primaku
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu di:
playstoreappstore

Apakah Diet Vegetarian Aman untuk Anak?

Oleh: Editorial Primaku

Topik: diet, vegetarian, vegan, plant-based, Plant Based Milk

Diet berbasis produk makanan nabati bukanlah hal yang baru. Sejak ribuan tahun yang lalu, populasi di daerah yang sekarang kita kenal sebagai India tidak mengonsumsi daging atau ikan karena kepercayaan. Namun, baru-baru ini pola makan vegetarian semakin populer di media dan semakin banyak orang yang menjadi vegetarian, termasuk kalangan orang tua dan anak. Beberapa individu mengikuti pola makan tanpa daging karena ingin mengurangi konsumsi lemak dan kolesterol, dan ada pula yang memiliki pola makan demikian karena kepercayaan atau dorongan moral untuk melindungi binatang dan lingkungan. Namun, apakah diet vegetarian dan vegan aman untuk diberikan untuk anak? Berikut adalah pembahasan mengenai keunggulan dan kekurangan diet berbasis tanaman serta konsensus berbasis bukti yang membahasnya. 

Anak membutuhkan nutrisi yang cukup untuk bisa tumbuh dan berkembang secara optimal. Jika asupan makanan yang diberikan tidak adekuat, seorang anak, khususnya yang masih kecil, rentan untuk mengalami defisiensi nutrisi. Untuk bisa mendapatkan asupan makan yang cukup, anak perlu diberikan berbagai jenis makanan dengan kandungan nutrisi yang beragam. Ada beberapa kasus di mana anak yang diberikan diet vegan dan mengalami malnutrisi. Namun, kasus-kasus individual ini tidak bisa dipakai untuk menggeneralisasi bahwa semua diet vegetarian atau vegan itu tidak baik. Seperti pada diet omnivora diet, ada diet vegetarian yang baik dan dan ada pula diet vegetarian yang buruk.

Diet vegetarian dibagi dalam beberapa jenis: lacto-ovo vegetarian (konsumsi produk nabati, susu, dan telur), lacto-vegetarian (produk nabati dan susu saja), dan vegan (mengeksklusi semua produk hewani). Menurut studi kohort di Amerika Serikat yang dijalankan dari tahun 1950 hingga 2007, angka mortalitas antara kelompok vegetarian dan omnivora tidak berbeda secara signifikan. Kelompok vegetarian juga memiliki risiko yang lebih rendah untuk mengidap diabetes, obesitas, divertikulitis, dan katarak. Menurut studi yang dilakukan oleh Sabate dan Wien, kelompok remaja dengan diet vegetarian cenderung lebih ramping dan tinggi. Walaupun demikian, studi-studi tersebut tidak membedakan tipe vegetarian dan vegan, serta tidak melakukan subanalisis untuk faktor perancu seperti merokok, aktivitas fisik, dan tingkat pendidikan. Walaupun beberapa studi menunjukkan bahwa diet vegetarian dapat menguntungkan, ada studi-studi lain yang menyangkalnya dengan hasil yang memberatkan diet vegetarian. Menurut studi yang dilakukan oleh Dagnelie dan van Staveren, bayi umur 4-18 bulan yang diberikan MPASI vegetarian memiliki penurunan asupan lemak (dari 37% ke 17%), serta asupan kalsium, riboflavin, vitamin B12, dan vitamin D yang rendah. 

Tanpa pengawasan, diet vegetarian memberikan risiko yang lebih tinggi untuk menyebabkan defisiensi nutrisi, khususnya jika semakin restriktif dan diberikan pada anak yang masih kecil. Namun, hal ini bukan berarti pola makan vegetarian tidak bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan zat nutrisi tersebut. Maka dari itu, Canadian Paediatric Society merekomendasikan bahwa diet vegetarian diperbolehkan asalkan isinya adekuat dalam segi jumlah dan beragam supaya semua makronutrien dan mikronutrien yang diperlukan dapat terpenuhi semuanya. Walaupun demikian, orang tua perlu waspada terhadap diet yang terlalu restriktif seperti diet vegan, karena dengan eliminasi produk susu dan telur, anak akan kehilangan sumber makanan yang dapat dengan mudah memenuhi keperluan vitamin B12 dan mikronutrien lainnya. Data mengenai diet vegan juga terbatas (kebanyakan studi mengenai diet vegetarian pada anak cenderung tidak membedakan tipe-tipe vegetarian yang diikutsertakan), sehingga luaran anak dengan diet vegan juga belum jelas. Untuk mencegah kekurangan gizi pada anak dengan diet vegan, Canadian Paediatric Society memberi himbauan untuk meningkatkan kebutuhan protein sebanyak 35%. Pemantauan ketat oleh dokter dan ahli gizi juga perlu dilakukan pada anak-anak tersebut. Anak-anak dan ibu hamil yang vegan juga sangat disarankan untuk mengonsumsi suplemen B12. 

Secara keseluruhan, diet vegetarian, terlebih apalagi vegan pada anak dan remaja tidak dapat dianggap sekadar pilihan gaya hidup semata karena berpotensi berisiko kesehatan jika salah perencanaan. Konsultasi dokter spesialis gizi atau spesialis anak, serta  observasi rutin sangat dianjurkan untuk memastikan diet tersebut aman dan tidak menghambat tumbuh kembang anak. 


Referensi:

  1. Kiely ME. Risks and benefits of vegan and vegetarian diets in children. Proceedings of the Nutrition Society. 2021;80(2):159-164. doi:10.1017/S002966512100001X

  2. Laura J. Elliott, Charles D.G. Keown-Stoneman, Catherine S. Birken, David J.A. Jenkins, Cornelia M. Borkhoff, Jonathon L. Maguire, on behalf of the TARGet KIDS! COLLABORATION; Vegetarian Diet, Growth, and Nutrition in Early Childhood: A Longitudinal Cohort Study. Pediatrics June 2022; 149 (6): e2021052598. 10.1542/peds.2021-052598

  3. Jakše B, Fras Z, Fidler Mis N. Vegan Diets for Children: A Narrative Review of Position Papers Published by Relevant Associations. Nutrients. 2023 Nov 7;15(22):4715. doi: 10.3390/nu15224715. PMID: 38004109; PMCID: PMC10675242.

familyfamily
Baca artikel tumbuh kembang anak di PrimaKu!
Unduh sekarang
playstoreappstore
Rekomendasi Artikel
Lihat semua
primaku
Aplikasi tumbuh kembang anak Indonesia. Didukung penuh oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
Mitra resmi kami:
kemenkesidaibkkbn
Unduh PrimaKu
playstoreappstore
© 2023 All rights reserved PRIMAKU, Indonesia
Cari kami di: