwashiorkor: Gabungan dari gejala marasmus dan kwashiorkor, di mana anak tampak sangat kurus sekaligus bengkak.</li></ul> Protein yang Baik untuk Si KecilProtein hewani adalah pilihan terbaik karena mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh, dan mudah dicerna. Asam amino esensial ini nggak bisa diproduksi tubuh sendiri, jadi harus didapatkan dari makanan.Beberapa sumber protein nabati seperti tempe memang tinggi protein, tapi kandungan asam amino esensialnya kurang lengkap. Jadi, kalau si Kecil hanya makan protein nabati, MomDad perlu pastikan kombinasi makanan yang diberikan bisa menutupi kekurangan asam amino tertentu. Misalnya, kacang-kacangan harus dikombinasikan dengan kedelai untuk melengkapi asam amino esensial.Catatan Penting: Ibu hamil dan anak-anak sebaiknya nggak menjalani pola makan vegetarian, karena kebutuhan protein hewani sangat penting untuk pertumbuhan si Kecil. Berapa Banyak Protein yang Dibutuhkan? <img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/17dde743562e832ffb0fb7f228e54fea_1725014349111.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="Kekurangan_protein-2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1457px; min-height: 0px;"> Secara umum, protein dibutuhkan sekitar 10-15% dari total kalori harian. Berikut panduan asupan protein harian untuk si kecil:<ul><li>Usia 6-8 bulan: 1 sajian protein hewani per hari, misalnya 1 butir telur.</li><li>Usia 9-12 bulan: 1-2 sajian protein hewani per hari.</li><li>Usia 12-24 bulan: 2-3 sajian protein hewani per hari.</li></ul> Solusi kalau Si Kecil Nggak Suka atau Alergi ProteinKalau si Kecil picky eater atau punya alergi terhadap protein tertentu, MomDad bisa coba beberapa trik ini:<ol><li>Porsi kecil: Sajikan makanan dalam porsi kecil dulu agar si Kecil tidak kaget.</li><li>Variasi makanan: Coba berbagai jenis makanan, meskipun bukan favorit MomDad.</li><li>Paparan berulang: Biasanya, anak usia 2 tahun perlu dicoba 10 kali, dan anak usia 4-5 tahun butuh 8-15 kali paparan makanan baru sebelum mereka mulai suka.</li><li>Penyajian menarik: Sajikan makanan baru tanpa memaksa. Biarkan si Kecil merasa punya kendali.</li><li>Berikan contoh yang baik: Si kecil biasanya akan tertarik mencoba makanan kalau lihat MomDad menikmatinya.</li><li>Food chaining: Campur makanan baru dengan makanan favoritnya. Misalnya, kalau si Kecil suka kentang goreng, coba buat kroket dengan tambahan ayam.</li><li>Alternatif Protein: Kalau si Kecil alergi terhadap satu jenis protein, coba berikan alternatif lain seperti telur, ikan air tawar, atau daging sapi.</li></ol> Dengan trik-trik ini, MomDad bisa memastikan si Kecil mendapatkan asupan protein yang cukup untuk tumbuh kembangnya yang optimal. Jangan takut untuk bereksperimen dan terus mencoba berbagai cara agar si Kecil tetap sehat! Referensi:<ol><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126104-S-5830-Kejadian%20KEP-Literatur.pdf" title="https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126104-S-5830-Kejadian%20KEP-Literatur.pdf">https://lib.ui.ac.id/file?file=digital/126104-S-5830-Kejadian%20KEP-Literatur.pdf </a></li><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://gizikia.kemkes.go.id/assets/file/pedoman/tatalaksana-gibur.pdf" title="https://gizikia.kemkes.go.id/assets/file/pedoman/tatalaksana-gibur.pdf">https://gizikia.kemkes.go.id/assets/file/pedoman/tatalaksana-gibur.pdf </a></li><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://ayosehat.kemkes.go.id/topik-penyakit/defisiensi-nutrisi/malnutrisi-energi-protein" title="https://ayosehat.kemkes.go.id/topik-penyakit/defisiensi-nutrisi/malnutrisi-energi-protein">https://ayosehat.kemkes.go.id/topik-penyakit/defisiensi-nutrisi/malnutrisi-energi-protein </a></li><li>Abeshu MA, Lelisa A, Geleta B. Complementary Feeding: Review of Recommendations, Feeding Practices, and Adequacy of Homemade Complementary Food Preparations in Developing Countries - Lessons from Ethiopia. Front Nutr. 2016 Oct 17;3:41. doi: 10.3389/fnut.2016.00041. PMID: 27800479; PMCID: PMC5065977.</li><li>Parikh, P., Semba, R., Manary, M., Swaminathan, S., Udomkesmalee, E., Bos, R., Poh, B. K., Rojroongwasinkul, N., Geurts, J., Sekartini, R., &amp; Nga, T. T. (2021). Animal source foods, rich in essential amino acids, are important for linear growth and development of young children in low- and middle-income countries. Maternal &amp; Child Nutrition, e13264. <a classname="e-rte-anchor" href="https://doi.org/10.1111/mcn.13264" title="https://doi.org/10.1111/mcn.13264">https://doi.org/10.1111/mcn.13264 </a></li><li>Rekomendasi tatalaksana masalah makan pada anak dan balita. IDAI. 2014. UKK Nutrisi dan Penyakit Metabolik</li></ol>

Tanda Anak Kekurangan Protein: Waspadai Risiko Malnutrisi Sejak Dini

tanda-anak-kekurangan-protein--waspadai-risiko-malnutrisi-sejak-dini-1725014500903

Wajib Ada dalam Makanan Sehari-hari Anak, Ini Nutrisi Kunci untuk Cegah Stunting

wajib-ada-dalam-makanan-sehari-hari-anak--ini-nutrisi-kunci-untuk-cegah-stunting-1723203723011

Tiap orang tua tentu menginginkan anaknya tumbuh dan berkembang secara optimal. Namun, untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang baik, ada beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan. Aspek tersebut adalah imunitas dan perkembangan otak (kognitif) anak. Nah, spesial dalam rangka Hari Anak Nasional, PrimaKu ingin mengajak MomDad semua untuk mengupas tuntas cara mengoptimalkan tumbuh kembang anak, lewat webinar PrimaKu x Nutricia bersama: dr. Attila Dewanti, Sp.A (K)

Webinar Dukung Anak Tumbuh Jadi Pemenang Optimalkan Sistem Imun & Perkembangan Otaknya

webinar-dukung-anak-tumbuh-jadi-pemenang-optimalkan-sistem-imun---perkembangan-otaknya-1722915900279

Tidur merupakan kebutuhan vital bagi anak-anak untuk menunjang perkembangan mental dan fisik mereka. Tidur adalah waktu yang tepat untuk tubuh melakukan pemulihan, mengisi ulang energi, dan menyimpan informasi baru. Kurangnya waktu tidur dapat berakibat pada kesehatan dan pertumbuhan anak. Penyebab anak susah tidurUntuk dapat mengatasi permasalahan anak yang susah tidur, sebaiknya MomDad mencari tahu apa penyebabnya. Kesulitan tidur pada anak bisa disebabkan oleh:<ol><li>Ketakutan di malam hari</li></ol>Anak-anak, terutama yang memiliki imajinasi tinggi, mungkin takut gelap, sendirian, atau membayangkan hal-hal buruk.<ol><li>Mimpi buruk</li></ol>Pengalaman mimpi buruk dapat membuat anak sulit kembali tidur.<ol><li>Khawatir atau stres</li></ol>Beban sekolah, tugas, atau masalah keluarga dapat menyebabkan anak stres dan susah tidur.<ol><li>Perubahan kebiasaan</li></ol>Peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidup anak yang menyebabkan perubahan dalam kebiasaannya, seperti perceraian, kematian, sakit, atau pindah rumah, juga dapat mengganggu pola tidur anak.<ol><li>Ketidaknyamanan lingkungan</li></ol>Ruangan yang terlalu panas, terang, bising, atau memiliki bau tidak sedap dapat membuat anak tidak nyaman dan susah tidur. Cara mengatasi anak susah tidur<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/49c29b5908baa4109e4dd469cad8b47b9_1722853807297.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="anak_susah_tidur.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1458px; min-height: 0px;"> Kurang tidur dapat berakibat pada kesehatan dan perkembangan anak. Oleh karena itu, penting bagi MomDad untuk membantu anak mendapatkan tidur yang nyenyak dan berkualitas.Berikut langkah-langkah yang dapat MomDad ambil untuk mengatasi anak susah tidur:<ol><li>Hindari gadget</li></ol>Jauhkan anak dari TV, gadget, dan komputer minimal 1 jam sebelum tidur. Cahaya biru dari layar elektronik dapat mengganggu produksi melatonin, hormon yang mengatur tidur.<ol><li>Ciptakan rutinitas tidur yang menenangkan</li></ol>Bantu tubuh dan pikiran anak bersiap untuk tidur dengan menciptakan rutinitas tidur yang konsisten. Aktivitas seperti mandi air hangat, membaca buku cerita, mendengarkan musik yang menenangkan, dan berdoa dapat membantu anak rileks dan lebih mudah terlelap.<ol><li>Siapkan lingkungan tidur yang nyaman</li></ol>Pastikan ruangan tidur gelap, sejuk, dan tenang. Gunakan aroma terapi atau alunan musik yang menenangkan.<ol><li>Hindari hewan peliharaan di kamar tidur</li></ol>Gerakan hewan peliharaan dapat mengganggu tidur anak.<ol><li>Batasi konsumsi kafein</li></ol>Hindari kafein pada soda, minuman energi, coklat, dan teh, terutama di sore dan malam hari.<ol><li>Dorong aktivitas fisik</li></ol>Pastikan anak cukup berolahraga setiap hari. Aktivitas fisik membantu meningkatkan kualitas tidur. Konsistensi adalah kunci! Pastikan rutinitas tidur anak diterapkan secara konsisten agar ia mendapatkan istirahat yang cukup dan berkualitas. Jika masalah tidur anak berlanjut, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan solusi yang tepat. Referensi:<ul><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://kidshealth.org/en/parents/sleep.html" title="https://kidshealth.org/en/parents/sleep.html">https://kidshealth.org/en/parents/sleep.html </a></li><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://kidshealth.org/en/kids/cant-sleep.html" title="https://kidshealth.org/en/kids/cant-sleep.html">https://kidshealth.org/en/kids/cant-sleep.html </a></li><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.texaschildrens.org/content/wellness/why-sleep-so-important#:~:text=Sleep%20is%20the%20time%20for,brain%20development%20hormones%20are%20released." title="https://www.texaschildrens.org/content/wellness/why-sleep-so-important#:~:text=Sleep%20is%20the%20time%20for,brain%20development%20hormones%20are%20released.">https://www.texaschildrens.org/content/wellness/why-sleep-so-important#:~:text=Sleep%20is%20the%20time%20for,brain%20development%20hormones%20are%20released.</a></li></ul>

Dilema Anak Susah Tidur: Kenali Penyebab & Solusinya!

dilema-anak-susah-tidur--kenali-penyebab---solusinya--1725248702631

Berjalan untuk pertama kali adalah salah satu tonggak perkembangan anak yang paling berkesan. Bayi biasanya mulai berjalan antara usia sekitar 10 hingga 18 bulan. Sebelum mereka mulai berjalan, bayi biasanya sudah merangkak (antara 7 hingga 12 bulan) dan menarik diri mereka sendiri untuk berdiri (biasanya antara usia 9 hingga 12 bulan). Namun, pada beberapa kasus, ada pula bayi yang mengalami terlambat jalan dan kerap membuat orang tua khawatir. Apa sih penyebab anak terlambat berjalan? 1. Gangguan neurologisBeberapa gangguan neurologis seperti palsi serebral, distrofi muskular (penyakit yang diturunkan yang menyebabkan gangguan saraf dan otot) akan menyebabkan kekakuan maupun kelemahan otot yang digunakan untuk berjalan sehingga menghambat proses perkembangan berjalan anak.2. Defisiensi vitamin DDefisiensi vitamin D dapat menyebabkan gangguan pembentukan tulang. Tulang dan otot merupakan unit motorik yang penting dalam proses lokomotor atau berjalan anak. Jika otak memerintahkan tulang dan otot untuk bergerak, namun kondisinya tidak optimal, maka anak dapat mengalami gangguan berjalan. Kondisi kekurangan vitamin D berat ini disebut Rickets atau Rakitis. Beberapa penelitian telah menunjukkan hubungan Rickets dengan keterlambatan berjalan.3. Gangguan hormon, seperti hipotiroidismePada anak dengan hipotiroidisme terdapat keterlambatan perkembangan di semua ranah perkembangan, termasuk berjalan. Anak dengan hipotiroidisme juga memiliki tonus otot lemah, retardasi mental, dan lamban.4. Keterlambatan perkembangan global (global developmental delay)Populasi tertentu anak memiliki keterlambatan perkembangan, termasuk berjalan. Kondisi ini juga dapat disertai hipotonia, yaitu kelemahan tonus otot yang mempengaruhi kemampuan anak berjalan.5. PrematuritasBayi yang lahir prematur perlu dievaluasi berdasarkan usia koreksinya, namun umumnya mengalami keterlambatan perkembangan yang berbanding lurus dengan tingkat prematuritasnya. Beberapa kondisi lain seperti tonus otot berlebih (spastisitas), gangguan keseimbangan, kurangnya stimulasi, dan disabilitas intelektual dapat berkaitan dengan keterlambatan berjalan. Evaluasi penyebabnya<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/26ac3c1418782310e3036a910da1a1c9d_1722827351109.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="terlambat_berjalan-4.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1458px; min-height: 0px;"> Anak yang mengalami keterlambatan berjalan perlu dievaluasi penyebabnya. Misalnya, jika anak selalu digendong ke mana-mana, maka ia tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuannya berjalan, maka solusinya adalah memberikan ruang untuk anak mempraktekkan kemampuan ototnya. Kondisi lain yang disebutkan di atas memerlukan intervensi tenaga ahli khusus, misalnya fisioterapi, rehabilitasi medik, neurologi secara kolaboratif untuk menunjang anak dapat berjalan mandiri. Cara agar anak dapat berjalan sesuai dengan tumbuh kembang<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/75bf66f77fd64b86414b5239fe99482a_1722827366303.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="terlambat_berjalan-2 (1).jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1458px; min-height: 0px;"> Untuk membantu anak agar dapat berjalan sesuai tonggak tumbuh kembang, MomDad bisa mencoba cara berikut ini:<ul><li>Memberikan banyak kesempatan “floor time”</li></ul>Anak yang banyak bermain dan menjelajah sekitarnya akan memiliki kesempatan mengembangkan otot-otot besar tubuhnya agar ia mampu bergerak/berpindah tempat dengan efisien.<ul><li>Menyiapkan lingkungan yang aman untuk anak bereksplorasi</li></ul>Pastikan MomDad menutup semua saklar listrik dan menjauhkan berbagai benda tajam atau yang berpotensi menyebabkan anak terjatuh saat belajar jalan.<ul><li>Menyediakan “pegangan” bagi anak yang mulai merambat</li></ul>MomDad dapat membantu anak belajar berjalan menggunakan benda-benda statis, seperti kursi pendek, yang dapat menjadi tempat anak berpegangan saat berdiri dan berjalan. Anak juga dapat dilatih berjalan dengan berpegangan pada pagar playmat yang tak hanya berfungsi sebagai pegangan, namun juga memberikan alas yang cukup empuk apabila anak terjatuh.<ul><li>Menggunakan alat bantu seperti push walker</li></ul>Saat ini sudah banyak dikembangkan peralatan bayi seperti push walker yang merangsang anak untuk berdiri sendiri dengan roda yang dapat didorong dan dikunci sebagai pengaman sesuai kebutuhan anak. Push walker digunakan dengan mendorong pegangan dari belakang, kemudian roda akan berputar sehingga anak dapat berjalan maju dengan tetap berpegangan.<ul><li>Meletakkan benda-benda yang menarik perhatian anak di lantai</li></ul>Anak akan belajar untuk berjongkok sembari mempertahankan keseimbangan tubuhnya agar tidak terjatuh. Hal ini memerlukan kekuatan otot-otot batang tubuh maupun ekstremitas yang harus dikembangkan anak pada usia ini. Pastikan anak memiliki tempat berpegangan, apabila ia mulai terhuyung-huyung.<ul><li>Bertelanjang kaki dapat memberikan input stimulasi sensori serta proprioseptif bagi seorang anak untuk mengetahui posisi tubuh, merasakan dataran tempat ia menjejakkan kaki, serta mempertahankan keseimbangan, agar setelah anak mampu berdiri dengan baik, ia dapat melakukan perpindahan selangkah demi selangkah hingga akhirnya berjalan dengan baik.</li><li> </li></ul>Satu hal yang perlu MomDad ingat, bahwa setiap anak itu spesial. Mereka memiliki waktunya sendiri untuk bisa mencapai tonggak tumbuh kembang tertentu. Tetap pantau dan apresiasi setiap proses pertumbuhannya. Jika ada hal yang mengganggu dan mengkhawatirkan, jangan ragu untuk konsultasi dengan dokter anak. Referensi:<ul><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.medicinenet.com/what_causes_delay_in_walking_in_babies/article.htm" title="https://www.medicinenet.com/what_causes_delay_in_walking_in_babies/article.htm">https://www.medicinenet.com/what_causes_delay_in_walking_in_babies/article.htm </a></li><li><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/tips-melatih-anak-berdiri-dan-berjalan" title="https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/tips-melatih-anak-berdiri-dan-berjalan">https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/tips-melatih-anak-berdiri-dan-berjalan</a></li></ul>

Si Kecil Terlambat Berjalan, Bisa Jadi Karena Defisiensi Vitamin D!

si-kecil-terlambat-berjalan--bisa-jadi-karena-defisiensi-vitamin-d--1722827476798

Pernahkah MomDad merasa khawatir melihat si Kecil kesulitan buang air besar (BAB)? BAB yang keras dan susah keluar bisa jadi tanda si Kecil mengalami konstipasi. Tapi, mengapa hal ini bisa terjadi? Ternyata, ada banyak faktor yang bisa menyebabkan feses si Kecil menjadi keras dan sulit dikeluarkan. Penyebab BAB keras﻿﻿Konstipasi terjadi saat feses bergerak terlalu lambat di saluran cerna sehingga cairan pada feses diserap terlalu banyak di usus besar. Akibatnya feses menjadi keras dan kering. Pada anak-anak, hal ini dapat terjadi akibat:<ul><li>Kebiasaan menahan BAB</li></ul>Takut pada toilet, rasa jijik, atau terlalu asyik bermain membuat si Kecil sering menahan BAB. Lama-kelamaan, kebiasaan ini sulit diubah.<ul><li>Masalah toilet training</li></ul>Toilet training yang dimulai terlalu dini dapat mengakibatkan “power struggle” antara orang tua dan anak. Kondisi ini membuat anak menolak dan membangkang dengan menahan feses. Awalnya hal ini terjadi secara sadar, namun kebiasaan menahan feses yang berulang dan berlangsung lama akan sulit diubah.<ul><li>Pola makan</li></ul>Diet rendah serat dan kurangnya asupan cairan dapat menyebabkan konstipasi. Hal ini sering timbul saat bayi mulai MPASI, yang mana terjadi perubahan diet yang sebelumnya 100% cair (ASI atau susu formula) menjadi padat. Meskipun demikian, penting diingat untuk tidak perlu memberikan serat berlebihan pada awal MPASI, karena serat yang berasal dari sumber nabati biasanya memiliki komponen antinutrien yang dapat menghambat penyerapan zat gizi yang diperlukan bayi.<ul><li>Kurang aktivitas fisik</li></ul>Kurangnya aktivitas fisik membuat pergerakan usus menjadi lambat. Perbanyak aktivitas fisik bersama anak, seperti berolahraga atau bermain yang menggunakan gerakan fisik.<ul><li>Perubahan rutinitas</li></ul>Perubahan keseharian atau rutinitas, seperti saat bepergian atau hari pertama masuk sekolah, stress dengan lingkungan baru/rumah baru dapat menyebabkan seorang anak mengalami konstipasi.<ul><li>Obat-obatan</li></ul>Konsumsi beberapa jenis obat-obatan tertentu dapat memperberat konstipasi.<ul><li>Faktor medis</li></ul>Beberapa kondisi medis seperti masalah bentuk/anatomi saluran cerna, beberapa penyakit sistemik seperti hipotiroid dan alergi susu sapi juga dapat menimbulkan gejala konstipasi. Cara agar frekuensi BAB anak lancar<img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/725110027055662b215f2e81c233984a3_1722596709251.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="susah_BAB-2.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1458px; min-height: 0px;"> Mencegah tentu lebih baik daripada mengobati. Beberapa cara di bawah ini dapat diterapkan di rumah untuk mencegah konstipasi:<ul><li>Berikan serat yang cukup setiap harinya</li></ul>Setiap hari anak membutuhkan serat sekitar 0,5 gram setiap kg berat badannya. Untuk mudahnya, kebutuhan serat per hari dapat diestimasi dengan menambahkan usia (tahun) dengan 5 gram/hari.Seorang anak berusia 4 tahun akan membutuhkan sekitar 9 gram serat setiap harinya (usia 4 tahun ditambah 5 gram, setara dengan 9 gram). Kebutuhan serat harian ini biasanya akan tercukupi apabila anak mengkonsumsi paling tidak 5 porsi buah atau sayur dalam sehari.Beberapa contoh lain dapat dilihat di tabel berikut ini: <img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/ad9dc75d82324d5c6cfe97c310d9f75f3_1722596767450.png" class="e-rte-image e-imginline" alt="Picture1.png" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1458px; min-height: 0px;"> Sumber gambar: <a classname="e-rte-anchor" href="https://www.persagibandung.org/2017/12/panduan-diet-tinggi-serat-cara-sehat.html" title="https://www.persagibandung.org/2017/12/panduan-diet-tinggi-serat-cara-sehat.html">https://www.persagibandung.org/2017/12/panduan-diet-tinggi-serat-cara-sehat.html </a> <ul><li>Berikan cukup cairan</li></ul>Bila asupan cairannya kurang, tubuh akan cenderung menyerap sebanyak mungkin cairan saat tinja melewati usus besar, sehingga tinja menjadi kering dan keras.Kebutuhan cairan per hari dapat dihitung menggunakan rumus 100 ml/kg untuk 10 kg pertama; 50 ml/kg untuk 10 kg kedua; dan 25 ml/kg untuk kg selanjutnya. Sebagai contoh, seorang anak dengan berat badan 30 kg akan memerlukan: 100 ml x 10 kg pertama + 50 ml x 10 kg kedua + 25 ml x 10 kg ketiga, sehingga total kebutuhan cairan per harinya adalah 1750 ml.<ul><li>Perbanyak aktivitas fisik</li></ul>Aktivitas fisik akan merangsang pergerakan usus dan mencegah konstipasi.<ul><li>Ajari untuk memiliki kebiasaan BAB rutin setiap harinya</li></ul>Kebiasaan ini dapat dikerjakan pada jam-jam tertentu anak menunjukkan keinginan BAB, misalnya sekitar 30 menit setelah sarapan ajak anak menggunakan toilet sekitar 5-10 menit untuk BAB. Pijakan kaki juga dapat digunakan apabila posisi toilet duduk masih terlampau tinggi agar kakinya tidak menggantung dan anak lebih nyaman saat BAB.<ul><li>Ingatkan untuk mendengarkan “sinyal” tubuhnya sendiri</li></ul>Anak-anak yang terlalu asyik bermain sering mengabaikan keinginan untuk BAB dan menahannya, yang bisa berujung pada konstipasi. Anak dapat diingatkan untuk berhenti bermain sejenak untuk ke toilet dan dapat kembali bermain sesudahnya.<ul><li>Dukung anak dalam prosesnya</li></ul>Hindari menghukum ketika mendapati anak BAB di celana atau mengalami enkopresis. Pujilah anak atas usahanya dalam menggunakan toilet, bukan hanya saat ia “berhasil” BAB di toilet. Dampak jangka panjang kesulitan BAB pada anakKonstipasi berulang dapat menyebabkan anak mengalami trauma BAB, yang berujung pada anak semakin sering menahan BAB. Selain itu, dapat terjadi impaksi feses di rektum dan anak akan sering BAB di celana.Konstipasi kronik juga dapat menyebabkan perlukaan pada area anus saat mengeluarkan feses dan menimbulkan nyeri. Pada kondisi berat, dapat menyebabkan prolaps rektum atau keluarnya usus dari lubang anus saat anak mengejan ketika BAB. Referensi:<a classname="e-rte-anchor" href="https://www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/abdominal/Pages/Constipation.aspx" title="https://www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/abdominal/Pages/Constipation.aspx">https://www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/abdominal/Pages/Constipation.aspx </a><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/constipation-in-children/symptoms-causes/syc-20354242" title="https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/constipation-in-children/symptoms-causes/syc-20354242">https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/constipation-in-children/symptoms-causes/syc-20354242 </a><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.nhs.uk/conditions/baby/health/constipation-in-children/" title="https://www.nhs.uk/conditions/baby/health/constipation-in-children/">https://www.nhs.uk/conditions/baby/health/constipation-in-children/ </a><a classname="e-rte-anchor" href="https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/constipation-in-children" title="https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/constipation-in-children">https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/constipation-in-children</a>

Bisa Sebabkan Trauma hingga Perlukaan, Waspada Dampak Anak Sulit BAB!

bisa-sebabkan-trauma-hingga-perlukaan--waspada-dampak-anak-sulit-bab--1722596888267

Anak yang makannya sedikit, bisa membawa kekhawatiran pada orang tua karena berkaitan dengan berat badan yang kurang. Namun, anak yang makannya banyak, juga bisa membuat orang tua khawatir karena bisa berdampak pada obesitas. Anak yang memiliki permasalahan makan dengan jumlah banyak dikenal dengan istilah binge eating. Bagaimana sih tanda binge eating? Yuk, kenali bersama agar dapat terdeteksi sejak dini. Apa itu binge eating pada anak?Binge eating adalah pola makan di mana anak mengkonsumsi makanan dalam jumlah sangat besar melebihi porsi normal, tanpa rasa lapar, dan dalam waktu singkat. Perilaku ini seringkali disertai dengan perasaan kehilangan kontrol terhadap makanan dan proses makan. Tanda-tanda binge eating pada anak:<ul><li>Mengkonsumsi makanan dalam jumlah besar dalam waktu singkat</li><li>Makan dengan cepat dan tidak terkontrol</li><li>Merasa kenyang yang tidak nyaman setelah makan</li><li>Merasa malu, jijik, atau bersalah setelah makan</li><li>Menimbun makanan secara diam-diam</li><li>Makan di tempat yang tersembunyi</li><li>Mengalami perubahan suasana hati setelah makan</li></ul> <img src="https://s3.ap-southeast-3.amazonaws.com/assets.primaku.com/editor/789fa022109300cff76424f112bc10e5fe_1722423540250.jpg" class="e-rte-image e-imginline" alt="binge_eating.jpg" width="auto" height="auto" style="min-width: 0px; max-width: 1458px; min-height: 0px;"> Faktor risiko binge eating pada anak:<ul><li>Riwayat keluarga dengan binge eating disorder atau gangguan makan lainnya</li><li>Tekanan emosional seperti stres, kecemasan, atau depresi</li><li>Kurangnya kontrol diri</li><li>Pengalaman traumatik</li><li>Gaya hidup tidak sehat</li><li>Paparan media yang mempromosikan citra tubuh yang ideal</li></ul> Dampak binge eating pada anak:<ul><li>Obesitas</li><li>Kolesterol tinggi</li><li>Tekanan darah tinggi</li><li>Diabetes</li><li>Depresi</li><li>Kecemasan</li><li>Rendahnya harga diri</li><li>Isolasi sosial</li></ul> Bagaimana cara mengatasi binge eating pada anak?Jika MomDad menduga anak mengalami binge eating, segera konsultasikan dengan dokter atau psikolog. Penanganan binge eating pada anak umumnya dilakukan dengan kombinasi terapi perilaku, konseling gizi, dan perubahan pola makan. Penting untuk MomDad ingat:<ul><li>Binge eating adalah gangguan makan yang serius yang membutuhkan bantuan profesional.</li><li>Deteksi dini dan penanganan yang tepat dapat membantu anak untuk pulih dan mencegah komplikasi jangka panjang.</li><li>MomDad dapat memberikan dukungan emosional dan membantu anak untuk mengembangkan pola makan yang sehat.</li></ul> Mari bersama jaga kesehatan mental dan pola makan anak agar mereka dapat tumbuh kembang dengan optimal. Referensi:<ul><li>Science Direct. 2019. Binge Eating Disorder in Children and Adolescents Child Adolesc Psychiatr Clin N Am. 2019; 28:549–55.</li></ul>

Yakin Tinggi Badan si Kecil Normal? Yuk, Ketahui Standar Pertumbuhannya!

Yakin Tinggi Badan si Kecil Normal? Yuk, Ketahui Standar Pertumbuhannya!

Tanda Anak Kekurangan Protein: Waspadai Risiko Malnutrisi Sejak Dini

Tanda Anak Kekurangan Protein: Waspadai Risiko Malnutrisi Sejak Dini

Wajib Ada dalam Makanan Sehari-hari Anak, Ini Nutrisi Kunci untuk Cegah Stunting

Wajib Ada dalam Makanan Sehari-hari Anak, Ini Nutrisi Kunci untuk Cegah Stunting

Webinar Dukung Anak Tumbuh Jadi Pemenang Optimalkan Sistem Imun & Perkembangan Otaknya

Webinar Dukung Anak Tumbuh Jadi Pemenang Optimalkan Sistem Imun & Perkembangan Otaknya

Dilema Anak Susah Tidur: Kenali Penyebab & Solusinya!

Dilema Anak Susah Tidur: Kenali Penyebab & Solusinya!

Si Kecil Terlambat Berjalan, Bisa Jadi Karena Defisiensi Vitamin D!

Si Kecil Terlambat Berjalan, Bisa Jadi Karena Defisiensi Vitamin D!

Bisa Sebabkan Trauma hingga Perlukaan, Waspada Dampak Anak Sulit BAB!

Bisa Sebabkan Trauma hingga Perlukaan, Waspada Dampak Anak Sulit BAB!

Binge Eating pada Anak: Waspada Tanda-Tanda dan Cara Mengatasinya

Binge Eating pada Anak: Waspada Tanda-Tanda dan Cara Mengatasinya