Anak Lamban Beraktivitas? Waspada Gangguan Perkembangan!
Author: Dr. Jenni K. Dahliana, Sp.A
Topik: Gangguan Perkembangan Koordinasi, Developmental Coordination Disorder, Prestasi Sekolah, Anak Lamban
Tak hanya di 1000 hari pertama kehidupan, gangguan perkembangan pada anak juga bisa muncul saat anak memasuki usia pra-sekolah. Ada anak yang terlihat sehat, namun gerakannya terkesan lamban dalam melakukan berbagai kegiatan sehari-hari, misalnya tidak dapat bersepeda dengan teman-temannya atau masih membutuhkan bantuan dalam berpakaian. Lantas, apa yang sebenarnya terjadi pada anak yang lamban dalam beraktivitas?
Gangguan perkembangan
Contoh di atas adalah gambaran ‘anak lamban’ yang tidak jarang ditemukan. Istilah anak lamban di sini sebenarnya adalah terjemahan bebas dari “clumsy child”. Dalam terminologi terbaru, hal ini disebut Gangguan Perkembangan Koordinasi (GPK), sebagai terjemahan dari Developmental Coordination Disorder yang artinya gangguan keterampilan motor (alat gerak) yang berpengaruh terhadap kemampuan untuk melakukan tugas umum sehari-hari. Gangguan ini bukan karena kelainan visus, mental retardasi atau palsi serebral tetapi karena ketidakmampuan melakukan kordinasi antara beberapa fungsi sensoris, gerak kasar dan halus.
Anak yang mengalami gangguan perkembangan koordinasi perlu mendapat perhatian orang tua dan guru sekolah dasar mengingat dampaknya terhadap tumbuh kembang anak. Gangguan pertumbuhan yang dimaksud di sini yaitu anak menjadi gemuk/obesitas karena menarik diri dari aktivitas fisik.
Gangguan perkembangan dapat berupa prestasi belajar/akademik yang rendah, sering gagal dalam ujian karena tulisan yang jelek dan lamban. Di dalam keluarga, kemandirian anak kurang, sering dibantu oleh anggota keluarga lain, cenderung terjadi kecelakaan seperti menjatuhkan barang.
Gangguan perkembangan lainnya berupa :
- Di lingkungan sosial, aktivitas fisik bersama teman bermain berkurang dan penolakan oleh teman kelompok bermainnya, anak lebih senang bermain dengan anak yang lebih kecil umurnya
- Emosi dan perilaku, cepat marah bila anak mengalami kesulitan dengan tugas sehari-hari
- Kepercayaan diri kurang atau tidak ada, karena sering disebut sebagai anak lamban atau ceroboh
Gejala gangguan perkembangan dari berbagai aspek
Mengingat dampak gangguan perkembangan koordinasi ini terhadap tumbuh kembang anak, maka orang tua perlu mengenal gejala dan cara membantu anak.
Gejala anak lamban/gangguan perkembangan koordinasi pada usia pra-sekolah :
- Terlambat dalam perkembangan motor kasar dan halus,
- Sering menabrak benda, mudah jatuh, makan cenderung berantakan dan lebih memilih menggunakan tangan , kesulitan dalam menggenggam pensil atau menggunakan gunting
Gejala anak lamban pada usia sekolah
Aspek fisik:
- Mudah terjatuh bila berjalan atau lari, tidak dapat memperkirakan jarak secara akurat
- Kesulitan beraktivitas fisik bersama teman seperti bermain sepak bola
- Komentar guru olahraga : lamban, dan kesulitan mempelajari aktivitas fisik yang baru.
Aspek belajar:
- Sering mengubah postur tubuh selama menulis untuk menyesuaikan posisi buku, lambat dalam menyalin/menulis, tulisan tangan jelek karena kesulitan dalam memanipulasi pena.
- Tidak dapat memotong, melipat ketika melakukan kerajinan tangan.
Aspek perawatan diri:
- Sulit mengancingkan baju, mengikat tali sepatu, sehingga tampak lusuh
- Mudah menjatuhkan benda atau menumpahkan minuman
Penelitian menunjukkan bahwa GPK tidak akan menghilang dengan usia. Namun, anak akan menunjukkan perbaikan yang jelas setelah pelatihan.
Tips menghadapi GPK pada anak
Konsultasikan anak ke klinik tumbuh kembang bila ada kecurigaan gangguan perkembangan koordinasi seperti : terlambat mencapai tonggak perkembangan motor: jalan, merangkak, duduk, menabrak benda, clumsy/lamban, prestasi buruk dalam olahraga, tulisan tangan yang jelek. Dalam hal ini penting deteksi dini agar dapat diberikan pelatihan yang tepat sedini mungkin untuk meminimalkan gejala , disamping untuk meningkatkan kepercayaan diri.
Bila terbukti anak mengalami gangguan perkembangan koordinasi, orang tua berperan penting dalam membantu anak baik di rumah maupun di sekolah. Berikut tips yang bisa MomDad lakukan saat anak alami GPK:
- Dorong anak untuk berpartisipasi dalam olahraga yang disukainya.
- Perkenalkan kegiatan individu (misal : berenang) dahulu, kemudian berkelompok.
- Dorong anak berinteraksi dengan temannya melalui kegiatan lain (misalnya musik, seni)
- Pilihkan pakaian yang mudah untuk dipakai atau dilepas
- Dorong anak melakukan kegiatan praktis sehari-hari terutama yang banyak menggunakan koordinasi tangan dan kaki, dan tonjolkan kelebihan anak.
- Bekerja sama dengan guru, bahas kesulitan anak dan cara mengatasinya
Sementara itu, tips yang dapat dilakukan oleh guru untuk si Kecil:
- Pastikan posisi anak sudah sesuai dengan meja kerjanya. Kaki anak harus menginjak lantai, lengan harus ditopang di atas meja dengan nyaman.
- Menetapkan tujuan jangka pendek yang realistis untuk anak
- Menyediakan waktu ekstra bagi anak untuk menyelesaikan tugas akademik
- Memperkenalkan komputer untuk mengurangi jumlah tulisan tangan
- Fokus pada tujuan dari pelajaran yang diberikan.
- Metode presentasi lain agar anak dapat menunjukkan pemahaman subjek, misalnya, menggunakan gambar untuk menggambarkan ide mereka
Dalam edukasi fisik:
- Buat partisipasi, bukan kompetisi, karena partisipasi adalah tujuan utama
- Hargai usaha anak, bukan keterampilan. Beri dorongan umpan balik positif
- Gabungkan kegiatan yang memerlukan respon koordinasi lengan dan kaki
- Biarkan anak mengambil peran kepemimpinan
- Modifikasi peralatan untuk mengurangi risiko cedera.
Belum dipastikan apa penyebab gangguan perkembangan koordinasi pada anak. Banyak teori/hipotesis tentang penyebab GPK. Namun, salah satu penyebabnya adalah karena adanya ketidakmampuan anak untuk mengintegrasikan informasi sensorik yang masuk ke otak untuk menghasilkan gerakan yang terampil.
Diperkirakan terdapat pada 5% - 15% pada populasi sekolah dasar dan paling sedikit 5% - 6% dari semua anak. Perbandingan rasio laki-laki : perempuan = 2 : 1.
Penelitian lain menunjukkan hampir 50% anak dengan ADHD ( Attention Deficit Hyperactivity Disorder) mengalami juga gangguan perkembangan koordinasi, demikian pula kesulitan belajar dan gangguan bahasa spesifik juga dapat disertai gangguan perkembangan koordinasi (GPK).
MomDad mau share informasi atau pertanyaan seputar tumbuh kembang bersama orang tua lainnya? Yuk, ceritakan pengalaman MomDad di Forum Tumbuh Kembang! Selain itu, MomDad juga bisa bertanya seputar kesehatan si Kecil dan akan dijawab langsung oleh ahli, lho.
Daftar Pustaka:
- Zwicker JG, Missiuna C, Harris SR, Boyd LA. Developmental coordination disorder : A review and update. European Journal of Paediatric Neurology 2012; 16 : 573-581.
- Missiuna C. Does your child have DCD ?.Today’s kids in motion. 2003: 22-24. Diakses pada : 8 oktober 2015. Diunduh dari : http:// dcd.canchild.ca/
- Missiuna C, Rivard L, Pollock N. Children with Develeopmental Coordination Disorder : at home, at school, and in the community. 2011 : 5 – 8. Diakses pada : 8 oktober 2015. Diunduh dari : http://www.canchild.ca
- Missiuna C, Gaines R, Soucie H, McLean J. Parental questions about developmental coordination disorder: A synopsis of current evidence. Paediatr Child Health 2006; 11(8) : 507- 512.
- What is DCD. Diakses pada : 23 september 2015. Diunduh dari : http://www.mscdevelopmentaldisorders.org
Artikel ini telah ditinjau oleh DR. Dr, Soedjatmiko, Sp.A(K), M.Si.