Tatalaksana Hipoksia Iskemik Ensefalopati pada Neonatus
Oleh: dr. Afiah Salsabila
Topik: Hipoksia Iskemik Ensefalopati, kegawatan, Neonatus
Hipoksia Iskemik Ensefalopati (HIE) adalah kondisi serius yang terjadi ketika otak kekurangan oksigen dalam waktu yang lama. Pada neonatus, komplikasi persalinan, gangguan metabolik, dan stroke neonatal dapat menyebabkan asfiksia yang dapat menyebabkan anoksia dan akhirnya ensefalopati. Ketika otak kekurangan oksigen, kerusakan pada sel-sel otak dapat terjadi, mengakibatkan berbagai gejala seperti kebingungan, hilangnya ingatan, dan kesulitan dalam bergerak. Artikel ini akan membahas mengenai cara mendiagnosis dan menangani ensefalopati anoksik, khususnya pada neonatus.
Ketika suplai darah ke tak berkurang, penghantaran oksigen dan glukosa ke otak terganggu. Alhasil, respirasi anaerobik terjadi, dan menurunkan kadar adenosine triphosphate (ATP). sodium-potassium pump akan gagal dan memproduksi laktat. Hal ini menyebabkan masuknya sodium ke dalam sel dalam jumlah banyak, menyebabkan depolarisasi masif dan menyebabkan konsentrasi natrium yang terlalu tinggi, yang menyebabkan kematian sel, tidak terkecuali sel otak.
Kematian sel otak tentu menyebabkan fungsi otak yang secara perlahan menurun. Jika dilakukan resusitasi jantung-paru (RJP), perlu dicatat berapa lama durasinya. Faktor yang bisa memengaruhi status mental pasien juga perlu ditanyakan misalkan pemakaian obat-obatan sedasi, obat antikolinergik, obat paralitik, serta kondisi metabolik lainnya seperti gagal ginjal dan gangguan hai. Syok dan hipotermia juga perlu disingkirkan. Mioklonus bisa terjadi dalam 24 jam hingga 48 jam setelah serangan hipoksik terjadi.
Secara klinis, HIE dapat dideteksi dengan skor Thompson dan derajat keparahannya bisa dinilai dengan skor Sarnat. Skor Thompson bisa dilihat pada Tabel 1 dan skor Sarnat bisa dilihat pada Tabel 2. HIE bisa didiagnosis jika skor Thompson lebih dari 5. Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan lain yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran, misalkan serum elektrolit, panel metabolik, fungsi hati, analisis gas darah, skrining toksikologi, dan kultur bakteri jika ada kecurigaan ke arah infeksi.
Tabel 1. Skor Thompson
Tabel 2. Skor Sarnat
Penanganan anoxic encephalopathy dimulai dengan stabilisasi pasien. Stabilisasi pasien meliputi menjaga hemodinamik, koreksi kelainan metabolik, pemberian antibiotik jika terjadi infeksi, dan penatalaksanaan intoksikasi sesuai indikasi. Jika ensefalopati anoksik dipikirkan diakibatkan karena henti jantung, targeted temperature management bisa dilakukan. Indikasinya adalah jika pasien tidak menunjukkan respon motor yang berarti, tidak ada bukti edema pada CT-Scan kepala, dan tidak ada tanda-tanda signifikan pada EEG. Targeted temperature management dilakukan dengan menurunkan suhu badan menjadi di bawah 36 derajat Celcius, lebih spesifiknya, hingga 32-34 derajat Celcius. Hal ini dilakukan selama 24-48 jam. Setelah periode waktu tersebut, pasien dihangatkan kembali sebanyak 0.25 derajat Celcius per jam, dengan target 0.5 derajat Celcius per tiga jam. Monitoring dilakukan dengan pemeriksaan suhu inti tubuh.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis pasien dengan ensefalopati meliputi tingkat kerusakan otak, adanya defisit neuropsikiatrik atau tidak pada saat diagnosis, dan komorbiditas. Komplikasi ensefalopati anoksik yang paling umum adalah kejang, mioklonus, dan kecacatan permanen. Prognosis pasien yang mengalami ensefalopati anoksik tidak terlalu baik. Banyak pasien dengan kondisi ini tidak bisa kembali sadar secara penuh. Pada pasien pasien pasca henti jantung, suhu badan di atas 37 derajat Celcius memiliki prognosis yang kurang baik.
Ensefalopati anoksik memiliki prognosis yang buruk, maka lebih baik dicegah dengan pemberian oksigen yang adekuat. Jika terlanjur terjadi, tatalaksananya fokus pada pencegahan terhadap perburukan dan menjaga fungsi yang masih tersisa, yaitu dengan targeted temperature therapy. Dengan tatalaksana yang diberikan, diharapkan fungsi otak yang tersisa bisa terjaga dan tidak semakin berkurang.
Referensi:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6477286/
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7073127/
http://www.kznhealth.gov.za/neonates/records/HIE%20score%20sheet.pdf
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539833/
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5198415/
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC7704551/